Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN STRUMA NODUSA NON TOKSIK

1. DEFINISI

Struma adalah tumor (pembesaran) pada kelenjar tiroid, biasanya dianggap


membesar bila kelenjar tiroid lebih dari dua kali ukuran normal (Daniel,2008).

Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik
teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidesme (AME, 2006).
Struma nodosa non toxic adalah pembesaran kelenjar tyroid akibat kekurangan
iodium yang kronik. Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas stroma nodosa non toxic
adalah pembesaran kelenjar tiroid akibat kekurangan iodium dan tanpa disertai tanda-
tanda hipertiroidesme (Solymosi, 2007).

2. ETIOLOGI
Menurut Djokomoeljanto (2006) penyebab stroma nodosa non toksik adalah
1. Defisiensi iodium
2. Autoimmun thyroiditis :hashimoto atau postpartum thyroiditis
3. Kelebihan iodium (efek wolff-chaikoff) atau ingesti lithium, dengan penurunan
pelepasan hormon tiroid.
4. Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisi, resistensi, dan tiroid-
stimulating immunoglobulin.
5. Terpapar radiasi
6. Resistensi hormon tyroid
7. Tiroiditid sub akut

3. MANIFESTASI KLINIS
1. Gangguan menelan
2. Peningkatan simpat (jantung berdebar-debar, gelisah, berkeringat,tidak tahan cuaca
dingin, diare, gemetar)
Pada pemeriksaan status lokalis struma nodusa, dibedakan dalam hal :
1. Jumlah nodul : satu (soliter), atau lebih dari satu (multipel)
2. Konsistensi : lunak, kistik, keras, dan sangat keras
3. Perlekatan dengan sekitarnya : ada atau tidak ada
4. Pembesaran porsi getah bening disekitar tyroid : ada atau tidak ada

(Brunicardi et Al, 2010)

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk struma nodosa menurut Solymosi (2007), antara
lain :
1. Pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan tes fungsi hormon T4 atau T3, dan TSH
2. Pemeriksaan radiologi
a. Foto rontgen
Dapat memperjelas adanya deviasi trakea, atau pembesran struma yang pada
umumnya secara klinis sudah bisa diduga, foto rontgen pada leher lateral
diperlukan untuk evaluasi kondisi jalan nafas.
b. Pemeriksaan USG, manfaat USG dalam pemeriksaan tiroid, yaitu :
1) Untuk menentukan jumlah nodul
2) Dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kestik
3) Dapat mengukur volume dari nodul tiroid
4) Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan
dilakukan biopsi terarah
5) Pemeriksaan sidik tiroid, hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah
tentang ukuran
3. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration Biopsy), dilakukan khusus
pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan.

5. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan struma menurut Jamson (2005), dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Penatalaksanaan konservatif
a. Pemberiantiroksin dan obat anti-tiroid, tiroksin digunakan untuk menyusutkan
ukuran struma pertumbuhan sel kanker dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena
itu untuk menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini
yang diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi
pengankatan kelenjar tiroid.
b. Terapi yodium radioaktif, memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada
kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau
dioperasi maka pemberian yodium radioaktis dapat mengurangi gondok sekitar
50%.
2. Penatalaksanaan operatif
Tiroidektomi, tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengankat kelenjar tiroid
adalah tiroidektomi, meliputi subtotal ataupun total. Tiroidektomi subtotal akan
menyisakan jaringan atau pengankatan 5/6 kelenjar tiroid, sedangkan tiroidektomi
total yaitu pengankatan jaringan seluruh lobus termasuk istmus.
3. Penatalaksanaan keperawatan
a. Manajemen atau penatalaksanaan nyeri
b. Penatalaksanaan nutrisi
c. Penatalaksanaan mobilisasi

6. KOMPLIKASI
1. Gangguan dikonsumsi atau bernafas
2. Gangguan jantung, baik berupa gangguan irama hingga penyakit jantung ongestif
(jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)
3. Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang menjadi
rapuh, keropos, dan mudah patah.

7. PENCEGAHAN
a. Pemberian edukasi, pemberian edukasi ini bertujuan untuk merubah perilaku
masyarakat, khususnya mengenai pola makan dan memasyarakatkan penggunaan
garam beriodium.
b. Pemberian kapsul minyak beriodium, terutama bagi penduduk yang berada di
wilayah endemic sedang dan berat
c. Penyuntikan lipidol, sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal
didaereah endemic, diberikan endemic 40% tiga tahun sekali dengan dosis untuk
orang dewasa dan anak diatas enam tahun 1cc, sedangkan yang usianya sedang
atau kurang dari enam tahun diberikaqn 0,2-0,8cc.

8. PATOFISIOLOGI
Menurut Solymosi (2007), Struma terjadi karena kegagalan sintesa hormon yang
berhubungan dengan pengurangan hormon T3 dan T4. Pengurangan ini mencegah
inhibisi umpan balik TSH yang normal. Kadar TSH yang meningkat akan menyebabkan
peningkatan massa tyroid. Pembesaran tyroid dapat menimbulkan hyperplasia tetapi tidak
semua menunjukkan kadar TSH. Hipotesis lainmenyatakan bahwa struma disebabkan
karena stimulus kelenjar tyroid oleh growth imunoglobulin, struma dapat berupa defus
atau noduler dan nodul disebabkan oleh adenoma, karsinoma, atau proses inflamasi.
Pembesran tyroid yang tidak berhubungan dengan hypertiroidisme, malignasi atau
inflamasi sering kali terjadi pada wanita yang timbul pada saat pubertas atau selama
kahamilan disebut dengan simpel goiter. Pada tiap orang dapat dijumpai masa dimana
kebutuhan terhadap tiroxin bertambah terutama masa pertumbuhan, menstruasi pubertas,
kehamilan, laktasu, menopause, infeksi dan stress. Pada masa tersebut akan menimbulkan
modularitas kelenjar tiroid serta kelainan arsitektur yang dapat berlanjut pada
berkurangnya aliran darah.
9. PATHWAY
Definisi iodium kelainan metabolilsme penghambat sintesa hormon
kongenital oleh zat kimia, oleh obat

struma nodusa non toksik

Pembedahan Luka insisi Tumbuh di jaringan

Terapat General Pintu masuk Mediator kimia Disfagia


Luka Anestesi kuman bradikulin, histamine
Jahitan Sulit menelan
Depresi Kuman Perangsangan ujung
Estetika Sistem mudah masuk syaraf perifer Intake nutrisi
Pernafasan berkurang
Gg. Konsep Resiko infeksi Substansia gelatinosa
Diri Gg. Nutrisi kurang
Penekanan Thalamus kortec dari kebutuhan tubuh
Medulla oblongata serebri

Penurunan reflek Nyeri di


Batuk persepsikan

Akumulasi sputum Gg. Rasa nyaman


(Nyeri)
Resiko kebersihan
Jalan nafas tidak
efektif
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Identitas penanggung jawab
3. Keluhan utama
Keluhan utama adalah nyeri post op
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Dikarenakan nyeri merupakan pengalaman interpersonal, perawat harus
menanyakan secara langsung kepada pasien dengan teknik PQRST.
b. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau tidak, atau
mengalami trauma muskuloskeletal lainnya.
c. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan maupun
menular seperti DM, hipertensi, asma, hepatitis, TBC dll, yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan penyakit.
5. Pengkajian pola fungsional
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutri dan metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola istirahat dan tidur
f. Pola perseptual dan kognitif
g. Pola seksual dan reproduksi
h. Pola persepsi diri dan konsep diri
i. Pola peran dan hubungan
j. Pola management koping stress
k. Pola nilai dan keyakinan
6. Pemeriksaan fisik
a. KU
b. Tanda-tanda vital : TD, N, RR, dan S
c. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
2) Mata
3) Hidung
4) Telinga
5) Mulut dan gigi
6) Leher
7) Ekstermitas atas dan bawah
8) Dada
9) Abdomen

