Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

SOFT TISSUE TUMOR

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan abnormal
yang disebabkan oleh neoplasma dan non neoplasma. Soft Tissue Tumor
(STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-
selnya tidak tumbuh seperti kanker (Brunner & Suddart 2001).

Jadi kesimpulannya, Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.

1.2 Etiologi
Rosenberg (2010) mengatakan penyebab dari soft tissue tumor yaitu:
1. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar
laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam
diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-
induksi yang mendorong transformasi neoplastic.
3. Lingkungan carcinogens
Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah
itu dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
4. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga
akan meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
5. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya
kebetulan. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang
ada.

1.3 Tanda dan Gejala

1
Tanda dan gejala tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada
lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu
benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita
yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau
nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf-saraf tepi. Dalam tahap awal, jaringan lunak tumor biasanya tidak
menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumor
dapat tumbuh lebih besar, mendorong samping jaringan normal, sebelum
mereka merasa atau menyebabkan masalah. kadang gejala pertama
biasanya gumpalan rasa sakit atau bengkak. dan dapat menimbulkan
gejala lainnya, seperti sakit atau rasa nyeri, karena dekat dengan menekan
saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat menyebabkan rasa sakit
abdominal umumnya menyebabkan sembelit (Fletcher, 2002).

1.4 Patofisiologi
Price (2006) menyatakan pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak
Soft Tissue Tumors (STT) adalah proliferasi masenkimal yang terjadi di
jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di
mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher,
dan 30% di badan.

1.5 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan X-ray : X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut
tentang berbagai tumor jaringan lunak, transparansi serta
hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya jelas,
sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelas tetapi
melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan
lunak, situasi terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan
lainnya.
2. Pemeriksaan USG: Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema
perbatasan amplop dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu
bisa untuk membedakan antara jinak atau ganas. tumor ganas jaringan
lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti
sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat

2
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor
mendalami sitologi aspirasi akupunktur.
3. CT scan: CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial
karakteristik tumor jaringan lunak yang merupakan metode umum
untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI: Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat
melengkapi kekurangan dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat
tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor dari semua
jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar
yang lebih jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah
untuk mendasarkan pengembangan rencana pengobatan yang lebih
baik.

1.6 Komplikasi
Penyebaran dan metastatis kanker ini paling sering melalui pembuluh
darah ke paru-paru, ke liver, ke tulang, dan jarang menyebar melalui
kelenjar getah bening (Christopher, 2002).

1.7 Penatalaksanaan
Potter (2005) mengatakan secara umum, pengobatan untuk jaringan
lunak tumors tergantung pada tahap dari tumor. Tahap tumor yang
didasarkan pada ukuran dan tingkatan dari tumor. Pengobatan pilihan
untuk jaringan lunak tumors termasuk operasi, terapi radiasi, dan
kemoterapi.
1. Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak
tumors. Jika memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan
margin yang aman dari jaringan sehat di sekitarnya. Penting untuk
mendapatkan margin bebas tumor untuk mengurangi kemungkinan
kambuh lokal dan memberikan yang terbaik bagi pembasmian dari
tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin,
jarang sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau bagian dari
lengan atau kaki.
2. Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau
setelah shrink Tumors operasi apapun untuk membunuh sel kanker
yang mungkin tertinggal. Dalam beberapa kasus, dapat digunakan

3
untuk merawat tumor yang tidak dapat dilakukan pembedahan.
Dalam beberapa studi, terapi radiasi telah ditemukan untuk
memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada
keseluruhan hidup.
3. Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum
atau sesudah operasi untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor
atau membunuh sel kanker yang tersisa. Penggunaan kemoterapi
untuk mencegah penyebaran jaringan lunak tumors belum
membuktikan untuk lebih efektif. Jika kanker telah menyebar ke
area lain dari tubuh, kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink
Tumors dan mengurangi rasa sakit dan menyebabkan kegelisahan
mereka, tetapi tidak mungkin untuk membasmi penyakit.

4
1.8 Pathway

5
II. Rencana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Soft Tissue Tumor
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat
ini.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Menjelaskan uraian kronologis sakit pasien sekarang sampai
pasien dibawa ke RS, ditambah dengan keluhan pasien saat ini
yang diuraikan dalam konsep PQRST)
P : Palitatif /Provokatif
Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat
memperberat dan menguranginya.
Q : Qualitatif /Quantitatif
Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar,
sejauhmana merasakannya sekarang
R : Region
Dimana gejala terasa, apakah menyebar
S : Skala
Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 1 s/d 10
T : Time
Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah
tiba-tiba atau bertahap.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan
dengan atau memperberat keadaan penyakit yang sedang
diderita pasien saat ini. Termasuk faktor predisposisi penyakit
dan ada waktu proses sembuh.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Mengidentifikasi apakah di keluarga pasien ada riwayat
penyakit turunan atau riwayat penyakit menular.

6
e. Pola Aktivitas Sehari-hari
Membandingkan pola aktifitas keseharian pasien antara
sebelum sakit dan saat sakit, untuk mengidentifikasi apakah
ada perubahan pola pemenuhan atau tidak.

2.1.2 Pemeriksaan Fisik ; Data Fokus


Pemeriksaan pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi
dengan teknik yang digunakan head to toe yang diawali dengan
observasi tingkat kesadaran, keadaan umum, vital sign.

