Anda di halaman 1dari 13

A.

PENGERTIAN

Neoplasma merupakan massa jaringan baru (kumpulan sel) yang tumbuh secara
mandiri di struktur sekitarnya dan tidak memiliki tujuan fisiologis. Istilah neoplasma sering
kali digunakan secara bergantian dengan tumor, berasal dari bahasa latin yang berarti
“pembengkakan”. (LeMone, P dkk. 2015)

Tumor adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sehingga terbentuk jaringan baru
atau sering kali oleh masyarakat awam disebut daging baru. Tumor terbagi menajdi dua
macam, yaitu tumor jinak dan ganas. (Riksani, Ria. 2015)

Tumor abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-
beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel
normal dalam bentuk dan strukturnya. (Lukman, 2014)

B. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.


Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi
aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan
metastasis.
Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:
 Karsinogen
 Hormone
 Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan
yang kurang berserat.
 Parasit : parasit schistososma hematobin yang mengakibatkan karsinoma
planoseluler.
 Genetic
 Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.
C. MANIFESTASI KLINIS

 Hiperplasia
 Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
 Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila berasal dari
masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan elastic kenyal atau lunak.
 Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
 Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
 Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
 Nyeri
 Anoreksia, mual, muntah.
 Penurunan berat badan.

D. PATOFISIOLOGI

Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi
ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan berpopliferasi secar
abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut.
Sel-sel neoplasma mandapat energi terutama dari anaerob karena kemampuan sel
untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk oksidasi.
Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak yang
membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk berfungsi yang menghasilkan energi
dengan jalan katabolisme.
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan
energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalm
mendapatkan bahan-bahan tersebut.
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah
tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase
(penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.
Meskipun penyakit in idapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan,
namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal tetapi lebih kepada
suatu kelompok penyakit yang jelas dengan penyebab, metastase, pengobatan dan prognosa
yang berbeda.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi :


 Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang tumor atau oleh
tubuh dalam berespon terhadap tumor.
 Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan gambaran
berbagai struktur tubuh.
 CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan jaringan
untuk memberikan pandangan potongan melintang.
 Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar jaringan; dap[at
,mencakup penggunaan bahan kontras.
 Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima, digunkan
untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam tubuh.
 Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukan suatu ke dalam
rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan, aspirasi
dan eksisi tumor yang kecil.
 Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan radiosisotope yang diikuti dengan
pencitraan yang menjadi tempat berkumpulnya radioisotope.
F. PENATALAKSANAAN

 Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gasterektoni subtotal atau
total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi. Pasien dengan tumor
lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus menjalani laparotomi
eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur
kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan dengan tindakan adalah injeksi,
perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.
 Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam pengobatan
tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor. Bentuk energy
yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam
spektrum elektromagnetik.
 Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi tumor,
untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan terapi radiasi
dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi pembelahan yang
tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
 Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker
dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM) berupa antibody
monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi yang berkaitan dengan tindakan adalah perdarahan, ileus, dan kebocoran
anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C. 2001)
H. PATHWAY
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

Pengkajianmerupakantahapawal dan merupak dasar proses keperawatan diperlukan


pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien agar dapat memberikan rah kepada
tindakan keperawatan.
Data dasarpengkajianklien :
a. Aktivitasistirahat
Gejala :kelemahandan keletihan
b. Sirkulasi
Gejala :palpitasi, nyeri, dada padapengarahankerja.
Kebiasaan :perubahanpada TD
c. Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feces, nyeri pada defekasi.
Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar pada saat berkemih,
hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk ( rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan pengawet).
Anoreksisa, mual/muntah.Intoleransi makanan. Perubahan pada berat badan; penurunan
berat badan hebat, berkuranganya massa otot.
Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan
sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
h. Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup dengan sesoramh yang
merokok.)Pemajanan asbes.
i. Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik. Karsinogen Pemajanan matahari
lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan perubahan pada tingkat
kepuasan. Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun Multigravida, pasangan seks
miltifel, aktivitas seksual dini.
k. Interaksi sosial
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung.Riwayat perkawinan (berkenaan
dengan kepuasan di rumah dukungan, atau bantuan).

2. Diagnosa keperawatan
 Diagnosa pre operasi
a. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit
b. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat
d. Hambatan mobilitas fisik b/d adanya odema
 Diagnosa post operasi
a. Resiko infeksi b/d adanya lukaoperasi
b. Gangguan pola tidur b/d nyeri operasi

3. Intervensi keperawatan
 Diagnosa pre operasi
a. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam rasa kecemasan klien
berkurang
Hasil yang diharapkan :
 Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang
 Ekspresi wajah tampak rileks
Intervensi Rasional

a. Tentukan riwayat nyeri misalnya a. Informasi memberikan data dasar


lokasi, durasi dan skala untuk mengevaluasi kebutuhan /
keefektifan intervensi.
b. Berikan tindakan kenyaman dasar b. Dapat meningkatkan relaksasi
misal: massage punggung dan
aktivitas hiburan misalnya music.
c. Memungkinkan klien untuk
c. Dorong penggunaan keterampilan
berpartisipasi secara aktif dalam
manajement nyeri misalnya relaksasi
meningkatkan rasa control.
napas dalam.
d. Analgetik dapat menghambat
d. Kolaborasi pemberian analgetik
stimulus nyeri.
sesuai indikasi

b. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam rasa kecemasan klien
berkurang
Kriteria hasil :
 berkurangnya rasa takut
 Tampak rileks
Intervensi Rasional

a. Kaji penyebab dari kecemasan klien. c. Mempermudah perawat melakukan


intervensi yang tepat.
d. Memberikan kesempatan untuk
b. Dorong klien untuk mengungkapkan
memeriksa takut realistis serta
pikiran dan perasaan.
kesalahan konsep tentang diagnosis.
e. Membantu klien untuk merasa
c. Berikan lingkungan terbuka dimana diterima pada adanya kondisi tanpa
klien merasa aman untuk perasaan dihakimi dan
mendiskusikan perasaannya. meningkatkan rasa terhormat.
f. Memberikan keyakinan bahwa klien
tidak sendiri atau ditolak.
d. Pertahankan kontak sesering mungkin
g. Dukungan dan konseling sesering
dengan klien.
diperlukan untuk memungkinkan
e. Bantu klien/keluarga dalam
individu mengenal dan menghadapi
mengenali dan mengklasifikasikan
rasa takut.
rasa takut untuk memulai
mengembangkan strategi koping.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat


Tujuan :Nutrisi klien dapat terpenuhi.
Kriteria: Klien mengungkapkan nafsu makan baik, badan tidak lemah, dan HB normal.

Intervensi Rasional

a. Monitor intake makanan setiap hari, a. Memberikan informasi tentang


apakah klien makan sesuai dengan status gizi klien.
kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan,
b. Memberikan informasi tentang
ukuran triceps serta amati penurunan
penambahan dan penurunan berat
berat badan.
badan klien.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang
c. Menunjukkan keadaan gizi klien
lambat dan pembesaran kelenjar
sangat buruk.
parotis.
d. Anjurkan klien untuk
mengkonsumsi makanan tinggi d. Kalori merupakan sumber energi.
kalori dengan intake cairan yang
adekuat. Anjurkan pula makanan
kecil untuk klien.
e. Kontrol faktor lingkungan seperti e. Mencegah mual muntah, distensi
bau busuk atau bising. Hindarkan berlebihan, dispepsia yang
makanan yang terlalu manis, menyebabkan penurunan nafsu
berlemak dan pedas. makan serta mengurangi stimulus
berbahaya yang dapat meningkatkan
ansietas.
f. Agar klien merasa seperti berada
f. Ciptakan suasana makan yang dirumah sendiri.
menyenangkan misalnya makan
bersama teman atau keluarga.
g. Untuk menimbulkan perasaan ingin
g. Anjurkan tehnik relaksasi,
makan/membangkitkan selera
visualisasi, latihan moderate
makan.
sebelum makan.
h. Agar dapat diatasi secara bersama-
h. Anjurkan komunikasi terbuka
sama (dengan ahli gizi, perawat dan
tentang problem anoreksia yang
klien).
dialami klien.
Kolaboratif
i. Untuk mengetahui/menegakkan
i. Amati studi laboraturium seperti
terjadinya gangguan nutrisi sebagi
total limposit, serum transferin dan
akibat perjalanan penyakit,
albumin
pengobatan dan perawatan terhadap
klien.
j. Membantu menghilangkan gejala
penyakit, efek samping dan
j. Berikan pengobatan sesuai indikasi
meningkatkan status kesehatan
Phenotiazine, antidopaminergic,
klien.
corticosteroids, vitamins khususnya
k. Mempermudah intake makanan dan
A,D,E dan B6, antacida
minuman dengan hasil yang
k. Pasang pipa nasogastrik untuk maksimal dan tepat sesuai
memberikan makanan secara enteral, kebutuhan.
imbangi dengan infus.
d. Hambatan mobilitas fisik b/d adanya odema
Tujuan :hambatanmobilitasfisiktidakterjadi
dengankriteriahasil :
 Mampu melakukan aktivitassecara mandiri / dengan bantuan orang lain.
Intervensi Rasional

a. Kaji kemampuan klien dalam a. Membantu merencanakan pemenuhan


melakukan aktivitas kebutuhan klien
b. Bantu aktivitas klien b. Memenuhi kebutuhan klien yang tidak
c. Anjurkan keluarga membantu dapat di penuhi secara mandiri
aktivitas klien dalam memenuhi c. Menjaga serta memenuhi kebutuhan
personal hyginenya personal hygine klien

 Diagnosa post operasi


a. Resiko infeksi b/d adanya luka operasi
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria: Luka sembuh dengan baik, verband tidak basah dan tidak ada tanda-tanda
infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor).

Intervensi Rasional

a. Cuci tangan sebelum melakukan a. Mencegah terjadinya infeksi silang.


tindakan. Pengunjung juga
dianjurkan melakukan hal yang
sama
b. Jaga personal hygine klien dengan b. Menurunkan/mengurangi adanya
baik. organisme hidup
c. Monitor temperatur c. Peningkatan suhu merupakan tanda
terjadinya infeksi
d. Mencegah/mengurangi terjadinya
d. Kaji semua sistem untuk melihat
resiko infeksi
tanda-tanda infeksi
e. Hindarkan/batasi prosedur invasif e. Mencegah terjadinya infeksi
dan jaga aseptik prosedur
Kolaboratif
f. Segera dapat diketahui apabila
f. Monitor CBC, WBC, granulosit, terjadi infeksi.
platelets. g. Adanya indikasi yang jelas sehingga
g. Berikan antibiotik bila antibiotik yang diberikan dapat
diindikasikan. mengatasi organisme penyebab
infeksi.

b. Gangguan pola tidur b/d nyeri operasi


Tujuan :Gangguan pola tidur tidak terjadi dengan kriteria hasil :
 Klien dapat tidur dengan nyenyak
 Klien merasa segar saat bangun tidur

Intevensi Rasional

a. Kaji kebiasaan tidur dan perubahan a. Mengidentifikasi dan menentukan


yang terjadi intervensi yang tepat
b. Atur posisi yang nyaman bagi klien b. Istirahat tidur cukup dapat dapat
menjelang tidur mengurangi kelemahan
c. Ciptakan suasana tenang menjelang c. Mengubah area tekanan dan
dan pada saat pasien tidur. meningkatkan area istirahat.
DAFTAR PUSTAKA

Alief. M, dkk, 2000. KapitaSelektaKedokteran. Jakarta:FKUI.

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar KeperawatanMedikalBedahEdisi 8. Jakarta: EGC.

Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9.
Jakarta : EGC

Doenges, ME. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.

E. Oswari. 2011. Patofisiologi. Jakarta: Hipokrates

Anda mungkin juga menyukai