Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN STRUMA


NODUSA NON TOKSIK (SNNT) DI RUANG ANGGREK RSUD UMUM DAERAH
KABUPATEN REJANG LEBONG

Tanggal 22 s.d 28 Mei 2023

DISUSUN OLEH :
NADIA REVALINA
NPM. 2226050061

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

(Ns. Devi Listiana, S.Kep,. M.Kep) (Fitrianti Yuliana Widiawati, S.Kep,.Ns)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
SNNT (Struma nodusa non toksik)

A. Definisi
Struma nodusa adalah pembesaran pada tiroid yang disebabkan akibat adanya
nodul (Tonacchera, Pirichhera dan Vitty, 2009). Biasanya di anggap membesar bila
kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal stuma nodusa non toksik merupakan
struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme (Hermes dan Huysmans,
2009).
Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasana terjadi karena
foikel-flikel terisi koloid secara berlebihan, setelah bertahun-tahun folikel tumbuh
semakin membesar, dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler
(Smeltzer & Suzanne,2006)
Struma nodusa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara
klinik teraba nodul satu/ lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme
(Hartini,2010)
B. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tiroid merupakan faktor
penyebab pembedaran tiroid antara lain:
1. Defisiensi iodium  :
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi
air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah
pegunungan.
2. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat hormon tiroid 
3. Penghambatan sintesis hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobal.
dan kacang kedelai) 
4. Penghambatan sintesis hormon oleh obat-obatan (thiocarbamide, sulfonylyurea)
(Brunicardi et al, 2010

C. Anatomi Kelenjar Thyroid


Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Tiroid
https://www.evolutamente.it/tiroide-aspettativa-di-vita/ (Di akses pada 27
April 2018 : 14.00)
Kelenjar thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas dua
lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama oleh secarik jaringan
disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang trakhea dua dan tiga. Struktur thyroid
terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium membentuk ruang yang
disebut koloid yaitu lumen substansi protein.

Regulasi sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik antara kelenjar
hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid. Lobus anterior hipofisis
mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan sintesis dan sekresi
hormon thyroid, meningkatkan ukuran kelenjar thyroid.

Pada orang dewasa berat tiroid kira-kira 18 gram. Terdapat dua lobus kanan dan kiri
yang dibatasi oleh isthmus. Masing-masing lobus memiliki ketebalan 2 cm lebar 2,5 cm dan
panjang 4 cm. Terdapat folikel dan para folikuler. Mendapat sirkulasi dari arteri tiroidea
superior dan inferior dan dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik.

Apabila terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang peningkatan


sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk meningkatkan sekresi hormon
thyroid.
a. Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
b. Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh.
D. Fisiologi Kelenjar Thyroid 
Kelenjar tiroid memiliki fungsi utama untuk mensuplai hormon tiroid untuk
pengaturan fungsi tubuh seperti metabolisme dan penggunaan energi. Kelenjar tiroid
mensekresikan hormon primer, yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Hormon-hormon
tersebut memiliki fungsi meningkatkan kecepatan metabolisme di dalam tubuh. Pada setiap
molekul T4 terdapat 4 atom yodium dan setiap molekul T3 terdapat 3 atom yodium. Kedua
hormon tersebut dirangsang pengeluarannya di lobus anterior kelenjar hipofisis oleh thyroid
stimulating hormon (TSH).
TSH adalah hormon yang mengatur pertumbuhan dan fungsi tiroid dari janin hingga
dewasa (Nilsson & Fagman, 2017). Hormon T3 dan T4 dibentuk oleh yodium sebagai bahan
dasar yang dapat ditemukan pada beberapa jenis makanan dan minuman (Darmayanti et al.,
2012).
Hormon tiroid merupakan iodinated hormone untuk mengkonsentrasikan iodium dari
sirkulasi dan membantu iodium agar dapat bersatu dengan molekul hormone tiroid sehingga
diperlukan fungsi dari kelenjar tiroid itu sendiri. Hormon tiroid juga memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan sel, perkembangan tubuh dan metabolisme energi. Hormon tiroid
membantu regulasi metabolisme karbohidrat dan lipid sehingga diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan normal tubuh.
Konsumsi O2 dirangsang oleh hormon tiroid pada kebanyakan sel di dalam tubuh.
Hormon tiroid juga mempengaruhi differensiasi jaringan di dalam tubuh dan ekspresi gen,
regulasi reaksi metabolik dan kecepatan metabolisme tubuh, berperan dalam pembentukan
asam ribonukleat (ARN), mengatur pembentukan panas, penyerapan usus terhadap glukosa,
merangsang pertumbuhan sel- sel somatis dan memiliki peran dalam perkembangan sistem
saraf pusat (Darmayanti et al., 2012).
Produksi dan sekresi hormon tiroid diatur oleh mekanisme regulasi yang kompleks.
Fungsi kelenjar tiroid diatur oleh suatu mekanisme aksi stimulasi oleh Tiroid Stimulating
Hormon (TSH) di hipotalamus pada kelenjar pituitary anterior. Modulasi pelepasan TSH
diatur oleh pengaruh hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) bebas yang terdapat di
perifer melalui umpan balik negatif (Kumorowulan & Supadmi, 2010).
E. Klasifikasi
Struma nodusa dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa hal, yaitu :
1. Berdasarkan jumlah nodul :
Bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodusa soliter (uninodusa), dan bila
lebih dari satu disebut struma multi nodusa.
2.  Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radio aktif dikenal 3 bentuk nodul
tyroid yaitu :
Nodul dingin, nodul hangat, dan nodul panas.
3.  Berdasarkan konsistensinya :
Nodul lunak, kistik, keras dan sangat keras.
(Brunicardi et al, 2010)
F. Manifesasi klinis
1. Gagguan menelan
2. Peningkatan metabolisme karena kien hiperaktif dengan meningkatnya denyut
nadi
3. Peningkatan simpat (jantung berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan
cuaca dingin, diare, gemetar dan kelelahan)
Pada pemeriksaan status lokalis struma nodusa, dibedakan dalam hal :
1.      Jumlah nodul ; satu (soliter), atau lebih dari satu (multipel)
2.      Konsistensi : lunak, kistik, keras dan sangat keras
3.      Nyeri pada penekanan; ada atau tidak ada.
4.      Perlekatan dengan sekitarnya; ada atau tidak ada.
5.      Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tyroid ; ada atau tidak ada.
(Brunicardi et al, 2010)
G. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tiroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke
dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tiroid. Dalam
kelenjar tiroid, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh TSH
kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diidotironiin membentuk T4 dan T3. T4
menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi TSH dan bekerja langsung
pada tirotropihypofisis, sedang T3 merupakan hormon metabolik tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme
tiroid sekaligus menghambat sintesis T4 dan melalui rangsangan umpan balik negatif
meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis. Keadaan ini menyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid.
H. Pathway/WOC
Kelainan metab.
Defisiensi iodium Penghambat sintesa hormon
kongenital
oleh zat kimia oleh obat

Struma nodusa non


toksik

Pembedahan Luka insisi (diskontinuitas Tumbuh di jaringan


jaringan tyroid

disfagia
General Pintu masuk
Mediator kimia
anastesi kuman
bradikulin, histamine
Sulit menelan
Kuman
Depresi Perangsangan ujung Intake nutrisi
mudh masuk
sistem syaraf perifer berkurang
pernafasan

Resiko infeksi Subtansia gelatinosa Defisit Nutrisi


Penekanan
medula oblogata Thalamus korte
serebri

Penurunan reflek Nyeri di


batuk persepsiakan

gangguan.rasa
Akumulasi
nyaman
sputum

Bersihan jalan nafas


tidak efektif

Sumber : Brunicardi et al, (2010)


I. Pemeriksaan penunjang
1. Pada palpasi teraba batas yang jelas, bemodul satu atau lebih, konsistensinya
kenyal.
2. Human trylogobulin (untuk keganasan tyroid)
3. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troskin) dan T3
(tridotironim) dalam batas normal. Nilai normal T3 = 0,6-2,0, T4 = 4,6-11
4. Pada pemeriksaan USG dapat dibedakan padat atau tidaknya nodul.
5. Kepastian histologi dapat ditegakkan melalui biopsy aspirasi jarum halus yang
hanya dapat dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang berpengalaman.
6. Pemeriksaan sidik tiroid.
Hasil dapat dibedakan 3 bentuk yaitu :
a) Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan
sekitarnya. Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah.
b) Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya.
Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
c) Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti
fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.
J. Penatalaksanan
1. Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk di daerah
endemik sedang dan berat.
2. Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.
3. Penyuntikan lipidol.
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik
diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang dewasa dan anak
di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc – 0,8 cc.
4. Tindakan operasi (strumektomi).
Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan operasi bila
pengobatan tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya : penekanan pada organ
sekitarnya, indikasi, kosmetik, indikasi keganasan yang pasti akan dicurigai.
5. L-tiroksin selama 4-5 bulan
Preparat ini diberikan apabila terdapat nodul hangat, lalu dilakukan pemeriksaan
sidik tiroid ulng. Apabila nodul mengecil, terapi dianjutkan apabila tidak mengecil
bahkan membesar dilakukan biopsy atau operasi.
6. Biopsy aspirasi jarum halus.
Dilakukan pada kista tiroid hingga nodul kurang dari 10mm.
K. Penatalaksanaan Medis
1. Operasi / pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien
hipotiroidisme yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak
dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang
dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau kekambuhan.
Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik
atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan
makin banyak tiroid yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan
kadar T4 sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid.
Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum
pembedahan tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat
sekitar 3 hari. Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa
mungkin tidak cukup memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat dan
pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma dilakukan 3-4 minggu
setelah tindakan pembedahan.
2. Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar
tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi
maka pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %.
Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga
memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak
meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik35 Yodium radioaktif
diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit,
obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian
obat tiroksin.
3. Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa
pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk
menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga
diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi
pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini
adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.
L. Komplikasi
1. Gangguan menelan atau bernafas.
2. Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif (
jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh).
3. Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang
menjadi rapuh, keropos dan mudah patah.
M. Konsep keperawatan
1. Pengkajian.
a. Pengumpulan Data
1) Identifikasi klien.
2) Keluhan utama klien.
Pada klien pre operasi mengeluh terdapat pembesaran pada leher.
Kesulitan menelan dan bernapas. Pada post operasi thyroidectomy keluhan
yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang
semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan
karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
4) Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan
penyakit gondok, sebelumnya pernah menderita penyakit gondok.
5) Riwayat kesehatan keluarga.
Ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.
6) Riwayat psikososial.
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik
sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis
dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang
berubah.
b. Kepala dan leher
Pada klien dengan pre operasi terdapat pembesaran kelenjar tiroid. Pada post
operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah
ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang
drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
c. Sistem pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari
anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
d. Sistem Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan
ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
e. Sistem gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung
akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek
anestesi yang hilang.
f. Aktivitas/istirahat
Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
g. Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
h. Integritas ego
Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
i. Makanan/cairan
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
j. Rasa nyeri/kenyamanan
Nyeri orbital, fotofobia.
k. Keamanan
Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap
iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas
37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat
dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus,
lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
l. Seksualitas
Libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.
N. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan,
Intrvensi keperawatan
Kode Kode
Diagnosa Slki Siki

