Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PELATIHAN PENATALAKSANAAN PERIOPERATIF PASIEN

DI KAMAR BEDAH BAGI PERAWAT

STRUMA

Oleh:

Silvy Herlinda Amd. Kep

INSTALASI BEDAH SENTRAL

RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

2023
Lembar Pengesahan

Laporan pendahuluan struma

Untuk memenuhi tugas pelatihan penatalaksanaan perioperatif pasien di kamar bedah

bagi perawat-Bedah Onkologi

Disusun oleh

Silvy Herlinda

Malang, November 2023

(…..................................................)
LAPORAN PENDAHULUAN

STRUMA

A. PENGERTIAN

Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi karena
folikel –folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahun-tahun folikel tumbuh
semakin membesar dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler.

Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinis
teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.

Struma nodusa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal yaitu:

 Berdasarkan jumlah nodul

Bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodusa soliter (uninodusa)

Bila nodul lebih dari satu disebut struma multinodusa

 Berdasarkan kemampuan menangkap yodium aktiv dikenal 3 b3ntuk


nodul tiroid yaitu: nodul dingin, nodul hangat dan nodul panas

 Berdasarkan konsistensi

Nodul lunak, kritik, keras dan sangat keras

Isthmulobectomy adalah pengangkatan satu lobus tiroid yang mengandung


jaringan patologis ( total lobektomi), atau sebagian besar lobus tiroid yang
mengandung jaringan patologis (subtotal lobektomi) (nswahyunc.blogspot.com)

Tiroid berarti organ berbentuk perisai segiempat. Kelenjar tiroid merupakan


organ yang bentuknya seperti kkupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah
disebelah anterior trakhea. Kelenjar ininmerupakan kelenjar endokrin yang paling
banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina pethacheal
fascia profunda.
Kelenjar tyroid terdiri dari dua lobus yang berkapsul, yang terletak disebelah
kana dan kiri trakea. Kedua lobus dihubungkan oleh isthmus yang menyilang trakea
sedikit di bawah kartilago krikoid. Berat kelenjar tyroid normal pada dewasa adalah
sekitar 15-20 gram. Setiap lobus mempunyai diameter vertikal 2-3 cm dan tebal 1 cm.
volume kelenjar tyroid dapat diperkirakan antara 10-30 cm pada orang normal.

Kelenjar tyroiud menghasilakn hormon tyroid utama yaitu tiroksin (T4). Bentuk
aktifnya adalah hormon T4. Bentuk aktif ini adalah trydotironin (T3), yang sebagian
besar berasal dari konversi hormon T4, diperifer dan sebagian kecil langsung
dibentuk oleh kelenjar tyroid. Kelenjar tyroid terdiri folikel-folikel yang berisi larutan
koloid. Hormon ini merangsang penggunaan O2 pada kebanyakan sel tubuh,
mengatur metabolisme lemak, hidrat arang dan sangat diperlukan untuk pertumbuhan.

Fungsi kelenjar tyroid dipengaruhi oleh TSH (Tyroid Stimulating


Hormon)bdari hipofisis anterior. Apabila TSH menurun dapat dapat terjadi atropi
tyroid dan apabila TSH meningkat, hormon tyroid juga meningakat yang kemudian
melalui mekanisme feed back dan menekan fungsi hypofisis. Sebaliknya apabila
hormod tyroid berkurang akan merangsang hipofisis untuk mengeluarkan TSH lebih
banyak. Oleh karena itu apabila hormon tyroid bekurang akan mengakibatkan
hyperplasia dan pembesaran kelenjar tyroid. Proses hyperplasia cenderung lokal dan
tersebar, sehingga menimbulkan benjolan-benjolan (noduli). (Moelianto Djoko R.,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi Ketiga, FKUI,1996).

B. ETIOLOGI
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tiroid merupakan
penyebab pembesaran kelenjar tiroid antara lain:

1. Defisiensi iodium, pada umumnya penderita penyakit struma sering


terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang
mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
2. Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi
kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi yodium, goitrogenik
glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid)
seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi
secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan dan
tumor/neoplasma.
3. Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka
kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH
karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT pada hipofisis anterior
dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis,
maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH
dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari
TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi
hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Penyebab Goiter adalah:

a) Auto-imun (dimana tubuh menghasilkan antibodi yang


menyerang komponen spesifik pada jaringan tersebut).
 Tiroiditis Hasimoto’s juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat
adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini
menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan
TRH akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis
otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan
genetic untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering
ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto,
kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi
beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang
masih berfungsi.
 Penyakit Graves. Sistem kekebalan menghasilkan satu protein,
yang disebut tiroid stimulating imunoglobulin (TSI). Seperti
dengan TSH, TSI merangsang kelenjar tiroid untuk
memperbesar memproduksi sebuah gondok.
b) Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme
baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan
hipotiroidisme. Obat-obatan tertentu yang dapat menekan produksi
hormon tiroid.
c) Peningkatan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) sebagai akibat
dari kecacatan dalam sintesis hormon normal dalam kelenjar tiroid
d) Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium
dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada
defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif
berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium
yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar
TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan
yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran
kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
e) Kurang iodium dalam diet, sehingga kinerja kelenjar tiroid berkurang
dan menyebabkan pembengkakan. Yodium sendiri dibutuhkan untuk
membentuk hormon tyroid yang nantinya akan diserap di usus dan
disirkulasikan menuju bermacam-macam kelenjar. Kelenjar tersebut
diantaranya:
 Choroid
 Kelenjar mammae
 Plasenta
 Kelenjar air ludah
 Mukosa lambung
 Intenstinum tenue
 Kelenjar gondok
Sebagian besar unsur yodium ini dimanfaatkan di kelenjar gondok.
Jika kadar yodium di dalam kelenjar gondok kurang, dipastikan
seseorang akan mengidap penyakit gondok.

f. Beberapa disebabkan oleh tumor (Baik dan jinak tumor kanker)


 Multinodular Gondok. Individu dengan gangguan ini memiliki
satu atau lebih nodul di dalam kelenjar tiroid yang menyebabkan
pembesaran. Hal ini sering terdeteksi sebagai nodular pada
kelenjar perasaan pemeriksaan fisik. Pasien dapat hadir dengan
nodul tunggal yang besar dengan nodul kecil di kelenjar, atau
mungkin tampil sebagai nodul beberapa ketika pertama kali
terdeteksi.
 Kanker Tiroid. Thyroid dapat ditemukan dalam nodul tiroid
meskipun kurang dari 5 persen dari nodul adalah kanker. Sebuah
gondok tanpa nodul bukan merupakan resiko terhadap kanker.
g. Kerusakan genetik, yang lain terkait dengan luka atau infeksi di tiroid,
 Tiroiditis. Peradangan dari kelenjar tiroid sendiri dapat
mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid.
h. Kehamilan, Sebuah hormon yang disekresi selama kehamilan yaitu
gonadotropin dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.

C. Klasifikasi Struma
Secara klinis pemeriksaan struma dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas 2, yaitu struma diffusa toksik dan struma
nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah pada perubahan
bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan
lain. Sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik
teraba 1 atau lebih benjolan (stuma multinoduler toksik).
b) Struma Non Toksik
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang di bagi menjadi
stuma diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik
disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai
simple golter, struma endemik atau golter koloid yang sering ditemukan
didaerah yang air minumnya kurang sekali mengandung yodium dan
goltrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia. Apabila dalam
pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul,maka pembesaran ini disebut
struma nodusa.

D. Tanda dan Gejala


1. Pembengkakan mulai dari ukuran kecil sampai benjolan besar dibagian
depan leher tepat dibawah adam’s apple.
2. Perasaan sesak di daerah tenggorokan.
3. Kesulitan bernafas (sesak nafas, batuk, mengi karena kompesi batang
tenggorokan).
4. Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).
5. Suara serak.
6. Berdebar-debar.
7. Gelisah.
8. Berkeringat.
9. Tidak tahan cuaca dingin.
10. Diare, gemetar dan kelelahan.

E. ANATOMI NORMAL DAN PERUBAHAN BENTUK ANATOMI


Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh darah
besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrakealis dan
melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran. Keempat
kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid,
tetapi letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi. Arteri karotis komunis, vena
jugularis interna dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu sarung tertutup di
latero dorsal tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring.
Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia
media dan prevertebralis (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005). 11 Gambar 1. Anatomi
kelenjar tiroid (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Gambar 1.1 anatomi tiroid
F. PATHWAY STRUMA

Defisiensi yodium Zat kimia (ex: phenolic, etc) dan obat-obatan


ex: thiocarbamide sulfonylurea

Tyroksin tak terbentuk Menghambat sintesis hormone tiroid

Penurunan sekresi T3 dan T4


Sekresi hormone tiroid menurun

Meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar


Mencegah inhibisi umpan balik hipofisis
TSH yang normal
Peningkatan jumlah sel-sel folikel
Merangsang hipofisis

Hipertrofi kelenjar tiroid


Peningkatan produksi TSH

Hipertrofi kelenjar tiroid

STRUMA

Pembedahan

Pre operasi
Intra operasi

Benjolan pada
HR meningkat
kelenjar tiroid Anestesi
Tiroidektomy
General

Penekanan
TD meningkat Pembedahan
pada trakea
Kesadaran
menurun
Depresi sistem Reflek Insisi kulit
Obstruksi pernafasan batuk
trakea menurun
Jaringan lemak

Otot
Penyempitan Pasien Penekanan pada
jalan nafas gelisah medula Akumulasi
oblongata sekret Fascia

Suplai oksigen Bersihan jalan


ke paru nafas tidak Terputusnya jaringan
menurun Suplai paru efektif
Akral dingin

Perdarahan
Peningkatan Suplai O2
Ansietas
kerja nafas berkurang
Defisit volume
cairan
Nafas cepat
Gangguan
pertukaran
Pola nafas Gas Post Operasi
tidak efektif

Terputusnya kontinuitas
Pasien belum sadar
jaringan

Fungsi organ pernafsan


belum normal Pengaruh bius
habis/hilang

Proses difusi alveoli


terganggu
Pasien sadar

Kebutuhan o2 dlm tubuh Nyeri


kurang

Akral dingin
sianosis

Bersihan jalan nafas


inefektif
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sidik tiroid
Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk
lokasi dan yang utama adalah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan
ini pasien diberi nal per oral dan setelah 24 jam secara fotografik ditentukan
konsentrasi iodium radioaktif yang ditangkap oleh tiroid.
Dari hasil sidik tiroid dapat dibedakan 3 bentuk:
a. Nodul dingin bila penangkapan iodium nihil atau kurang dibandingkan
sekitarnya. Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah.
b. Nodul panas bila penangkapan iodium lebih banyak dari pada sekitarnya.
Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
c. Nodul hangat bila penangkapan iodium sama dengan bagian tiroid yang
lain.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan USG dapat dibedakan antara yang padat dan cair.
Selain itu dengan berbagai penyempurnaan, sekarang USG dapat
membedakan beberapa bentuk kelainan, tapi belum dapat membedakan
dengan pasti suatu nodul ganas atau jinak.
Gambaran USG yang didapat dibedakan atas dasar kelainan yang difus
atau fokal yang kemudian juga dibedakan atas dasar derajat ekonya, yaitu
hipoekoik, isoekoik atau campuran. Kelainan-kelainan yang dapat di diagnosis
secara USG adalah:
a. Kista: kurang lebih bulat, seluruhnya hipoekoik sonolusen, dindingnya
tipis.
b. Adenoma/nodul: iso/hiperekoik, kadang-kadang disertai halo yaitu suatu
lingkaran hipoekoik disekelilingnya.
c. Kemungkinan karsinoma: nodul padat, biasanya tanpa halo.
d. Tiroditis: hipoekoik, difus, meliputi seluruh kelenjar.
3. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Pada masa sekarang dilakukan dengan jarum halus biasa yaitu Biopsi
Aspirasi jarum Halus (bajah) atau Fine Needle Aspiration(FNA)
mempergunakan jarum no.22-27. Cara ini mudah, aman dan dapat dilakukan
dengan berobat jalan.Dibandingkan dengan biopsi cara lama, biopsi jarum
halus tidak nyari dan hampir tidak ada penyebaran sel-sel ganas. Pada kista
dapat juga dihisap cairan secukupnya, sehingga dapat mengecilkan nodul.
4. Termografi
Termografi adalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran
suhu kulit pada suatu tempat. Alatnya adalah Dynamic Telethermografi.
Hasilnya disebut panas apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9 oC
dan dingin apabila <0,9oC. Pada penelitian alves dkk didapatkan bahjwa yang
ganas semua hasilnya panas.Dibandingkan dengan cara pemeriksaan yang
lain, ternyata termografi adalah yang paling sensitif dan spesifik.
5. Petanda Tumor (Tumor marker)
Sejak tahun 1985 telah dikembangkan pemakaian antibodi monoklonal
sebagai petanda tumor. Dari semua petanda tumor yang telah diuji hanya
peninggian tiroglobulin (Tg) serum yang mempunyai nilai bermakna.
Hashimoto dkk mendapatkan bahwa 58,6% kasus keganasan tiroid
memberikan kadar Tg yang tinggi. Kadar Tg serum normal ialah antara 1,5-30
ng/ml. Pada kelainan jinak rata-rata 323ng/ml dan pada keganasan rata-rata
424 ng/ml.

H. Penatalaksaan
1) Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk di
daerah
endemik sedang dan berat.
2) Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.
3) Penyuntikan lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik
diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang dewasa dan
anak di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc –
0,8 cc.
4) Tindakan operasi
Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan operasi
bila pengobatan tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya : penekanan pada
organ sekitarnya, indikasi, kosmetik, indikasi keganasan yang pasti akan
dicurigai.

I. INSTEK TIROIDEKTOMI

1. TUJUAN
1) Untuk mengatur alat secara sistematis di meja instrument / mayo
2) Memperlancar handling instrument
3) Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument selama operasi
berlangsung
2. PENGKAJIAN
1) Identitas pasien
2) Kondisi lokasi / area operasi
3) Kondisi fisik dan psikis
4) Kelengkapan alat instrument

3. PERSIAPAN LINGKUNGAN
1) Mengatur dan mengecek fungsi mesin suction, mesin couter, lampu
operasi, meja mayo dan meja instrument.
2) Memasang U- Pad on steril dan doek pada meja operasi.
3) Mempersiapkan linen dan instrument steril yang akan dipergunakan.
4) Mempersiapkan dan menempatkan tempat sampah medis agar mudah
dijangkau.
5) Mengatur suhu ruangan.
4. PERSIAPAN PASIEN
1) Persetujuan tindakan operasi
2) Pasien puasa 6-8 jam
3) Pasien menanggalkan perhiasan dan gigi palsu
4) Pasien diposisikan pada posisi supine di meja operasi dengan bahu diberikan
alas bantal dan kepala diberi alas donat (hiperextension)
5) Pasien dilakukan general anasthesi
6) Memasang catether urine
7) Memasang plat diatermi pada tungkai kanan
8) Desinfeksi area operasi
9) Marking area operasi
5. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
Alat steril

 Di Meja Mayo
1. Handvast no. 3 :1
1. Gunting kasar / metzembaum :1/1
2. Pinset cirurgis :2
3. Pinset anatomis :2
4. Pinset cirurgis mini :2
5. Disinfeksi klem :1
6. Doek klem :5
7. Baby mosquito :3
8. Arteri klem / pean bengkok :4
9. Pean manis :1
10. Kocker bengkok :4
11. Nald foeder besar / kecil :1/1
12. Gunting benang :1
13. Langenback :2
14. Elis klem :2
 Di Meja Instrument
1. Kassa kecil : 30
2. Depper : 10
3. Cucing disinfektan :1
4. Sarung meja mayo :1
5. Under pad steril :1
6. Handuk steril :5
7. Handscoen steril : sesuai ukuran
8. Kotak benang :1
9. Duk besar / sedang / kecil : 4/4/4
10. Skort :6
11. Instrumen tambahan :1
12. Baskom besar / bengkok : 2/2
13. Kom :1
14. Selang suction / cucing : 1/1
15. Couter : 1
16. Redon drain no. 12 :1

 Alat non steril

1. Meja operasi :1
2. Lampu operasi :1
3. Mesin suction :1
4. Monitor :1
5. Tempat sampah medis / non medis :1/1
6. Viewer (lampu baca rontgen) :1
7. Mesin Diatermi ( ESU ) :1
8. Standart infuse :1
Bahan Habis Pakai

1. Handscoen steril no. 6,5/ 7/7,5 : 2/2/1


2. Disinfektan clorhexidin : 100 cc
3. Cairan NS : 1 lt
4. Underpad steril/on steril : 2/2
5. Mess no. 15 :1
6. Spuit 10 cc :1
7. Redon drain no. 12 :1
8. Suffratulle :1
9. Mersilk 3-0 / Vickyl 3-0 / Vickryl 4-0 :2/1/1
10. Silk 2-0 (R/C) :2
11. Urobag / kateter /NGT :1/1/1
12. Jelly : secukupnya
13. Skin marker : Secukupnya
14. Spongostan :1
15. Kasa kecil : 30
16. Deppers : 10
17. Tip cleaner :1
18. Formalin : secukupnya
19. Tempat PA :2

6. TEKNIK INSTRUMENTASI
1. Sign in.
2. Setelah pasien diberikan anasthesi GA, pasien diposisikan pada posisi
supine dan diberikan bantalan sehingga hiperextensi.
3. Pasang kateter urine, pasang NGT dan lakukan pencucian pada area
operasi dengan handscrub dan keringkan dengan kassa steril.
4. Perawat instrument melakukan surgical scrub, gowning dan gloving
kemudian membantu operator memakaikan skort steril dan handscoen
steril.
5. Berikan disinfeksi klem pada asisten dengan deppers dan cairan hibitane
untuk melakukan desinfeksi.
6. Lakukan drapping: underped steril lapisi duk kecil 2 tempatkan pada
bawah kepala sampai pundak, lalu duk yang berada diatas kepala untuk
menutupi area wajah pasien dan tambahkan duk sedang menutupi bagian
wajah fiksasi kanan kiri menggunakan duk klem. Pasang duk besar untuk
menutupi area seluruh badan samapai kaki.
7. Dekatkan meja mayo dan meja instrument ke dekat area operasi, pasang
kabel couter, slang suction, ikat dengan kasa lalu fiksasi dengan towel
klem. Pasang canule suction, cek fungsi kelayakan couter dan suction.
8. Berikan Skin marker pada operator untuk menandai daerah insisi.
9. Berikan handle mess no. 15 untuk mulai melakukan insisi kulit sampai
subkutis, baby mosquito dan kassa kering pada asisten. Rawat perdarahan
dengan cotter dan suction.
10. Berikan pinset chirurgis 2 untuk membuka area insisi agar lebih lebar.
11. Operator membuka lap operasi dari fat sampai fasia platisma dengan
coutter, beri mosquito dan rawat perdarahan.
12. Berikan 4 khocer untuk menjepit platisma, lakukan flaping dengan couter
batas atas: cartilago tyroid/ o hyoid dan flaping bagian bawah sampai
insisura jugularis.
13. Berikan kassa kecil basah lalu gulung letakkan pada lapisan kulit yang
terbuka dan fiksasi dengan mersilk 2-0 (C) pada bagian distal dan
proximal kulit dengan doek.
14. Berikan pinset cirurgis mini 2 pada asisten dan operator untuk membuka
fasia muskulus, perlebar dengan gunting metzembaum, rawat perdarahan
15. Berikan langenback dan pean manis panjang untuk membuka lebar
muskulus.
16. Bebaskan lobus dextra dari jaringan sekitar dengan menyisir
menggunakan pean manis panjang, potong menggunakan coutter kalau
perlu gunting metzmboum. Bila pada tumor ukuran besar bisa memotong
sterp muscle.
17. Berikan pean bengkok sedang untuk memfiksasi jaringan yang akan
ditinggal.
18. Lakukan ligasi dengan memberikan naldfoeder dan mersilk 3-0 (R) untuk
mengikat jaringan yang ditinggal serta pembuluh darahnya, rawat
perdarahan.
19. Bebaskan pool atas: identifikasi vena dan arteri tiroidalis superior dengan
doble klem pean sedang fiksasi dengan side 2/0 (R)
20. Bebaskan pool bawah: identifikasi vena dan arteri tiroidalis superior
dengan doble klem pean sedang fiksasi dengan side 2/0 (R)
21. Tiroidalis media: identifikasi vena tiroidea inferior dan nervus laringeus
rekuren
22. Lanjutkam ke arah istmus, bisa couter dan gunting dengan matzeboum
kemudian jahit dengan silk 2/0 ( R ).
23. Di sisi kontra lateral lakukan: bebaskan pool bawah identifikasi vena dan
arteri tiroidalis superior dengan doble klem pean sedang fiksasi dengan
side 2/0 (R). Bebaskan pool bawah: identifikasi vena dan arteri tiroidalis
superior dengan doble klem pean sedang fiksasi dengan side 2/0 (R).
Tiroidalis media: identifikasi vena tiroidea inferior dan nervus laringeus
rekuren
24. Rawat perdarahan lalu dilakukan cuci-cuci, diberi spongstan k/p
25. Pasang drain fiksasi dengan silk 2/0 ( R/C )
26. Jahit strep muscle lanjut platisma sampai sub kutis
27. Bersihkan luka operasi dengan kasa basah dan kasa kering
28. Berikan suffratule pada luka, tutup dengan kassa kering dan hepavik
secukupnya.
29. Operasi selesai, pasien di rapikan.Rapikan pasien, bersihkan bagian tubuh
pasien dari bekas darah yang masih menempel dengan menggunakan
kassa basah atau towel dan keringkan.
DAFTAR PUSTAKA
.

Mansjoer. A (2001). Kapita selekta Kedokteram: Media Aesculapius

RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, IBS. 2015.Kumpulan Materi Pelatihan


Perawat Instrumen Kamar Operasi.Malang

https://www.scribd.com/document/395617606/2-Instek-Struma. (Akses pada


tanggal 04 November 2023

https://www.scribd.com/document/418016407/PATHWAY-STRUMA-. .
(Akses pada tanggal 05 November 2023)

https://digilib.unila.ac.id/6456/17/16%20-%20BAB%202.pdf .(Akses pada


tanggal 05 November 2023)

Anda mungkin juga menyukai