Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

K DENGAN NYERI
AKUT DI PAVILIUN CATHELIA
RSUD UNDATA PALU

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2022

i
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP TUMOR INTRA ABDOMEN

1. Pengertian Tumor Intra Abdomen

Neoplasma merupakan massa jaringan baru (kumpulan

sel) yang tumbuh secara mandiri di struktur sekitarnya dan tidak

memiliki tujuan fisiologis. Istilah neoplasma sering kali

digunakan secara bergantian dengan tumor, berasal dari bahasa

latin yang berarti “pembengkakan” (LeMone, P dkk. 2015).

Tumor adalah pertumbuhan sel yang tidak normal

sehingga terbentuk jaringan baru atau sering kali oleh

masyarakat awam disebut daging baru. Tumor terbagi menajdi

dua macam, yaitu tumor jinak dan ganas (LeMone, P dkk.

2015).

Tumor abdomen merupakan massa yang padat dengan

ketebalan yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh

yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas

dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut

berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya (LeMone,

P dkk. 2015).

2. Penyebab Tumor Intra Abdomen


Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan

sel yang abnormal. Pembedaan sel tumor tergantung dari

besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi aotonomnya

dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan

menyebabkan metastasis (Kemenkes RI. 2015).

Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya

tumor menurut LeMone, P dkk (2015) antara lain:

a. Karsinogen

b. Hormone

c. Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan

kebiasaan makan makanan yang kurang berserat.

d. Parasit: parasit schistososma hematobin yang

mengakibatkan karsinoma planoseluler.

e. Genetic

f. Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.

3. Manifestasi Klinik Tumor Intra Abdomen

Manifestasi klinik tumor intra abdomen menurut Brunner &

Suddarth (2015), yaitu :

a. Hiperplasia

b. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras

c. Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan

apabila berasal dari masenkim yang banyak mengandung


jaringan ikat maka akan elastic kenyal atau lunak.

d. Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.

e. Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.

f. Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh

limfe.

g. Nyeri

h. Anoreksia, mual, muntah.

i. Penurunan berat badan.

4. Patofisiologi Tumor Intra Abdomen

Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel

abnormal di ubah oleh mutasi ganetic dari DNA seluler, sel

abnormal ini membentuk kolon dan berpopliferasi secar

abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam

lingkungan sekitar sel tersebut. Sel-sel neoplasma mandapat

energi terutama dari anaerob karena kemampuan sel untuk

oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap

untuk oksidasi (Smelstzer, Susane C. 2015).

Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan

berkembang biak yang membutuhkan energi unruk anabolisme

daripada untuk berfungsi yang menghasilkan energi dengan jalan

katabolisme. Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan

untuk membentuk protioplasma dan energi, antara lain asam


amino (Smelstzer, Susane C. 2015).

Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalm

mendapatkan bahan-bahan tersebut. Ketika dicapai suatu tahap

dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi perubahan

pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan

sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh

darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke

area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran

tumor) pada bagian tubuh yang lain (Smelstzer, Susane C. 2015)


5. Pathway Keperawatan Tumor Intra Abdomen

Parasite karsinogenik, hormon, gaya hidup

Proliferasi

Pembengkakan pada abdomen

Massa

Tumor Abdomen

Pembedahan

Luka insisi post operasi

Pelepasan mediator nyeri Jalan masuk kuman


(histamine, prostaglandin) Mekanisme nyeri

Ditangkap oleh Peningkatan resiko infeksi


reseptor Serotonin meningkat oleh kuman
nyeri
Mengaktivasi sistem
Persepsi Nyeri aktivasi rektikular Resiko Infeksi

Pasien tergaja
Impuls ke otak

Gangguan Pola Tidur


Nyeri Akut

Gambar 2.1 Pathway Keperawatan Tumor Intra Abdomen

Sumber. Nanda NIC-NOC, 2015


6. Pemeriksaan Penunjang

Sjamsuhidajat (2010) menyatakan Prosedur diagnostik yang

biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi pada tumor intra

abdomen meliputi :

a. Marker tumor

Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain

yang tumor atau oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.

b. Pencitraan resonansi magnetic (MRI)

Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk

menghasilkan gambaran berbagai struktur tubuh.

c. CT Scan

Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai

susunan lapisan jaringan untuk memberikan pandangan

potongan melintang.

d. Flouroskopi

Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan

ketebalan antar jaringan; dapat mencakup penggunaan bahan

kontras.

e. Ultrasound

Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada

layer penerima, digunakan untuk mengkaji jaringan yang

dalam di dalam tubuh.


f. Endoskopi

Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan

memasukan suatu ke dalam rongga tubuh atau ostium tubuh;

memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan, aspirasi dan

eksisi tumor yang kecil.

g. Pencitraan kedokteran nuklir

Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan

radiosisotope yang diikuti dengan pencitraan yang menjadi

tempat berkumpulnya radioisotope.

7. Penatalaksanaan

a. Pembedahan

Pembedahan adalah modalitas penanganan utama,

biasanya gasterektoni subtotal atau total, dan digunakan untuk

baik pengobatan maupun paliasi. Pasien dengan tumor

lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh

harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk

menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur kuratif

atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan dengan tindakan

adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis

(Brunner & Suddarth, 2015).

b. Radioterapi

Penggunaaan partikel energy tinggi untuk

menghancurkan sel-sel dalam pengobatan tumor dapat


menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor.

Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah

ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum

elektromagnetik (Brunner & Suddarth, 2015).

c. Kemoterapi

Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi

tambahan untuk reseksi tumor, untuk tumor lambung tingkat

tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan terapi radiasi

dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan

fraksi pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan

kemoterapi (Brunner & Suddarth, 2015)

d. Bioterapi

Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas

pengobatan keempat untuk kanker dengan menstimulasi

system imun(biologic response modifiers / BRM) berupa

antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni,

interferon, interleukin (Brunner & Suddarth, 2015).


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR INTRA ABDOMEN

PASCA OPERASI

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses

keperawatan diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah

klien agar dapat memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan

keperawatan sangat penting dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri

dari komponen antara lain: anamnesis, pengumpulan data, analisa data,

perumusan diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 2013)

1. Anamnesis

Identitas klien meliputi nama, umur, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, no

registrasi, diagnosa medis.

2. Riwayat kesehatan

Perasaan lelah, nyeri abdomen (PQRST), pola eliminasi

terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau, dan konsistensi

feses, mencakup adanya darah dan mukus.

3. Riwayat masa lalu

Penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolon, riwayat

keluarga dari penyakit kolon dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet

diidentifikasi mencakup masukan lemak dan atau serat serta jumlah

konsumsi alkohol. Penting dikaji riwayat penurunan berat badan.

Auskultasi terhadap bising usus dan palpasi untuk nyeri tekan,


distensi dan masa padat. Specimen feses diinspeksi terhadap karakter

dan adanya darah.

4. Aktivitas dan istirahat

Gejala: Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia,

tidak tidur semalaman karena diare. Merasa gelisah dan ansietas.

Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.

5. Sirkulasi

Tanda: Takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses

inflamasi dan nyeri). Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K).

Tekanan darah hipotensi, termasuk postural. Kulit/membran mukosa:

turgorburuk, kering, lidah pecah–pecah (dehidrasi/malnutrisi).

6. Integritas ego

Gejala: Ansietas, ketakutan misalnya: perasaan tak berdaya/tak ada

harapan. Faktor stress akut/kronis misalnya: hubungan dengan keluarga

dan pekerjaan, pengobatan yang mahal. Tanda: Menolak, perhatian

menyempit, depresi.

7. Eliminasi

Gejala: Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau

berair. Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul,

sering tak dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali defekasi / hari); perasaan

dorongan / kram (tenesmus); defekasi darah/pus/mukosa dengan atau

tanpa keluar feses. Pendarahan per rektal. Riwayat batu ginjal

(dehidrasi). Tanda: Menurunya bising usus, tak adanya peristaltik atau


adanya peristaltic yang dapat dilihat di hemoroid, fisura anal (25 %),

fistula perianal.

8. Makanan dan cairan

Gejala: Penurunan lemak, tonus otot dan turgor kulit buruk.

Membran mukosa bibir pucat; luka, inflamasi rongga mulut. Tanda:

Anoreksia, mual dan muntah. Penurunan berat badan, tidak toleran

terhadap diit/sensitive; buah segar/sayur, produk susu, makanan

berlemak.

9. Hygiene

Tanda: Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri.

Stomatitis menunjukan kekurangan vitamin. Bau badan.

10. Nyeri dan kenyamanan

Gejala; Nyeri/nyeri pada bekas luka operasi. Tanda: Nyeri tekan

abdomen/distensi.

11. Keamanan

Gejala; Riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, vaskulitis,

Arthritis (memperburuk gejala dengan eksaserbasi penyakit usus).

Peningkatan suhu 39-40°Celcius (eksaserbasi akut). Penglihatan kabur,

alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine kedalam

usus dan mempunyai efek inflamasi).

Tanda: Lesi kulit mungkin ada misalnya: eritema nodusum

(meningkat, nyeri tekan, kemerahan dan membengkak) pada tangan,

muka; pioderma ganggrenosa (lesi tekan purulen/lepuh dengan batas


keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki.

12. Interaksi social

Gejala: Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi.

Ketidak mampuan aktif dalam sosial.

13. Penyuluhan dan pembelajaran

Gejala: Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus

14. Pemerikasaan fisik

Dilakukan secara head to toe meliputi system dan dikhusus kan pada

system pencernaan :

a. Tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, pernafasan) biasanya mengalami

peningkatan

b. Kepala:

Rambut : uraikan bentuk rambut seperti hitam, pedek, lurus,

alopsia. Kulit kepala : kotor/tidak kotor

c. Mata :

Kesimetrisan : biasanya simetris kiri dan kanan, Konjungtiva :

anemis/tidak anemis, Sclera : ikterik/ tidak ikterik

d. Mulut dan gigi

Rongga mulut : kotor/tidak. Lidah : kotor/tidak

e. Dada dan thorak

Inspeksi : simetris kiri dan kanan

Palpasi: tidak adanya pembengkakan dan nyeri tekan

Perkusi : normal/tidak
Auskultasi: normal/tidak

f. Abdomen

Inspeksi : perut tidak membucit, tampak tanda luka operasi model

horizontal dengan panjang 10 cm,terdapat 15 jahitan. Hasil

pengamatan Luka Tidak merah, tidak ada edema, tidak ada

pendaraha atau kebiruan, tidakada cairan, ada pendekatan antara

tepi luka

Auskultasi: bising usus (+) normal: 2 – 6 kali per menit

Palpasi : nyeri tekan, dan nyeri lepas

Perkusi : tympani

g. Genetalia : observasi adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia.

Inspeksi skrotum untuk mengetahui ukuran, warna dan bentuk

kesimetrisan

h. Rectum dan anus

Inspeksi : periksa adanya hemoroid, lesi, kemerahan

Palpasi : periksa adanya massa

i. Kulit/ intagumen

Inspeksi : amati adanya perubahan dan pengurangan pigmentasi,

pucat, kemerahan, sianosis, lesi kulit, ikterik.

B. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu,

keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan ataupun

kerentanan respon terkait masalah kesehatan. Diagnosa keperawatan yang ditemukan


pada pasien dengan post operasi Tumor Intra Abdomen (Herdman & Kamitsuru,

2015)

1. Nyeri b/d sebagai akibat tindakan infasif

2. Resiko infeksi b/d adanya luka operasi

3. Gangguan pola tidur b/d nyeri operasi


C. Perencanaan Keperawatan
Tabel. 2.1
Perencanaan Keperawatan Pada Tumor Intra Abdomen

No Diagnosa ( SDKI) SLKI SIKI


1 Nyeri Akut ( D. 0077 ) Tingkat nyeri ( L.08066 ) Manajemen nyeri ( 1.08238 )
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Definisi : Pengalaman keperawatan maka tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
sensorik atau emosional yang menurun dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
berkaitan dengan kerusakan 1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
jaringan actual atau 2. Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
fungsional. 3. Gelisah menurun 4. Identifikasi memperberat dan
4. Frekuensi membaik memperingan nyeri
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
6. Monitor efek samping penggunaan obat
Terapeutik :
1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara cepat
2. Gangguan Pola Tidur Pola Tidur L.05045 Dukungan tidur (I.05174)
Definisi : Setelah dilakukan intervensi Observasi
Gangguan kualitas dan keperawatan maka pola tidur membaik 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
kuantitas waktu tidur akibat dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi factor pengganggu tidur (fisik
faktor eksternal - Kesuilitan tidur menurun dan/atau psikologis) tidur, dan hanya tidur
- Keluhan sering terjaga menurun dua jam pada malam hari, tampak menguap
- Keluhan tidak puas tidur menurun saat pengkajian ,dan terdapat kantong
- Keluhan pola tidur berubah mata
Keluhan istirahat tidak cukup menurun 3. Keluhan tidak puas tidur menurun
4. Keluhan pola tidur berubah menurun
5. Identifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu
tidur (mis kopi,the,alcohol,makan mendekati
waktu tidur ,minum banyak air waktu
tidur)
6. Identivikasi obat tidur yang di konsumsi
Terapeutik :
1. Modifikasi Lingkungan (misnya
pencahayaan ,kebisingan suhu,matras dan
tempat tidur )
2. Batasi waktu tidur siang,jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum
tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Sesuaikan jadwal pemberian obat dana tau
tindakan untuk menunjang siklus tidur –
terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman
yang mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang
berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
(mis psikologis,gaya hidup,sering berubah
shift bekerja .
3. Resiko infeksi Tingkat infeksi ( L.14137 ) Pencegahan infeksi ( 1.14539 )
(D.0142) Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3 x 24 jam maka 1. Monitor tanda dan gejala local dan
Definisi : tingkat infeksi menurun dengan kriteria sistemik
Beresiko mengalami hasil : Terapeutik :
peningkatan organisme - Demam menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
patogenik. - Kemerahan menurun 2. Berikan perawatan kulit pada aera
- Nyeri menurun edema
- Bengkak menurun 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Kadar sel dara putih membaik dengan pasien dan lingkungan
4. Pertahankan tehnik aseptic pada
pasien beresiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Perawatan Luka ( 1.14564 )
Kolabosari :
Kolaborasi pemberian antibiotic, Jika perlu
Sumber. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses

keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan

Pada tahap ini perawat akan mengimplementasikan intervensi yang telah

direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan penegakkan diagnosis yang

diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil sesuai yang diinginkan untuk

mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien (Potter & Perry,

2013).

Penerapan implementasi keperawatan yang dilakukan perawat harus

berdasarkan intervensi berbasis bukti atau telah ada penelitian yang

dilakukan terkait intervensi tersebut. Hai ini dilakukan agar menjamin

bahwa intervensi yang diberikan aman dan efektif Dalam tahap

implementasi perawat juga harus kritis dalam menilai dan mengevaluasi

respon pasien terhadap pengimplementasian intervensi yang diberikan

(Potter & Perry, 2013).

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap kelima dari prsoes keperawatan. Tahap ini

sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau

kesejahteraan klien. Hal yang perlu diingat bahwa evaluasi merupakan

proses kontinu yang terjadi saat perawat melakukan kontak dengan klien.

Selama proses evaluasi perawat membuat keputusan-keputusan klinis dan

secara terus-menerus mengarah kembali ke asuhan keperawatan. Tujuan

asuhan keperawatan adalah membantu klien menyelesaikan masalah


kesehatan actual, mencegah terjadinya masalah risiko, dan mempertahankan

status kesehatan sejahtera. Proses evaluasi menentukan keefektifan asuhan

keperawatan yang diberikan (Perry & Potter, 2013).


LAPORAN ASKEP KASUS KELOLAN

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas Pasien

Hasil dari pengkajian pasca operasi pada tanggal 07

Februari 2022 pada pukul 09.00 WITA, didapat identitas pasien

bernama An.K, umur 2,3 tahun, tanggal lahir 17 April 2019, jenis

kelamin laki-laki, Agama Kristen, Suku Bali dan alamat Parigi

Moutong. An.K masuk rumah sakit Undata Palu pada tanggal 03

Februari 2022 dengan diagnosa medis Tumor Intra Abdomen

dengan nomor rekam medis 01044730, dan pasien dilakukan

operasi pada tanggal 05 Februari 2022.

b. Identitas Penanggung Jawab

Ibu pasien adalah Ny.N, pekerjaan ibu IRT, ayah pasien

adalah Tn. A pekerjaan petani, agama Kristen, suku Bali dan

tinggal bersama pasien.

2. Riwayat Kesehatan Keperawatan

a. Keluhan Utama

1) Saat masuk rumah sakit

Ibu mengatakan anaknya nyeri hebat di bagian perut

2) Saat dikaji (tanggal 7-2-2022) pasca operasi

Ibu pasien mengatakan anaknya mengeluh nyeri pada luka

bekas operasi.
b. Riwayat Keluhan Utama

Ibu pasien mengatakan tiga hari sebelum masuk rumah sakit

pasien merasakan nyeri di bagian perut disertai mual muntah dan

ibu pasien mengatakan perut anaknya membesar, kemudian ibu

pasien membawa anaknya ke tempat praktek dokter terdekat dan

dokter menyarankan untuk membawa pasien ke rumah sakit. Dua

hari kemudian ibu pasien mengatakan nyeri yang dirasakan

anaknya semakin memberat sehingga ibu pasien memutuskan

untuk membawa anaknya ke rumah sakit Undata Palu pada tanggal

03 Februari 2022.

Pasien masuk rumah sakit pasien melalui Instalasi Gawat

Darurat (IGD) dengan keluhan nyeri hebat dibagian perut disertai

mual muntah, pasien diberikan terapi analgetik ketorolac 0.5 cc dan

ondansentron 0.5 cc, kemudian dilakukan pengambilan darah, CT

Scan abdomen didapatkan hasil pemeriksaan yaitu Sugestif kista

pankreas dan USG Abdomen didapatkan hasil pemeriksaan

Sugestif massa hypoechoic epigastric. Setelah dilakukan tindakan

pemeriksaan di Instalasi Gawat Darurat kurang lebih 2 jam pasien

dipindahkan ke ruangan Catellya tanggal 03 Februari 2022 pukul

12.30 dan dilakukan pemeriksaan pada perut oleh dokter kemudian

disarankan untuk dilakukan tindakan operasi.

Tanggal 05 Februari 2022 pasien dilakukan tindakan operasi

pukul 10.00 wita. Selama 2 hari sebelum dilakukan pengkajian, ibu


pasien mengatakan anaknya sering menangis karena nyeri yang

dirasakan, belum bisa makan dan minum, dan pasien belum

dilakukan perawatan luka karena instruksi perawatan luka

dilakukan setalah 3 hari post op. Pasien dilakukan pengkajian pada

tanggal 07 Februari 2022 didapatkan :

1) P : Ibu pasien mengatakan anaknya mengeluh nyeri pada luka

bekas operasi,

2) Q : Ibu pasien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul,

3) R : Ibu pasien mengatakan anaknya mengeluh nyeri pada luka

bekas operasi dibagian perut dan terdapat luka dengan 15

jahitan, panjang luka 10 cm

4) S : Skala nyeri 6 (sedang) diukur menggunakan face scale

wong baker, pasien bersifat protektif dengan menghindar,

tampak edema pada palpebra mata dan edema pada ekstermitas

bawah.

5) T : Ibu pasien mengatakan lama nyeri ± 1 – 3 menit

c. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

1) Prenatal

Ibu mengatakan saat hamil an.K ia rutin memeriksakan

kehamilannya, tidak ada keluhan yang dirasakan selama

kehamilan. Berat badan saat hamil 91 kg dan imunisasi TT

lengkap.
2) Intranatal

Ibu mengatakan melakukan persalinan di Rumah Sakit

Bersalin Defina Parigi dengan persalinan spontan, penolong

persalinan bidan dan tidak ada komplikasi pada anak dan ibu

saat melahirkan.

3) Postnatal

Ibu mengatakan kondisi anak saat lahir menangis, sehat,

berat badan saat lahir 2800 gram, panjang badan 52 cm dan

tidak ada kelainan saat lahir. Ibu mengatakan bahwa anaknya

telah dilakukan imunisasi secara lengkap.

d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Ibu pasien mengatakan an.K pada umur 1 tahun pernah

tertimpa kayu penyangga ayunan bayi di bagian perut, lama

kelamaan perut an.K mulai membesar dan ibu pasien membawa

anaknya ke tempat praktek dokter dan pasien pernah dirawat di

rumah sakit karena nyeri pada perut yang mulai membsar.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

1) Penyakit yang diderita anggota keluarga

Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada yang

menderita penyakit seperti yang diderita oleh an.K. Anggota

keluarga tidak memiliki penyakit menular yang dapat

ditularkan ke anak, anggota keluarga juga tidak memilkki

penyakit yang dapat diturunkan kepada anak.


2) Genogram

Gambar 3.1 Genogram


Keterangan:

Laki-laki : Menikah :

Perempuan : Keturunan :

Klien : Meninggal : X

Tinggal serumah :

Pasien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara, pasien

mempuanyai saudara yang sudah meninggal dunia dikarenakan

sakit. Sekarang, pasien tinggal bersama kedua orangtuanya dan

adiknya.

3. Riwayat Sosial

Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Ibu pasien

mengatakan jika anaknya memiliki pola hubungan yang baik

dengan keluarga dan teman sebayanya. Ibu pasien juga


mengatakan jika anaknya memiliki sifat pembawaan yang sangat

ceria. Ibu pasien mengatakan lingkungan rumah bersih, rumah

mempunyai banyak ventilasi dan di sekitar rumah mempunyai

banyak pohon yang asri.

4. Kebutuhan Dasar

a. Nutrisi

An. K pada saat sehat frekuensi makan 3 x sehari, nafsu

makan baik, jenis makanan bubur dan tidak ada makanan yang

tidak disukai pasien, pasien makan dengan cara disuap. An. K,

saat sebelum dioperasi diberikan makan 3 x sehari dengan

jenis makanan bubur. An. K belum pernah makan karena habis

dioperasi hari ke 3, dan hanya boleh minum air putih 1 gelas

160 ml/3 jam

b. Istirahat Tidur

An. K pada saat sehat ibu mengatakan pasien tidur siang

kurang lebih 3 jam dan pada malam hari kurang lebih 8-9 jam,

tidurnya nyenyak kebiasaan sebelum tidur meminum susu. An.

K pada saat sakit ibu pasien mengatakan, tidur siang kurang

lebih 1-2 jam dan pada malam hari kurang lebih 7-8 jam, tidur

nyenyak dan tidak ada kebiasaan sebelum tidur.

c. Personal Hygiene

An. K pada saat sehat ibu pasien mengakatan mandi

sebanyak 2 kali per hari. An. K pada saat sakit ibu pasien
mengatakan diwashlap sebanyak 2 kali per hari. Pasien sikat

gigi sebanyak 2 kali per hari, pada pagi hari dan malam hari

sebelum tidur, Untuk menggati pakaian, pasien dibantu oleh

ibunya.

d. Aktivitas bermain

An. K pada saat sehat, ibu pasien mengatakan, anaknya

sehari-hari bermain, tidak ada penggunaan alat bantu dan tidak

ada kesulitan pergerakan, anaknya aktif bermain dan bergerak.

An. K sebelum dilakukan operasi, lebih banyak istirahat tidur,

dan setelah operasi An. K terbaring lemah di kasur dan

aktivitas pasien dibantu ke toilet dan sulit untuk melakukan

aktivitas karena terdapat luka bekas operasi pada perut.

e. Eliminasi

1) BAB

An. K pada saat sehat ibu pasien mengatakan BAB 1x/hari

dengan konsistensi padat, warna dan bau khas feses, tidak

ada kesulitan saat BAB. An. K setelah dilakukan operasi,

belum BAB.

2) BAK

An. K pada saat sehat, ibu pasien mengatakan BAK kurang

lebih 4x sehari, warna jernih dan tidak ada kesulitan BAK.

An. K pada saat sakit hanya pakai pampers, pampers diganti

sebanyak 2-3x/hari dan tidak ada kesulitan saat BAK.


5. Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik, keadaan umun klien lemah, tampak

gelisah. Tingkat kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan

tanda-tanda vital sebagai berikut : frekuensi nadi 114 kali per

menit, frekuensi nafas 30 kali per menit, suhu tubuh 37,1°C. Hasil

pemeriksaan antropometri sebelum dilakukan operasi sebagai

berikut : tinggi badan 90 cm, berat badan 15 kg, lingkar lengan 13

cm, lingkar kepala 45 cm. Setelah dilakukan operasi, peengukuran

berat badan belum dilakukan.

a. Kepala dan Wajah

Bentuk kepala normachepal, keadaan rambut tampak bersih,

distribusi rambut merata, ekspersi wajah tampak meringis,

tidak terdapat lesi, benjolan, dan nyeri tekan.

b. Mata

Pupil isokor kiri dan kanan dengan diameter 3 mm,

konjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, posisi mata

berada pada garis imajiner, tampak edema palpebra dan tidak

ada nyeri tekan pada mata.

c. Hidung

Tidak terdapat deviasi septum, tidak ada pernafasan cuping

hidung dan tidak ada secret atapun cairan yang keluar dari

hidung, tidak terdapat nyeri tekan pada sinus maksilaris, sinus


etmoidalis, sinus frontalis, dan sinus sfenoidalis.

d. Mulut

Bibir tampak kering, lidah bersih, gigi lengkap berjumlah 20,

terdapat gigi berlubang pada gigi geraham kedua paling

belakang sinistra atas dan bawah, gigi tampak kotor.

e. Telinga

Auricula terbentuk dengan baik, lubang telinga tampak bersih,

tidak ada penggunaan alat bantu pendengaran dan tidak ada

nyeri tekan pada telinga.

f. Leher

Tidak terdapat distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran

tiroid dan tidak ada teraba pembesaran kelenjar tiroid

g. Dada

1) Paru – paru / pernafasan

Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi

dinding dada dan tidak terdapat luka atau lebam pada

dada, vokal fremitus teraba vibrasi pada kedua paru,

tidak ada nyeri tekan, suara nafas vesikuler, terdapat suara

sonor di setiap lapang paru.

2) Jantung

Gerakan ictus cordis tidak tampak dari luar dan teraba

pada ICS 4 – 5 mid clavicula sinistra, tidak ada

pembesaran pada jantung, suara jantung reguler.


h. Abdomen

Terdapat luka operasi vertikal pada umbilical regio hingga

hipogastric, panjang luka kurang lebih 10 cm dengan jahitan

luka sebanyak 15 jahitan. Kondisi luka masih basah, bising

usus 4 kali per menit, terdapat nyeri tekan pada setiap lapang

abdomen, tidak teraba pembesaran hati dan tidak teraba

pembesaran limfa, terdengar suara timpani pada right lumbar

regio, left lumbar regio, right inguinal regio, left inguinal

regio dan epigastric regio. Terdengar suara pekak pada right

hipochondriac regio dan left hiphocondriac regio.

i. Genetalia dan anus

Tampak ada penis, orivisium uretra di gland penis, tidak ada

hemoroid pada anus.dan tidak ada pembesaran skrotum dan

tidak ada pembengkakan pada anus.

j. Ekstremitas

1) Ekstremitas atas

Kekuatan otot pada ekstermitas atas, 4 | 4, pasien mampu

menggerakkan tangan namun tidak mampu menahan

tahanan yang diberikan oleh perawat, tidak ada luka pada

tangan, jari – jari tangan lengkap. Terpasang infus pada

tangan sebelah kiri, kondisi tangan pasien yang terpasang

infus tidak mengalami tanda – tanda peradangan.


2) Ekstremitas bawah

Kekuatan otot pada ekstermitas bawah, 4 | 4 pasien mampu

menggerakkan kaki namun tidak mampu menahan tahanan

yang diberikan oleh perawat, jari- jari kaki lengkap dan

tidak ada luka, terdapat edema pada ekstremitas, pitting

edema dengan derajat II dimana kedalamannya 3-5 mm

dengan waktu kembali 3 detik, dan CRT ≤ 2 detik.

k. Kulit

Turgor kulit baik dan terdapat edema pada ekstremitas

6. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

a. Kemandirian dan bergaul

Ibu pasien mengatakan anaknya masih dibantu dalam hal

memakai pakaian, dan anaknya sudah dibiasakan untuk makan

dan minum sendiri.

b. Motorik halus

Ibu pasien mengatakan anaknya sudah bisa mencoret – coret

dengan alat tulis pada kertas tanpa bantuan

c. Motorik kasar

Ibu pasien mengatakan anaknya sudah bisa naik tangga dengan

posisi tegak tanpa berpegangan dan ibu pasien mengatakan

anaknya mampu menendang bola kecil tanpa bantuan

d. Kognitif dan bahasa


Pasien mampu menunjuk satu bagian anggota tubuhnya

dengan benar, pasien juga mampu menyebutkan nama hewan

apa yang ada pada gambar jika ditunjukkan. Pasien juga bisa

mengangkat piring jika diminta dan pasien bisa berbicara

contoh : minta minum dan mau tidur.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah

Tabel 3.1
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 05 Februari 2022
Darah Hasil Satuan Normal
Lengkap
HB 13,2 g/dl 10,8 – 15,6
WBC 24,2 Ribu/ul 4,5 – 13,5

RBC 4,94 Ribu/ul 4,1 – 5,1
HCT 34,7 % 33 – 45
PLT 549  Ribu/ul 181-521
Ginjal
Ureum 16 Mg/dl <50
Kreatinin 0,32 Mg/dl 06-1,1
Protein total 4,1  g/dl 6,6 – 8,7
Albumin 2,9  g/dl 3,4 – 4,8
Sumber : RSUD Undata, Palu 2022

b. CT Scan Abdomen

Hasil CT scan abdomen pada tanggal 05 Februari 2022 yaitu

Sugestif kista pankreas berupa benjolan menyerupai kista yang

tumbuh di organ pankreas.

c. USG

Hasil pemeriksaan USG pada tanggal 05 Februari 2022 yaitu :

1) Sugestif mass hipochoik epigastric


Tidak tampak cairan bebas cavum peritoneum

2) Data Tambahan

a) Tindakan operasi : Laparotomi eksplporasi

b) Tindakan keperawatan : Melakukan ganti verban pada

abdomen luka operasi sebanyak 1 x sehari, yaitu dipagi

hari.

c) Teraphy

(1) Cairan infus Asering 10 tetes per menit /24jam/IV

(2) Keterolac 3x1/2amp/IV

(3) Ceftriaxone 800 mg/12jam/IV

(4) Ranitidine 20mg/8jam/IV

(5) L-Bio2x1

(6) Metronidazole 200mg/8jam/IV

(7) Ondansentron (kp) 3x200mg/IV

(8) Minum peroral = 160 ml/3jam

= 1.280 ml/24 jam


8. Klasifikasi Data
Tabel 3.2. Klasifikasi Data Pada An. K Tanggal 07 Februari 2022

Data Subjektif Data Objektif


1. Ibu pasien mengatakan 1. Tanda – tamda vital:
anaknya mengeluh a. Frekuensi nadi : 114x/mnt
nyeri pada luka bekas b. Frekuensi pernafasan : 30
operasi. x/mnt
2. ibu pasien mengatakan c. Suhu tubuh : 37,1 °C
nyeri yang dirasakan 2. Pasien tampak protektif dengan
hilang timbul menghindar saat dilakukan
3. ibu pasien mengatakan palpasi di bagian perut.
lama nyeri ± 1 – 3 3. Edema pada palpebra mata
menit 4. Pasien tampak rewel
5. Ekspresi wajah tampak meringis
6. Skala nyeri 6 diukur
menggunakan face scale
wong baker
7. Terdapat luka operasi pada
abdomen umbilical regio
hingga hipogastric regio
8. Terdapat nyeri tekan pada
setiap lapang abdomen
9. Panjang luka 10cm
10. Terdapat 15 jahitan
11. Luka operasi masih basah
12. Edema pada ekstremitas bawah
bagian punggung kaki
13. Pitting edema dengan derajat II
14. Leukosit 24,2 ribu/ul
15. Albumin 2,9 g/dl
16. Protein total 4,1 g/dl

Sumber Data Primer (2022)


B. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa data

Table 3.3 Analisa Data pada An. K tanggal 07 Februari 2022


DATA ETIOLOGI MASALAH
a. Data Subjektif Agen Pencedera Nyeri Akut
1) Ibu pasien Fisik
mengatakan anaknya (Prosedur
mengeluh nyeri pada Operasi)
luka bekas operasi
2) Ibu pasien
mengatakan sakit
yang dirasakan hilang
timbul
3) Ibu pasien
mengatakan lama
nyeri ± 1 – 3 menit
b. Data Objektif:
1) Terdapat nyeri tekan
pada setiap lapang
abdomen
2) Pasien tampak
protektif dengan
menghindar saat
dilakukan palpasi di
bagian perut
3) Pasien tampak
gelisah
4) Skala nyeri 6 diukur
menggunakan face
scale wong baker
5) Tanda-tanda Vital :
Frekuensi Nadi :
114x/menit
Frekuensi Nafas :
30x/menit
Suhu Tubuh : 37,1°C
6) Ekspresi wajah
tampak meringis
7) Terdapat luka operasi
pada abdomen
umbilical regio
hingga hypogastric
regio
a. Data Subjektif: Faktor resiko : Resiko
- Penurunan kadar Ketidakseimbangan
b. Data Objektif : albumin Cairan
1) Edema pada
palpebra mata
2) Bibir tampak kering
3) Edema pada
ekstremitsas bawah
4) Albumin 2,9 g/dl
5) Protein total 4,1 g/dl

a. Data Subjektif: Faktor Resiko : Resiko Infeksi


- Efek prosedur
b. Data Objektif : invasif
1) Luka operasi masih
basah
2) Panjang luka 10 cm
3) Terdapat 15 jahitan
4) Leukosit 24,2 ribu/ul
Albumin 2,9 g/dl
5) Protein total 4,1 g/dl
6) Suhu Tubuh : 37.1oC

Sumber Data Primer (2022)

b. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (Prosedur


Operasi) ditandai dengan :

1) Data Subjektif
a. Ibu pasien mengatakan anaknya mengeluh nyeri pada luka
bekas operasi
b. Ibu pasien mengatakan sakit yang dirasakan hilang timbul
c. Ibu pasien mengatakan lama nyeri ± 1 – 3 menit
2) Data Objektif:
a) Terdapat nyeri tekan pada setiap lapang abdomen
b) Pasien tampak protektif dengan menghindar saat dilakukan
palpasi di bagian perut
c) Pasien tampak gelisah
d) Skala nyeri 6 diukur menggunakan face scale wong baker
e) Tanda-tanda Vital : Frekuensi Nadi : 114x/menit, Frekuensi
Nafas : 30x/menit, Suhu Tubuh : 37,1°C
f) Ekspresi wajah tampak meringis
g) Terdapat luka operasi pada abdomen umbilical regio
hingga hypogastric regio
b. Resiko Ketidakseimbangan Cairan dibuktikan dengan faktor resiko
Penurunan Kadar Albumin

c. Resiko Infeksi dibuktikan dengan faktor resiko Efek Prosedur


Invasif
2. Perencanaan keperawatan

Tabel 3.4 Perencanaan Keperawatan pada An. K tanggal 07 Februari 2022

PERENCANAAN KEPERAWATAN
N
DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
SLKI SIKI
1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
pencedera fisik (prosedur keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi
operasi) ditandai dengan tingkat nyeri menurun, dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
a. Data Subjektif : hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1) Ibu pasien mengatakan 1. Keluhan nyeri berkurang 2. Identifikasi skala nyeri
anaknya mengeluh nyeri 2. Skala nyeri menurun (0) 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
pada luka bekas operasi 3. Sikap tampak protektif menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
2) Ibu pasien mengatakan (pasien tidak menghindar saat memperingan nyeri
sakit yang dirasakan diberikn stimulus nyeri) 5. Identifikasi keyakinan dan pengetahuan
hilang timbul 4. Tidak terdapat nyeri tekan tentang nyeri
3) Ibu pasien mengatakan 5. Frekuensi nadi dalam batas 6. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
lama nyeri ±1 – 3 menit normal (70-120 kali per menit) kualitas hidup
b. Data Objektif : 6. Frekuensi nafas dalam batas 7. Pantau efek samping penggunaan analgetik
1) Terdapat nyeri tekan pada normal (24-40 kali per menit) 8. Pantau tanda-tanda vital
setiap lapang abdomen 7. Suhu badan dalam batas normal Terapeutik
2) Pasien tampak protektif (36.5-37.5oC) 9. Berikan teknik distraksi untuk mengurangi
dengan menghindar saat rasa nyeri seperti massage bahu, mengatur
dilakukan palpasi di bagian posisi nyaman, bercerita, audiovisual.
perut 10. Kontrol lingkungan yang memperberat
3) Pasien tampak rewel rasa nyeri
4) Skala nyeri 6 (sedang) 11. Fasilitasi istirahat dan tidur
5) Tanda-tanda Vital 12. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
a) Frekuensi Nadi : dalam pemilihan straegi meredakan nyeri
114x/menit Edukasi
b) Frekuensi Nafas 12. Jelaskan penyebab, periode dan
:30x/menit pemicu nyeri
c) Subu badan : 37,1°C 13. Jelaskan strategi meredakan nyeri
6) Terdapat luka operasi pada 14. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
abdomen umbilical regio 15. Anjurkan menggunakan analgetik yang
hingga hypogastric regio tepat
16. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
17. Kolaborasi pemberian analgetik :
a. Keterolac 3 x ½ amp/iv
Sumber Data Primer (2022)
3. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 3.5 Implementasi dan Evaluasi pada An. K tanggal 07 Februari 2022

NO HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX TANGGAL
1. Senin, 07 10.00 1. Memberikan teknik distraksi audiovisual Selasa, 08 Februari 2022/ 10.00 WITA
Februari WITA kartun/animasi untuk mengurangi rasa nyeri, S:
2022 dengan hasil : 1. Ibu pasien mengatakan anaknya masih
Pasien diberikan teknik distraksi yaitu dengan mengeluh nyeri pada luka bekas
menonton youtube. operasi, sakit yang dirasakan hilang
12.00
timbul
WITA 2. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik, O:
dengan hasil : 1. Skala nyeri 5 (sedang)
Pasien diberikan keterolac ½amp/IV 2. Pasien masih bersifat protektif
3. Masih terdapat nyeri tekan saat dipalpasi
12.30 3. Memantau efek samping obat, dengan hasil : 4. Tanda-tanda vital :
WITA ibu pasien mengatakan anaknya sudah lebih a. Frekuensi Nadi : 114x/mnt
tenang setelah diberikan obat suntikan b. Frekuensi Nafas : 30 x/mnt
c. Suhu badan : 37,1 °C
4. Mengontrol lingkungan yang memperberat A : Nyeri belum Teratasi
13.00
rasa nyeri dengan hasil : P : Lanjutkan intervensi
WITA
Perawat membatasi pengunjung datang pada d. Pantau lokasi, karakteristik, durasi,
saat pasien istirahat frekuensi, kualitas, intensitas skala
nyeri nyeri
14.00 5. Melakukan operan shift dengan perawat dinas e. Pantau respon nyeri non verbal
WITA sore f. Pantau faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
15.00 6. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital g. Pantau tanda-tanda vital
WITA dengan hasil : h. Fasilitasi istirahat dan tidur pasien
a. Frekuensi nadi : 97 kali per menit i. Kontrol lingkungan yang memperberat
b. Frekuensi napas : 30 kali per menit rasa nyeri
c. Suhu tubuh : 37°C j. Eval;uasi teknik distraksi audiovisual
kartun/animasi untuk mengurangi rasa
7. Memantau lokasi, karakteristik, durasi, nyeri yang dilakukan keluarga
frekuensi,kualitas, intensitas, dan skala nyeri k. Evaluasi kemampuan keluarga dalam
dengan hasil : melakukan massage punggung
Ibu pasien mengatakan anaknya masih l. Mengatur posisi yang nyaman
mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, sakit m. Kolaborasi terapi pemberian analgetik
yang dirasakan hilang timbul, skala nyeri 5
(sedang)
18.00 8. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
WITA
dengan hasil :
a. Frekuensi nadi : 100 kali per menit
b. Frekuensi napas : 32 kali per menit
c. Suhu tubuh : 37°C

9. Mengatur posisi pasien untuk mengurangi rasa


nyeri dengan hasil :
Perawat mengatur posisi pasien sesuai dengan
kenyamanan pasien
20.00 10. Melakukan pemberian terapi analgetik sesuai
WITA
instruksi, dengan hasil :
Pasien diberikan keterolac ½amp/IV
21.00
WITA 11. Melakukan operan shift dengan perawat dinas
malam
21.30
WITA
12. Mengukur suhu tubuh pasien dengan hasil:
Suhu tubuh pasien : 37,2°C

13. Mengajarkan massage punggung untuk


mengurangi nyeri dengan hasil :
Perawat mengajarkan sekaligus
mempraktekkan massage punggung pada
pasien.

14. Memfasilitasi istirahat dan tidur pasien dengan


hasil :
Perawat mengatur penerangan ruangan dan
mengecek kembali pengaman tempat tidur agar
pasien tidur dengan nyaman
04.00
WITA 15. Melakukan pemberian terapi analgetik, dengan
hasil :
Pasien diberikan keterolac ½amp/IV

06.00 16. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada


WITA pasien dengan hasil :
a. Frekuensi nadi : 112 kali per menit
b. Frekuensi napas: 32 kali per menut
c. Suhu tubuh : 37,4°C
17. Memantau lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi,kualitas, intensitas, dan skala nyeri
dengan hasil :
Ibu pasien mengatakan anaknya masih
mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, sakit
08.00 yang dirasakan hilang timbul, skala nyeri 5
WITA (sedang)
18. Melakukan operan shift dengan dinas pagi
Sumber Data Primer, (2022)
E. Catatan Perkembangan
Hari Pertama
Tabel 3.6 Catatan Perkembangan pada An. K tanggal 08 Februari 2022

NO HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX TANGGAL
1. Selasa, 08 08.30 1. Memantau lokasi, karakteristik, durasi, Rabu 09 Februari 2022/ 08.30 WITA
Februari WITA frekuensi, kualitas, intensitas skala nyeri S:
2022 Dengan hasil : Ibu pasien mengatakan anaknya 1. Ibu pasien mengatakan anaknya masih
masih mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, mengeluh nyeri pada luka bekas operasi,
sakit yang dirasakan hilang timbul, skala nyeri sakit yang dirasakan hilang timbul
5 (sedang) O:
1. Skala nyeri 5 (sedang)
12.00 2. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik, 2. Pasien masih bersifat protektif
WITA dengan hasil : 3. Masih terdapat nyeri tekan saat dipalpasi
Pasien diberikan keterolac ½amp/IV 4. Tanda-tanda vital :
a. Frekuensi Nadi : 114x/mnt
b. Frekuensi Nafas : 30 x/mnt
12.30 3. Mengatur posisi yang nyaman dengan hasil : c. Suhu badan : 37,1 °C
WITA Perawat mengatur posisi pasien sesuai dengan
kenyamanan pasien A : Nyeri belum Teratasi
P : Lanjutkan intervensi
13.00
4. Mengontrol lingkungan yang memperberat 1. Pantau lokasi, karakteristik, durasi,
WITA rasa nyeri dengan hasil : frekuensi, kualitas, intensitas skala
Perawat membatasi pengunjung datang pada nyeri
saat pasien istirahat 2. Pantau respon nyeri non verbal
14.00 3. Pantau faktor yang memperberat dan
WITA 5. Melakukan operan shift dengan perawat dinas memperingan nyeri
sore 4. Pantau tanda-tanda vital
5. Fasilitasi istirahat dan tidur pasien
15.00 6. Kontrol lingkungan yang memperberat
WITA
6. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital rasa nyeri
dengan hasil : 7. Evaluasi teknik distraksi audiovisual
a. Frekuensi nadi : 110 kali per menit kartun/animasi untuk mengurangi rasa
b. Frekuensi napas : 32 kali per menit nyeri yang dilakukan keluarga
c. Suhu tubuh : 36,8°C 8. Evaluasi kemampuan keluarga dalam
melakukan massage punggung
7. Memantau lokasi, karakteristik, durasi, 9. Mengatur posisi yang nyaman
frekuensi,kualitas, intensitas, dan skala nyeri 10. Kolaborasi terapi pemberian analgetik
dengan hasil :
Ibu pasien mengatakan anaknya masih
mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, sakit
yang dirasakan hilang timbul, skala nyeri 5
(sedang)
18.00
WITA 8. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
dengan hasil :
a. Frekuensi nadi : 98 kali per menit
b. Frekuensi napas : 34 kali per menit
c. Suhu tubuh : 36.5°C

9. Melakukan evaluasi teknik distraksi audiovisual


kartun/animasi untuk mengurangi rasa nyeri
yang dilakukan keluarga
Dengan hasil:
ibu pasien mengatakan saat anaknya
merasakan nyeri, ibu mengalihkan dengan
memberikan tontonan yutube pada anaknya
20.00
WITA
10. Melakukan pemberian terapi analgetik, dengan
21.00
hasil :
WITA Pasien diberikan keterolac ½amp/IV
11. Melakukan operan shift dengan perawat dinas
malam
21.30
WITA 12. Mengukur suhu tubuh pasien dengan hasil:
Suhu tubuh pasien : 37°C

13. Melakukan evaluasi massage punggung untuk


mengurangi nyeri dengan hasil :
Ibu pasien selalu melakukan massage
punggung pada pasien. Sampai pasien teridur

14. Memfasilitasi istirahat dan tidur pasien dengan


hasil :
Perawat Kembali mengatur penerangan
ruangan dan mengecek pengaman tempat tidur
04.00 agar pasien tidur dengan nyaman
WITA 15. Melakukan pemberian terapi analgetik, dengan
hasil :
Pasien diberikan keterolac ½amp/IV
06.00
WITA
16. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada
pasien dengan hasil :
a. Frekuensi nadi : 100 kali per menit
b. Frekuensi napas: 36 kali per menut
c. Suhu tubuh : 37,0°C

17. Memantau lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi,kualitas, intensitas, dan skala nyeri
dengan hasil :
Ibu pasien mengatakan anaknya masih
mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, sakit
yang dirasakan hilang timbul, skala nyeri 5
(sedang)
08.00
WITA 18. Melakukan operan shift dengan dinas pagi

Sumber data primer, (2022)


Hari Kedua
Tabel 3.& Catatan Perkembangan II pada An. K tanggal 09 Februari 2022

NO HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX TANGGAL
1. Rabu, 09 08.30 1. Memantau lokasi, karakteristik, durasi, Kamis, 10 Februari 2022/ 08.30 WITA
Februari WITA frekuensi, kualitas, intensitas skala nyeri S:
2022 Dengan hasil : Ibu pasien mengatakan anaknya 1. Ibu pasien mengatakan anaknya masih
masih mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, mengeluh nyeri pada luka bekas
sakit yang dirasakan hilang timbul, skala nyeri operasi, sakit yang dirasakan hilang
4 (sedang) timbul
O:
12.00 2. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik, 1. Skala nyeri 3 (sedang)
WITA dengan hasil : 2. Pasien masih bersifat protektif
Pasien diberikan keterolac ½amp/IV 3. Masih terdapat nyeri tekan saat
dipalpasi
4. Tanda-tanda vital :
12.30 3. Melakukan evaluasi massage punggung untuk a. Frekuensi nadi : 120 kali per menit
WITA mengurangi nyeri dengan hasil : b. Frekuensi napas: 32 kali per menut
Ibu pasien selalu melakukan massage c. Suhu tubuh : 37,3°C
punggung pada pasien saat pasien merasakan
nyeri A : Nyeri belum Teratasi
13.00 P : Lanjutkan intervensi
WITA 4. Mengontrol lingkungan yang memperberat 1. Pantau lokasi, karakteristik, durasi,
rasa nyeri dengan hasil : frekuensi, kualitas, intensitas skala
Perawat membatasi pengunjung datang pada nyeri
saat pasien istirahat 2. Pantau respon nyeri non verbal
3. Pantau faktor yang memperberat dan
14.00 5. Melakukan operan shift dengan perawat dinas memperingan nyeri
WITA sore 4. Pantau tanda-tanda vital
5. Fasilitasi istirahat dan tidur pasien
15.00 6. Kontrol lingkungan yang memperberat
WITA
6. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital rasa nyeri
dengan hasil : 7. Evaluasi teknik distraksi audiovisual
d. Frekuensi nadi : 105 kali per menit kartun/animasi untuk mengurangi rasa
e. Frekuensi napas : 30 kali per menit nyeri yang dilakukan keluarga
f. Suhu tubuh : 36,9°C 8. Evaluasi kemampuan keluarga dalam
melakukan massage punggung
7. Memantau lokasi, karakteristik, durasi, 9. Mengatur posisi yang nyaman
frekuensi,kualitas, intensitas, dan skala nyeri 10. Kolaborasi terapi pemberian analgetik
dengan hasil :
Ibu pasien mengatakan anaknya masih
mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, sakit
yang dirasakan hilang timbul, skala nyeri 4
(sedang)
18.00
WITA 8. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
dengan hasil :
d. Frekuensi nadi : 110 kali per menit
e. Frekuensi napas : 32 kali per menit
f. Suhu tubuh : 36,9°C

9. Melakukan evaluasi teknik distraksi audiovisual


kartun/animasi untuk mengurangi rasa nyeri
yang dilakukan keluarga
Dengan hasil:
ibu pasien mengatakan saat anaknya
merasakan nyeri, ibu mengalihkan dengan
memberikan tontonan yutube pada anaknya
20.00
10. Melakukan pemberian terapi analgetik, dengan
WITA
hasil :
21.00 Pasien diberikan keterolac ½amp/IV
WITA 11. Melakukan operan shift dengan perawat dinas
malam
21.30
WITA 12. Mengukur suhu tubuh pasien dengan hasil:
Suhu tubuh pasien : 37°C

13. Memastikan posisi pasien dalam keadaan


nyaman dengan hasil :
Pasien saat ini dalam posisi nyaman dan
tertidur

14. Memfasilitasi istirahat dan tidur pasien dengan


hasil :
Perawat Kembali mengatur penerangan
ruangan, mengecek pengaman tempat tidur,
serta memastikan tidak ada pengunjung pasien
diruangan agar pasien beristirahat dengan
nyaman.
04.00
15. Melakukan pemberian terapi analgetik, dengan
WITA
hasil :
Pasien diberikan keterolac ½amp/IV

06.00 16. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada


WITA pasien dengan hasil :
a. Frekuensi nadi : 120 kali per menit
b. Frekuensi napas: 32 kali per menut
c. Suhu tubuh : 37,3°C

17. Memantau lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi,kualitas, intensitas, dan skala nyeri
dengan hasil :
Ibu pasien mengatakan anaknya masih
mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, sakit
yang dirasakan hilang timbul, skala nyeri 3
(sedang)

08.00
18. Melakukan operan shift dengan dinas pagi
WITA
Sumber data primer, (2022)
DAFTAR PUSTAKA

Amin huda, hardhi kusuma. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan


berdasatkan dignosa medis dan nanda nic-noc (jilid 1). Mediaction.

Asmadi, 2012. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep Anak dan Aplikasi


Kebutuhan Dasaar Klien. Salemba Medika : Jakarta

Brunner & Suddarth, 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
12 Vol.Jakarta : ECG

Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis KeperawatanDefinisi


& Klasifikasi Edisi 10. Jakarta: EGC

Jitowiyono S. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta :


Muha Medika

KEMENKES RI, 2015. Tumor Abdomen. Pusat Data dan Informasi


Kementrian Kesehatan RI. Jakarta

Kozier,B.,Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2010).


Buku Ajar Fundamental Keperawatan ( Alih bahasa : Esty Wahyu
ningsih, Devi yulianti, yuyun yuningsih. Dan Ana lusyana ). Jakarta
:EGC

LeMone Priscilla, Burke Karen M., B. G. (2015). Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah. ( A. Linda,Ed ) (5th ed.).
Jakarta : EGC

Nainggolan, S. E., Asrizal. (2013). Edukasi kemampuan keluarga dalam


perawatan stoma di RSUP. H. Adam malik Medan. Medan

Potter, Perry. (2013). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and


Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC

Rini Wahyuni Mohamad, Nani Nurhaeni, Dessie Wanda. (2022). Efektivitas


Menonton Video Kartun Terhadap Tingkat Nyeri selama Prosedur
Invasif pada Anak Sekolah. Jakarta
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/download/379
5/2514

Riska, W. & Riyan, R. 2019. Pemberian Teknik Distraksi menonton kartun


animasi untuk menurunkan tingkat nyeri prosedur invasive pada
anak. Bandar Lampung
https://web.archive.org/web/20210209090037id_/http://ejurnalmalaha
yati.ac. id/index.php/holistik/article/download/1708/pdf

Sarfika, R., Yanti, N., & Winda, R. 2017. Pengaruh Teknik Distraksi
Menonton Kartun Animasi Terhadap Skala Nyeri Anak Usia
Prasekolah Saat Pemasangan Infus di Instalasi Rawat Inap Anak
RSUP DR. M. Djamil Padang. NERS Jurnal Keperawatan, 11 (1),
32-40

Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC

Smelstzer, S.C & Bare, B. G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah vol.2. Jakarta : ECG

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

World Health Organization (WHO). 2018

Anda mungkin juga menyukai