Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN Ny. “N” DENGAN STRUMA DI


RUANGAN PERAWATAN AD-DUHA
RSUD HAJI MAKASSAR

OLEH :
FILA DALFIANTI SAHUPALA, S.Kep
NS0619075

CI LAHAN CI INSTITUSI

(………...…..) (……………..)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2020
1.1 Laporan Pendahuluan
1.1.1 Konsep Penyakit/Kasus
Struma
1.1.2 Defenisi Kasus
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan jaringan
kelenjar gondok yang menghasilkan hormon dalam jumlah banyak sehingga
menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar , keringat , gemeteran, bicara jadi gagap ,
mencret, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid
(Nuratif A Huda, 2015).
Struma adalah perbesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan pembengkakan di bagian
depan leher (Dorland, 2016).
Keadaan di mana meningkatnya sintesa dan sekresi hormon tiroid dari kalenjar tiroid
yang mempengaruhi seluruh tubuh disebut hipertiroidisme (Permana, 2018).
1.1.3 Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tiroid merupakan faktor
penyebab pembesaran kelenjar tiroid antara lain:
a. Defisiensi yodium
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tiroid
c. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia seperti substansi dalam kol, lobak,
kacang kedelai.
d. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan misalnya: thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium (Nuratif A Huda, 2015).
1.1.4 Manifestasi klinis
Menurut (Tarwoto, 2017) beberapa manifestasi dari struma sebagai berikut:
a. Adanya pembesaran kelenjar tiroid
b. Pembesaran kelenjar limfe
c. Nyeri tekan pada kelenjar tiroid
d. Kesulitan menelan
e. Kesulitan bernafas
f. Kesulitan dalam bicara
g. Gangguan bodi image
1.1.5 Patofisiologi
Pembentukan hormon tiroid membutuhkan unsur yodium dan stimulasi dari TSH. Salah
satu penyebab paling sering terjadi penyakit gondok karena kekurangan yodium.
Aktivitas utama dari kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi dalam pengambilan
yodium dari darah untuk membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak cukup membuat
hormon tiroid jika tidak memiliki cukup yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi
yodium individu akan menjadi hipotiroid. Kekurangan hormon tiroid (hipotiroid) tubuh
akan berkompensasi terhadap pembesaran tiroid, hal ini juga merupakan proses adaptasi
terhadap defisiensi hormon tiroid. Namun demikian pembesaran dapat terjadi sebagai
respon meningkatnya sekresi pituitari yaitu TSH (Tarwoto, 2017).
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan sidik tiroid, pemeriksaan dengan radioisotop untuk mengetahui ukuran,
lokasi dan fungsi tiroid, melalui hasil tangkapan yodium radioaktif oleh kelenjar
tiroid.
b. Pemeriksaan ultraspnografi (USG), mengetahui keadaan nodul kelenjar tiroid
misalnya keadaan padat atau cair, adanya kista, tiroiditis.
c. Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) yaitu dengan melakukan aspirasi menggunakan
jarum suntik halus nomor 22-27, sehingga rasa nyeri dapat dikurangi dan relative
lebih aman. Namun demikian kelemahan dari pemeriksaan ini adalah menghasilkan
negative atau positif palsu.
d. Pemeriksaan T3, T4, TSH, untuk mengetahui hiperfungsi atau hipofungsi kelenjar
tiroid atau hipofisis.
e. Termografi, yaitu dengan mengukur suhu kulit pada daerah tertentu, menggunakan
alat yang disebut Dynamic Tele Thermography. Hasilnya keadaan panas apabila
selisih suhu dengan daerah sekitar > 0.9 derajat, dan dingin apabila < 0.9 derajat.
Sebagian besar keganasan tiroid pada suhu panas (Nuratif A Huda, 2015).
1.1.7 penatalaksanaan medis terbaru
a. Operasi / pembedahan
b. Yodium radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid
sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau di operasi maka
pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50%
c. Pemberian tiroksin dan obat anti tiroid
Tiroksin di gunakan untuk menyusutkan ukuran struma (Nuratif A Huda, 2015).
1.1.8 Konsep tindakan keperawatan yang diberikan
Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Bersihan jalan napas tidak  Produksi sputum ekspektasi 3 1. Atur posisi semifowler
efektif b.d benda asing dalam (sedang) meningkat ke 5 atau fowler
jalan napas (menurun) 2. Jelakan dan tujuan
 Wheezing ekspektasi 3 batuk efektik
(sedang) meningkat ke 5 3. Monitor pola napas
(menurun) 4. Berikan oksigen jika
 Dispnea ekspektasi 3 (sedang) perlu
meningkat ke 5 (menurun) 5. Lakukan penghisapan
 Pola napas ekspektasi 3 lendir kurang dari 15
(sedang) meningkat ke 5 menit
(membaik)
2 Nyeri akut b.d agen pencera  Keluhan nyeri 3 (sedang) 1. Identifikasi
fisik ( misalnya prosedur menurun ke 5 (menurun) lokasi,karakteristik,dur
operasi)  Meringis ekspektasi 3 (sedang) asi,frekuensi,kualitas
menurun ke 5 (menurun) dan intensitas nyeri
 Gelisah ekspektasi 3 (seang) 2. Ajarkan teknik
menurun ke 5 (menurun) nonfarmakologis
 Kesulitan tidur ekspektasi 3 untuk mengurangi rasa
(sedang) menurun ke 5 nyeri
(menurun) 3. Identifikasi skala nyeri
4. Jelaskan tujuan dan
manfaat teknik napas
dalam
3 Defisit nutrisi b.d  Porsi makan yang dihabiskan 1. Identifikasi status
ketidakmampuan menelan ekspektasi 3 (sedang) membaik nutrisi
makanan ke 5 (meningkat) 2. Monitor berat badan
 Keluhan tidak nyaman 3. Anjurkan posisi duduk
ekspektasi 3 (sedang) jika perlu
meningkat ke 5 (menurun) 4. Ajarkan diet yang
 Keluhan sulit tidur ekspektasi diprogramkan
3 (sedang) meningkat ke 5
(menurun)
4 Resiko infeksi b.d organisme  Demam ekspektasi 3 (sedang) 1. Jelakan tanda dan
purulent menurun ke 5 (menurun) gejala infeksi
 Kemerahan ekspektasi 3 2. Ajarkan cara mencuci
(sedang) menurun ke 5 tangan dengan benar
(menurun) 3. Pertahankan teknik
 Nyeri ekspektasi 3 (sedang) aseptik
menurun ke 5 (menurun) 4. Monitor tanda dan
 Bengkak ekspektasi 3 (sedang) gejala infeksi
menurun ke 5 (menurun)
 Kadar sel darah putih
ekspektasi 3 (sedang) menurun
ke 5 (membaik)
5 Hambatan Komunikasi  Teknik pernapasan yang efektif 1. Dorong pasien untuk
Verbal b.d cedera pita ekspektasi 3 (sedang) komunikasi secara
suara,edema jaringan dan meningkat ke 5 (meningkat) perlahan
nyeri  Lisan , tulisan dan non verbal 2. Ajarkan bicara dari
ekspektasi 3 (sedang) esophagus, bila perlu
meningkat ke 5 (meningkat) 3. Anjurkan kunjungan
 Mampu mengkomunikasikan keluarga secara teratur
kebutuhan dengan lingkungan untuk memberi
social ekspektasi 3 (sedang) stimulus komunikasi
meningkat ke 5 (meningkat) 4. Anjurkan ekspresi diri
dengn cara lain dalam
menyampaikan
informasi
Sumber : (Tim Pokja SDKI SLKI SIKI DPP PPNI, 2018)
1.2 Pengkajian
a. Data umum pasien
Nama,Umur,Jenis Kelamin,Agama,Suku,Pendidikan,Pekerjaan,Status
Pernikahan,Alamat, No. Medical Record ,Diagnosa Medis,Tanggal Pengkajian ,Tanggal
Masuk RS.
b. Informan keluarga
Nama,Umur,Jenis Kelamin,Hubungan dengan Pasien .
c. Genogram
d. Riwayat kesehatan
Keluhan utama,Riwayat keluhat utama,riwayat penyakit, riwayat opname, riwayat
kesehatan sekarang, riwayat alrgi,riwayat medikasi,kesdaran
e. Pemeriksaan fisik (Head to toe)
f. Kebutuhan dasar
g. Pengkajian resiko jatuh
h. Data focus
i. Pemeriksaan diagnostic
j. Psikososial
k. Patofisiologi keperawatan
l. Analisa data

1.3 Diagnosa keperawatan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d benda asing dalam jalan napas
2. Nyeri akut b.d agen pencera fisik ( misalnya prosedur operasi)
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
4. Resiko infeksi b.d organisme purulen
5. Hambatan Komunikasi Verbal b.d cedera pita suara,edema jaringan dan nyeri

1.4 Rencana asuhan keperawatan


Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Bersihan jalan napas tidak  Produksi sputum ekspektasi 3 1. Atur posisi semifowler
efektif b.d benda asing dalam (sedang) meningkat ke 5 atau fowler
jalan napas (menurun) 2. Jelakan dan tujuan
 Wheezing ekspektasi 3 batuk efektik
(sedang) meningkat ke 5 3. Monitor pola napas
(menurun) 4. Berikan oksigen jika
 Dispnea ekspektasi 3 (sedang) perlu
meningkat ke 5 (menurun) 5. Lakukan penghisapan
 Pola napas ekspektasi 3 lendir kurang dari 15
(sedang) meningkat ke 5 menit
(membaik)
2 Nyeri akut b.d agen pencera  Keluhan nyeri 3 (sedang) 1. Identifikasi
fisik ( misalnya prosedur menurun ke 5 (menurun) lokasi,karakteristik,dur
asi,frekuensi,kualitas
operasi)  Meringis ekspektasi 3 (sedang) dan intensitas nyeri
menurun ke 5 (menurun) 2. Ajarkan teknik
 Gelisah ekspektasi 3 (seang) nonfarmakologis untuk
menurun ke 5 (menurun) mengurangi rasa nyeri
 Kesulitan tidur ekspektasi 3 3. Identifikasi skala nyeri
(sedang) menurun ke 5 4. Jelaskan tujuan dan
(menurun) manfaat teknik napas
dalam
3 Defisit nutrisi b.d  Porsi makan yang dihabiskan 1. Identifikasi status
ketidakmampuan menelan ekspektasi 3 (sedang) membaik nutrisi
makanan ke 5 (meningkat) 2. Monitor berat badan
 Keluhan tidak nyaman 3. Anjurkan posisi duduk
ekspektasi 3 (sedang) jika perlu
meningkat ke 5 (menurun) 4. Ajarkan diet yang
 Keluhan sulit tidur ekspektasi diprogramkan
3 (sedang) meningkat ke 5
(menurun)
4 Resiko infeksi b.d organisme  Demam ekspektasi 3 (sedang) 1. Jelakan tanda dan
purulent menurun ke 5 (menurun) gejala infeksi
 Kemerahan ekspektasi 3 2. Ajarkan cara mencuci
(sedang) menurun ke 5 tangan dengan benar
(menurun) 3. Pertahankan teknik
 Nyeri ekspektasi 3 (sedang) aseptik
menurun ke 5 (menurun) 4. Monitor tanda dan
 Bengkak ekspektasi 3 (sedang) gejala infeksi
menurun ke 5 (menurun)
5 Hambatan Komunikasi  Teknik pernapasan yang efektif 1. Dorong pasien untuk
Verbal b.d cedera pita ekspektasi 3 (sedang) komunikasi secara
suara,edema jaringan dan meningkat ke 5 (meningkat) perlahan
nyeri  Lisan , tulisan dan non verbal 2. Ajarkan bicara dari
ekspektasi 3 (sedang) esophagus, bila perlu
meningkat ke 5 (meningkat) 3. Anjurkan kunjungan
 Mampu mengkomunikasikan keluarga secara teratur
kebutuhan dengan lingkungan untuk memberi
social ekspektasi 3 (sedang) stimulus komunikasi
meningkat ke 5 (meningkat) 4. Anjurkan ekspresi diri
dengn cara lain dalam
menyampaikan
informasi
Sumber : (Tim Pokja SDKI SLKI SIKI DPP PPNI, 2018)

1.5 Implementasi keperawatan


Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan, tahap ini muncul jika
perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan untuk
melaksanakan intervensi (Debora, 2017).

1.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan, pada tahap ini perawat
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah
ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya
sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya (Debora, 2017).

1.7 Program perencanaan pulang / Discaharge planning dan melaksanakan pendidikan


kesehatan yang terkait dengan perencanaan tersebut
a. Anjurkan untuk tidak bicara terus menerus post operasi hari 1 dan ke 2, pertahankan
komunikasi yang sederhana
b. Pertahankan lingkungan yang tenang dan istrahat yang cukup
c. Sarankan untuk menghindari makanan yang bersifat goitrogenik, misalnya makanan laut
yang berlebihan , kacang kedelai, lobak daan merupakan kontra indikasi setelah
thyroidectomy karena makanan tersebut dapat menghambat aktivitas tiroid
d. Pada masyarakat struma timbul sebagai akibat kekurangan yodium, garam dapur harus
diberi tambahan yodium
e. Konsumsi makanan tinggi calsium dan vitamin D
f. Jaga kebersihan luka post op thyroidectomy (Nuratif A Huda, 2015).

DAFTAR PUSTAKA
Debora. (2017). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.

Dorland. (2016). Kamus Saku Kedokteran Dorland (28th ed.). Jakarta: EGC.

Nuratif A Huda. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS &


NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction.

Permana. (2018). Impending krisis tiroid pada struma multinodusa toksik dengan pneumonia
komunitas. Jurnal Penyakit Dalam Udayana, 2(1), 5–9.
https://doi.org/10.36216/jpd.v2i1.13

Tarwoto. (2017). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Trans Info
Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta:
DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan
Kriteria Hasil Keperwatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai