Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN Ny. “P” DENGAN KANKER OVARIUM


DI RUANG OPERASI (OK) RSUD HAJI MAKASSAR

OLEH :
FILA DALFIANTI SAHUPALA, S.Kep
NS0619075

CI LAHAN CI INSTITUSI

(………...…..) (……………..)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2020
1.1 Laporan Pendahuluan
1.1.1 Konsep Penyakit/Kasus
Kanker Ovarium
1.1.2 Defenisi Kasus
Kista ovarium merupakan suatu tumor baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau
padat, jinak atau ganas (Nuratif A Huda, 2015).
Kista ovarium ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal
maupun transvaginal dan transrektal (Nurmansyah, 2019).
Kanker ovarium merupakan kanker ginekologi paling mematikan dengan tingkat
kelangsungan hidup lima tahun paling rendah dibandingkan kanker ginekologi lainnya di
dunia (Dhitayoni A Ida, 2017)
1.1.3 Etiologi
Menurut (Nuratif A Huda, 2015) Etiologi kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan
abdomen dari epithelium ovarium dan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron diantaranya
adalah :
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitellium yang berkurang di dalam
korteks.
b. Kista fungsional
 Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau
folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus
menstruasi, banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
 Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesteron setelah
ovulasi.
 Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada
mola hidatidosa
 Kista stein laventhal disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
 Kista ovari simpleks adalah suatu jenis kista deroma seroum yang kehilangan
epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista
 Kistadenoma ovari musinosum
Asal kista in belum pasti, mungkin berasal dari suatu terutama yang
pertumbuhannya elemen yang mengalhkan elemen yang lain.
 Kistodenoma ovari serosum berasal dari epitel permukaan ovarium
 Kista endrometreid : belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya
dengan endometroid.
 Kista dermoid : tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
1.1.4 Manifestasi klinis
Menurut (Nuratif A Huda, 2015) Kadang-kadang kista ovarium ditemukan pada
pemeriksaan fisik, tanpa ada gejala (asimptomatik). Mayoritas penderita tumor ovarium
tidak menunjukan adanya gejala sampai periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan
perjalanan penyakit ini berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnosa sering
ditemukan pada saat pasien dalam keadaan stadium lanjut sampai pada waktu klien
mengeluh adanya ketidakteraturan menstruasi, nyeri pada perut bawah, rasa sebab pada
perut dan timbul benjol pada perut. Pada umumnya kista adenoma ovari serosing tak
mempunyai ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kista denoma musinosu.
Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagai karena ovarium pun
dapat berbentuk multipopuler. Meskipun lazimnya berongga 1 , warna kista putih
keabuabuan.
Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler kedalam rongga kista
sebesar 0% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5% isi kista cair kuning dan kadang
kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri pun kecil tetapi
permukaan nya penuh dengan pertumbuhan kapiler (solid papiloma).

1.1.5 Patofisiologi
Ovarium dapatberfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal. Hal
tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu
hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan
secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang
cepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana , kegagalan tersebut terbentuk
secara tidak sempurna didalam ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan
terbentuknya kista didalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita
(Manuaba, 2017)

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adanya
kanker / kista
2. Ultrasound / CT scan : membantu mengidentifikasi ukuran / lokasi masa
3. Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan , perubahan endometrial
4. Hitung darah lengkap
5. Foto rontgen (Nuratif A Huda, 2015)

1.1.7 penatalaksanaan medis terbaru


Menurut (Nuratif A Huda, 2015) Pengobatan kista ovarium biasanya adalah
pengangkatan melalui tindakan bedah bila ukuranya kurang dari 5 cm dan tampak terisi
oleh cairan/ fisiologis pada pasien mudah yang sehat. Kontrasepsi oral dapat diginakan
untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 80% lesi yang terjadi
pada wanita berusia 29 tahun dan lebih muda adalah jinak, setelah 50 tahun hanya 50%
yang jinak. Perawatan pasca operatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa denggan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian. Penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan
kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini
dapat di cegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat
1.1.8 Konsep tindakan keperawatan yang diberikan.
1. Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2018).
Penyebab
- Agen cedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma).
- Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan).
- Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma latihan fisik berlebihan.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Mengeluh nyeri Tampak meringis
Bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindari nyeri)
Gelisah
Frekuensi nadi meningkat
Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
(Tidak Tersedia) Tekanan darah meningkat.
Pola nafas berubah.
Nafsu makan berubah
Proses berpikir terganggu
Menarik diri
Berfokus pada diri sendiri
Diaforesis

Kriteria Hasil
Kontrol nyeri
- Melaporkan nyeri terkontrol.
- Kemampuan mengenali onset nyeri.
- Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologi.
- Keluhan nyeri (meningkat) menjadi (menurun) (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
2018).
Intervensi
Manajemen nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respons nyeri non verbal.
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri dan kualitas hidup.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
- Fasilitasi istirahat dan tidur.
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
2. Resiko Infeksi
Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Factor risiko
- Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus)
- Efek prosedur invasive
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan.
- Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer.
a. Gangguan peristaltic.
b. Kerusakan integritas kulit.
c. Perubahan sekresi Ph
d. Penurunan kerja siliaris
e. Merokok
f. Status cairan tubuh

- Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder


a. Penurunan hemoglobin
b. Imununosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi respon inflamasi
e. Vaksinasi tidak adekuat

Kondisi klinis terkait


- Luka bakar
- Penyakit paru obstruksi kronis
- Diabetes mellitus
- Tindakan invasive
- Kondisi penggunaan terapi steroid
- Penyalahgunaan obat
- Kanker
- Gagal ginjal
- Gangguan fungsi hati
Kriteria hasil
- Kemerahan meningkat-menurun.
- Kultur area luka membaik.
- Cairan berbau busuk meningkat-menurun.
- Nyeri meningkat-menurun.
- Gangguan kognitif meningkat-menurun (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).
Intervensi
Pencegahan infeksi
Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi.lokal dan sistemik.
Terapeutik
- Batasi jumlah pengunjung.
- Berikan perawatan kulit pada area edema.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien.
- Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi.
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
- Ajarkan mencuci tangan dengan benar.
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi.
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan.

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
3. Ansietas
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Penyebab
- Krisis situasional
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Krisis maturasional
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman terhadap kematian
- Kekhawatiran mengalami kegagalan
- Disfungsi system keluarga
- Factor keturunan.
- Kurang terpapar informasi
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
Merasa bingung tampak gelisah
Merasa khawatir dengan akibat tampak tegang
dari kondisi yang di hadapi sulit tidur
Sulit berkonsentrasi

Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
Mengeluh pusing frekuensi napas meningkat
Anoreksia frekuensi nadi meningkat
Palpitasi tekanan darah meningkat
Merasa tidak berdaya diafroresis
Tremor
Muka tampak pucat

Kondisi klinis terkait


- Penyakit kronis progresif
- Penyakit akut
- Rencana operasi
- Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
- Penyakit neurologis
- Tahap tumbuh kembang.

Kriteria hasil
- Verbalisasi kebingungan meningkat-menurun.
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang di hadapi meningkat-menurun.
- Perilaku gelisah meningkat-menurun.
- Perilaku tegang meningkat-menurun.
- Konsentrasi membaik.
- Tekanan darah membaik (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

Intervensi
Reduksi ansietas
Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah.
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan.
- Monitor tanda-tanda ansietas.

Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan.
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan.
- Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh perhatian.
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan .
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan.
- Motivasi mengindentifikasi situasi yang memicu kecemasan.
- Diskusikan perencanaan realistis tentang persitiwa yang akan datang.
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis.
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien.
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan.
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat.
- Latih teknik relaksasi.