1 Bersihan jalan L.0100 Setelah dilakukan I.01006 Latihan batuk efektif


napas tidak efektif 1 Tindakan
tindakan keperawatan
berhubungan
Observasi
dengan spasme selama 1 × 24 jam
jalan napas - Identifikasi
bersihan jalan napas
(D.0001)
kemampuan batuk
meningkat, dengan
- Monitor adanya
kriteria hasil:
retensi sputum
- Frekuensi napas
- Monitor input dan
membaik
output cairan
- Pola napas
Terapeutik
membaik
- Atur posisi semi -
- Batuk efektif
fowler atau fowler
meningkat
- Buang secret pada
- Gelisah menurun
tempat sputum
Edukasi
- jelaskan tujuan
dan prosedur
batuk efektif
- anjurkan tarik
napas dalam daei
hidung selama 4
menit, ditahan
selama 2
detik,kemudian
keluarkan dari
mulut dengan
bibir mencucu
( dibulatkan )
selama 5 detik
No Diagnosa Kode Slki Kode Siki
2 Gangguan rasa L.08064 Setelah dilakukan I.08238 Manajemen nyeri
Tindakan
nyaman tindakan
Observasi
berhubungan keperawatan selama
- Identifikasi lokasi,
dengan gejala 1 × 24 jam tingkat
karakteristik,durasi,
penyakit. nyeri menurun,
frekuensi,kuliatas,inten
(D.0074) dengan kriteria hasil:
sitas nyeri
- keluhan nyeri
- Identifikasi skala nyeri
menurun
- Identifikasi nyeri pada
- kesulitan tidur
kualitas hidup
menurun
Terapeutik
- frekuensi nasi
- Berikan Teknik
membaik
nonfarmakologis untuk
- Gelisah menurun
mengurangi nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan
penyebab,priode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mrngurangi rassa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu
Kode Kode
Diagnosa Slki Siki

3 Defisit nutrisi L.03030 Setelah dilakukan I.0823 Manajemen nutrisi


8 Tindakan
berhubungan tindakan keperawatan
Observasi
dengan selama 1 × 24 jam
- Identifikasi status
ketidakmampuan status nutrisi membaik,
nutrisi
menelan makanan dengan kriteria hasil:
- Identifikasi
(D.0019) - Nafsu makan
makanan yang
membaik
disukai
- Frekuensi makan
Terapeutik
membaik
- Lakukan oral
- Kewkuatan otot
hygiene sebelum
menelan meningkat
makan, jika perlu
- Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk,jika
mampu
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri)
Kode Kode
Diagnosa Slki Siki

4. Resiko infeksi L.03030 Setelah dilakukan I.1453 Pencegahan infeksi


9 Tindakan
berhubungan tindakan keperawatan
Observasi
dengan selama 1 × 24 jam
- Monitor tanda
peningkatan tingkat infeksi
dan gejala infrksi
paparan organisme menurun, dengan
local dan sistemik
patogen kriteria hasil:
Terapeutik
lingkungan, - Nafsu
- Berikan
(D.0142) Makan meningkat
perawatan kulit
- Nyeri menurun
pada area edema
- Bengkak menurun
- Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan paien dan
lingkungan pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
- Ajarkan etika
batuk
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan

.
DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi et al, 2010. Principles of surgery (9th.ed),2048. United State : McGraw-Hill’s;101
Manjoer, Arief.dkk,2009.Kapita Selecta Kedokteran , jilid I Media Aesculapius: Jakarta
Smeltzer (2012), Buku ajar keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC
Syarifuddin, drs. AMK. 2010. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan, edisi 3.
EGC : Jakarta.
Tonacchera, M., Pinchera, A., & Vitty, P. 2009. Assesment of nodular goiter. Journal of best
practice & research clinical endocrinology and metabolism. Pisa : Elseiver.
Smeltzer, Suzanne. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddart Vol 2.
Jakarta : EGC
Tim pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta selatan: PPNI.

Tim pokja SIKI DPP PPNI (2018) ‘Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta selatan: PPNI’.

Tim pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta selatan: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai