1 laporan pendahuluan
Tuberculosisis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang diakibatkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
Gejala utama TBC adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih yang tidak jelas
penyebabnya.(efrizon heriadi).
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis yang telah menginfeksi hampir sepertiga penduduk dunia dan pada sebagian besar
negara di dunia tidak dapat mengendalikan penyakit tuberkulosis paru ini disebabkan banyaknya
penderita yang tidak berhasil disembuhkan (heru listiono).
Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi isu global, disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberkulosis, dengan perkiraan sepertiga populasi terinfeksi dan 2,5 juta
orang meninggal setiap tahunnya (siti malihatun nisa)
1.1.3 Etilogi
Micebacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm
dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponem M tuberculosis adalah berupa lemak / lipid
sehingga kuman mampu bertahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu
M. Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru paru yang kandungan oksigenya tinggi. Daerah
tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis (jan tambayong).
Pada banyak individu yang terinfeksi tuberkulosis adalah asimptomatis.pada individu lainya ,
gejala berkembang secara bertahap sehingga gejala tersebut tidak di kenal sampai penyakit
telah masuk tahap lanjut. Bagaimana gejala dapat timbul pada individu tang mengalami
imunosupresif dalam beberapa minggu setelah terpajan oleh basil. Manifestasi klinis yang
umum termasuk keletihan, penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, dan demam
ringan yang biasanya terjadi pada siang hari, berkeringat malam, dan ansietas umum sering
nampak, dispnea, nyeri dada, hemoptitis adalah juga temuan yang umum. (christantie efendy)
1.1.5 Patofisiologi
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M tuberculosis. Bakteri menyebar melalui
jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan M.
Tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru paru (lobus atas). Basil juga
menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain( ginjal, tulang dan korteks
serebral) dan area lain dari paru paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh
memberikan respon dengan melakukan reaksi inflamasi , neutrofil dan makrofag melakukan
aksi fagositosis ( menelan bakteri) sementara limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan basil
dan jatingan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasi eksudat dalam alveoli
yang menyebabkan bronkopneumonia . Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu
setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara M tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi
membentuk sebuah masa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas
gumpulan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh magrofak seperti dinding. Granuloma
selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa.bagian tengah dari masa tersebut
di sebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang
selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju. Hal ini akan menjadi
klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Setelah infeksi awal, jika rspon sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih
parah . Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang
sebelumnya tidak aktif menjafi aktif. Pada kasus ini ghon tubercle mengalami urselasi sehingga
menghasilkan necrotizing caseosa dalam bronkus. Tubercle yang ulserasi selanjutnya menjadi
sembuh dan dan membentuk jaringan parut. Paru paru yang terinfeksi kemudian meradang
mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel dan seterusnya.(jang
tambayong).
1.1.6 Pemeriksaan penunjang
Menurut mansjoer dkk 1999: hal 472 di kutif dalam (nanda nic noc 2015) pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan pada klien dengan tuberculosis paru yaitu:
2. Pemeriksaan sputum BTA: untuk memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini
tidak spesifik kare a hanya 30-70% pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG Spesifik terhadap basil TB.
Merupakan uji serulogi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendetwksi adanya resistensi.
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh
mikobakterium tuberculosis.
7. MYCODOT
Deteksi anti body memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat
berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jimlah memadai memakai warna
sisir akan berubah.
8. Pemeriksaan radiology : rontgen thorax PA dan lateral
Bayangan lesi terletak dilapangan paru atas atau swgment apikal lobus bawah
Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)
Adanya kavitas, tunggal atau ganda
Adanya klasifikasi
Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
Bayangan millie.
a. Terapi Farmakologi
1) Pencegahan Tuberkulosis
Beberapa pencegahan tuberkulosis pada Stranas TB (Strategi Nasional TB) yang meliputi:
a) Pemeriksaan kontak, pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita
tuberkulosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis, dan radiologis atau
bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang 6 dan 12 bulan
mendatang. Bila hasil negatif, maka diberikan vaksin BCG. Bila positif berarti terjadi konversi
hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksasi.
(1)Petugas kesehatan
(3)Pelajar pesantren
c) Vaksinasi BCG
Vaksin BCG merupakan vaksin hidup yang memberi perlindungan terhadap penyakit TBC.
Vaksin Tb tidak mencegah infeksi TB, tetapi mencegah infeksi berat (menginitis TB dan TB
milier), yang sangat mengancam nyawa. Vaksin BCG dapat memakan waktu 6-12 minggu untuk
menghasilkan efek (perlindungan) kekebalannya. Vaksinasi BCG memeberikan proteksi yang
bervariasi antara 50-80% terhadap tuberkulosis (Cahyono, 2010).
d) Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan tujuan
menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis
primer atau utama yaitu bayi yang menyusui dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis
sekunder diperlukan.
2) Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan yang dilakukan pada pasien tuberkulosis menurut Kementerian Kesehatan 2014:
Pengobatan TB harus selalu meliputi tahap awal dan tahan lanjutan. Tahap awal, pengobatan
diberikan setiap hari. Pengobatan pada tahap ini dimaksudtkan untuk secara efektif
menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari
sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan
pengobatan. Tahapan awal pada pasien yang baru harus diberikan selama 2 bulan. Pada
umumnya dengan pengobatan yang teratur tanpa ada hambatan, daya penularan sudah sangat
menurun setelah pengobatan selama 2 minggu. Tahap lanjutan merupakan tahap yang penting
untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh sehingga pasien dapat sembuh
dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Strategi penanggulangan TB dikenal sebagai Observed Treatment Short Course (DOTSC). DOTSC
yang direkomdasikan oleh WHO terdiri atas lima komponen yaitu:
(3)Pengobatan TB dengan panduan OAT jangka pendek dibawah pengawasan langsung oleh
pengawas menelan obat (PMO), khususnya dua bulan pertama dimana penderita harus minum
obat setiap hari.
OAT (Obat Anti Tuberkulosis) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB. Pengobatan
TB merupak salah satu upaya paling efesien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari
kuman TB.
Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien tuberkulosis dengan masalah keperawatan
bersihan jalan napas tidak efektif yaitu latihan batuk efektif, napas dalam dan pengaturan posisi
(semi atau high fowler).
1) Batuk Efektif
Batuk Efektif merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru-paru agar
tetap bersih, di samping dengan memberikan tindakkan nebulizer dan postural drainage. Batuk
efektif dapat dilakukan pada pasien dengan cara diberikan posisi yang sesuai agar pengeluaran
dahak dapat lancar. Batuk efektif ini merupakan bagian tindakkan keperawatan untuk pasien
dengan gangguan pernapasan akut dan kronik (Alie & Rodiyah, 2013).
Pemberian latihan batuk efektif beserta teknik melakukannya akan memberikan manfaat.
Manfaat dari batuk efektif yaitu untuk melonggarkan dan melegakan saluran pernapasan
maupun mengatasi sesak akibat adanya lendir yang memenuhi saluran pernapasan.Lendir, baik
dalam bentuk dahak (sputum) maupun sekret dalam hidung, timbul akibat adanya infeksi pada
saluran pernapasan maupun karena sejumlah penyakit yang di derita seseorang (Alie &
Rodiyah, 2013).
Prosedur tindakkan batuk efektif yaitu antara lain sebagai berikut (Alie &
Rodiyah, 2013):
(a) Beri tahu pasien, minta persetujuan klien dan anjurkan untuk cuci tangan
b) Atur pasien dalam posisi duduk tegak atau duduk setengah memebungkuk (Semi fowler atau
high fowler)
(c) Letakkan handuk/alas pada leher klien, letakkan bengkok atau pot sputum pada pangkuan
dan anjurkan klien memegang tisu
(d)Ajarkan klien untuk menarik napas dalam secara perlahan, tahan 1-3 detik dan hembuskan
perlahan melalui mulut. Lakukan prosedur ini beberapa kali
(e)Anjurkan untuk menarik napas, 1-3 detik batukkan dengan kuat
(f) Tarik napas kembali selama 1-2 kali dan ulangi prosedur diatas 2 hingga 6 kali
(h)Bersihkan mulut klien, instruksikan klien untuk membuang sputum pada pot sputum atau
bengkok
(k) Tindakan batuk efektif perlu diulang beberapa kali bila diperlukan