Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN Ny. “E” DENGAN Ca MAMMAE


DI RUANG OPERASI (OK)
RSUD HAJI MAKASSAR

OLEH :
FILA DALFIANTI SAHUPALA, S.Kep
NS0619075

CI LAHAN CI INSTITUSI

(………...…..) (……………..)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2020
1.1 Laporan Pendahuluan
1.1.1 Konsep Penyakit/Kasus
Ca Mammae
1.1.2 Defenisi Kasus
Ca Mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae di mana sel
abnormal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah
(Nuratif A Huda, 2015).
Ca Mammae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh
berlipat ganda (Yulianti iin Dkk, 2016).
Ca Mammae adalah suatu pertumbuhan abnormal sel kelenjar dan jaringan penunjang
payudara yang tumbuh infiltaratif dan dekstrutif, serta dapat bermetastasis (Sari S
Estetika, 2018)
1.1.3 Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat di tentukan, tetapi terdapat beberapa faktor
resiko yang telah ditetapkan, keduanya adalah lingkungan dan genetik. Faktor resiko
terjadi kanker payudara :
a. Riwayat pribadi tentang kanker payudara
b. Anak perempuan atau saudra perempuan (hubungan keluarga langsung) dari
wanita dengan kanker payudara
c. Menarke dini
d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama
e. Menopause pada usia lanjut
f. Riwayat penyakit payudara jinak
g. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30
tahun beresiko hampir 2 kali lipat
h. Obesitas resiko terendah di antara wanita pasca menopause
i. Kontrasepsi oral
j. Terapi pergantian hormon
k. Masukan alkohol (Nuratif A Huda, 2015).
1.1.4 Manifestasi klinis
Menurut (Nuratif A Huda, 2015) manifestasi dari Ca Mammae sebagai berikut:
Tanda carsinoma mammae kini mempuyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak,
masa lunak, batas tegas, bentuk bulat dan elips. Gejala carsinoma kadang tak nyeri,
kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema, menggeras, asimetik,
inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebgai petunjuk adanya
metastase.
1.1.5 Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas,
radiaasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen
sehingga merangsang jaringan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara.
Karsinoma mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi di jaringan duktal,
mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini
akan berlanjut menjadi crsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tungggal sampai menjadi massa yang cukup
besar untuk dpat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm), carsinoma mammae bermetastasi
dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan
aliran darah (Lussiana, 2017)

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Scan (misalnya MRI, CT,Gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk diagnostik
identifikasi metastatik dan evaluasi
b. Biopsi untuk mendiagnostik adanya BRCA1 dan BRCA2
c. Penanda tumor
d. Mammografi
e. Sinar X dada (Nuratif A Huda, 2015)
1.1.7 penatalaksanaan medis terbaru
Ada beberapa penanganan kanker payudara yang tergantung pada stadium klinik
penyakitnya (Nuratif A Huda, 2015).
a. Pembedahan
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Mastektomi segmental
(lumpektomi) melakukan pengangkatan benjolan dan sejumlah kecil jaringan
payudara di sekitarnya. Mastektomi sederhana (atau dimodifikasi) mengangkat
seluruh payudara. Mastektomi radikal mengangkat seluruh payudara bersama dengan
otot yang mendasari dan kelenjar getah bening ketiak.
b. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan
therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri
karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.
c. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek
samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal.
e. Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase.
Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan
therapi endokrin lainnya.
1.1.8 Konsep tindakan keperawatan yang diberikan.
1. Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2018).
Penyebab
- Agen cedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma).
- Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan).
- Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma latihan fisik berlebihan.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Mengeluh nyeri Tampak meringis
Bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindari nyeri)
Gelisah
Frekuensi nadi meningkat
Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
(Tidak Tersedia) Tekanan darah meningkat.
Pola nafas berubah.
Nafsu makan berubah
Proses berpikir terganggu
Menarik diri
Berfokus pada diri sendiri
Diaforesis
Kriteria Hasil
Kontrol nyeri
- Melaporkan nyeri terkontrol.
- Kemampuan mengenali onset nyeri.
- Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologi.
- Keluhan nyeri (meningkat) menjadi (menurun) (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
2018).
Intervensi
Manajemen nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respons nyeri non verbal.
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri dan kualitas hidup.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
- Fasilitasi istirahat dan tidur.
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
2. Resiko Infeksi
Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Factor risiko
- Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus)
- Efek prosedur invasive
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan.
- Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer.
a. Gangguan peristaltic.
b. Kerusakan integritas kulit.
c. Perubahan sekresi Ph
d. Penurunan kerja siliaris
e. Merokok
f. Status cairan tubuh

- Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder


a. Penurunan hemoglobin
b. Imununosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi respon inflamasi
e. Vaksinasi tidak adekuat

Kondisi klinis terkait


- Luka bakar
- Penyakit paru obstruksi kronis
- Diabetes mellitus
- Tindakan invasive
- Kondisi penggunaan terapi steroid
- Penyalahgunaan obat
- Kanker
- Gagal ginjal
- Gangguan fungsi hati
Kriteria hasil
- Kemerahan meningkat-menurun.
- Kultur area luka membaik.
- Cairan berbau busuk meningkat-menurun.
- Nyeri meningkat-menurun.
- Gangguan kognitif meningkat-menurun (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).
Intervensi
Pencegahan infeksi
Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi.lokal dan sistemik.
Terapeutik
- Batasi jumlah pengunjung.
- Berikan perawatan kulit pada area edema.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien.
- Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi.
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
- Ajarkan mencuci tangan dengan benar.
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi.
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan.

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).

3. Ansietas
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Penyebab
- Krisis situasional
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Krisis maturasional
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman terhadap kematian
- Kekhawatiran mengalami kegagalan
- Disfungsi system keluarga
- Factor keturunan.
- Kurang terpapar informasi
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
Merasa bingung tampak gelisah
Merasa khawatir dengan akibat tampak tegang
dari kondisi yang di hadapi sulit tidur
Sulit berkonsentrasi

Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
Mengeluh pusing frekuensi napas meningkat
Anoreksia frekuensi nadi meningkat
Palpitasi tekanan darah meningkat
Merasa tidak berdaya diafroresis
Tremor
Muka tampak pucat
Suara bergetar
Kondisi klinis terkait

- Penyakit kronis progresif


- Penyakit akut
- Rencana operasi
- Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
- Penyakit neurologis
- Tahap tumbuh kembang.

Kriteria hasil
- Verbalisasi kebingungan meningkat-menurun.
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang di hadapi meningkat-menurun.
- Perilaku gelisah meningkat-menurun.
- Perilaku tegang meningkat-menurun.
- Konsentrasi membaik.
- Tekanan darah membaik (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

Intervensi
Reduksi ansietas
Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah.
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan.
- Monitor tanda-tanda ansietas.

Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan.
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan.
- Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh perhatian.
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan .
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan.
- Motivasi mengindentifikasi situasi yang memicu kecemasan.
- Diskusikan perencanaan realistis tentang persitiwa yang akan datang.
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis.
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien.
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan.
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat.
- Latih teknik relaksasi.

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat anti ansietas (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
4. Defesiensi pengetahuan
Defenisi : ketiadaan kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Penyebab
- Keteratasan kognitif
- Gangguan fungsi kognitif
- Kekeliruan mengikuti anjuran
- Kurang terpapar informasi
- Kurang minat dalam belajar
- Kurang mampu mengingat
- Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

Gejala dan tanda mayor


Subjektif
- Menanyakan masalah yang di hadapi
Objektif
- menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
- menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah
Gejala dan tanda minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
- menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
- menunjukan perilaku berlebihan (misalnya apatis, bermusuhan, agitasi,histeria)
Kondisi klinis terkait
- kondisi klinis yang baru dihadapi oleh pasien
- penyakit akut
- penyakit kronis
Kriteria Hasil
- pertanyaan tentang masalah yang dihadapi meningkat-menurun.
- Persepsi yang keliru terhadap masalah meningkat-menurun.
- Perilaku sesuai dengan pengetahuan menurun-meningkat
- Kemampuan menjelaskan menurun-meningkat.
- Pengetahuan tentang sebuah topik menurun-meningkat (Tim Pokja SLKI DPP
PPNI, 2018).

Intervensi
Edukasi kesehatan
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi
- Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
5. Gangguan citra tubuh
Defenisi : perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik individu
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Penyebab
- Perubahan struktur/bentuk tubuh (misalnya amputasi, trauma, luka bakar,
obesitas, jerawat)
- Perubahan fungsi tubuh (misalnya proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
- Perubahan fungsi kognitif
- Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
- Transisi perkembangan
- Gangguan psikososial
- Efek tindkan/pengobatan ( misalnya pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)

Gejala dan tanda mayor


Subjektif
- Mengungkapkan kecacatan / kehilangan bagian tubuh
Objektif
- Kehilangan bagian tubuh
- Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang
Gejala dan tanda minor
Subjektif
- Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
- Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
- Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan / reaksi orang lain
- Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Objektif
- Menyembunyikan / menunjukan bagian tubuh secara berlebihan
- Menghindari melihat dan/atau meyentuh bagian tubuh
- Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
- Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh
- Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
- Hubungan sosial berubah

Kondisi klinis terkait


- Mastektomi
- Amputasi
- Jerawat
- Parut atau luka bakar yang terlihat
- Obesitas
- Hiperpigmentasi pada kehamilan
Kriteria Hasil
- Melihat bagian tubuh memburuk-membaik.
- Verbalisasi kehilangan bagian tubuh memburuk-membaik.
- Verbalisasi perubahan gaya hidup meningkat-menurun
- Fokus pada bagian tubuh meningkat-menurun.
- Hubungan sosial memburuk-membaik (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

Intervensi
Promosi citra tubuh
Observasi
- Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
- Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh
- Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
- Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
- Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah

Terapeutik
- Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
- Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
- Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan penuaan
- Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh ( misalnya luka
pembedahan)
- Diskusikan cara pengembangan harapan citra tubuh secara realistis
- Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh

Edukasi
- Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
- Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
- Anjurkan menggunakan alat bantu (misalnya pakaian, wig, kosmetik)
- Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (misalnya kelompok sebaya)
- Latih fungsi tubuh yang dimiliki
- Latih peningkatan penampilan diri ( misalnya berdandan)
- Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Lussiana (2017). Patofisiologis dan Proses Terjadinya Sel-Sel Kanker Payudara.Jakarta:


Salemba Medika.

Nuratif A Huda. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS &


NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction.
Sari S Estetika. (2018). Pengaruh Faktor Resiko Terhadap Ekspresi Reseptor Estrogen Pada
Penderita Kanker Payudara Di Kota Padang. Jurnal kesehatan andalas.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta:
DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan
Kriteria Hasil Keperwatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Yulianti iin dkk. (2016). Faktor-Faktor Resiko Kanker Payudara Studi Kasus Pada Rumah Sakit
Ken Saras Semarang. Jurnal kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai