Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN


STUMA NUDUSA NON TOKSID (SNNT)
UPT RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE

DISUSUN OLEH

KHUSNI ALI
NIM. 891232013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES YARSI PONTIANAK
TAHUN 2023
KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Penyakit


A. Pengertian
Struma merupakan pembesaran kelenjar gondok yang diakibatkan
oleh peningkatan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon
tiroid dalam jumlah banyak sehingga dapat memunculkan keluhan
semacam berdebar- debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap,
mencret, berat tubuh menyusut, mata membesar, penyakit ini dinamakan
hipertiroid (Dewantini, 2019).
Struma ataupun goiter adalah pembesaran dari kelenjar tiroid, yang
bisa berbentuk diffusa ataupun nodusa. Penyebab yang paling sering
terjadi dari defisiensi hormon tiroid yaitu mengkonsumsi yodium yang
tidak cukup. Struma sendiri dapat dibagi sesuai dengan perubahan
aktifitas kegiatan fungsional dari kelenjar tiroid adalah struma toksik
serta non toksik (Tahulending et al., 2018).
Goiter ataupun struma berasal dari bahasa Latin“ tumidum gutter”
yang artinya yaitu tenggorokan yang membesar. Definisi lain struma
adalah kelenjar tiroid yang membesar dua kali atau lebih dari ukuran
normal struma atau berat nya mencapai sekitar 40 gr ataupun lebih.
Pembesaran kelenjar tiroid bisa diakibatkan oleh bermacam perihal,
namun penyebab yang paling umum merupakan kekurangan zat yodium
dalam makanan (Diyani, 2019).
B. Etiologi
Menurut Tampatty et al., (2018) struma dapat diakibatkan oleh
gangguan sintesis hormon tiroid sehingga terjadi mekanisme kompensasi
pada kandungan TSH dalam darah, sehingga efeknya mengarah pada
hypertrofi dan hyperlasia molekul tiroid yang pada akhirnya mengarah
pada pembesaran kelenjar tiroid.
Adanya keterbatasan dalam pembentukan hormon tiroid adalah salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar tiroid, antara
lain:
A. Kekurangan yodium. Pada umumnya penderita penyakit gondok
sering terjadi di daerah yang air minum dan tanahnya tidak
mengandung yodium, misalnya di daerah pegunungan.
B. Gangguan metabolisme bawaan yang menghambat pembentukan
hormon tiroid.
C. Penghambatan sintesis hormon oleh obat-obatan (misalnya:
thiocarbamide, sulfonylurea dan lithium).
C. Patofisiologi
struma disebabkan oleh kekurangan yodium yang dapat
menghalangi pembentukan hormon tiroid dari kelenjar tiroid sehingga
dapat terjadi penekanan produksi TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Hal ini memungkinkan hipofisis mengeluarkan TSH dalam jumlah
berlebih. Kemudian TSH dapat menyebabkan sel-sel tiroid mengeluarkan
sejumlah besar tiroglobulin (padat) ke dalam folikel, dan kelenjar
semakin berkembang. Karena kekurangan yodium, tidak ada peningkatan
pembentukan T4 dan T3, dimensi folikel lebih besar dan berat kelenjar
tiroid dapat bertambah sekitar 300-500 gram (Oetomo, 2013).
Pembentukan hormon tiroid membutuhkan stimulasi yodium dan
TSH. Kekurangan yodium adalah salah satu faktor terjadinya penyakit
pada struma. Aktivitas kelenjar tiroid yang utama merupakan fokus
mengambil yodium dari darah untuk menghasilkan hormon tiroid. Dalam
kelenjar ini tidak cukup untuk menghasilkan hormon tiroid jika tidak
memiliki banyak yodium. Oleh karena itu, kekurangan yodium ini
banyak orang mengalami hipotiroidisme. Kekurangan hormon tiroid
(hipotiroidisme) akan mengkompensasi tubuh untuk penyakit gondok,
yang merupakan proses adaptasi terhadap kekurangan hormon tiroid.
Namun, pembesaran ini juga dapat terjadi sebagai respons terhadap
sekresi berlebihan dari kelenjar pituitari, TSH (Dewantini, 2019).
D. Manifestasi klinik
Beberapa pasien dengan nodul struma tidak beracun tidak
mempunyai gejala sama sekali. struma cukup besar akan menekan daerah
trakea, yang menyebabkan masalah pernapasan dan kerongkongan juga
tertekan sehingga menyebabkan masalah menelan. Ini akan
meningkatkan jantung, kegelisahan, berkeringat, tahan dingin dan
kelelahan. Beberapa dari mereka mengeluhkan masalah menelan,
masalah pernapasan, ketidaknyamanan leher dan suara serak (Sopyan,
2018) .
Menurut Amin Huda Nurarif & Hardi kusuma, (2015) tanda dan
gejalah penyakit struma atau goiter antara lain:
a. Kesulitan bernapas dan menelan
b. Batuk
c. Tenggorokan sesak
d. Suara serak
e. Pembengkakan di bagian bawah leher.

E. Pemeriksaan diagnostik
A. Padaapalpasi, ada batas yang jelas, dengan satu atau lebih simpul
konsistensinya sangat kenyal
B. Terroglobin manusia (untuk tumor tiroid ganas)
C. Periksa sidik jari kelenjar tiroid
F. Komplikasi
Menurut (Dewantini, 2019) ada beberapa komplikasi dari struma antara
lain:
A. Penyakit jantung hipertyroid
Penyempitan jantung terjadi sebagai akibat dari stimulasi jantung
yang berlebihan dengan hormon tiroid dapat mengakibatkan
terjadinya peningkatan kontraksi jantung dan takikardia hingga
fibrilasi atrium jika dihambat.
B. Ovtalmopati graves
Ovtalmopati graves seperti eksoftalmus, tonjolan mata dengan
diplopia, aliran air mata yang berlebihan, dan peningkatan
gambaran fobia dapat mengganggu kualitas hidup pasien
sehingga ia dapat melakukan aktivitas secara teratur.
C. Dermatopati Graves
Dermatopati tiroid terutama terdiri dari penebalan kulit di atas
pangkal tibia (miksedema di depan tibia), yang disebabkan oleh
glikosaminoglikan.
G. Pemeriksaan penunjang
Tarwoto, (2012) Pemeriksaan penunjang pada penderita struma sebagai
berikut :
a. Pemeriksa sidik jari kelenjar tyroid
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
c. Biopsi aspirasihjarum halush (FNA )
d. Termografi
e. Petanda tumor
H. Penatalaksanaan medis
Menurut (Diyani, 2019) beberapa penatalaksanaan pada penderita struma
yaitu :
a. Pembedahan/ pembedahan
Operasi ini dapat menyebabkan hipotiroidisme permanen yang
lebih jarang terjadi dibandingkan yodium radioaktif.
Pembedahannya yaitu dengan membuang sebagian besar kelenjar
tiroid, sebelum pembedahan tidak memerlukan pengobatan dan
setelah pembedahan akan dirawat kurang lebih 3 hari.
b. Yodium radioaktif
Yodium radioaktif mengirimkan radiasi dosis besar ke kelenjar
tiroid, yang mengarah pada pengangkatan jaringan. Pasien yang
tidak ingin menjalani pembedahan untuk memberikan yodium
radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50%. Yodium
radioaktif terkumpul di kelenjar tiroid untuk mengurangi radiasi ke
jaringan tubuh lain.
c. Pemberian hormon tiroid dan obat anti tiroid
Tiroksin digunakan untuk mengurangi ukuran gondok, dan diyakini
bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi oleh TSH. Oleh
karena itu, untuk menjaga agar TSH serendah mungkin, hormon
tiroid (T4) juga diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang
terjadi setelah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid
saat ini (thioamide) adalah propyluracil (PTU) 12 dan methotrexate
/ carbamycol.
I. Pathways

Penghambat sintesa
Defiensi yodium Kelainan metabolic kongenital hormone

Strauma nodular non tostik

Pembedahan Tumbuh di jaringan teroid

Terdapat jahitan General anastesi Luka insisi


diskontinuisi jarin

Estetika Mual dan muntah


Mediator kimis brsdikulin,
instamin prostaglandin
Kerusakan Difungsi motilitas tersensori
integritas jaringan gastrointestinal

Rangsang ujung saraf perifer


Pintu masuk kuman menghantar rangsangan

Mempermudah masuknya Substansia gelatinosa


kuman/bakteri

Resiko infeksi Thalamus kortek serebri

Nyeri akut

Intake nutrisi kurang Sulit menelan disfagia

Penurunan kekuatan
Kelemahan Intoleransi aktivitas
dan ketahan otot

Sumber : (Diyani, 2019).(Amin Huda Nurarif & Hardi kusuma, 2015)


J. Konsep dasar keperawatan
Menurut (Diyani, 2019) pengkajian adalah sesi pertama dalam proses
perawatan. Sesi ini sangat berguna dan pasti akan ada di tahap
selanjutnya. Informasi yang komperhensif serta valid hendak memastikan
penetapan diagosis keperawatan dengan tepat dan benar. berikutnya akan
mempengaruhi dalam perencanaa keperawatan. Tujuan dari pengkajian
merupakan di dapatkannya informai yang komperhensif yang mencakup
informasi biopsiko dan spiritual.
A. Data Umum
a. Identifikasi penderita:
Nama Ny.s , usia 35, jenis kelamin perempuan, diagnosa medis
struma, keluarga yang bisa dihubungi suami.
b. Keluhan utama penderita:
Umumnya perih pada leher, susah menelan, susah berdialog, tubu,
jantung tersa berdetak kilat, keringat berlebih, tubuh terasa
lemas.
c. Riwayat penyakit saat ini:
Biasaya penderita meringik gemetar, tubuh tersa lemas, mual,
muntah tidak dapat tidur.
d. Riwayat peyakit dulu:
Butuh di tanyakan penyakit dulu yang memiliki hubungan dengan
penyakit struma, misalnya mereka pernah menderita gondok lebih
dari satu kali, atau tetangga atau penduduk terdekat menderita
struma.
e. Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah anggota keluarga dengan penyakit yang sama yang
diderita pasien saat ini.
f. Riwayat psikososial
Akibatnya bekas luka operasi akan meninggalkan bekas luka
sehingga ada kemungkinan klien akan dipermalukan oleh orang
lain.
B. Pemeriksaan fisik
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya
composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi,
pernafasan dan suhu yang berubah. Pada klien dengan pre operasi
terdapat pembesaran kelenjar tiroid. Pada post operasi thyroidectomy
biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan
kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain.
Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari. Bentuk kepala
mesochepal rambut bersih , dibagian mata tidak ada gangguan,hidung
bersih tidak ada secret kemudian mulut bersih, di leher adanya luka
operasi, adanya balutan (Suhardi, 2019).

K. Diagnosa keperawatan dan fokus intervensi


A. Diagnosa keperawatan SDKI menurut ( PPNI, 2016) :
a. Nyeri akut
b. Resiko infeksi
c. Intoleransi aktivitas
B. Fokus intervensi berdasarkan SLKI menurut (PPNI, 2018) :
1. Nyeri akut

Tujuan dan kriteria hasil


Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan
masalah nyeri menurun dengan kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Gelisah menurun
c. Kemampuan mengontrol nyeri meningkat
Intervensi :
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d. Jelaskan strategi meredakan nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Resiko infeksi
Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan
masalah resiko infeksi dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Kemerahan menurun
b. area luka membaik
Intervensi :
a. Monitor gejala dan tanda infeksi lokal dan sistemik
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
c. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
d. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
3. Intoleransi aktivitas
Tuuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan
masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat.
b. Keluhan lelah menurun.
Intervensi :
a. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas
b. Fasilitasi aktivitas fisik rutin
c. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
d. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Dinarti dan Mulyanti Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan : Dokumentasi
Keperawatan.Kemenkes RI. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/Praktika-Dokumen-Keperawatan-Dafis.pdf.
Diakses tanggal 15 Oktober 2023
Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi Dan Indikator Diagnosis. Jakarta Selatan: DPP
PPNI.

Tim Pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia


Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tarwoto. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan


Sistem Endokrin.Jakarta: CV.Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai