Anda di halaman 1dari 18

1

LAPORAN PENDAHULUAN STRUMA

1. Latar belakang definisi

Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh


penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam
jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar,
keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata
membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease).

Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara
klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme
(Hartini,2013) Kelainan glandula tyroid dapat berupa gangguan fungsi seperti
tiritosikosis atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya, seperti
penyakit tyroid noduler. Berdasarkan patologinya, pembesaran tyroid umumnya
disebut struma (De Jong&Syamsuhidayat,2010).

Struma Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan
oleh sekresi hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan
ini adalah sebagai suatu hipertrofi dan hyperplasi dari parenkhym
kelenjar.Struma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan
oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama.

2. Etiologi

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormone tyroid


merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:

a. Defisiensi iodium. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering


terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang
mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
2

b. Kelainan metabolic kongenital yang menghambat sintesa hormone tyroid


c. Penghambatan sintesa hormone oleh obat-obatan (missal: thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium).
d. Penghambatan system hormone oleh zat kimia (seperti substansi dalam
kol, lobak, kacang kedelai).
3. Manifestasi klinis
Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat
mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga eshofagus tertekan sehingga
terjadi gangguan menelan. Peningkatan sinaptis seperti; jantung menjadi
berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar,
dan kelelahan.

4. Patofisiologi

Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan


perubahan dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH
reseptor tiroid oleh TSH, TSH-Resepor Antibodi atau TSH reseptor agonis,
seperti chorionic gonadotropin, akan menyebabkan struma diffusa. Jika suatu
kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke kelenjar
tiroid, akan menyebabkan struma nodusa (Mulinda, 2005)
Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan
peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan
jumlah dan hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon
tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan terbentuk struma. Penyebab defisiensi
hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon tiroid, defisiensi iodide
dan goitrogen (Mulinda, 2005).

Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH.


Yang termasuk stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar
hipofise yang resisten terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di
3

kelenjar hipofise, dan tumor yang memproduksi human chorionic gonadotropin


(Mulinda, 2005)
4

Pathway
E; defisiensi yodium/gg kimia,
intra tiroid, peningkatan klj tiroid

Struma nodusa
non toksik

Sekresi tiroksin
terganggu

TSH
meningkat

Hipertrofi klj tiroid

Pembesaran klj Gg Citra tubuh


tiroid

Penekanan mekanis Pembedahan Krg informasin ttg


trakea & esofagus penyakit

Kurang
Timbul gejala
pengetahuan
obstruksi

Pre Op Post Op
Intra Op
5

Pusing, mual
Puasa, lambung Efek Anastesi
muntah
kosong

Kemampuan Kerja
Peningkatan HCL pd
Otak menurun Resiko
lambung
aspirasi

Resiko
Otot Pernafasan
aspirasi
tidak adekuat

Gg Ventilasi
spontan
6

5. Pemeriksaan penunjang
a. Dilakukan foto thorax posterior anterior
b. Foto polos leher anterior posterior dan lateral dengan metode soft tissue
technik
c. Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofaghus
d. Laboratorium darah
e. Pemeriksaan sidik tiroid
Hasil pemeriksaan dengan radioisotope adalah teraan ukuran, bentuk
lokasi, dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada
pemeriksaan ini pasien diberi Nal peroral dan setelah 24 jam secara
fotografik ditentukan konsentrasi yodium radioaktif yang ditangkap oleh
tiroid. dari hasil tiroid dibedakan 3 bentuk:
1) nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan
sekitarnya. Hal ini menunjukkan sekitarnya.
2) nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada
sekitarnya, keadaan ini memperlihatkan aktifitas yang berlebih
3) nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya, ini
berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.
f. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat, cair, dan beberapa
bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti ganas atau
jinak. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG:
1) kista
2) adenoma
3) kemungkinan karsinoma
4) tiroiditis
g. Biopsy aspirasi jarum halus
h. Termografi
i. Petanda tumor
7

6. Penatalaksanaan Keperawatan dan Medis

a. Penatalksanaan Keperawatan
1) Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid.
Lobus kiri atau kanan yang mengalami perbesaran diangkat dan
diharapkan kelenjar yang masih tersisa masih dapat memenuhi
kebutuhan tubuh akan hormone-hormon tiroid sehingga tidak
diperlukan terapi pergantian hormone.
2) Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Pasien
yang menjalani tindakan ini harus mendapat terapi hormone pengganti
yang besar dosisnya beragam pada setiap individu dan dapat
dipengaruhi oleh usia, pekerjaan dan aktifitas.

7. Data Fokus
a. Primary Survey
1. Airway
Periksa apakah ada hambatan pada saluran nafas ? usahakan jalan
nafas tetap terbuka secara optimal.
Look: Gerak dada dan perut, tanda distress nafas, warna mukosa kulit.
Pada pernafasan yang normal maka antara dada dan perut bergerak
bersamaan, artinya saat dada mengembang. Hati-hati jika terjadi
sebaliknya atau gerakan dada dan perut yang berkebalikan arah, maka
tanda ini merupakan tanda sebagai obstruksi total dari jalan nafas (see
saw).
Listen: Gerak udara nafas dengan telinga
Feel: gerak udara nafas dengan pipi. Jika pasien sadar, ajak bicara, jika
bicara jelas = tak ada sumbatan
Berikan oksigen (jika ada), masker 6 lpm, jaga tulang leher, baring
datar, wajah ke depan, leher posisi netral
8

Nilai apakah jalan nafas bebas adakah suara crowing, gargling,


snoring.
Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan
nafas:
a. Snoring: suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya
kebutuhan jalan nafas bagian atas oleh, benda padat, jika
terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung
dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2
jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk
chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk
menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda
yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll).
Pindahkan benda tersebut.
b. Gargling: suara seperti berkumur, kondisi ini menandakan
adanya oleh cairan (eg:darah) maka lakukanlah cross-finger
(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya,
menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk
“menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan)
c. Crowing: suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan oleh
pembengkakan (edema) pada trakea untuk pertolongan pertama
tetap lakukan maneuver head tilt dan chin lift atau jaw trust saja.
Jika suara nafas tidak terdengar karena ada hambatan total pada
jalan nafas, maka dapat dilakukan:
a. Back blow sebanyak 5 kali. Yaitu dengan memukul
menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang scapula
di punggung.
b. Heimlich maneuver
9

c. Chest trust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas


dengan cara memposisikan diri seperti gambar lalu
mendorong tangan kearah dalam atas.
2. Breathing
Menilai pernafasan:
a. Inspeksi
Frekuensi, pola nafas, simetris atau tidak, penggunaan otot bantu
pernafasan, bendungan vena leher, sianosis. Pada trauma periksa
adanya luka tusuk, flail chest, luka pada dada.
b. Palpasi
Nyeri tekan, krepitasi, emfisema subkutis, pergeseran letak trakea.
c. Perkusi
Sonor, redup, hipersonor
d. Auskultasi
Keluhan penderita, suara nafas, adakah suara nafas tambahan,
dengarkan adanya suara usus di dada, suara jantung.

Tanda-tanda distress nafas:

a. Gelisah (karena hipoksia)


b. Tacypnea, nafas cepat >30x/menit
c. Gerak otot nafas tambahan
d. Gerak cuping hidung
e. Tracheal tug
3. Circulasi
a. Periksa nadi: irama, frekuensi, kuat angkat
b. Tensi
c. Perfusi perifer
10

Tanda-tanda shock:

Gangguan perfusi perifer

a. Raba telapak tangan


Hangat, kering, kemerahan: normal
Dingin, basah, pucat: shock
b. Tekan dan lepas ujung kuku
Merah kembali <2 detik: normal
Merah kembali >2 detik: shock
c. Bandingkan dengan tangan pemeriksa
Perfusi: pucat dingin basah; cap. Refill time lambat (kuku, telapak)
d. Nadi > 100x/menit
e. Tekanan darah <100/90 mmHg
b. Secondary Primary
1. Keluhan utama
Biasa penderita mengeluh ada terasa benjolan dileher bagian depan
dan sering batuk.
2. Riwayat penyakit sekarang
a. Tanda dan Gejala: riwayat pembedahan pada leher, sejak kapan
benjolan terjadi, sakit atau tidak.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit akut, hipertensi dll.
4. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum: keadaan umum, tanda-tanda vital,
kesadaran\
b. Pemeriksaan fisik data focus leher: benjolan daerah leher bagian
depan
11

7. Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Problem


1 Pre Op Pembesaran kelenjar Gangguan citra
DS: tiroid (pembengkakan tubuh
Biasanya klien mengatakan malu pada leher)
terhadap keadaannya
DO:
1. Biasanya tampak ada
pembengkakan pada leher
2. Biasanya interaksi klien dengan
lingkungan berkurang.
2 DS: Kurang informasi Kurangnya
Biasanya klien selalu bertanya-tanya tentang penyakitnya pengetahuan
akan penyakitnya
DO:
1. Biasanya tampak bingung
2. Biasanya tampak gelisah
3 Factor resiko: Resiko aspirasi
Peningkatan residu lambung

4 Intra Op Penurunan kemampuan Gangguan ventilasi


DS: otot pernafasan spontan
Biasanya klien mengatakan sesak
bernafas
DO:
1. Biasanya klien tampak gelisah
2. Biasanya klien tampak sesak
12

5 Post Op Resiko aspirasi


Factor resiko:
Mual dan Muntah

8. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul

Pre Operasi:

a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid


(pembengkakan pada leher)
b. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya
c. Resiko aspirasi dengan faktor resiko peningkatan residu lambung

Intra Operasi:

a. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan Penurunan kemampuan


otot pernafasan

Post Operasi:

a. Resiko aspirasi dengan faktor resiko mual dan muntah


13

9. Intervensi (NCP)

Intervensi
keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil
(Nursing
keperawatan (Nursing outcome)
intervention
classication)
1. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Body image
tubuh b.d keperawatan selama 3 x 24 jam, enhancement
Pembesaran diharapkan gangguan citra tubuh 1. Kaji secara
kelenjar tiroid teratasi verbal dan non
(pembengkakan Kriteria hasil verbal respon
pada leher) Body image pasien terhadap
indikator IR ER tubuhnya
1. Body image 3 4 2. Monitor
positif frekuensi
2. Mampu 3 4 mengkritik
mengidentifikasi dirinya
kekuatan 3. Jelaskan tentang
3. Mendiskripsikan 3 4 pengobatan;
secara factual perawatan,
perubahan fungsi kemajuan dan
darah prognosis
4. Mempertahankan 3 4 penyakit
interaksi sosial 4. Dorong pasien
untuk
Keterangan: mengungkapkan
1. Keluhan ekstrim perasaannya
2. Keluhan berat 5. Identifikasi arti
14

3. Keluhan sedang pengurangan


4. Keluhan ringan melalui
5. Tidak ada keluhan pemakaian alat
bantu
6. Fasilitasi kontak
dengan indvidu
lain dalam
kelompok kecil
2. Kurangnya Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat
pengetahuan b.d keperawatan selama 3 x 24 jam, pengetahuan
kurangnya diharapkan kurang pengetahuan pasien dan
informasi tentang teratasi keluarga
penyakitnya Kriteria hasil: 2. Jelaskan
Knowledge: disease process patofisiologi dan
indikator IR ER penyakit dan
1. Pasien dan 3 4 bagaimana hal
keluarga ini berhubungan
menyatakan dengan anatomi
pemahaman dan fisiologi
tentang dengan cara
penyakitnya, yang tepat
kondisi, prognosis 3. Gambarkan
dan program tanda dan gejala
pengobatan yang biasa
2. Pasien dan 3 4 muncul pada
keluarga mampu penyakit dengan
melaksanakan cara yang tepat
prosedur yang 4. Gambarkan
15

dijelaskan seacra proses penyakit


benar dengan cara
3. Pasien dan 3 4 yang tepat
keluarga mampu 5. Identifikasi
menjelaskan kemungkinan
kembali apa yang penyebab
dijelaskan dengan cara
perawat. yang tepat
6. Sediakan
Keterangan: informasi pada
1. Keluhan ekstrim pasien tentang
2. Keluhan berat kondisi
3. Keluhan sedang 7. Sediakan bagi
4. Keluhan ringan keluarga
5. Tidak ada keluhan informasi
tentang
kemajuan pasien
8. Diskusikan
pilihan terapi
atau penanganan
9. Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
dengan cara
yang tepat
16

3. Resiko aspirasi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan


dengan factor keperawatan selama …x… jam di aspirasi
resiko harapkan aspirasi tidak terjadi, 1. Monitor tingkat
peningkatan dengan criteria hasil kesadaran
residu lambung Pencegahan aspirasi 2. Pertahankan
Indikator IR ER kepatenan jalan
1. Mengidentifikasi 3 4 nafas
factor-faktor 3. Monitor status
resiko pernafasan
2. Menghindari 3 4
factor-faktor
resiko
Keterangan:
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Dilakukan secara konsisten
4. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Mechanical
ventilasi spontan keperawatan selama 30 detik, Ventilation
diharapkan ventilasi teratasi Management
dengan, 1. Pastikan alarm
Kriteria hasil: ventilator aktif
Status pernafasan: ventilasi 2. Pantau
indikator IR ER keeektifan
1. Penggunaan otot 3 4 ventilasi
bantu pernafasan mekanik pada
2. Suara nafas 3 4 kondisi
17

tambahan fisiologis dan


3. Retraksi dinding 3 4 psikologis
dada pasien.
3. Pantau efek
Keterangan: perubahan pada
1. Sangat berat ventilator
2. Berat terhadap
3. Cukup oksigenasi:
4. Ringan SpO2 , dll.
5. Tidak ada 4. Auskultasi
suara nafas,
catat area
penurunan atau
ketiadaan
ventilasi dan
adanya suara
nafas tambahan
5. Resiko aspirasi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan
dengan factor keperawatan selama …x… jam di aspirasi
resiko harapkan aspirasi tidak terjadi, 1. Monitor tingkat
peningkatan dengan criteria hasil kesadaran
residu lambung Pencegahan aspirasi 2. Pertahankan
Indikator IR ER kepatenan jalan
1. Mengidentifikasi 3 4 nafas
factor-faktor 3. Monitor status
resiko pernafasan
2. Menghindari 3 4
factor-faktor
18

resiko
Keterangan:
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Dilakukan secara konsisten

Anda mungkin juga menyukai