Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA PASIEN STRAUMA NODOSA NON TOKSIS (SNNT) DI RUANG IRNA B

BAWAH RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU BANGKALAN

OLEH :

AYU WASTITI EKA MONITHA

202101078

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TA 2022
A. Definisi

Struma adalah perbesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan pembengkakan di bagian

depan leher (Dorland, 2002). Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah laring pada kedua sisi

dan sebelah anterior trakea.Tiroid menyekresikan dua hormon utama, tiroksin (T4), dan

triiodotironin (T3), serta hormon kalsitonin yang mengatur metabolisme kalsium bersama

dengan parathormon yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid (Guyton and Hall, 2007)

(Afrian, n.d.).

Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar

tiroid.Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang

dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid.Terjadinya pembesaran kelenjar tiroid dikarenakan

sebagai usaha meningkatkan hormon yang dihasilkan (Dwi, n.d.).

B. Etiologi

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor

penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain (Dwi, n.d.) :

a. Defisiensi yodium. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah

yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah

pegunungan.

b. Kelainan metabolik kongenital yang mengahambat sintesa hormon tyroid.

1) Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (substansi dalam kol, lobak, dan

kacang kedelai).

2) Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (Triocarbamide, sulfonylurea dan

litium).
c. Hiperplasi dan involusi kelenjar tyroid. Pada umumnya ditemui pada masa

pertumbuhan, puberitas, menstruasi, kehamilan, laktasi, menopause, infeksi dan stress

lainnya. Dimana menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid yang dapat bekelanjutan

dengan berkurangnya aliran darah didaerah tersebut (Brunicardi et al, 2010).

C. Patofisiologi

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk

pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke

dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar,

iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating

Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.

Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan

molekul Triodotironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif

dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis,

sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan

keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus

menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif

meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan

pembesaran kelenjar tyroid (Askep Struma, n.d.).


D. Patway
E. Kalsifikasi

Struma dapat diklasifikasikan menjadi struma difusa non-toksik, struma difusa toksik,

struma nodusa toksik dan struma nodusa non-toksik. Dimana istilah toksik dan nontoksik ini

merujuk pada adanya perubahan dari segi fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid

(kelenjar tiroid aktif menghasilkan hormone tiroid secara berlebihan) dan hipotiroid

(produksi hormone tiroid kurang dari kebutuhan tubuh). Sedangkan istilah nodusa dan

diffusa lebih berfokus kepada bentuk pembesaran kelenjar tiroid (Afrian, n.d.).

a. Struma diffusa ditandai dengan adanya pembesaran atau benjolan diseluruh kelenjar

tiroid (seakan terjadi pembesaran leher). Ada struma diffusa toksik (disertai gejala

hipertiroidisme) dan struma diffusa non toksik (tanpa tanda dan gejala

hipertiroidisme).

b. Struma nodusa ditandai dengan membesarnya sebagian dari kelenjar tiroid, yang

dimana benjolannya terlokalisir. Pembesaran tersebut ditandai dengan benjolan di

leher yang bergerak pada saat menelan. Nodul mungkin tunggal, tetapi kebanyakan

berkembang menjadi multinoduler yang tidak berfungsi. Degenerasi jaringan

menyebabkan kista atau adenoma. Karena pertumbuhannya yang sering berangsur-

angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di leher. Sebagian

penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa gangguan.

1) Struma nodusa toksik : kelenjar tiroid aktif menghasilkan hormon tiroid sehingga

produksinya berlebihan.

2) Struma nodusa non-toksik : kelenjar tiroid tidak aktif menghasilkan hormon

tiroid. sering tidak menampakkan gejala/keluhan karena pasien tidak mengalami

hipotiroidisme ataupun hipertiroidisme


F. Manifestasi Klinis

Menurut (Afrian, n.d.) terdapat beberapa manifestasi klinis berupa :

a. Terdapat benjolan di daerah leher.

b. Pembesaran kelenjar tyroid terjadi dengan lambat.

c. Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan

gangguan pada respirasi dan juga esophagus tertekan sehingga terjadi gangguan

menelan.

d. Klien tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertirodisme.

e. Peningkatan metabolism karena klien hiperaktif dengan meningkatnya denyut nadi

dan keringat.

f. Peningkatan simpatis seperti; jantung menjadi berdebar-debar, gelisah, berkeringat,

tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan

G. Komplikasi

Menurut (Dwi, n.d.). komplikasi yang bisa terjadi pada pasien dengan struma sebagai

berikut:

1. Suara menjadi serak/parau.

Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara, sehingga terdapat

penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara menjadi serak atau parau.

2. Perubahan bentuk leher.

Jika terjadi pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat

simetris atau tidak.

3. Disfagia
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma

mendorong eshopagus sehingga terjadi disfagia yang akan berdampak pada

gangguan pemenuhan nutrisi, cairan, dan elektrolit.

4. Sulit bernapas.

Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma

mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan bernapas yang akan berdampak pada

gangguan pemenuhan oksigen.

5. Penyakit jantung hipertiroid.

Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan pada jantung

oleh hormon tiroid dan menyebabkan kontratilitas jantung meningkat dan terjadi

takikardi sampai dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pada pasien yang berumur

di atas 50 tahun, akan lebih cenderung mendapat komplikasi payah jantung.

6. Oftalmopati Graves.

Oftalmopati Graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopia, aliran air

mata yang berlebihan, dan peningkatan fotofobia dapat mengganggu kualitas hidup

pasien sehinggakan aktivitas rutin pasien terganggu.

7. Dermopati Graves.

Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit di bagian atas tibia bagian

bawah (miksedema pretibia),yang disebabkan penumpukan glikosaminoglikans.

Kulit sangat menebal dan tidak dapat dicubit.


H. Pemeriksaan penunjang

Menurut (Afrian, n.d.) ada beberapa cara pemeriksaan struma ini, yaitu :

a. Pemeriksaan Laboratorium.

b. Pemeriksaan untuk menunjukkan penyebab gangguan tiroid. Antibodi terhadap macam -

macam antigen tiroid ditemukan pada serum penderita dengan penyakit tiroid autoimun :

- antibodi tiroglobulin

- antibodi microsomal c

- antibodi antigen koloid ke dua (CA2 antibodies)

- antibodi permukaan sel (cell surface antibody)

- hyroid stimulating hormone antibody (TSA)

c. Ultrasonography (USG)

d. Radiologi.

e. Pemeriksaan Sitologi.

f. Pemeriksaan biopsi jaringan dilakukan jika masih belum dapat ditentukan diagnosis,

jenis kelainan jinak atau ganas.

g. Terapi Supresi Tiroksin.

I. Penatalaksanaan

Menurut (Afrian, n.d.) ada penatalaksanaan untuk pasien denga struma, yaitu :

a. Konservatif/medikamentosa.

Indikasi : pasien usia tua, pasien berada pada fase pengobatan sangat awal, rekurensi

pasca bedah, pada persiapan operasi, struma residif, pada kehamilan (misalnya pada

trimester ke3)
1) Struma non toksik : iodium, ekstrak tiroid 20-30 mg/dl

2) Struma toksik :

- Bed rest b) Propilthiouracil (PTU) 100-200 mg. PTU merupakan obat anti-tiroid,

dimana bekerjanya dengan prevensi pada sintesis dan akhir dari tiroksin. Obat ini

bekerja mencegah produksi tiroksin (T4). Diberikan dosis 3x 100 mg/hari tiap 8 jam

sampai tercapai eutiroid. Bila menjadi eutiroid dilanjutkan dengan dosis maintenance

2 x 5 mg/hari selama 12-18 bulan.

- Lugol 5 – 10 tetes. Obat ini membantu mengubah menjadi tiroksin dan mengurangi

vaskularisasi serta kerapuhan kelenjar tiroid. Digunakan 10-21 hari sebelum operasi.

Namun sekarang tidak digunakan lagi, oleh karena propanolol lebih baik dalam

mengurangi vaskularisasi dan kerapuhan kelenjar. Dosis 3 x 5-10 mg/hari selama 14

hari.

b. Radioterapi. Menggunakan Iodium (I131), biasanya diberikan pada pasien yang telah

diterapi dengan obat anti-tiroid dan telah menjadi eutiroid. Indikasi radioterapi adalah

pasien pada awal penyakit atau pasien dengan resiko tinggi untuk operasi dan untuk

pasien dengan hipotiroid rekuren. Radioterapi merupakan kontraindikasi bagi wanita

hamil dan anak-anak.

c. Pembedahan. Pembedahan dilakukan dengan indikasi berupa : adanya pembesaran

kelenjar thyroid dengan gejala penekanan berupa gangguan menelan, suara parau dan

gangguan pernafasan, keganasan kelenjar tiroid, dan kosmetik. 9 Beberapa jenis

pembedahan yang dilakukan adalah :

- Isthmulobectomy , mengangkat isthmus

- Lobectomy, mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gram


- Tiroidectomi total, semua kelenjar tiroid diangkat

- Tiroidectomy subtotal bilateral, mengangkat sebagian lobus kanan dan sebagian kiri.

- Near total tiroidectomi, isthmulobectomy dextra dan lobectomy subtotal sinistra dan

sebaliknya.

- Radical Neck Dissection (RND), mengangkat seluruh jaringan limfoid pada leher sisi

yang bersangkutan dengan menyertakan nervus naccessories, vena jugularis eksterna

dan interna, musculus sternocleidomastoideus dan musculus omohyoideus serta

kelenjar ludah submandibularis

Anda mungkin juga menyukai