Anda di halaman 1dari 16

A.

Konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar


1. Definisi
 Pengertian Rasa aman dan nyaman

Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau

bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter & Perry, 2006).

Nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar

Nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang

meningkatkan penampilan sehari- hari), kelegaan (kebutuhan telah

terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi

masalah dan nyeri)

 Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan


bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atautingkatannya, dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri
yang dialaminya (Aziz Alimul, 2014).
. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan

dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan.

(Mayasari, 2016)

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah

mengalaminya (Wartonah, 2012).


2. Anatomi Fisiologi
Reseptor nyeri (nosireceptor) adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan adalah ujung
saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terdapat pada stimulus
kuat yang secara potensial merusak.
a. Mekanik (mekano sensitif) : Kerusakan ujung saraf bebas akibat
trauma karena benturan atau gerakan.
b. Thermis (thermo sensitif) : Rangsangan panas atau dingin yang
berlebihan.
c. Kimia (khemo sensitif) : Rangsangan zat kimia berupa bradikinin,
serotinin, ion kalium, asam, prostaglandin, asetilkolon, dan enzim
proteolitik.
Mekanisme Penghantaran Impuls Nyeri
a. Serabut delta A (menusuk dan tajam) : Pada kulit dan otot
bermielin halus, garis tengah 2-5 mm, kecepatan 6-30 m/detik.
b. Serabut delta C (panas & terbakar) : Dalam otot, tidak bermielin,
garis tengah 0,4-1,2 mm, kecepatan 0,5-2,0 m/detik.

3. Klasifikasi Nyeri
1. Menurut lokasinya:
a. Perifer pain : Daerah perifer (kulit & mukosa)
b. Deep pain : Somatik (periosteum/lapisan luar tulang, otot,
sendi/tendon, pembuluh darah)
c. Viseral / splanik pain : Organ viseral (renal colik,
cholesistisis/radang kandung empedu, apendisitis, ulkus gaster)
d. Reffered pain : Penyakit organ / struktur tubuh (vertebrata,
viseral, otot), ditransmisikan di bagian tubuh lain.
e. Psykogenik pain : Tanpa penyebab organik, tapi karena trauma
psikologis.
f. Phantom pain : Pada bagian tubuh yang sebenarnya sudah tidak
ada. Contohnya yaitu nyeri pada kaki yang sudah diamputasi.
g. Intractable pain : Nyeri yang resisten (melawan)
2. Menurut serangannya
a. Nyeri akut : mendadak, berlangsung < 3 bulan, intensitas berat,
area dapat diidentifikasi, karakteristik ketegangan otot
meningkat, dan cemas.
b. Nyeri kronis : Berlangsung > 3 bulan, intensitas ringan hingga
berat, sumber nyeri tidak diketahui dan sulit dihilangkan,
sensasi difus (menyebar).
3. Menurut sifatnya
a. Insidentil : Timbul sewaktu-waktu lalu menghilang, contohnya
yaitu trauma ringan.
b. Stedy : Menetap dan dalam waktu yang lama, contohnya yaitu
abses.
c. Paroximal : Intensitas tinggi dan kuat, ± 10-15 menit lalu
hilang dan timbul lagi.

4. Etiologi
a. Lingkungan
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Kelelahan
e. Budaya
f. Ansietas
g. Gaya koping
h. Pengalaman sebelumnya
i. Dukungan keluarga dan sosial

5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri Akut
 Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
 Menunjukan kerusakan
 Gangguan tidur
 Muka dengan ekspresi nyeri
 Tingkah laku ekspresif (Gelisah, merintih, nafas panjang,
mengeluh)
 Posisi untuk mengurangi nyeri
 Penurunan Tanda-tanda vital
b. Nyeri Kronis
 Perubahan berat badan
 Melaporkan secara verbal dan non verbal
 Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus
pada diri sendiri
 Kelelahan
 Perubahan pola tidur
 Takut cedera
 Interaksi dengan orang lain menurun

6. Patofisiologi
1. Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage), dimana
jaringan tubuh yg cedera melepaskan zat kimia inflamatori
(excitatory neurotransmitters), (histamine dan bradykinin) sebagai
vasodilator yg kuat  edema, kemerahan dan nyeri dan
menstimulasi pelepasan prostaglandins.
2. Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulus menjadi
energi elektrik,  proses transmisi (transmission) yakni ketika
energi listik mengenai nociceptor dihantarkan melalui serabutsaraf
A dan C dihantarkan dengan cepat ke substantia gelatinosa di
dorsal horn dari spinal cord  ke otak melalui spinothalamic tracts
 thalamus dan pusat-pusat yg lebih tinggi termasuk reticular
formation, limbic system, dan somatosensory cortex.
3. Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal, memproses
informasi dr pengalaman, pengetahuan, budaya, serta
mempersepsikan nyeri  individu mulai menyadari nyeri.
4. Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh
melepaskan neuromodulator, seperti opioids (endorphins and
enkephalins), serotonin, norepinephrine & gamma aminobutyric
acid  menghalangi /menghambat transmisi nyeri & membantu
menimbulkan keadaan analgesik, & berefek menghilangkan nyeri.