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat anti ansietas (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
4. Konstipasi
Defenisi : penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan tidak
tuntas serta feses kering dan banyak (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Penyebab
Fisiologis
- Penurunan mortilitas gastrointestinal
- Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
- Ketidakcukupan diet
- Ketidakcukupan asupan serat
- Ketidakcukupan asupan cairan
- Kelemahan otot abdomen

Fisikologis
- Kongfusi
- Depresi
- Gangguan emosional
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
- Defekasi kurang dari 2 kali seminggu
- Pengeluaran feses lama dan sulit

Objektif
- Feses keras
- Peristaltik usus menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif
- Mengejan saat defekasi
Objektif
- Distensi abdomen
- Kelemahan umum
- Teraba massa pada rectal
Kondisi klinis terkait
- Lesi / cedera pada medulla spinalis
- Spinal bi pidal
- Stroke
- Sklerosis multipel
- Penyakit parkinson
- Demensia
- Hiperparatiroidisme
- Hipoparatiroidisme
- Ketidakseimbangan elektrolit
- Hemoroid
- Obesitas
- Pasca operasi obstruksi bowel
Kriteria Hasil
- Kontrol pengeluaran feses menurun meningkat
- Keluhan defekasi lama dan sulit meningkat menurun
- Mengejan saat defekasi meningkat menurun
- Konsistensi feses frekuensi defekasi peristaltik usus memburuk membaik (Tim
- Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

Intervensi
Manajemen eliminasi fekal
Observasi
- Identifikasi Masalah usus dan penggunaan obat pencahar
- Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal
- Monitor buang air besar (misalnya warna , frekuensi, konsistensi,volume)
- Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi,atau impaksi

Terapeutik
- Berikan air hangat setelah makan
- Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
- Sediakan makanan tinggi serat
Edukasi
- Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan keterarutan peristaltik
usus
- Anjurkan mencatat warna, frekuensi, konsistensi, volume feses
- Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan pembentukan gas
- Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan jika tidak ada kontraindikasi (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
5. Resiko perdarahan
Defenisi : beresiki mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi di dalam tubuh )
maupun eksternal (terjadi hingga keluar tubuh) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Factor risiko
- Aneurisma
- Gangguan gastrointestinal ( misalnya ulkus lambung, polit, varises)
- Gangguan fungsi hati (misalnya serosisis hepatitis)
- Komplikasi kehamilan (misalnya ketuban pecah sebelum waktunya,
plasenta prepia/ abrubsio, kehamilan kembar)
- Komplikasi pasca partum (misalnya atoni uterus, retensi plasenta)

- Gangguan koagulasi (misalnya trombosit sitopenia)


- Efek agen farmakologis
- Tindakan pembedahan
- Trauma
- Kurang terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan
- Proses keganasan

Kondisi klinis terkait


- Aneurisma
- Koagulopati intravaskuler diseminata
- Sirosis hepatis
- Ulkus lambung
- Varises
- Trombositopenia
- Ketuban pecah sebelum waktunya
- Plasenta prepia/abrupsio
- Retensi plasenta
- Tindakan pembedahan
- Kanker
- Trauma
Kriteria hasil
- Kelembapan membran mukosa menurun meningkat
- Kelembapan kulit menurun meningkat
- Hemoptisis meningkat menurun
- Hematemesis meningkat menurun
- Hematuria meningkat menurun
- Hemoglobin memburuk membaik
- Hematokrit memburuk membaik (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

Intervensi
Pencegahan pendarahan
Observasi
- Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Monitor nilai hematokrit / hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan
darah
- Monitor tanda-tanda vital ortostatik
- Monitor koagulasi
Terapeutik
- Pertahankan bed rest selama perdarahan
- Batasi tindakan invasif jika perlu
- Gunakan kasur pencegah dekubitus
- Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Anjurkan menggunakan kaos kaki saat ambulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin atau anti koagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat,pengontrol perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak tinaj, jika perlu (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018).

DAFTAR PUSTAKA
XDhitayoni A Ida. (2017). Profil Pasien Kanker Ovarium Di Rumah sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar Bali. Jurnal Medika
Manuaba. (2017). Patofisiologi Kista Ovarium. Jakarta: Salemba Medika.
Nuratif A Huda. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS &
NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction.
Nurmansyah (2019). Kista Ovarium.Tadulako University. Jurnal Medical Profession

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta:
DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan
Kriteria Hasil Keperwatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai