Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S PADA KASUS POST


OP STRUMEKTOMI DENGAN DIAGNOSA MEDIS STRUMA NODUSA
DI RUANG CATTLEYA RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA TAHUN 2022

DISUSUN OLEH :
AGNES YUDITH YOBELTA
2104043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Pada Kasus Post Op Strumektomi


Dengan Diagnosa Medis Struma Nodusa Di Ruang Cattleya Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Tahun 2022, telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing
akademik dan pembimbing klinik.

Yogyakarta, Maret 2022


Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Klinik

Dewi Setyarini, S.Kep.,Ns. Fransisca Kurnia Bahari, S.Kep., Ns.

Pembimbing Akademik

Diah Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kep.

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Kelainan glandula tyroid dapat berupa gangguan fungsi seperti tiritosikosis
atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya, seperti penyakit tyroid
noduler. Berdasarkan patologinya, pembesaran tyroid umumnya disebut
struma (De Jong & Syamsuhidayat, 2020).
Struma nodusa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara
klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme
(Sri Hartini, Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, hal. 461, FKUI, 1987 dalam
Syamsuhidayat 2020).

B. Anatomi Fisiologi

Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media dan
fascia prevertebralis. Didalamruang yang sama terletak trakhea, esofagus,
pembuluh darah besar, dan syaraf. Kelenjar tyroid melekat pada trakhea
sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat
kelenjar paratyroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar
tyroid (De Jong & Syamsuhidayat, 2020).

Tyroid terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan menutup
cincin trakhea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia
pretrakhea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan
terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat ini digunakan dalam klinik untuk
menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar
tyroid atau tidak (De Jong & Syamsuhidayat, 2020).

Vaskularisasi kelenjar tyroid berasal dari Arteri Tiroidea Superior (cabang


dari Arteri Karotis Eksterna) dan a. Tyroidea Inferior (cabang Arteri
Subklavia). Setiap folikel lymfoid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-
jala limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular (De
Jong & Syamsuhidayat, 2020).

Nodus Lymfatikus tyroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakhealis


yang kemudian ke arah nodus prelaring yang tepat di atas istmus, dan ke nl.
Pretrakhealis dan nl. Paratrakhealis, sebagian lagi bermuara ke nl.
Brakhiosefalika dan ada yang langsung ke duktus thoraksikus. Hubungan ini
penting untuk menduga penyebaran keganasan (De Jong & Syamsuhidayat,
2020).

Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid utama yaitu Tiroksin (T4).


Bentuk aktif hormon ini adalah Triodotironin (T3), yang sebagian besar
berasal dari konversi hormon T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung
dibentuk oleh kelenjar tyroid. Iodida inorganik yang diserap dari saluran cerna
merupakan bahan baku hormon tyroid. Iodida inorganik mengalami oksidasi
menjadi bentuk organik dan selanjutnya menjadi bagian dari tyrosin yang
terdapat dalam tyroglobulin sebagai monoiodotirosin (MIT) atau diiodotyrosin
(DIT). Senyawa DIT yang terbentuk dari MIT menghasilkan T3 atau T4 yang
disimpan di dalam koloid kelenjar tyroid.

Sebagian besar T4 dilepaskan ke sirkulasi, sedangkan sisanya tetap didalam


kelenjar yang kemudian mengalami diiodinasi untuk selanjutnya menjalani
daur ulang. Dalam sirkulasi, hormon tyroid terikat pada globulin, globulin
pengikat tyroid (thyroid-binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat
tiroksin (Thyroxine-binding pre-albumine, TPBA) (De Jong &
Syamsuhidayat, 2020).
C. Epidemiologi
Menurut WHO, Indonesia merupakan Negara yang dikategorikan endemis
kejadian struma (goiter). Penyakit ini dominan terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki.Umumnya 95% kasus struma bersifat jinak (benigna)
dan sisanya 5 % kasus kemungkinan bersifat ganas (maligna) (Mulinda,
2020).

D. Etiologi
Struma toksik biasanya disebabkan oleh hipertiroidisme atau hipotiroidisme
dan eutiroidisme, sedangkan struma non toksik biasanya disebabkan oleh
defisiensi yodium dalam makanan atau minuman yang kronis. Hipertirodisme
dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau graves yang dapat didefinisikan
sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon
tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya jenis
antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya
produksi kelenjar tiroid yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi
besar.
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan
faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
1. Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang
kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya
daerah pegunungan.
2. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
3. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol,
lobak, kacang kedelai).
4. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya :
thiocarbamide, sulfonylurea dan litium) (Mansjoer, 2020).

E. Klasifikasi
Struma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal (Mansjoer,
2020) :
1. Berdasarkan jumlah nodul: bila jumlah nodul hanya satu disebut struma
nodosa soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa.
2. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radoiaktif : nodul dingin,
nodul hangat, dan nodul panas.
3. Berdasarkan konsistensinya : nodul lunak, kistik, keras, atau sangat keras.
Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan), Menurut American society
for Study of Goiter membagi :
1. Struma Non Toxic Diffusa
2. Struma Non Toxic Nodusa
3. Stuma Toxic Diffusa
4. Struma Toxic Nodusa
Istilah Toksik dan Non Toksik dipakai karena adanya perubahan dari segi
fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipotyroid, sedangkan
istilah nodusa dan diffusa lebih kepada perubahan bentuk anatomi.
1. Struma non toxic nodusa
Adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas jelas tanpa gejala-
gejala hipertiroid. Penyebab paling banyak dari struma non toxic adalah
kekurangan iodium. Akan tetapi pasien dengan pembentukan struma yang
sporadis, penyebabnya belum diketahui.Struma non toxic disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu :
a) Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi
sedang yodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi berat
iodium adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan
hypothyroidism dan cretinism.
b) Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada pre-existing
penyakit tiroid autoimun
c) Goitrogen :
- Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, yang mengandung
yodium
- Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative dan
resorcinol berasal dari tambang batu dan batubara.
- Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica ( misalnya, kubis, lobak
cina, brussels kecambah), padi-padian millet, singkong, dan goitrin
dalam rumput liar
d) Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon
kelejar tiroid
e) Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-
kanak mengakibatkan nodul benigna dan maligna (Lee, 2004)
2. Struma Non Toxic Diffusa
Etiologi :
a) Defisiensi Iodium
b) Autoimmun thyroiditis: Hashimoto oatau postpartum thyroiditis
c) Kelebihan iodium (efek Wolff-Chaikoff) atau ingesti lithium, dengan
penurunan pelepasan hormon tiroid.
d) Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisis, resistensi
hipofisis terhadap hormo tiroid, gonadotropin, dan/atau tiroid-
stimulating immunoglobulin
e) Inborn errors metabolisme yang menyebabkan kerusakan dalam
biosynthesis hormon tiroid.
f) Terpapar radiasi
g) Penyakit deposisi
h) Resistensi hormon tiroid
i) Tiroiditis Subakut (de Quervain thyroiditis)
j) Silent thyroiditis
k) Agen-agen infeksi
l) Suppuratif Akut : bacterial
m) Kronik: mycobacteria, fungal, dan penyakit granulomatosa parasit
n) Keganasan Tiroid
3. Struma Toxic Nodusa
Etiologi :
a) Defisiensi iodium yang mengakibatkan penurunan level T4
b) Aktivasi reseptor TSH
c) Mutasi somatik reseptor TSH dan Protein G
d) Mediator-mediator pertumbuhan termasuk: Endothelin-1 (ET-1),
insulin like growth factor-1, epidermal growth factor, dan fibroblast
growth factor.
4. Struma Toxic Diffusa
Yang termasuk dalam struma toxic difusa adalah grave desease, yang
merupakan penyakit autoimun yang masih belum diketahui penyebab
pastinya (Adediji,2004).
Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan
perubahan dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan
TSH reseptor tiroid oleh TSH, TSH-Resepor Antibodi atau TSH reseptor
agonis, seperti chorionic gonadotropin, akan menyebabkan struma diffusa.
Jika suatu kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna
metastase ke kelenjar tiroid, akan menyebabkan struma nodusa. (Mulinda,
2005).
Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan
peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan
jumlah dan hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon
tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan terbentuk struma. Penyebab
defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon tiroid,
defisiensi iodida dan goitrogen (Mulinda, 2005).
Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH.
Yang termasuk stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH,
kelenjar hipofise yang resisten terhadap hormon tiroid, adenoma di
hipotalamus atau di kelenjar hipofise, dan tumor yang memproduksi
human chorionic gonadotropin (Mulinda, 2005).
5.
6.

F. Pathway

(Mansjoer, 2020)
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang meliputi (Mansjoer, 2020) :
1. Pemeriksaan sidik tiroid
Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi,
dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini
pasien diberi Nal peroral dan setelah 24 jam secara fotografik ditentukan
konsentrasi yodium radioaktif yang ditangkap oleh tiroid. Dari hasil sidik
tiroid dibedakan 3 bentuk
2. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat, cair, dan beberapa
bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti ganas atau
jinak. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG
3. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)
Mempergunakan jarum suntik no. 22-27. Pada kista dapat juga dihisap
cairan secukupnya, sehingga dapat mengecilkan nodul (Noer, 1996).
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan.
Biopsi aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir tidak menyababkan bahaya
penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan
hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat, teknik biopsi kurang
benar, pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena
salah interpretasi oleh ahli sitologi.
4. Termografi
Metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu
tempat dengan memakai Dynamic Telethermography. Pemeriksaan ini
dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan.
Hasilnya disebut panas apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9o
C dan dingin apabila <0,9o C. Pada penelitian Alves didapatkan bahwa
pada yang ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan ini paling sensitif dan
spesifik bila dibanding dengan pemeriksaan lain.
5. Petanda Tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg)
serum. Kadar Tg serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml, pada kelainan jinak
rataa-rata 323 ng/ml, dan pada keganasan rata-rata 424 ng/ml.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan nodul tiroid dapat berupa non pembedahan dan pembedahan.
Beberapa faktor yang menentukan tata laksana adalah gejala klinis pasien,
sifat nodul (jinak/ganas, fungsional/nonfungsional), dan ukuran nodul.
Umumnya, pembedahan dilakukan pada nodul jinak yang simtomatik dan
nodul ganas.
Indikasi operasi pada struma nodosa non toksika ialah keganasan, penekanan
dan kosmetik. Tindakan operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus
tiroid yang terkena. Bila hanya satu sisi saja dilakukan subtotal lobektomi,
sedangkan kedua lobus terkena dilakukan subtotal tiroidektomi. Bila terdapat
pembesaran kelenjar getah bening leher maka dikerjakan juga deseksi kelenjar
leher fungsional atau deseksi kelenjar leher radikal/modifikasi tergantung ada
tidaknya ekstensi dan luasnya ekstensi di luar kelenjar getah bening.
Hormonal terapi dengan ekstrak tiroid diberikan selain untuk suplemen juga
sebagai supresif untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasca bedah
karsinoma tiroid diferensiasi baik (TSH dependence). Terapai supresif ini juga
ditujukan terhadap metastase jauh yang tidak resektabel dan terapi adjuvan
pada karsinoma tiroid diferensiasi baik yang inoperabel (Mansjoer, 2020).

I. Komplikasi
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang
dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian
posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat
mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan juga pita suara
sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan berdampak
terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit.
Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak atau parau.
Bila pembesaran ke arah luar, maka akan memberi bentuk leher yang besar
dapat semetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia. Hal
ini lebih berdampak pada estetika atau kecantikan. Perubahan bentuk leher
dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep diri pasien (Mansjoer, 2020).

J. Manifestasi klinis
Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan kosmetik
atau ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan
struma nodosa besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada
esophagus (disfagia) atau trakea (sesak napas) (Noer, 2020). Gejala penekanan
ini data juga oleh tiroiditis kronis karena konsistensinya yang keras. Biasanya
tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul (Noer,
2020). Keganasan tiroid yang infiltrasi nervus rekurens menyebabkan
terjadinya suara parau. Kadang-kadang penderita datang dengan karena
adanya benjolan pada leher sebelah lateral atas yang ternyata adalah metastase
karsinoma tiroid pada kelenjar getah bening, sedangkan tumor primernya
sendiri ukurannya masih kecil. Atau penderita datang karena benjolan di
kepala yang ternyata suatu metastase karsinoma tiroid pada kranium (Noer,
2020).

K. Pencegahan
Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
struma adalah :
1. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam merubah pola perilaku
makan dan memasyarakatkan pemakaian garam beryodium
2. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan
laut, mengkonsumsi garam yang beryodium.
3. Iodisasi air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini
memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena
dapat menjangkau daerah luas maupun terpencil. Iodisasi dilakukan
dengan memberikan yodida pada saluran air dalam pipa yang mengalir.
4. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk daerah
endemik berat dan endemik sedang.
5. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3
tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak diatas 6 tahun 1 cc
dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
(Anna, 2019).

L. Prognosis
Kebanyakan pasien yang diobati memiliki prognosis yang baik.Prognosis
yang jelek berhubungan dengan hipertiroidism yang tidak terobati. Pasien
harusnya mengetahui jika hipertiroid tidak diobati maka akan menimbulkan
osteoporosis, arrhythmia, gagal jantung, koma, dan kematian (Anna, 2019).

M. Asuhan Keperawatan Teori


1. Pengkajian
a) Status Generalis :
- Tekanan darah meningkat
- Nadi meningkat
b) Mata :
- Exopthalmus
- Stelwag Sign: Jarang berkedip
- Von Graefe Sign: Palpebra superior tidak mengikut bulbus okuli
waktu melihat ke bawah
- Morbus Sign : Sukar konvergensi
- Joffroy Sign : Tidak dapat mengerutkan dahi
- Ressenbach Sign : Tremor palpebra jika mata tertutup
c) Hipertroni simpatis : Kulit basah dan dingin, tremor halus
d) Jantung : Takikardi
e) Status Lokalis :
- Inspeksi : benjolan, warna, permukaan, bergerak waktu menelan
- Palpasi : permukaan, suhu. Batas atas kartilago tiroid, batas bawah
incisura jugularis, batas medial garis tengah leher, batas lateral m
sternokleidomastoideus.
2. Diagnosa keperawatan
a) Resiko tinggi terjadi ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan
spasme laringeal.
b) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita
suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
c) Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses
pembedahan, rangsangan pada sistem saraf pusat.
d) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan
bedah terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi.
3. Rencana tindakan keperawatan
Rencana Tindakan keperawatan Rasional
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Tgl :... jam : Tgl :... jam : Tgl :... jam : 1. Pernafasan secara normal
Resiko tinggi terjadi Tujuan yang ingin dicpai 1. Pantau frekuensi pernafasan, kadang-kadang cepat, tetapi
ketidakefektifan bersihan jalan sesuai kriteria hasil dapat Pantau kedalaman, pantau berkembangnya distres pada
nafas berhubungan dengan Mempertahankan jalan kerja pernafasan. pernafasan merupakan
obstruksi trakea, pembengkakan, nafas paten dengan 2. Auskultasi suara nafas, catat indikasi kompresi trakea
perdarahan dan spasme laryngeal. mencegah aspirasi. adanya suara ronchi. karena edema atau
3. Kaji adanya dispnea, stridor, perdarahan.
dan sianosis. Perhatikan 2. Ronchi merupakan indikasi
kualitas suara. adanya obstruksi.spasme
4. Waspadakan pasien untuk laringeal yang membutuhkan
menghindari ikatan pada evaluasi dan intervensi yang
leher, menyokog kepala cepat.
dengan bantal. 3. Indikator obstruksi
5. Bantu dalam perubahan trakea/spasme laring yang
posisi, latihan nafas dalam membutuhkan evaluasi dan
dan atau batuk efektif sesuai intervensi segera.
indikasi. 4. Menurunkan kemungkinan
6. Lakukan pengisapan lendir tegangan pada daerah luka
pada mulut dan trakea sesuai karena pembedahan.
indikasi, catat warna dan 5. Mempertahankan kebersihan
karakteristik sputum. jalan nafas dan evaluasi.
Namun batuk tidak
Rencana Tindakan keperawatan Rasional
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
dianjurkan dan dapat
menimbulkan nyeri yang
berat, tetapi hal itu perlu
untuk membersihkan jalan
nafas.
6. Edema atau nyeri dapat
mengganggu kemampuan
pasien untuk mengeluarkan
dan membersihkan jalan
nafas sendiri.
2. Tgl :... jam : Tgl :... jam : Tgl :... jam : 1. Suara serak dan sakit
Gangguan komunikasi verbal Tujuan yang ingin dicapai 1. Kaji fungsi bicara secara tenggorok akibat edema
berhubungan dengan cedera pita sesuai kriteria hasil : periodik. jaringan atau kerusakan
suara/kerusakan saraf laring, edema Mampu menciptakan 2. Pertahankan komunikasi karena pembedahan pada
jaringan, nyeri, ketidaknyamanan. metode komunikasi yang sederhana, beri saraf laringeal yang berakhir
dimana kebutuhan dapat pertanyaan yang hanya dalam beberapa hari
dipahami. memerlukan jawaban ya atau kerusakan saraf menetap
tidak. dapat terjadi kelumpuhan
Ttd Ttd 3. Memberikan metode pita suara atau penekanan
komunikasi alternatif yang pada trakea.
sesuai, seperti papan tulis, 2. Menurunkan kebutuhan
kertas tulis/papan gambar berespon, mengurangi
4. Antisipasi kebutuhan sebaik bicara.
mungkin. Kunjungan pasien 3. Memfasilitasi eksprsi yang
secara teratur. dibutuhkan.
5. Pertahankan lingkungan 4. Menurunnya ansietas dan
Rencana Tindakan keperawatan Rasional
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
yang tenang. kebutuhan pasien untuk
berkomunias.
5. Meningkatkan kemampuan
mendengarkan komunikasi
perlahan dan menurunkan
kerasnya suara yang harus
diucapkan pasien untuk
dapat didengarkan.
3. Tgl :... jam : Tgl :... jam : Tgl :... jam : 1. Member pengetahuan dasar
Kurang pengetahuan (kebutuhan Adanya saling pengertian 1. Tinjau ulang prosedur dimana pasien dapat
belajar) mengenai kondisi, tentang prosedur pembedahan dan harapan membuat keputusan sesuai
prognosis dan kebutuhan tindakan pembedahan dan selanjutnya. informasi.
berhubungan dengan tidak penanganannya, 2. Hindari makanan yang 2. Merupakan kontradiksi
mengungkapkan secara berpartisipasi dalam bersifat gastrogenik, setelah tiroidiktomi sebab
terbuka/mengingat kembali, setelah program pengobatan, misalnya makanan laut yang makanan ini menekan
menginterpretasikan konsepsi. melakukan perubahan berlebihan, kacang kedelai, aktivitas tyroid.
gaya hidup yang perlu. lobak. 3. Memaksimalkan suplay dan
3. Identifikasi makanan tinggi absorbsi jika fungsi kelenjar
kalsium (misalnya : kuning paratiroid terganggu.
telur, hati) 4. Latihan dapat menstimulasi
4. Dorong program latihan kelenjar tyroid dan produksi
umum progresif hormon yang memfasilitasi
pemulihan kesejahteraan.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Adediji,
2020).

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan
yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan
harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah untuk memperbaiki kekurangan
dan memodifikasi rencana asuhan sesuai kebutuhan (Djokomoeljanto,
2020).

6. Dischage Planning
dischage planning pada pasien struma nodula yaitu :
a) Beristirahat yang cukup juga termasuk pola hidup sehat yang dapat
dilakukan untuk membuat krisis tiroid menjadi lebih baik.
b) Anjurkan klien mengkonsumsi makanan dengan tinggi iodium
c) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi obat secara rutin sesuai anjuran
dokter
d) Edukasi klien untuk menghindari makanan dengan nilai nutrisi yang
rendah seperti snack manis, permen, daging berlemak, atau roti.
Konsumsilah makanan seperti daging utuh tanpa lemak, biji-bijian
utuh, sayur, buah, serta produk olahan susu rendah lemak.
e) Anjurkan klien kontrol sesuai jadwal atau 1 minggu setelah pulang
dari RS
(Stephanie, 2020).
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tgl pengkajian : 11 April 2022 Pukul : 12.30. WIB
Oleh : Agnes Yudith Yobelta

I. IDENTITAS
A. Pasien
Nama : Tn. S
Tempat/tgl lahir (umur): Pacitan, 27 November 1959 (62 th)
Agama : Islam
Status perkawianan : Kawin
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Lama bekerja : 41 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Tgl. Masuk RS : 11 Maret 2022
No. RM : 02049xxx
Ruang : Ruang Cattleya
Diagnosa medis : Struma Nodusa
Alamat : Pacitan, Jawa Timur
B. Keluarga
Nama : Ny. A
Hubungan : Istri
Umur : 58 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pacitan, Jawa Timur
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Kesehatan pasien
1. Keluhan utama saat dikaji
O : klien mengatakan nyeri leher kanan pada bekas operasi
P : klien mengatakan nyeri apabila bergerak menoleh
Q : klien mengatakan nyeri seperti di tusuk
R : klien mengatakan nyeri tidak menjalar
S : skala nyeri 6
T : usaha klien untuk mengatasi nyeri dengan Tarik napas dalam
U : klien mengatakan belum pernah mengalami hal yang sama
V : klien berharap sakit yang dirasakan segera pulih dan dapat
beraktifitas seperti sedia kala lagi
2. Keluhan tambahan saat dikaji
Klien mengeluh khawatir dengan kondisinya saat ini
3. Alasan utama masuk RS
Klien mengatakan terdapat benjolan di leher kanan klien.
4. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan penyakitnya dimula dari 2 tahun yang lalu, awalnya
timbul benjolan kecil tidak terasa nyeri kemudian klien memeriksakan
keadaannya ke RSUD Dr. Soetomo. Dokter mengatakan tidak
diperlukan operasi dikarenakan hasil USG tampak baik baik saja dan
hanya terlihat seperti peradangan. Dokter memberikan obat yang
dihabiskan dalam waktu 5 hari. 1 bulan setelahnya, benjolan tersebut
hilang. 1 tahun kemudian muncul benjolan ditempat yang sama dan
klien memeriksakan kondisinya lagi ke RSUD Dr. Soetomo dan
kemudian diberikan obat lagi yang harus dihabiskan dalam waktu 5
hari. Benjolan tak kunjung hilang sampai 6 bula setelahnya. Pada bulan
ke 8 benjolan semakin membesar dan klien memeriksakan lagi
kondisinya ke RSUD Dr. Soetomo dan dilakukan biopsy dengan hasil
benjolan bukan merupakan keganasan. Klien diberikan obat anti
inflamasi yang dihabiskan dalam waktu 7 hari tetapi tidak ada
perubahan. Klien kemudian meminta untuk dirujuk ke RS Bethesda
Yogyakarta. Kemudian pada tanggal 10 April 2022 jam 08.00 klien
datang ke poli bedah RS Bethesda Yogyakarta untuk melakukan
pemeriksaan. Saat hasil lab sudah keluar, benjolan memang bukan
merupaka keganasan, tetapi klien meminta untuk dioperasi saja karena
mengganggu. Dokter bedah menyetujui hal tersebut. Pada tanggal 11
april 2022 jam 07.00 klien dirawat di ruang cattleya untuk diberikan
medikasi pre operasi. Kemudian pada jam 13.30 dilakukan pengkajian
keperawatan oleh mahasiswa keperawatan dan didapatkan hasil TD :
117/74 mmHg, N : 89x/menit, R : 19x/menit, S : 37,1C, SaO2 : 99%,
klien terpasang infuse RL 20 tpm di tangan kiri.
5. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat Hipertensi maupun Diabetes
Melitus.
6. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi.
B. Kesehatan Keluarga
Genogram :

Keterangan :
= Perempuan

= Laki-laki
= Tinggal serumah
= Pasien
X = Meninggal
= Cerai

Klien mengatakan berusia 62 tahun merupakan anak pertama dari tiga


bersaudara. Tn. S mengatakan bahwa tidak memiliki penyakit DM maupun
hipertensi, tetapi ibunya mempunyai riwayat hipertensi.
III. POLA FUNGSI KESEHATAN
A. Pola Nutrisi-Metabolik
1. Sebelum sakit
- Frekuensi makan : klien mengatakan makan 3x sehari
- Jenis makanan : klien makan nasi, sayur dan lauk pauk seperti ayam,
ikan, tahu, tempe, telur, dan lain lain.
- Porsi yang dihabiskan : klien menghabiskan satu porsi setiap kali
makan
- Makanan yang disukai : klien mengatakan suka makan sayur dan
telur
- Makanan yang tidak disukai : klien mengatakan tidak suka makan
daging kambing
- Makanan pantangan : klien mengatakan tidak ada makanan
pantangan
- Makanan tambahan/vitamin : klien tidak mengkonsumsi suplemen
dan vitamin.
- Kebiasaan makan : klien biasa makan dirumah
- Nafsu makan klien sebelum sakit : baik.
- Banyaknya minum : klien minum ± 2000cc setiap hari
- Jenis minuman : klien minum air putih dan jarang minum teh serta
susu/kopi.
- Minuman yang tidak disukai : tidak ada
- Keluhan : tidak ada
2. Selama sakit
- Frekuensi makan : klien makan 3x sehari
- Jenis diet : tinggi protein
- Porsi makan yang dihabiskan : 1 porsi
- Minum : ± 800 cc/perhari
- Keluhan : tidak ada
- Kebutuhan kalori dihitung menggunakan rumus Harris Benedict:
BMR = 65 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,78 x usia)
= 65 + (13,7 x 62 Kg) + (5 x 173 cm) – (6,78 x 62 tahun)
= 65 + (849,4) + (865) – (420,36)
= 1359,04 kkal
- Kebutuhan cairan selama 24 jam
Diketahui BB : 62 kg.
Menggunakan rumus BB >20 kg = 1500 cc + (20 cc x BB – 20 kg)
1500 cc + (20 cc x (63 kg - 20 kg))
1500 cc + 860 cc
2360 cc/24 jam, jika perjam : 98,33 cc/jam dan jika 8 jam maka
786,67 cc/8 jam
- Klien terpasang infuse 20 tpm maka :
Lama infus = (jumlah cairan x 20 tpm) : (jumlah tetesan dlm
menit x 60 menit)
= (500 cc x 20 tpm) : (20 tpm x 60 menit)
= 10000 : 1200
= 8,3  8 jam
Maka dalam 24 jam menghabiskan 3 kantong infuse yaitu 1500 cc
- Kebutuhan minum peroral : 860 cc/24 jam
Kebutuhan infuse : 1500 cc/24 jam
- Balance cairan
IWL = (15 x BB) : 24 jam
= (15 x 62 kg) : 24 jam
= 930 : 24 jam
= 38,75 cc/jam, jika dalam 24 jam = 930 cc/24 jam
Cairan masuk :
Infuse : 1500 cc
Air putih : 800cc = 2300 cc

Cairan keluar :
Urine : 1200 cc = 2130 cc
IWL : 930 cc
Balance cairan = cairan masuk – cairan keluar
= 2300 cc – 2130 cc
= + 170 cc
B. Pola Eliminasi
1. Sebelum sakit
a. Buang air besar (BAB)
- Frekuensi : klien mengatakan klien BAB 1 kali sehari
- Waktu : pagi/sore hari
- Warna : coklat
- Konsistensi : lembek
- Posisi : jongkok
- Upaya BAB : klien mengatakan BAB tidak menggunakan obat
pencahar
b. Buang air kecil (BAK)
- Frekuensi : pasien BAK 5-6x sehari
- Jumlah : 1200cc/hari
- Warna : kuning jernih
- Bau : ammonia
- Keluhan : tidak ada keluhan.
2. Selama sakit
a. Buang air besar (BAB)
- Frekuensi : 1x pada tanggal 11 April 2022 jam 07.00 WIB
- Warna : warna coklat
- Konsitensi : konsitensi lunak
- Posisi BAB : pasien BAB dikamar mandi dengan duduk
b. Buang air kecil (BAK)
- Frekuensi : 4-5x sehari
- Jumlah : 200-300/ 1x BAK
- Alat bantu BAK : Pasien tidak menggunakan kateter
- Urine normal :
0,5 – 1 cc/kg BB/jam = 0,5 – 1 cc x 62 kg/jam
= 31 – 62 cc/jam
Jika 8 jam = 248 – 496cc/8 jam, jika 24 jam = 744 – 1488 cc/24 jam
C. Pola Aktivitas Istirahat-tidur
1. Sebelum sakit
a. Keadaan aktivitas sehari-hari
Kebiasaan olahraga : pasien mengatakan sering jalan sore
Lingkungan tempat kerja/rumah : rumah klien dekat dengan tetangga
Kegiatan sehari- sehari pasien dilakukan secara mandiri

AKTIVITAS 0 1 2 4 5
Mandi 
Berpakaian/berdandan 
Eliminasi 
Mobilisasi di TT 
Pindah 
Ambulansi 
Naik tangga 
Memasak 
Belanja 
Merapikan rumah 
Keterangan :
0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total
b. Kebutuhan tidur
- Jumlah tidur dalam sehari
Tidur siang : klien mengatakan jarang tidur siang
Tidur malam : klien mengatakan tidur malam biasanya dari pukul
22.00 hingga 05.00 WIB (7 jam)
- Klien tidur dengan istri, tidak ada penghantar tidur.
- Tidak ada keluhan tidur
c. Kebutuhan istirahat
Klien mengatakan jarang tidur siang
2. Selama sakit
a. Keadaan aktivitas
AKTIVITAS 0 1 2 3 4
Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilisasi di TT 
Berpindah 
Ambulansi/ROM 
Keterangan :
0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total
b. Kebutuhan tidur
- Jumlah tidur dalam sehari :
Tidur siang : klien mengatakan tidur siang di RS sekitar 30 menit
sampai 1 jam
Tidur malam : klien mengatakan tidur malam setelah pukul 21.00
WIB
c. Kebutuhan istirahat
Klien mengatakan kebutuhan istirahatnya terpenuhi
D. Pola Kebersihan Diri
1. Sebelum sakit
a. Kebersihan kulit
Kebiasaan mandi : klien mengatakan mandi 2x sehari menggunakan
sabun.
b. Kebersihan rambut
Kebiasaan mencuci rambut : klien mengatakan 3-4x seminggu dengan
shampoo
c. Kebersihan telinga
Klien mengatakan membersihkan telinga setiap mandi
d. Keberishan mata
Klien mengatakan membersihkan mata setiap kali mandi dan wudhu.
e. Kebersihan mulut
Klien mengatakan menggosok gigi 3x sehari dengan menggunakan
sikat gigi dan pasta gigi
f. Keberishan kuku
Klien mengatakan memotong kuku kalau sudah dirasa panjang dan
kotor
2. Sesudah sakit
a. Kebersihan kulit
Klien mandi atau dilap selama di RS sehari 2x dibantu oleh perawat.
b. Kebersihan rambut
Selama sakit klien tidak mencuci rambut.
c. Kebersihan telinga
Klien selalu dibersihkan telinganya setiap dibantu mandi.
d. Kebersihan mata
klien dibersihkan matanya saat mandi.
e. Kebersihan mulut
Selama di RS klien tidak gosok gigi, hanya menggunakan listerin.
f. Kebersihan kuku
Selama di RS kuku klien belum dipotong karena belum pajang.
E. Pola Pemeliharaan Kesehatan
1. Penggunaan tembakau
Klien mengatakan tidak merokok.
2. NAPZA
Klien mengatakan tidak menggunakan napza
3. Alkohol
Klien mengatakan tidak mengonsumsi alkohol
4. Intelektual
Klien mengatakan mengetahui sakitnya karena sudah dijelaskan oleh
dokter
F. Pola Reproduksi-Seksualitas
Tidak ada masalah mengenai reproduksinya.
G. Pola Kognitif-Persepsi/sensori
1. Keadaan mental
Klien sadar penuh (compos mentis).
2. Berbicara/berkomunikasi
pasien bicara dengan jelas dan mampu mengekpresikan pendapatnya.
3. Bahasa yang dikuasai
Klien mampu berbahasa Indonesia dan Jawa
4. Kemampuan membaca
Klien mampu membaca.
5. Kemampuan berkomunikasi
Klien mampu mengerti pertanyaan yang diberikan oleh perawat, klien
merespon pembicaraan dengan baik
6. Kemampuan memahami informasi
Klien dapat memahami informasi yang diberikan
7. Tingkat ansietas
Tingkat ansietas tinggi, karena klien merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi. Klien juga tampak gelisah dan tampak tegang.
8. Ketrampilan berinteraksi
Kemampuan klien berinteraksi memadai.
9. Pendengaran
Klien tidak mengalami gangguan pendengaran dan tidak menggunakan
alat bantu
10. Pengelihatan
Klien mengatakan tidak menggunakan kacamata
11. Vertigo
Tidak ada.
12. Nyeri
Klien mengatakan nyeri pada leher kanan bekas operasi
13. Upaya untuk mengatasi nyeri
Jika klien merasa nyeri klien tarik napas dalam
H. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
1. Pola konsep diri
a. Gambaran diri
Klien menyatakan tidak nyaman dengan keadaannya saat ini, pasien
ingin segera sembuh karena ingin segera beraktifitas kembali
b. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat bekerja kembali
serta dapat berkumpul dengan keluarga dirumah
c. Harga diri
Klien mengatakan senang selalu mendapatkan perhatian dari istrinya
dan anaknya karena selalu ditemani di RS selama sakit ini, klien
mengatakan tidak malu dengan bekas luka post op yang aka nada di
lehernya, yang penting klien dapat sembuh dan tidak sakit lagi.
d. Peran diri
Klien menyatakan dirinya adalah anak pertama dari tiga besaudara.
e. Identitas diri
Klien mengatakan mampu mengenal identitas diri sendiri dengan
baik dan mampu menyebutkan nama yaitu Tn. S, alamat di kota
Pacitan, dan tanggal lahir 27 November 1959.
I. Pola Mekanisme Koping
1. Pengampilan keputusan : dalam pengambilan keputusan klien dibantu
oleh istrinya
2. Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah : tidur dan bercerita
dengan istrinya
J. Pola Peran-Berhubungan
1. Status pekerjaan : klien mengatakan pensiunan PNS
2. Jenis pekerjaan : klien mengatakan dahulu bekerja sebagai PNS
3. Klien bersosialisasi dengan masyarakat dan mengikuti kegiatan di
desanya dan berkumpul dengan teman di desa
4. Sistem pendukung : istri dan keluarga besar.
5. Kesulitan dalam keluarga
Tidak ada
6. Selama sakit
Klien mengatakan selama sakit ditunggui oleh istrinya.
K. Pola Nilai dan Keyakinan
1. Sebelum sakit
Agama : klien beragama Islam
Larangan agama : seperti apa yang diatur dalam agama Islam
Kegiatan keagamaan : klien menyatakan selalu melaksanakan ibadah
keagamaan dengan solat 5 waktu.
2. Selama sakit
Klien tidak melakukan kegiatan keagamaan dan tetap berdoa selama di
RS.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Pengukuran TB : 173 cm
B. Pengukuran BB : 62 Kg
IMT : BB (kg) / TB (m)2
= 62 / 2,9929
= 20,71 (Normal)
C. Pengukuran tanda vital
- Tekanan Darah : 117/74 mmHg, diukur di lengan kanan.
- Nadi : 89 x/mnt, teraba lemah
- RR : 19 x/mnt
- Suhu : 37,1oC
- SaO2 : 99%
D. Tingkat kesadaran : Compos mentis dengan GCS E:4 V:5 M:6
E. Keadaan Umum : Pasien sakit sedang
Kesadaran klien compos mentis (sadar penuh). Klien terpasang infuse
RL pada tangan kiri 20 tpm.
F. Urutan Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Bentuk kepala bundar (normochepal), kulit kepala bersih,
pertumbuhan rambut lebat, rambut sudah beruban, wajah simetris
tidak ada pembengakan diwajah.
2. Mata
Mata bersih, tidak ada gangguan pada mata seperti kemerahan atau
air mata. Konjungtiva ananemis (tidak pucat), sklera putih, pupil
isokor dengan reflek cahaya positif.
3. Telinga
Fungsi pendengaran baik tidak ada gangguan pendengaran, telinga
kanan dan kiri simetris, tidak terdapat cairan pada telinga, dan
telinga bersih.
4. Hidung
Posisi septum ditengah, tidak ada sinus, fungsi pembauan baik, tidak
menggunakan tindik.
5. Mulut dan tenggorokan
Kemampuan berbicara baik, tidak ada sianosis pada bibir. Mukosa
bibir lembab, gigi klien tidak ompong.
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, terdapat luka post op pada
bagian leher kanan klien, bentuk leher pendek.
7. Tengkuk
Kaku kuduk negatif
8. Dada
a. Inspeksi : terdapat rambut tipis pada dada, tidak ada kelainan
bentuk dada barel chest/pigeon chest, tidak ada ketinggalan
gerak dada, ictus cordis tidak terlihat, dada kanan dan kiri
simetris, tidak terdapat otot bantu pernapasan dada (retraksi
dada).
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, pernapasan
reguler (19x/mnt) jenis pernapasan vesikuler.
c. Perkusi : suara paru sonor di seluruh lapang dada. Suara
jantung pekak. Batas kanan atas jantung : ICS II mid
klavikularis dextra dan sinistra. Batas jantung bawah : ICS 4.
d. Auskultasi : tidak ada suara napas tambahan ronchi/wheezing,
suara pernapasan vesikuler, bunyi jantung lub dub, BJ I
tunggal dan BJ II tunggal.
9. Payudara
a. Inspeksi : payudara tidak ada pembesaran, warna kulit pada
areola coklat gelap
b. Palpasi : tidak ada massa
10. Punggung
Tidak terdapat luka di punggung, tidak ada kelainan bentuk (kifosis,
skoliosis, lordosis).
11. Abdomen
a. Inspeksi simetris antara abdomen kanan dan kiri, perut klien
tidak membesar, warna kulit merata
a. Auskultasi : bunyi peristaltik 8x/mnt, tidak ada suara friction
rub.
b. Palpasi : tidak ada massa
12. Anus dan rektum
a. Pembesaran vena/hemoroid : tidak ada
b. Adanya tumor : tidak ada
13. Genetalia
Tidak ada luka di area genetalia.
14. Ekstremitas
a. Atas : jari lengkap masing-masing 5 jari, tidak ada kelainan
jari, tidak ada clubbing finger, warna kulit coklat, terdapat tato
pada kedua tangan, tangan kanan teraba sedikit dingin.
b. Bawah : tidak terdapat oedema pada kedua kaki (piting edema
kembali <3 detik), anggota gerak lengkap, telapak kaki (drop
food, flatfood) tidak ada, tidak ada varices
Kekuatan otot :5 5
5 5
15. Refleks
a. Refleks fisiologis
- Bisep: positif
- Trisep: positif
- Lutut: -
- Achiles: -
b. Reflek patologis
- Babinski: negatif
Pemeriksaan risiko jatuh (Morse Fall Scale)
No. Faktor Risiko Kriteri Skor Nilai
1. Riwayat jatuh Tidak pernah jatuh 0 0
Pernah jatuh dalam tiga bulan 25
terakhir
2. Diagnosis Hanya satu diagnosis 0 0
Terdapat lebih dari satu 15
diagnosis

3. Bantuan Berjalan tanpa bantuan, tirah 0 0


berjalan baring, imobilisasi, dikursi
roda dengan bantuan perawat
Berjalan menggunakan 15
kruk/tongkat/walker/tripoid
Berjalan menggunakan 30
funiture/benda disekitar :
kursi, dinding untuk topangan
4. Menggunakan Tidak diinfuse 0 20
infuse Dipasang infuse 20
5. Cara berjalan/ Normal/tirah baring/tidak 0 0
berpindah bergerak
Lemah (kondisi pasien lemah) 10
Terganggu 20
6. Status mental Mengetahui kemampuan diri 0 0
Lupa keterbatasan 15
Skor total 20
- Skor 0-24 : tidak berisiko
- Skor 25-45 : risiko rendah
- Skor > 45 : risiko tinggi
V. ENCANA PULANG
1. Anjurkan klien mengkonsumsi makanan dengan tinggi protein contohnya
putih telur agar mendukung penyembuhan luka post op
2. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi obat secara rutin sesuai anjuran
dokter
3. Edukasi klien terkait konsumsi suplemen untuk membantu mempercepat
penyembuhan luka, dan mengkonsumsi makanan seperti daging sapi, hati
sapi, daging ayam tanpa kulit, merupakan sumber yang baik untuk vitamin
A, zat besi dan seng, sedangkan vitamin C bisa didapatkan dari berbagai
buah-buahan.
4. Edukasi klien untuk menghindari makanan dengan nilai nutrisi yang
rendah seperti snack manis, permen, daging berlemak, atau roti.
5. Anjurkan klien mengkonsumsi makanan seperti daging utuh tanpa lemak,
biji-bijian utuh, sayur, buah, serta produk olahan susu rendah lemak untuk
membantu proses penyembuhan luka.
6. Anjurkan klien kontrol sesuai jadwal atau 1 minggu setelah pulang dari RS

VI. DIAGNOSTIK TEST


1. Rongten Thorax
Tanggal pemeriksaan 11 April 2022
Kesan :
Besar cor normal
2. Laboratorium
a. Pemeriksaan tanggal 11 April 2022
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 11.4 g/dL 13.2-17.3
Leukosit 7.6 ribu/mmk 4.5 – 11.5
Limfosit 35.0 % 20.0 – 40.0
Monosit 7.1 % 2–8
Hematokrit 35.6 % 40.0 – 52.00
MCV 78.1 fL 80.0 – 97.0
MCH 25.0 pg 27.0 – 32.0
MCHC 32.0 g/dL 32.0 – 38.0
Trombosit 347 Ribu/mmk 150 – 450
RDW 15.5 % 11.6 – 14.8
Glukosa Sewaktu 100.6 mg/dL 74 – 110
Ureum 47.1 mg/dL 15.00 – 45.00
Creatinin 0.9 mg/dL 0.62 – 1.10
Antigen Rapid Negatif Negatif
SARS Cov 2

b. Pemeriksaan tanggal 11 April 2022

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Antigen Rapid Negatif Negatif (Ct>40
SARS Cov 2 atau No Ct)
VII.PROGRAM PENGOBATAN
1. Ketorolac 2x 30 mg diberikan secara injeksi IV pukul 08.00 dan 20.00 WIB
2. Kalnex 3 x 500 mg diberikan secara injeksi IV pukul 08.00, 20.00, dan
02.00 WIB

ANALISA OBAT
No Nama Indikasi Kontra Efek Implikasi
Obat Indikasi Samping Keperawa
tan
1. Ketorolac Mengatasi Hipersensitiv Demam, Kaji efek
2x 30 mg nyeri akut itas terhadap mengantuk, samping
diberikan ketorolac, pusing, sakit Ketorolac
secara riwayat kepala,
injeksi IV perdarahan berkeringat,
pukul GI, mulut kering,
08.00 dan perdarahan nyeri dada,
20.00 serenrovaskul haus
WIB er aktif
2. Kalnex Kalnex Sebaiknya, gangguan Kaji efek
3 x 500 digunakan Kalnex tidak pencernaan, samping
mg untuk digunakan mual, kalnex
diberikan menghentik pada pasien muntah,
secara an dengan pusing,
injeksi IV pendarahan, riwayat: sakit kepala,
pukul seperti: hipersensitif gangguan
08.00, mimisan, terhadap makan, dan
20.00, dan perdarahan asam hipotensi
02.00 abnormal traneksamat, (tekanan
WIB pasca- sedang darah
operasi, mengonsumsi rendah).
pendarahan obat hormon,
pasca- riwayat
operasi gigi penyakit
pada pasien tromboembol
dengan i vena atau
hemofilia, arteri, serta
dan gangguan
menorrhagi ginjal.
a.
VIII. PROGRAM TINDAKAN
1. Monitoring TTV tiap 7 jam
2. Observasi skala nyeri
3. Bantu ADL
ANALISA DATA

NO. DATA MASALAH PENYEBAB


1. DS : Nyeri Akut Agen Cidera Fisik :
- O : klien mengatakan nyeri leher Prosedur operasi
kanan pada bekas operasi
- P : klien mengatakan nyeri apabila
bergerak menoleh
- Q : klien mengatakan nyeri seperti
di tusuk
- R : klien mengatakan nyeri tidak
menjalar
- T : usaha klien untuk mengatasi
nyeri dengan Tarik napas dalam
- U : klien mengatakan belum pernah
mengalami hal yang sama
- V : klien berharap sakit yang
dirasakan segera pulih dan dapat
beraktifitas seperti sedia kala lagi

DO :
- S : skala nyeri 6
- Klien terlihat meringis
- terdapat luka post op pada bagian
leher kanan klien
2. DS : Ansietas Krisis situasional
- klien mengatakan merasa khawatir
dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi.
- Klien menyatakan khawatir dengan
keadaannya saat ini, pasien ingin
segera sembuh karena ingin segera
beraktifitas kembali
DO :
- Klien juga tampak gelisah dan
tampak tegang.
3. Ds : Deficit perawatan kelemahan
- Klien mengatakan butuh dibantu diri : mandi
untuk beberapa aktifitas seperti
mandi, toileting, berpakaian, dan
berpindah
Do :
- Klien dalam aktifitasnya belum
dapat melakukan secara mandiri
DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

N DIAGNOSIS KEPERAWATAN
O
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Fisik : Prosedur operasi
ditandai dengan :
DS :
- O : klien mengatakan nyeri leher kanan pada bekas operasi
- P : klien mengatakan nyeri apabila bergerak menoleh
- Q : klien mengatakan nyeri seperti di tusuk
- R : klien mengatakan nyeri tidak menjalar
- T : usaha klien untuk mengatasi nyeri dengan Tarik napas dalam
- U : klien mengatakan belum pernah mengalami hal yang sama
- V : klien berharap sakit yang dirasakan segera pulih dan dapat
beraktifitas seperti sedia kala lagi
DO :
- S : skala nyeri 6
- Klien terlihat meringis

2. Deficit perawatan diri : mandi berhubungan dengan kelemahan ditandai


dengan :
Ds :
- Klien mengatakan butuh dibantu untuk beberapa aktifitas seperti mandi,
toileting, berpakaian, dan berpindah

Do :
- Klien dalam aktifitasnya belum dapat melakukan secara mandiri
3. Ansietas berhubungan dengan Krisis situasional ditandai dengan :
DS :
- klien mengatakan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi.
- Klien menyatakan khawatir dengan keadaannya saat ini, pasien ingin
segera sembuh karena ingin segera beraktifitas kembali
DO :
- Klien juga tampak gelisah dan tampak tegang.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. S
Ruangan : Cattleya
Tanggal : 11 April 2022
Nama mahasiswa : Agnes Yudith Yobelta
Rasional
No Diagnosa Keperawatan & Data Rencana Tindakan Keperawatan
. Penunjang Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
1. Tgl : 11 April 2022 jam : 12.40 WIB Tgl : 11 April 2022 Tgl : 11 April 2022 1. Mengetahui lokasi,
D.0077 jam : 12.40 WIB jam : 12.40 WIB karakteristik, durasi,
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen D.0077 D.0077 frekuensi, intensitas dan skala
Cidera Fisik : Prosedur operasi ditandai Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen Nyeri I.08238 nyeri agar dapat memberikan
dengan : Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, intervensi yang tepat
DS : keperawatan selama 3 x 24 karakteristik, durasi, 2. Mengurangi risiko atau faktor
- O : klien mengatakan nyeri leher kanan jam tingkat nyeri dapat frekuensi, intensitas yang dapat memperberat nyeri
pada bekas operasi menurun dengan kriteria dan skala nyeri setiap 4 atau menimbulkan nyeri
- P : klien mengatakan nyeri apabila hasil: jam 3. Teknik distraksi dapat
bergerak menoleh 1. Tidak ada keluhan 2. Kontrol lingkungan mengalihkan perhatian klien
- Q : klien mengatakan nyeri seperti di nyeri yang memperberat rasa ke hal lain sehingga dapat
tusuk 2. Klien tidak gelisah nyeri (suhu ruangan) menurunkan kewaspadaan
- R : klien mengatakan nyeri tidak menjalar 3. Frekuensi nadi normal 3. Ajarkan teknik terhadap nyeri dan
- T : usaha klien untuk mengatasi nyeri 60-100x/mnt nonfarmakologis untuk meningkatkan toleransi
dengan Tarik napas dalam 4. Tidak ada sikap mengurangi nyeri terhadap nyeri
- U : klien mengatakan belum pernah proyektif (distraksi) 4. Ketorolac merupakan obat
mengalami hal yang sama 4. Berikan obat Ketorolac anti inflamasi non steroid
- V : klien berharap sakit yang dirasakan 2x30 mg diberikan yang bekerja dengan cara
segera pulih dan dapat beraktifitas seperti secara injeksi IV pukul menghambat produksi
sedia kala lagi 08.00 dan 20.00 WIB prostaglandin dalam tubuh
sesuai program dokter yang menyebabkan rasa sakit
DO : akibat inflamasi
- S : skala nyeri 6
- Klien terlihat meringis

2. Tgl : 11 April 2022 jam : 12.40 WIB Tgl : 11 April 2022 Tgl : 11 April 2022
D.0109 jam : 12.40 WIB jam : 12.40 WIB 1. Menentukan tingkat
Deficit perawatan diri : mandi berhubungan kebutuhan bantuan pasien
dengan kelemahan ditandai dengan : L.11103 I.11348 2. Agar pasien tenang dan
Ds : Perawatan Diri Dukungan Perawatan menerima keadaan yang saat
- Klien mengatakan butuh dibantu untuk Setelah dilakukan tindakan Diri ini sedang dialami
beberapa aktifitas seperti mandi, keperawatan selama 3x24 1. Monitor tingkat 3. Melatih pasien untuk
toileting, berpakaian, dan berpindah jam diharapkan masalah kemandirian meningkatkan kemandirian
keperawatan defisit 2. Fasilitasi untuk
Do : perawatan diri dapat menerima keadaan
- Klien dalam aktifitasnya belum dapat teratasi dengan kriteria ketergantungan
melakukan secara mandiri hasil : 3. Anjurkan melakukan
Pasien mampu makan, perawatan diri secara
minum, mandi, toileting, konsisten sesuai
mobilitas di temapt tidur, kemampuan
berpindah, ambulasi/ROM
secara mandiri atau dibantu
Sebagian

3. Tgl : 11 April 2022 jam : 12.40 WIB Tgl : 11 April 2022 Tgl : 11 April 2022
D.0080 jam : 12.40 WIB jam : 12.40 WIB
Ansietas berhubungan dengan Krisis L.09093 I.09314 1. Mengetahui tanda-tanda
situasional ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda tanda ansietas sedini mungkin
DS : keperawatan selama 3 x 24 ansietas dapat menghindari
- klien mengatakan merasa khawatir jam tingkat ansietas dapat 2. Temani pasien untuk psikosomatis
dengan akibat dari kondisi yang dihadapi. menurun dengan kriteria mengurangi kecemasan,
2. Menemani pasien ditujukan
- Klien menyatakan khawatir dengan hasil: jika memungkinkan
1. Verbalisasi khawatir 3. Anjurkan keluarga
agar pasien tidak merasa
keadaannya saat ini, pasien ingin segera sendiri
akibat kondisi yang untuk tetap bersama
sembuh karena ingin segera beraktifitas dihadapi menurun klien, jika perlu 3. Menemani pasien ditujukan
kembali 2. Perilaku gelisah 4. Kolaborasi pemberian agar pasien tidak merasa
DO : menurun obat antiansietas, jika sendiri
- Klien juga tampak gelisah dan tampak 3. Perilaku tegang perlu
tegang. 4. Obat ansietas dikhususkan
menurun
4. Konsentrasi membaik
untuk ansietas berat
5. Pola tidur membaik
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari ke-1

Nama pasien : Tn. S


Ruangan : Cattleya
Diagnosa medis : Struma Nosuda

No No. DK/MK Tgl/ PERKEMBANGAN (SOAPIE) TANDA


. jam TANGAN
1. Nyeri Akut 11/04/22 I:
berhubungan 12.50 1. Mengidentifikasi lokasi,
dengan Agen karakteristik, durasi, frekuensi,
Cidera Fisiologis : intensitas dan skala nyeri setiap 4
jam
 S : klien mengatakan nyeri bekas
operasi, nyeri terus menerus
O : skala nyeri 6
12.52
2. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu
ruangan)
 S : klien mengatakan suhu saat ini
sudah membuat nyaman
O : diberikan suhu ruangan
14.00 dengan AC 21o
3. Memberikan obat Ketorolac 2x30
mg diberikan secara injeksi IV
sesuai program dokter
 S : klien mengatakan setelah
diberi obat ketorolac lebih tenang
dan berharap nyeri terkontrol
14.00 O : diberikan obat ketorolac 30
mg secara IV
E:
 S:
- Klien mengatakan nyeri bekas
operasi, nyeri terus menerus
- klien mengatakan suhu saat
ini sudah membuat nyaman
- klien mengatakan setelah
diberi obat ketorolac lebih
tenang dan berharap nyeri
terkontrol
O:
- Skala nyeri 6
A : masalah nyeri akut belum
teratasi
2. Deficit perawatan 11/04/22 P : lanjut intervensi manajemen
diri : mandi 12.57 nyeri no 1,3,4
berhubungan dengan
kelemahan
I:
1. Monitor tingkat kemandirian
S : klien mengatakan butuh
12.58
bantuan untuk mandi dan
mobilisasi
O : klien masih tampak lemas
2. Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan
S : Klien mengatakan tidak apa
12.59 apa jika memerlukan bantuan
karena memang sedang sakit
O : klien bicara dengan nada yang
14.00 santai
3. Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan
E:
 S:
- klien mengatakan butuh
bantuan untuk mandi dan
mobilisasi
- Klien mengatakan tidak apa
apa jika memerlukan bantuan
karena memang sedang sakit
O:
3. Ansietas - klien masih tampak lemas
berhubungan dengan
11/04/22 A : masalah teratasi sebagian
Krisis situasional 13.05 P : lanjut intervensi no 1,3

I:
1. memonitor tanda tanda ansietas
12.56 S : klien mengatakan cemas
mengenai kondisinya yang
sekarang karena takut tidak bisa
sembuh maksimal
O : klien tampak cemas saat
menjelaskan
2. menganjurkan keluarga untuk
tetap bersama klien, jika perlu
s : klien mengatakan lebih
nyaman jika didampingi oleh
keluarga terutama istri
o : klien tampak tersenyum
E:
 S:
- klien mengatakan cemas
mengenai kondisinya yang
sekarang karena takut tidak
bisa sembuh maksimal
- klien mengatakan lebih
nyaman jika didampingi oleh
keluarga terutama istri
O:
- klien mengatakan lebih
nyaman jika didampingi oleh
keluarga terutama istri

A : masalah teratasi sebagian


P : lanjut intervensi no 1,3
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari ke-2

Nama pasien : Tn. S


Ruangan : Cattleya
Diagnosa medis : Struma Nosuda

No No. DK/MK Tgl/ PERKEMBANGAN (SOAPIE) TANDA


. jam TANGAN
1. Nyeri Akut 12/04/22 S : klien mengatakan masih sedikit
berhubungan 14.00 nyeri. Nyeri skala 5
dengan Agen O : klien tampak mengerenyitkan
Cidera Fisiologis : dahi
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
I:
14.01 1. Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
intensitas dan skala nyeri setiap 4
jam
 S : klien mengatakan nyeri bekas
operasi, nyeri terus menerus
14.05 O : skala nyeri 4
2. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu
ruangan)
 S : klien mengatakan suhu saat ini
sudah membuat nyaman
O : diberikan suhu ruangan
20.00 dengan AC 21o
3. Memberikan obat Ketorolac 2x30
mg diberikan secara injeksi IV
sesuai program dokter
 S : klien mengatakan setelah
diberi obat ketorolac lebih tenang
dan berharap nyeri terkontrol
21.00 O : diberikan obat ketorolac 30
mg secara IV
E:
 S:
- Klien mengatakan nyeri bekas
operasi, nyeri terus menerus
- klien mengatakan suhu saat
ini sudah membuat nyaman
- klien mengatakan setelah
diberi obat ketorolac lebih
tenang dan berharap nyeri
terkontrol
O:
- Skala nyeri 5
A : masalah nyeri akut belum
2. Deficit perawatan 12/04/22 teratasi
diri : mandi 14.10 P : stop intervensi, pasien pulang
berhubungan dengan
kelemahan S : klien mengatakan masih belum
bisa mandi sendiri
O : kulit klien tampak berminyak
14.11 A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
I:
1. Monitor tingkat kemandirian
14.20 S : klien mengatakan butuh
bantuan untuk mandi
O : klien masih tampak lemas
2. Bantu klien untuk mandi
S : klien mengatakan ingin mandi
21.00 dibantu oleh perawat
O : klien dimandikan
menggunakan sabun dan dettol

E:
 S:
- klien mengatakan butuh
bantuan untuk mandi
- klien mengatakan setelah
dibantu mandi, kulit lebih
bersih
3. Ansietas O:
berhubungan dengan
12/04/22 - kulit klien sudah bersih
Krisis situasional A : masalah teratasi sebagian
14.30
P : stop intervensi, pasien pulang

S : klien mengatakan masih sedikit


15.00 cemas
O : klien masih tampak gelisah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
I:
15.30 1. memonitor tanda tanda ansietas
S : klien mengatakan cemasnya
sudah mulai berkurang karena
mulai ikhlas
O : klien tampak tidak terlalu
cemas
2. menganjurkan keluarga untuk
tetap bersama klien, jika perlu
s : klien mengatakan lebih
nyaman jika didampingi oleh
keluarga terutama istri
o : klien tampak tersenyum
E:
 S:
- klien mengatakan cemasnya
sudah mulai berkurang karena
mulai ikhlas
- klien mengatakan lebih
nyaman jika didampingi oleh
keluarga terutama istri
O:
- klien mengatakan lebih
nyaman jika didampingi oleh
keluarga terutama istri

A : masalah teratasi sebagian


P : stop intervensi, pasien
pulang.
DAFTAR PUSTAKA

Anna, 2019., Struma Nodusa Non Toksik., Pedoman Diagnosis dan Terapi.,
Lab/UPF Ilmu Bedah., RSUD Dokter Sutomo., Surabaya
Adediji., Oluyinka S.,2019., Goiter, Diffuse Toxic., eMedicine.,
Davis, Anu Bhalla., 2020, Goiter, Toxic Nodular., eMedicine.,
De Jong. W, Sjamsuhidajat. R., 2020., Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi.,
EGC., Jakarta
Djokomoeljanto, 2020., Kelenjar Tiroid Embriologi, Anatomi dan Faalnya.,
Dalam : Suyono, Slamet (Editor)., 2001., Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.,FKUI., Jakarta
Lee, Stephanie L., 2020., Goiter, Non Toxic., eMedicine.,
Mansjoer A et al (editor) 2020., Struma Nodusa Non Toksik., Kapita Selekta
Kedokteran., Jilid 1, Edisi III., Media Esculapius., FKUI., Jakarta
Mulinda, James R., 2020., Goiter., eMedicine.,
Sadler GP., Clark OH., van Heerden JA., Farley DR., 2021., Thyroid and
Parathyroid., In : Schwartz. SI., et al., 2021.,Principles of Surgery. Vol 2.,
7th Ed., McGraw-Hill., Newyork

Anda mungkin juga menyukai