OLEH :
FILA DALFIANTI SAHUPALA, S.Kep
NS0619075
CI LAHAN CI INSTITUSI
(………...…..) (……………..)
1.1.5 Patofisiologi
Ovarium dapatberfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal. Hal
tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu
hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan
secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang
cepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana , kegagalan tersebut terbentuk
secara tidak sempurna didalam ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan
terbentuknya kista didalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita
(Manuaba, 2017)
Kriteria Hasil
Kontrol nyeri
- Melaporkan nyeri terkontrol.
- Kemampuan mengenali onset nyeri.
- Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologi.
- Keluhan nyeri (meningkat) menjadi (menurun) (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
2018).
Intervensi
Manajemen nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respons nyeri non verbal.
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri dan kualitas hidup.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
- Fasilitasi istirahat dan tidur.
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
2. Resiko Infeksi
Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Factor risiko
- Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus)
- Efek prosedur invasive
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan.
- Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer.
a. Gangguan peristaltic.
b. Kerusakan integritas kulit.
c. Perubahan sekresi Ph
d. Penurunan kerja siliaris
e. Merokok
f. Status cairan tubuh
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
3. Ansietas
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Penyebab
- Krisis situasional
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Krisis maturasional
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman terhadap kematian
- Kekhawatiran mengalami kegagalan
- Disfungsi system keluarga
- Factor keturunan.
- Kurang terpapar informasi
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
Merasa bingung tampak gelisah
Merasa khawatir dengan akibat tampak tegang
dari kondisi yang di hadapi sulit tidur
Sulit berkonsentrasi
Kriteria hasil
- Verbalisasi kebingungan meningkat-menurun.
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang di hadapi meningkat-menurun.
- Perilaku gelisah meningkat-menurun.
- Perilaku tegang meningkat-menurun.
- Konsentrasi membaik.
- Tekanan darah membaik (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).
Intervensi
Reduksi ansietas
Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah.
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan.
- Monitor tanda-tanda ansietas.
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan.
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan.
- Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh perhatian.
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan .
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan.
- Motivasi mengindentifikasi situasi yang memicu kecemasan.
- Diskusikan perencanaan realistis tentang persitiwa yang akan datang.
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis.
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien.
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan.
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat.
- Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat anti ansietas (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
4. Konstipasi
Defenisi : penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan tidak
tuntas serta feses kering dan banyak (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Penyebab
Fisiologis
- Penurunan mortilitas gastrointestinal
- Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
- Ketidakcukupan diet
- Ketidakcukupan asupan serat
- Ketidakcukupan asupan cairan
- Kelemahan otot abdomen
Fisikologis
- Kongfusi
- Depresi
- Gangguan emosional
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
- Defekasi kurang dari 2 kali seminggu
- Pengeluaran feses lama dan sulit
Objektif
- Feses keras
- Peristaltik usus menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif
- Mengejan saat defekasi
Objektif
- Distensi abdomen
- Kelemahan umum
- Teraba massa pada rectal
Kondisi klinis terkait
- Lesi / cedera pada medulla spinalis
- Spinal bi pidal
- Stroke
- Sklerosis multipel
- Penyakit parkinson
- Demensia
- Hiperparatiroidisme
- Hipoparatiroidisme
- Ketidakseimbangan elektrolit
- Hemoroid
- Obesitas
- Pasca operasi obstruksi bowel
Kriteria Hasil
- Kontrol pengeluaran feses menurun meningkat
- Keluhan defekasi lama dan sulit meningkat menurun
- Mengejan saat defekasi meningkat menurun
- Konsistensi feses frekuensi defekasi peristaltik usus memburuk membaik (Tim
- Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).
Intervensi
Manajemen eliminasi fekal
Observasi
- Identifikasi Masalah usus dan penggunaan obat pencahar
- Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal
- Monitor buang air besar (misalnya warna , frekuensi, konsistensi,volume)
- Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi,atau impaksi
Terapeutik
- Berikan air hangat setelah makan
- Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
- Sediakan makanan tinggi serat
Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan keterarutan peristaltik
usus
- Anjurkan mencatat warna, frekuensi, konsistensi, volume feses
- Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan pembentukan gas
- Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan jika tidak ada kontraindikasi (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
5. Resiko perdarahan
Defenisi : beresiki mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi di dalam tubuh )
maupun eksternal (terjadi hingga keluar tubuh) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Factor risiko
- Aneurisma
- Gangguan gastrointestinal ( misalnya ulkus lambung, polit, varises)
- Gangguan fungsi hati (misalnya serosisis hepatitis)
- Komplikasi kehamilan (misalnya ketuban pecah sebelum waktunya,
plasenta prepia/ abrubsio, kehamilan kembar)
- Komplikasi pasca partum (misalnya atoni uterus, retensi plasenta)
Intervensi
Pencegahan pendarahan
Observasi
- Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Monitor nilai hematokrit / hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan
darah
- Monitor tanda-tanda vital ortostatik
- Monitor koagulasi
Terapeutik
- Pertahankan bed rest selama perdarahan
- Batasi tindakan invasif jika perlu
- Gunakan kasur pencegah dekubitus
- Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Anjurkan menggunakan kaos kaki saat ambulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin atau anti koagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat,pengontrol perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinaj, jika perlu (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
XDhitayoni A Ida. (2017). Profil Pasien Kanker Ovarium Di Rumah sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar Bali. Jurnal Medika
Manuaba. (2017). Patofisiologi Kista Ovarium. Jakarta: Salemba Medika.
Nuratif A Huda. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS &
NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction.
Nurmansyah (2019). Kista Ovarium.Tadulako University. Jurnal Medical Profession
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta:
DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan
Kriteria Hasil Keperwatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.