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d agen injuri fisik (luka post operasi).
2. Gangguan komunikasi verbal b.d cedera pita suara atau kerusakan laring, edema
jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
3. Resiko infeksi b.d adanya port de entri kuman atau bakteri

C. Intervensi Keperawatan
No.D
Tujuan dan KH Intervensi Rasional
x
1. Setelah dilakukan tindakan a. Kaji TTV dan KU a. Mengetahui cara
keperawatan selama ...X24 jam pasien terhadap efektif mengatasi
diharapkan nyeri pasien nyeri nyeri
berkurang dengan KH : b. Kaji nyeri secara b. Mengetahui tingkat
a. Skala nyeri 1-3 komprehensif nyeri pasien
b. Pasien mampu mengontrol c. Ajarkan teknik c. Mengurangi nyeri
nyeri relaksasi nafas dan memberikan
c. TTV dalam batas normal dalam rasa nyaman
d. Atur posisi tidur d. Memposisikan
pasien pada posisi pasien dalam posisi
senyaman mungkin nyaman
e. Edukasi tentang e. Memberi alternatif
aktivitas yang dapat menurnkan nyeri
mengangkat dan
menurunkan nyeri
f. Kolaborasi dengan f. Mengurangi nyeri
dokter pemberian pasien
analgetik
2. Setelah dialakukan tindakan a. Kaji fungsi bicara a. Membantu
keperawatan selama ...X24 jam periodik memenuhi
diharapkan gangguan kebutuhan pasien
komunikasi verbal dikarenakan suara
berhubungan dengan cidera serak dan salut
pitasuara dapat teratasi tenggorokan akibat
dengan KH : edema jaringan atau
Paien mampu berkomunikasi kerusakan karena
untuk pemenuhan pembedahan pada
kebutuhanya. syaraf laringeal.
b. Pertahankan b. Menurunkan
komunikasi yang kebutuhan
sederhana, beri berespon,
pertanyaan yang mengurangi bicara
hanya memerlukan
jawaban ya tau tidak
c. Memberikan
metode komunikasi c. Memfasilitasi
alternatif yang ekspresi yang
sesuai, seperti dibutuhkan
papan tulis, kertas
tulis
d. Antisipasi d. Menurunnya asietas
kebutuhan sebaik dan kebutuhan
mungkin pasien untuk
e. Pertahankan berkomunikasi
lingkungan yang e. Menurunkan
tenang kerasnya suara yang
harus diucapkan
pasien untuk
didengar
3. Setelah dilakukan tindakan a. Kaji TTV pasien a. Mengetahui
keperawatan selama ...X24 jam peningkatan suhu
diharapkan tidak adanya tanda sebagai tanda
dan gejala infeksi dengan KH : b. Kaji adanya tanda infeksi
a. Pasien terbebas dari tanda dan gejala infeksi b. Mengetahui akan
dan gejala infeksi timbulanya infeksi
b. Angka lekosit dalam rentan pada luka (sebagai
normal 4.000-10.000 u/L komplikasi yang
c. TTV dalam batas normal mungkin timbul
c. Lakukan perawatan pada luka)
luka dengan teknik c. Mempercepat
aseptik tiap 2x proses
sehari penyembuhan luka
d. Anjurkan pasien dan mencegah
untuk meningkatkan terjadinya infeksi
intake nutrisi TKTP d. Meningkatkan
e. Edukasi pasien dan status imunitas
keluarga untuk pasien
menjaga personal
hygiene e. Mencegah
f. Kolaborasi dengan terjadinya
dokter dalam pertumbuhan
pemberian kuman
antibiotik
f. Mencegah
terjadinya infeksi

DAFTAR PUSTAKA
https://www.informasikedokteran.com/2017/06/struma-nodosa-nontoksik-snnt.html?m=1 diakses
pada tanggal 11 Juni 2020 pukul 10.45 WIB

http://academia.edu diakses pada tanggal 20.25 WIB

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id diakses pada tanggal 12 juni 2020 pukul 13.50 WIB

eprints.umm.ac.id diakses pada tanggal 13 juni 2020 pukul 09.40 WIB

Anda mungkin juga menyukai