2.1.3 Data Penunjang


Berisi tentang semua prosedur diagnostic dan laporan
laboratorium yang dijalani pasien, dituliskan hasil pemeriksaan
dan nilai normal. Pemeriksaan meliputi pemriksaan rontgen,
biopsy dan pemeriksaan terkait lainnya.

2.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa 1 :
Pre Operasi
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
2.2.1 Definisi
Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau
ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan
disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan
peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan
individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap
tindakan.

2.2.2 Batasan Karakteristik


Subjektif

- Penurunan produktivitas
- Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam
peristiwa hidup

7
- Gerakan yang tidak relevan
- Gelisah
- Memandang sekilas
- Insomnia
- Kontak mata buruk
- Resah
- Menyelidik dan tidak waspada

Objektif

- Gelisah
- Kesedihan yang mendalam
- Distress
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Fokus pada diri sendiri
- Peningkatan kekhawatiran
- Iritabilitas
- Gugup
- Gembira berlebihan
- Nyeri dan peningkatan ketidakberdayaan yang persisten
- Marah
- Menyesal
- Perasaan takut
- Ketidakpastian

2.2.3 Faktor yang Berhubungan


1. Kurang pengetahuan,
2. Hospitalisasi

Diagnosa 2
Post Operasi
Nyeri berhubungan dengan luka post operasi

8
2.2.4 Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang actual atau potensial, atau
digambarkan dengan istilah awitan yang tiba-tiba atau perlahan
dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6
bulan.

2.2.5 Batasan Karakteristik


Objektif
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak
bertenaga sampai kaku)
- Respon autonomic (misalnya diaphoresis, perubahan tekanan
darah, pernapasan, atau nadi, dilatasi pupil).
- Perubahan selera makan
- Perilaku distraksi (misalnya : mondar-mandir, mencari orang
dan aktivitas lain, aktivitas berulang)
- Perilaku ekspresif (misalnya : gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsang, dan
menghela napas panjang)
- Wajah topeng (nyei)
- Perilaku sikap menjaga melindungi
- Fokus menyempit (misalnya : gangguan persepsi waktu,
gangguan proses pikir, bukti nyeri yang diamati)
- Berfokus pada diri sendiri
- Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau
tidak menentu dan menyeringai)

2.2.6 Faktor yang berhubungan


- Agen-agen penyebab cedera (misalnya : biologis, kimia, fisik dan
psikologis).

9
Diagnosa 3
Kerusakan Integritas kulit
2.2.7 Definisi
Kerusakan pada epidermis/dermis
2.2.8 Batasan Karakteristik
Benda asing menusuk kulit
Kerusakan Integritas kulit
2.2.9 Faktor yang berhubungan
Terapi radiasi

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1
Pre Op : Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan menunjukkan
:
NOC
Anxiety control
Coping
Kriteria Hasil :
- Pasien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.

2.3.2 Intervensi Keperawatan (NIC)


Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
- Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur

10
- Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut
- Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
- Dorong keluarga untuk menemani anak
- Lakukan back / neck rub
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
- Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

Diagnosa 2
Post Op : Nyeri berhubungan dengan luka post operasi
NOC: Pain level, pain control, comfort level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (1x60 menit) nyeri klien
akan berkurang dengan criteria hasil klien akan:
1. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan hal yang
memperberat nyeri)
2. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
3. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC:
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
4. Ajarkan teknik non farmakologi
5. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
Analgesic administration

11
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri
5. Pilih rute pemberian pengobatan nyeri
6. Monitor vital sign sebelum dan sesudahp emberianan algesik pertama
7. Berikan analgesic tepat waktu
8. Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala

Diagnosa 3
Kerusakan Integritas Kulit
NOC: Tissue Integrity: Skin and mucous, membranes.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam (1 hari) criteria
hasil klien akan:
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperature, hidrasi, pigmentasi).
2. Perfusi jaringan baik
NIC:
Wound Care
1. Lepaskan dressing dan plester perekat
2. Monitor karakteristik luka, meliputi drainase, warna, ukuran, dan bau
3. Ukur dasar luka
4. Bersihkan dengan normal salin
5. Pasang dressing yang sesuai dengan tipe luka
6. Pertahankan teknik dressing steril ketika melakukan perawatan luka.
7. Ganti dressing yang sudah banyak eksudatnya
8. Memeriksa luka setiap pergantian dressing
9. Catat setiap hari perubahan luka
10. Posisikan pasien untuk mencegah terjadinya penekanan pada luka
11. Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali
12. Pertahankan dan tingkatkan cairan
13. Instruksikan pada pasien dan keluarga mengenai prosedur perawatan
luka
14. Dokumentasikan lokasi dan ukuran luka.

12
III. Daftar Pustaka
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Christopher D.M. Fletcher. 2002. World Health Organization Classification of
Tumours: Pathology and Genetics of Tumours of Soft Tissue and Bone.
Lyon: IARCPress
Fletcher C, Unni KK, Mertens F. Pathology and Genetics of Tumours of Soft
Tissue and Bone. France: IARC Press; 2002. p. 233-57, 259-64, 297-8,
309-10, 313-6, 338-43
Potter, Patricia A.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses
dan praktik. Edisi.4 volume 1. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakrata : EGC
Rosenberg AE. Bones, Joints and Soft Tissue Tumors. In: Kumar,Abbas,
Fausto, Aster, editors. Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.p. 1293-1302

13
Banjarmasin, Juli 2017

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

() (.)

14

Anda mungkin juga menyukai