Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DISUSUN OLEH :

ERISA AYUNINGTIAS

2314901021

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

LYIMPAGIOMA

A. Definisi
Limfangioma merupakan tumor jinak yang disebabkan dari
malformasi kongenital sistem limfatik. Tumor ini biasanya terjadi di kepala,
leher, dan ketiak, namun kadang terjadi oada mediastinum, retroperitoneum,
dan paha. Sering juga terjadi pada skrotum dan perineum. Kejadian
malformasi lomfatik tidak diketahui, tetapi diyakini melebihi 6,3% dari
semua malformasi. Limfangioma berasal dari sakus primitive masa embrio,
sebagian jaringan limfatik yang terlepas kehilangan hubugnan dengan sistem
limfatik normal, tapi masih memiliki potensi pertumbuhan cepat semula
(Schawartz, 2011).

B. Etiologi
Penyebab limfangioma dikarenakan oleh malformasi congenital dari
sistem limfatik. Faktor genetik, paparan tembakau, konsumsi alkohol, virus
dan defisiensi makanan juga dapat juga menjadi penyebab terjadinya
limfangioma,
Penyebab pasti pembentukan limfangioma tidak diketahui, tetapi
kebanyakan kasus diyakini sporadis. Pembentukan limfangioma mungkin
tercerminkan kegagalan saluran linfatik untuk menghubungkan dengan sistem
vena selama embriogenesisi, penyerapan abnormal struktir limfatik, atau
keduanya. Penelitian berkelanjutan telah dijelaskan beberapa faktor
pertumbuhan pembuluh darah yang mungkin terlibat dalam pembentukan
malformasi limfatik.

C. Tanda Dan Gejala, Klasifikasi


Gejala klinis berdasarkan pengelompokkan klasifikasi klinis dapat terlihat
sebagai berikut:
1. Limfangioma Sirkumskriptum
 Limfangioma sirkumskriptum melibatkan kelompok kecil dari
vesikel vesikel yang berukuran sekitar 2-4 mm. Vesikel-vesikel
jernih ini bervariasi warnanya mulai dari merah muda, merah, hingga
kehitaman sebagai akibat sekunder perdarahan.
 Lesi ini dapat berupa kutil pada permukaannya; sehingga lesi ini
seringkali disalah artikan sebagai kutil pada umumnya
 Shah et al melaporkan adanya limfangioma yang muncul pada penis
2. Limfangioma Kavernosa
 Sesuai tipenya, limfangioma kavernosus tampak sebagai nodul pada
subkutan dengan konsistensi seperti karet, dan dapat memiliki
dimensi yang luas.
 Kulit yang berada di atasnya tidak tampak adanya lesi atau
perubahan
 Area yang terlibat dapat bervariasi, dari lesi yang lebih kecil dengan
diameter kurang dari 1 cm hingga lesi yang lebih besar dan
melibatkan seluruh tungkai
3. Kistik Higroma
 Kistik higroma biasanya lebih besar daripada limfangioma
kavernosa,
dan seringkali terjadi pada area leher dan parotis.
Seringkali, limfangioma kavernosa yang dalam tidak tampak pada
pemeriksaan superfisial, namun kistik higroma akan terdeteksi
dengan mudah karena ukuran dan lokasinya. Lesi kistik yang luas ini
lunak dan bening (Robert, 2009)
D. Patofisiologi

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Fasilitas imaging yang sering diperlukan adalah x-ray, computed
tomography (CT) scan, magnetic resonance imaging (MRI), USG, dan
positron emission tomography (PET).
2. Foto toraks membantu adanya metastasis jauh (diperkirakan 15% pasien)
atau adanya tumor primer kedua (second primary, 5-10%). Foto
panoramic membantu adanya keterlibatan mandibula.
3. CT-scan atau MRI dari dasar tengkorak sampai ke klavikula akan
memberikan informasi detail tentang ekstensi keterlibatan jaringan lunak
atau tulang oleh tumor dan adanya metastasis regional.
4. Biopsi dapat dilakukan scalpel atau biopsy punch untuk tumor primer
dan fine needle aspiration (FNAB) pada kelenjar getah bening yang
dicurigai. Apabila ditemukan epidermoid carcinoma pada kelenjar getah
bening leher dianjurkan untuk dilakukan blind biopsy pada waldeyer’s
ring.
5. Visualisasi rongga mulut, rongga hidung, nasopharing, orofaring,
hipofaring, laring, servikal esophagus dan proksimal trakea adalah
penting untuk memantapkan adanya tumor dan ekstensinya.
6. Panendoskopi intraoperatif dilakukan untuk mendapatkan jaringan yang
adekuat untuk diagnosis, hemostasis yang lebih baik, dan evaluasi
ekstensi tumor.

F. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Untuk malformasi limfatik lokal, berbagai agen farmakologis telah
digunakan di seluruh dunia untuk mengobati limfangioma. Beberapa
agen yang digunakan dalam terapi sklerotik termasuk air mendidih,
tetrasiklin, bleomycin, dan cyclophosphamide (Scwartz, 2011).
Pertimbangan khusus harus diambil pada malformasi limfatik pada lidah
atau glotis. Malformasi pada lidah (sebelumnya dikenal sebagai
circumscriptum lymphangioma). harus dikelola dengan laser resurfacing.
Jika lesi ini cukup besar dan mengganggu respirasi, operasi pengurangan
lidah harus dilakukan. Malformasi pada glotis harus diperlakukan dengan
laser karbon dioksida dan terapi debulking dengan manajemen jalan
nafas agresif (Scwartz, 2011). Aspirasi limfangioma telah dilakukan di
masa lalu tapi sebagian besar kurang disukai karena tingkat
kekambuhannya yang tinggi. Namun, masih dapat digunakan untuk
mengatasi limfangioma yang mengancam kehidupan dimana
membutuhkan pengurangan sesegera mungkin (Scwartz, 2011).

2. Tindakan bedah
Sebagaimana dinyatakan di atas, eksisi bedah adalah pengobatan
pilihan untuk limfangioma lokal jika secara anatomis memungkinkan.
Dari berbagai teknik bedah yang telah dieksplorasi selama bertahun-
tahun, total penghapusan tumor dengan tidak meninggalkan epitel kistik,
telah menjadi prosedur yang paling dapat diandalkan (Scwartz, 2011).
Pengelolaan bedah limfangioma difus sering merupakan usaha yang
kompleks dan seumur hidup dengan tingkat morbiditas substansial.
Pasien dan orang tua harus menyadari hal ini sebelum operasi dilakukan,
sehingga kemungkinan komplikasi yang tinggi dapat difaktorkan ke
dalam keputusan-keputusan awal dalam manajemen (Scwartz, 2011)

G. Masalah Keperawatan Dan Data Pendukung

No. Data Diagnosa Etiologi


Keperawatan
1. Ds : Mengeluh nyeri Nyeri Akut Agen Pencedera
Do : (D.0077) Fisiologis
 Mengeluh nyeri
 Tampak meringis
 Sulit tidur
 Diaforesis
2. Ds: Gangguan Keganasan
Menelan
 Mengeleuh sulit (D.0063)
menelan

Do:

 Batuk sebelum
menelan
 Batuk setelah makan
atau minum
 Tersedak
 Makanan tertinggal di
rongga mulut

3. Ds : (tidak tersedia) Hipertermia Proses Infeksi


Do : (D.0130)
 Suhu tubuh diatas
nilai normal
 Kulit merah
 Kejang
 Takikardi
 Takipnea
 Kulit terasa hangat

H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut bd. Agen Pencedera Fisiologis (D.0077)
2. Gangguan Menelan bd. Keganasan (D.0063)
3. Hipertermia bd. Proses Infeksi (D.0130)
I. Tujuan Rencana Keperawatan Dan Intervansi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
Nyeri Akut bd. Setelah dilakukan asuhan Manejemen Nyeri ( I. 08238)  mengidentifikasi lokasi,
Agen keperawatan diharapkan tingkat Observasi karakteristik, durasi,
Pencedera nyeri menurun dengan kriteria  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Fisiologis hasil ; frekuensi, kualitas, intensitas nyeri nyeri
(D.0077)  Keluhan nyeri menurn  Identifikasi skala nyeri Identifikasi  mengidentifikasi skala nyeri
 Meringis menurun respon nyeri non verbal Identifikasi respon nyeri non
 Kesulitan tidur menurun  Identifikasi faktor yang memperberat verbal
 Frekuensi nadi membaik dan memperingan nyeri  mengidentifikasi faktor yang
(L.08066)  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan memperberat dan
tentang nyeri memperingan nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap  mengidentifikasi
respon nyeri pengetahuan dan keyakinan
 Identifikasi pengaruh nyeri pada tentang nyeri
kualitas hidup  mengidentifikasi pengaruh
 Monitor keberhasilan terapi budaya terhadap respon nyeri
komplementer yang sudah di berikan  mengidentifikasi pengaruh
 Monitor efeksamping penggunaan nyeri pada kualitas hidup
analgetik  Memonitor keberhasilan
Teraupetik terapi komplementer yang
 Berikan teknik non farmakologi untuk sudah di berikan
mengurangi nyeri  Memonitor efeksamping
 kontrol lingkungan yang memperberat penggunaan analgetik
rasa nyeri  memberikan teknik non
 fasilitasi istirahat dan tidur farmakologi untuk
 pertimbangkan jenis dan sumber nyeri mengurangi nyeri
dalam pemeliharaan strategi  kontrol lingkungan yang
meredahkan nyeri memperberat rasa nyeri
Edukasi  emfasilitasi istirahat dan tidur
 edukasi penyebab, periode, dan pemicu  mempertimbangkan jenis dan
nyeri sumber nyeri dalam
 jelaskan strategi meredahkan nyeri pemeliharaan strategi
 anjurkan memonitor nyeri secara meredahkan nyeri
mandiri  edukasi penyebab, periode,
 anjurkan menggunakan analgetik scara
tepat dan pemicu nyeri
 ajarkan teknik non farmakologis untuk  menjelaskan strategi
mengurangi rasa nyeri meredahkan nyeri
Kolaborasi  menganjurkan memonitor
- kolaborasi pemeberian analgetik, jika nyeri secara mandiri
perlu  menganjurkan menggunakan
analgetik scara tepat
 mengajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- berkolaborasi pemeberian
analgetik, jika perlu

Gangguan Setelah dilakukan asuhan Dukungan Perawatan Diri  Memonitor


Menelan bd. keperawatan diharapkan Status Makan/minum (I.11351) kemampuanmenelan
Keganasan Menelan membaik dengan Observasi  Memonitor status hidrasi
(D.0063) kriteria hasil :
 Reflek menelan  Monitor kemampuanmenelan pasien
menignkat  Monitor status hidrasi pasien  Mengatur posisi yang
 Usaha menelan Terapeutik nyaman untuk makan
meningkat  Atur posisi yang nyaman untuk dan minum
 Frekuensi tersedak makan dan minum  Menyediakan makanan
menurun  Sediakan makanan dan minuman dan minuman yang
 Batuk menurun yang disukai disukai
 (L. 06052) Kolaborasi Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat  Berkolaborasi pemberian


obat

Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipertermia (I.15506)  Mengidentifikasi


bd. Proses keperawatan diharapkan Observasi penyebab hipertermia
Infeksi termoregulasi membaik. Dengan  Identifikasi penyebab hipertermia  Memonitor suhu tubuh
(D.0130) kriteria hasil ;  Monitor suhu tubuh  Memonitor haluaran urin
 Suhu tubuh membaik  Monitor haluaran urin  Memberikan cairan oral
 Suhu kulit membaik Terapeutik  menganjurkan tirah
 Kulit merah menurun  Berikan cairan oral baring
(L.14134) Edukasi  Berkolaborasi pemberian
 Anjurkan tirah baring cairan elektrolit dan
Kolaborasi intravena, jika perlu
 Kolaborasi pemberian cairan
elektrolit dan intravena, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Nurafif, Amin Huda, 2015. NANDA NIC-NOC. Jogjakarta. MediAction

Tim Pokja DPP PPNI. 2016. SDKI. Jakarta Selatan. DPP PPNI

Tim Pokja DPP PPNI. 2019. SLKI. Jakarta Selatan. DPP PPNI

Tim Pokja DPP PPNI. 2018. SIKI. Jakarta Selatan. DPP PPNI

file:///C:/Users/microsoft/Downloads/349206462-LP-limfangioma-
docx.pdf

file:///C:/Users/microsoft/Downloads/13193-41554-1-SM.pdf

Anda mungkin juga menyukai