Anda di halaman 1dari 9

1.

Anatomi fisiologi SNNT


a. Anatomi
Glandula Thyroidea terdiri atas lobus kiri dan kanan yang
dihubungkan oleh isthmus yang sempit. Setiap lobus berbentuk seperti
buah avokad, dengan puncaknya ke atas sampai linea oblique
cartilaginis thyroidea dan basisinya terdapat dibawah, setinggi cincin
trakea ke-4 atau ke-5. Glandula Thyroidea merupakan organ yang
sangat vascular, dibungkus oleh selubung yang berasal dari lamina
pretrachealis. Selubung ini melekatkan kelenjar ke laring dan trakea,
juga sering didapatkan lobus piramidalis yang menjalar ke atas dari
isthmus, biasanya ke kiri garis tengah. Lobus ini merupakan sisa
jaringan embryonic thyroid yang ketinggalan pada waktu migrasi
jaringan ini ke bagian anterior di hipofaring. Bagian atas dari lobus ini
dikenal sebagai pole atas dari kelenjar tiroid dan bagian bawah disebut
pole bawah. Suatu pita fibrosa atau muscular disebut sebagai muscular
levator glandule thyroidea.
Berat tiroid pada orang dewasa normal adalah 10-30 gram
tergantung pada ukuran tubuh dan suplai iodium. Lebar dan panjang
dari isthmus sekitar 20 mm dan ketebalannya 2-6 mm. Ukuran lobus
lateral dari pole superior ke inferior sekitar 4 cm, lebarnya 15-29 mm,
dan ketebalannya 20-39 mm. Kelenjar tiroid terletak antara fascia colli
media dan fascia prevertebralis. Di dalam ruangan yang sama terdapat
trakea, esophagus, pembuluh darah besar, dan saraf. Kelenjar tiroid
melekat pada trakea dan fascia pretrachealis dan melingkari 2/3 bahkan
sampai ¾ lingkarang.
Arteri carotis communis, vena jugularis interna, dan nervus vagus
terletak bersama di dalam suatu ruang tertutup di laterodorsal tiroid.
Nervus recurrens terletak di dorsal sebelum masuk ke laring.nervus
phrenicus dan truncus symphaticus tidak masuk ke dalam ruang antara
fascia media dan prevertebralis.
Limfe dari kelenjar tiroid terutama dicurahkan ke lateral, ke dalam
nodi limfatici cervicales profundi. Beberapa pembuluh limfe berjalan
turun ke paratracheales. Seluruh cincin tiroid dibungkus oleh suatu
lapisan jaringan yang dinamakan true capsule. Sedangkan extension
dari lapisan tengah fascia servicalis profundus yang mengelilingi tiroid
dinamakan false capsule atau surgical capsule. Seluruh arteri dan vena,
plexus limphaticus dan kelenjar paratiroid terletak antara kedua kapsul
tersebut.
Pada pembedahan tiroid penting memperhatikan jalan arteri pada
pool atas kanan dan kiri, karena ligasi tinggi pada arteri tersebut dapat
mencederai nervus laryngeus superior, kerusakan nervus ini dapat
mengakibatkan perubahan suara menjadi parau yang bersifat sementara
namun dapat pula permanen.
b. Fisiologi
Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan
dan metabolisme energi. Selain itu hormon tiroid mempengaruhi
pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energi, mengatur
kecepatan metabolisme tubuh dan reaksi metabolik, menambah sintesis
asam ribonukleat (RNA), menambah produksi panas, absorpsi
intestinal terhadap glukosa, merangsang pertumbuhan somatis dan
berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak
adanya hormon-hormon ini membuat retardasi mental dan kematangan
neurologik timbul pada saat lahir dan bayi.

2. Pengertian SNNT
Strauma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya
terjadi karena folikel-folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah
bertahun-tahun folikel tumbuh semakin membesar dengan membentuk
krista dan kelenjar tersebut menjadi noduler.
Strauma Nodosa Non Toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid
yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda
hipertyroidism. Strauma Nodosa Non Toksik disebabkan oleh kekurangan
yodium yang kronik. Strauma ini disebut sebagai simple goiter, strauma
endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air
minumnya kurang sekai mengandung yodium dan goitrogen yang
menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.

3. Tanda-tanda kebutuhan terpenuhi


a. Gangguan menelan
b. Peningkatan metabolisme karena klien hiperaktif dengan
meningkatnya denyut nadi
c. Peningkatan simpatis (jantung menjadi berdebar-debar, gelisah,
berkeingat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan).
Pada pemeriksaan status lokais strauma nodusa, dibedakan dalam hal :
1) Jumlah nodul : satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel)
2) Konsistensi : lunak, kistik, keras atau sangat keras
3) Nyeri pada penekanan : ada atau tidak ada
4) Perlekatan dengan sekitarnya : ada atau tidak ada
5) Pembesaran kelenjar getah bening disekitar tiroid : ada atau
tidak ada

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi


a. Defisiensi yodium
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon
tiroid
c. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia seperti substansi dalam
kol, lobak, dan kacang kedelai
d. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan, misalnya :
thiocarbamide, sulfonylurea dan litium

5. Gangguan kebutuhan yang terjadi


a. Gangguan pernafasan
b. Gangguan fungsional pembentukan hormon tiroid
c. Gangguan isitem endokrin
d. Gangguan pada jantung akibat rangsangan yang berlebihan
e. Gangguan aktivitas dan rasa nyaman

6. Konsep asuhan keperawatan


a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien
2) Keluhan utama
Pada klien pre operasi mengeluh terdapat pembesaran pada leher.
Kesulitan menelan dan bernapas. Pada post operasi keluhan yang
dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini
seperti klien waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,
status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera
setelah kejadian
4) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat pasien terdahulu mungkin Klien sebelumnyapernah
menderita yang berhubungan dengan sistem persarafan maupun
penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit
keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
5) Riwayat penyakit keluarga.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga
sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat
mempengaruhi prognosa klien.
6) Pola Kebutuhan Dasar Manusia
a) Pola nutrisi
b) Pola eliminasi
c) Pola istirahat dan tidur
d) Pola aktivitas
e) Pola sirkulasi
f) Pola integritas ego
g) Pola personal hygine
h) Pola Nyeri/ ketidaknyaman
7) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Tanda-tanda vital
Tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu cenderung meningkat.
d) Pemeriksaan Head to Toe
 Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simeris, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan/lepas
 Mata
Inspeksi : Mata simetris, konjungtiva anemis, reflek pupil
isokor
Palpasi : Tidak ada gangguan
 Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada serumen
Palpasi : Tidak ada gangguan
 Mulut
Inspeksi : Mukosa mulut lembab, tidak ada lesi
 Leher
Palpasi : Ada pembesaran tiroid, ada benjolan, sulit menelan
 Dada
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Tidak ada gangguan
Perkusi : Sonor
 Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada bengkak
Auskultasi : bising usus 3-15 x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
 Genetalia dan Anus
Inspeksi : Bersih
 Ekstremitas Atas
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada gangguan
 Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada gangguan

b. Diagnosa keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing
dalam jalan nafas (D.0001)
2) Nyeri akut berhubungan denga agen pencedera fisik (prosedur
operasi) (D.0077)
3) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuscular
4) Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

c. Intervensi keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing
dalam jalan nafas (D.0001)
Manajemen jalan nafas (I.01011)
Observasi
 Monitor pola nafas
 Monitor bunyi nafas tambahan
 Monitor sputum (jumlah, warna dan aroma)
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Posisikan semi fowler atau fowler
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronchodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2) Nyeri akut berhubungan denga agen pencedera fisik (prosedur
operasi) (D.0077)
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Idenfitikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuscular (D.0119)
Promosi komunikasi : Defisit bicara (I.13492)
Observasi
 Monitor kecepatan, tekanan, kuantitias, volume, dan diksi bicara
 Monitor progress kognitif, anatomis, dan fisiologis yang
berkaitan dengan bicara (mis: memori, pendengaran, dan
Bahasa)
 Monitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang mengganggu
bicara
 Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk
komunikasi
Terapeutik
 Gunakan metode komunikasi alternatif (mis: menulis, mata
berkedip, papan komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat
tangan, dan komputer)
 Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan (mis: berdiri di
depan pasien, dengarkan dengan seksama, tunjukkan satu
gagasan atau pemikiran sekaligus, bicaralah dengan perlahan
sambal menghindari teriakan, gunakan komunikasi tertulis, atau
meminta bantuan keluarga untuk memahami ucapan pasien)
 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
 Ulangi apa yang disampaikan pasien
 Berikan dukungan psikologis
 Gunakan juru bicara, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan berbicara perlahan
 Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan
fisiologis yang berhubungan dengan kemampuan bicara
Kolaborasi
 Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
4) Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142)
Pencegahan infeksi (I.14539)
Observasi
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
 Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai