Anda di halaman 1dari 11

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. I DENGAN CA CERVIX


DI RUANG PENYAKIT DALAM RUANG MAWAR 2
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI

Disusun Oleh :

ISTI AGUSTIN

071221014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2023
A. Tinjauan Sistem

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim / serviks yang abnormal
dimana sel-sel ini mengalami perubahan ke arah displasia atau mengarah pada keganasan.
Kanker ini biasanya menyerang wanita yang pernah atau sedang berada dalam
status sexually active. Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur,
terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35 - 55 tahun. Akan tetapi, tidak
mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor
risikonya.

Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga
berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain infeksi Human Papilloma
Virus (HPV) dan spermatozoa. Karsinoma serviks timbul di sambungan skuamokolumner
serviks. Faktor resiko yang berhubungan dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual
berupa mitra seks multipel, multi paritas, nutrisi, rokok, dan lain-lain. Karsinoma serviks
dapat tumbuh eksofitik maupun endofitik.

Menurut Wiknjosastro Hanifa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko


terjadinya kanker serviks, antara lain adalah :
1.      Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan
melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks.
Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada
usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang
menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
2.   Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan, salah satunya adalah infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker
serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada
wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus
herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping.
 3.  Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan terjadinya
kanker serviks pada wanita dapat diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang
tua ke anaknya. 
4.   Kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada
wanita perokok mengandung nikotin yang dapat menurunkan daya tahan serviks di
samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Selain itu, rokok mengandung zat
benza @ piren yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang
dapat menjadi mediator terbentuknya displasia sel epitel pada serviks.
5.   Defisiensi zat gizi (vitamin A dan C)
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi vitamin C dapat
meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga
meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya
rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).
6.   Multiparitas
Trauma mekanis yang terjadi pada waktu paritas dapat mempengaruhi timbulnya
infeksi, perubahan struktur sel, dan iritasi menahun
7.   Gangguan sistem kekebalan
Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan penyakit yang sifatnya
immunosupresan, contohnya : HIV / AIDS
8.   Status sosial ekonomi lemah
Umumnya, golongan wanita dengan latar belakang ekonomi lemah tidak mempunyai
biaya untuk melakukan pemeriksaan sitologi Pap Smear secara rutin, sehingga
upaya deteksi dini tidak dapat dilakukan.

Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1.   Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2.   Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal
3.   Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau busuk.
4.   Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
5.   Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6.   Kelemahan pada ekstremitas bawah
7.   Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul.
Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi infiltrasi kanker
pada serabut saraf lumbosakral.
8.   Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh.

B. Tinjauan Kebutuhan Dasar : Kebutuhan Rasa Aman Nyaman (Nyeri)


1. Pengertian
Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap
kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. Karena nilainya bagi
kelangsungan hidup, nosiseptor (reseptor nyeri) tidak beradaptasi terhadap stimulasi
yang berulang atau berkepanjangan. Simpanan pengalaman yang menimbulkan nyeri
dalam ingatan membantu kita menghindari kejadian – kejadian yang berpotensi
membahayakan di masa mendatang (Sherwood, 2015).

2. Klasifikasi
a. Nyeri berdasarkan sifatnya :
1.  Incidental pain
Yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2. Steady pain
Yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
3. Paroxymal pain
Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.Nyeri tersebut
menetap ± 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
b. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :
1. Nyeri akut
Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir dalam enam,
bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.Rasa nyeri mungkin
sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, atau pun pada suatu penyakit
arteriosderosis pada arteri koroner.
2. Nyeri kronis
Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam
dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam pola tersebut
ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri
lalu timbul kembali dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang
konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus menerus terasa makin lama semakin
meningkat intensitasnya walau pun telah diberika pengobatan, misalnya nyeri
karena neoplasma.

C. Judul / Kasus
Resume Asuhan Keperawatan pad Ny. I dengan diagnosa CA Cervix Di Ruang Mawar 2
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
D. Pathway
E. Data Demografi

Nama : Ny. L
Tempat& Tgl lahir : Surakarta, 14 Mei 1974
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 48 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 50 kg
Alamat : Selogiri, Wonogiri
Diagnosa Medis : Cholelithiasis

F. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan atas dengan skala 5 dengan frekuensi
hilang Timbul rasa seperti ditusuk-tusuk dan nyeri makin bertambah ketika
beraktivitas.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien tampak lemas dan nyeri pada bagian perut kanan atas, aktivitas pasien
terkadang dibantu oleh keluarganya. Klien mengatakan nyeri di daerah perut bagian
atas dan terkadang menjalar sampai ke punggung belakang. Nyeri bertambah hebat
ketika pasien melakukan aktivitas berat
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami operasi, kecelakaan, tidak memiliki
alergi obat maupun makanan.
G. Asuhan Keperawatan

Rencana Asuhan Keperawatan TTD


Pengkajian Data
(SDKI)
Fokus (SLKI) (SIKI) Rasional
DS: Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri 1. Untuk
- Pasien (D.0077) (L.08066) (I.08238) mengetahui
mengatakan Ekspetasi : tingkat nyeri
bahwa dirinya Menurun Tindakan : dan
merasa nyeri Setelah Observasi mengurangi
pada bagian dilakukan  Identifikasi lokasi, tingkat
perut kanan tindakan karakteristik, ketidaknyam
atas keperawatan durasi, frekuensi, anan yang
P: selama 3x24 kualitas dan dirasakan
Cholelithiasis jam intensitas nyeri pasien
Q: Seperti diharapkan  Identifikasi skala 2. Untuk
tertusuk – masalah pasien nyeri mengetahui
tusuk dapat teratasi  Identifikasi faktor tingkat
R: Di bagian dengan kriteria yang memperberat ketidak-
perut kanan hasil: dan memperingan nyamanan
atas  Keluhan nyeri dirasakan
S: Skala 5 nyeri 3 Terapeutik oleh pasien
T: Hilang ditingkatk  Berikan teknik 3. Untuk
timbul selama an ke 5 nonfarmakologi mengetahui
DO:  Gelisah 3 untuk mengurangi apakah nyeri
- Pasien tampak ditingkatk nyeri ang dirasakan
mengerutkan an ke 5  Fasilitasi istirahat klien
muka saat  Kesulitan tidur berpengaruh
nyeri tidur 3  Kontrol terhadap
ditingkatk lingkungan yang penyakit
- Pasien jadi an ke 5 memperberat yang lain
lebih sering  Nafsu nyeri 4. Untuk
fokus pada mengalihkan
cara makan 3 Edukasi perhatian
menghilangka ditingkatk  Jelaskan strategi pasien dari
n nyerinya an ke 5 meredakan nyeri rasa nyeri
yang tak  Ajarkan teknik
kunjung nonfarmakologi
berkurang untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

H. Catatan Perkembangan

Waktu Implementasi Respon TTD


03 Januari 2023 1. Mengidentifikasi timbulnya nyeri DS :
2. Memberikan posisi yang nyaman - Pasien
15.00 pada pasien mengatakan
3. Memberikan teknik non merasakan nyeri
farmakologis (Teknik Relaksasi pada bagian
Nafas Dalam dan kompres hangat ) pinggang
4. Monitor TTV DO :
- Pasien tampak
kooperatif
- Pasien tampak
rileks diberikan
teknik relaksasi
nafas dalam
untuk
mengurangi nyeri
- TTV
TD : 128/87
mmHg
N : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
SPO2 : 99%
S : 36,7C

I. Evaluasi

Waktu Evaluasi TTD


03 Januari 2023 S:
- Pasien mengatakan nyeri
20.00 - P : Cholelithiasis
Q : Seperti tertusuk- tusuk
R : Di perut kanan atas
S : Skala 5
T : Hilang timbul
O:
- Pasien tampak terbaring di tempat tidur
- Pasien tampak meringis kesakitan
- TTV
TD : 128/87 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
SPO2 : 99%
S : 36,7C
A:
Masalah nyeri akut belum teratasi
P:
- Lanjutkan Intervensi
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (Teknik Relaksasi Nafas Dalam kompres air hangat )
- Berikan Posisi yang nyaman pada pasien
- Kolaborasi obat analgesic

Anda mungkin juga menyukai