7. Pathway
Faktor Presipitasi

(Agen cedera, agen cedera biologis, agen cedera kimiawi, agen


pencedera, dilatasi serviks, eksblusi fetal)

Reseptor Nyeri

Persepsi Nyeri

Nyeri

Menekan saraf Mobilitas fisik


terganggu


Nyeri di Persepsikan
Gangguan mobilitas
 fisik berhubungan
dengan faktor
Nyeri Akut
presipitasi

RAS Teraktivasi


REM Menurun


8. Komplikasi
a. Edema pulmonal
b. Kejang
c. Masalah mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur

9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
 Monitor tanda-tanda vital
 Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
 Distraksi dan ajarkan teknik relaksasi
 Kompres hangat
b. Penatalaksanaan Medis
 Pemberian obat Analgetik
Obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara
total. Seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada
dalam keadaan sadar.
 Pemberian obat ANS (Anti inflamasi non steroid)
Aspirin dan Ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja di
ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat
mediator inflamasi yang dihasilkan luka.

10. Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan dengan skala nyeri
 Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di
abdomen
 Rontgen untuk mengetahui tukang dalam yang abnormal
 Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan
fisik lainnya
 CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang peah diotak
 EKG
 MRI
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan pasien mencakup semua faktor fisik dan
psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap
kehidupan atau kelangsungan hidup pasien. Keamanan yang
ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya
penyakit dan cedera yang akan mempenngaruhi rasa aman dan
nyaman pasien.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas
operasi/bedah menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan
iritasi secar langsung pada reseptor sehingga mengganggu rasa
nyaman pasien.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan
nyaman, karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien
akan beresiko terkena penyakit sehingga menimbulka rasa
tidak nyaman seperti nyeri.
b. Perilaku non verbal : Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita
amati antara lain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir
bawah, dll.
c. Kualitas : Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas
dan nyeri. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
d. Faktor presipitasi : Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan
nyeri antara lain  lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
e. Intensitas : Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak
tertahankan, atau dapat menggunakan skala dari 0-10.
f. Waktu dan lama : Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri
mulai, berapa lama, bagaimana timbulnya, juga interval tanpa
nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
g. Karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya
nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau
tersayat)
R (region)  : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri
Pengkajian Skala Nyeri
 Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak
terganggu)
 Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
 Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakuka aktivitas
secara mandiri)
h. Pemeriksaan Fisik
Ekspresi wajah
1) Menutup mata rapat-rapat
2) Membuka mata lebar-lebar
3) Menggigit bibir dibawah
Verbal
1) Menangis
2) Beteriak
Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Pernafasan
Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa
yang tidak nyaman.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,
kimiawi,fisik .
b. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis,
kerusakan sistem saraf,penekanan saraf
3. Intervensi keperawatan
Diagnosis keperawatan Outcomes Intervensi

Kode diagnosis Kode Hasil kode Intervensi

D.0077 Nyeri akut L.08066 TUJUAN KHUSUS I.08238 Manajemen Nyeri


Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan
- lokasi, karakteristik,
selama 1 pertemuan,
diharapkan tingkat nyeri durasi, frekuensi,
dengan
kualitas, intensitas nyeri
Kriteria hasil :
- Identifikasi skala nyeri
1.Mengeluh nyeri
- Identifikasi respon nyeri
menurun (5)
non verbal
2.mengeluh meringis
- Identifikasi faktor yang
menurun (5)
memperberat dan
3. Gelisah menurun (5)
memperingan nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

D.0078 Nyeri kronis L.08066 TUJUAN KHUSUS I.08238 Manajemen nyeri


Setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1. Identifikasi skala nyeri
selama 1 pertemuan,
2. Identifikasi respon nyeri
diharapkan terjadi
TUJUAN KHUSUS non verbal
Setelah dilakukan 3. Identifikasi faktor yang
intervensi keperawatan memperberat dan
selama 1 pertemuan,
memperingan nyeri
diharapkan tingkat nyeri
dengan
Kriteria hasil : Terapeutik
1.Mengeluh nyeri 4. Kontrol lingkungan yang
menurun (5) memperberat rasa nyeri
2.mengeluh meringis 5.Fasilitasi istirahat dan tidur
menurun (5) 6. Pertimbangan jenis dan
3. Gelisah menurun (5) sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
7. Jelaskan
penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
9. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Kolaborasi
10.Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri . Yogyakarta :
Ar-Ruzz Media.
Kemenkes. (2016) Asuhan Keperawatan Rasa Aman dan Nyaman
Nurarif A.H dan Kusuma, H. (2016) Asuhan Keperawatan Praktis, Jakarta :
Medication
Tetty, S. 2015. Knsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC
Tim pokja SDKI DPP PPNI,(2016). Standar diagnosis keperawatan indonesia
(SDKI),Edisi 1, jakarta,persatuan perawat indonesia

Anda mungkin juga menyukai