Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI PADA LANSIA

Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen pengampu : Suwanti, S.Kep., Ns., MNS

Disusun oleh :

Lailatul Khoeriyah 010118A075

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021
Satuan Acara Penyuluhan
Hipertensi Pada Lansia

Pokok pembahasan : Hipertensi


Sub pokok pembahasan : Materi Hipertensi
Hari/tanggal : 8 Mei 2021
Waktu : 30 menit
Sasaran : Keluarga Lansia
Tempat pelaksanaan : Kelurahan Tejorejo 05/ 04

A. Tujuan Umum dan Khusus


1. Tujuan umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi,
diharapkan audiens mampu memahami dan mengaplikasikan
materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan sasaran
mampu :
- Memahami pengertian hipertensi
- Memahami faktor penyebab hipertensi
- Memahami tanda dan gejala hipertensi
- Mengetahui penanganan hipertensi

B. Materi
1. Pengertian hipertensi
2. Faktor penyebab hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Pencegahan dan komplikasi hipertensi
C. Sasaran
Sasaran pada penyuluhan ini adalah keluarga yang memiliki riwayat
hipertensi
D. Materi
Lampiran
E. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
F. Media
a. PPT
b. Leaflet
G. Jadwal Kegiatan

Tahap Waktu Kegiatan pemateri Kegiatan audiens Metode


Orientasi 5 a. Mengucapkan salam a. Menjawab Ceramah
menit b. Memperkenalkan diri salam
c. Menjelaskan tujuan dari b. Diharapkan
penyuluhan dapat menerima
d. Menyebutkan materi dengan baik
yang akan diberikan c. Diharapkan
e. Menyampaikan kontrak dapat menerima
waktu dengan baik
d. Diharapkan
audiens
menerima
kontrak waktu
yang diminta
Kerja 30 a. Menjelaskan pengertian Ketika pemateri Ceramah
menit hipertensi sedang dan tanya
b. Faktor penyebab menjelaskan jawab
hipertensi diharapkan audiens
c. Tanda dan gejala mendengarkan dan
hipertensi dapat memahami
d. Penanganan hipertensi apa yang
disampaikan
pemateri
Terminasi 5 menit a. Menyimpulkan materi Diharapkan Ceramah
yang disampaikan audiens dapat
b. Memberikan salam dan memahami
penutup

H. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan
pendidikan kesehatan dengan memberikan pertanyaan secara
lisan sebagai berikut:
a. Menjelaskan pengertian hipertensi
b. Menjelaskan factor penyebab hipertensi
c. Menyampaikan tanda dan gejala hipertensi
d. Menjelaskan penanganan hipertensi
2. Kriteria evaluasi
a. Evaluasi struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dengan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan
b. Evaluasi proses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama
penyuluhan berlangsung.
2. Sasaran aktif bertanya bila ada yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemateri
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan
berlangsung.
5. Tanya jawab berlangsung dengan baik.
6. Sasaran dapat mendemonstrasikan dengan baik.
c. Evaluasi hasil
1. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila sasaran
mampu menjawab pertanyaan dan mendemonstrasikan 80%
lebih dengan benar.
2. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil atau cukup baik
apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan antara 50-
80% dengan benar.
3. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil atau tidak baik
apabila sasaran hanya mampu menjawab kurang dari 5%
kurang benar.
Materi Hipertensi
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus
lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan
tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014)
B. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut
(Aspiani, 2014) :
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi
yaitu : (Aspiani, 2014)
1. Genetik Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor
genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga
yang memliki tekanan darah tinggi.
2. Jenis kelamin dan usia Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita
menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia
bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat
dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
3. Diet Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan
oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang
dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam
akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya
didalam tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan
peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh
pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja
ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding
pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
4. Berat badan Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga
berat badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25%
diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan
tekanan darah atau hipertensi. 5) Gaya hidup Faktor ini dapat
dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat dengan
menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan
merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu
sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama
merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi
alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat
meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki
tekanan darah tinggi pasien diminta untukmenghindari alkohol agar
tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup
sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang
jelas.salah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular
rena, yang terjadiakibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongenital atau akibat aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan
aliran darah ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal,
perangsangan pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II.
Angiostenin II secara langsung meningkatkan tekanan darahdan secara
tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium.
Apabiladapat dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang
terkena diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014).

C. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung)
diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut
jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom
dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,
pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi
vaskular (Udjianti, 2010). Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat
vasomotor ini bermula padasaraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah (Padila, 2013). Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila,
2013). Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga
memegang peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan
dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah,
kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, danair (Syamsudin,
2011). Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah (Padila, 2013). Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
keginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon inimenyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2013).

D. Tanda Dan Gejala Hipertensi


Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan
gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi
tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala.
Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai
berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien
hipertensi mengalami nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi
penyempitan pembuluh darah akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah
akan menyebabkan peningkatan tekanan vasculer cerebral, keadaan
tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien
hipertensi.

E. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi ,
berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan
tekanan darah yaitu : (Aspiani, 2014)
b. Pengaturan diet
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi
garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin- angiostensin
sehingga sangata berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah
asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara
dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi
oleh oksidanitat pada dinding vaskular.
3) Diet kaya buah sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.

Anda mungkin juga menyukai