Anda di halaman 1dari 23

STRUMA

Disusun Oleh :
Adelia Sekartanti (19360167)
Delina Indah Sari (19360090)
Ning Lailatul Fajriyati (19360263)
Pipid Syachrul Padil (19360221)
Tyas Wisnu Hendrawan (19360264)

Pembimbing: dr. M.Bob Muharly Rambe Sp. B, FINACS

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RS HAJI MEDAN
TAHUN 2021 http://www.free-powerpoint-templates-design.com
ANATOMI
• Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fascia koli media dan
fascia prevertebralis. Melekat pada trakea dan fascia
pretrachealis, dan melingkari trakea dua pertiga bahkan
sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid
terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid
 Terdiri dari 2-3 lobus
 Lobus kiri dan kanan dihubungkan oleh isthmus
 Isthmus meluas lebih dari garis tengah di depan cincin trachea
ke 2-4.
 Terdapat Lobus pyramidalis  ke atas isthmus, biasanya ke kiri
garis tengah
Perdarahan :
A.thyroidea superior
 cabang arteri carotis externa
A.thyroidea inferior
 cabang truncus
thyrocervicalis
A.thyroidea ima
 cabang arteri
brachiocephalica atau arcus aorta
FISIOLOGI
• Hormon tiroid utama, yaitu tiroksin (T4). Bentuk aktif hormon ini adalah
triiodotironin (T3). Sebagian besar T4 dilepaskan ke sirkulasi, sisanya tetap
di dalam kelenjar yang kemudian mengalami deiodinasi untuk selanjutnya
menjalani daur ulang.
• Dalam sirkulasi, hormon tiroid terikat pada protein, yaitu globulin pengikat
tiroid (thyroid-binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat tiroksin
(thyroxine-binding prealbumin, TBPA).
• Sekresi hormon tiroid  hormon simulator tiroid (thyroid stimulating
hormone, TSH) ,dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis  negative
feedback terhadap lobus anterior hipofisis, dan terhadap sekresi
thyrotropine releasing hormone, TRH dari hipotalamus
STRUMA

Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan


pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat
kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi
atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya
EPIDEMIOLOGI
• Struma endemis biasanya dalam bentuk struma nodosa atau struma
adenomatosa, terutama ditemukan di daerah pegunungan karena
defisiensi yodium. Struma endemik ini dapat dicegah dengan substitusi
yodium.
• Rasio wanita : pria = 8:1.
• Pada wanita, pembesaran tiroid dapat terlihat pada kehamilan dan setelah
melahirkan kembali ke ukuran sebelum melahirkan.
• Defisiensi yodium berat, tanda dan gejala klinis goiter muncul pada usia
lebih muda, mencapai puncaknya pada pubertas. Kemunculan goiter
berkurang setelah dewasa namun tetap lebih banyak pada wanita.
Pembesaran kelenjar tiroid dapat
disebabkan oleh :
Hiperplasia dan Hipertrofi

Inflamasi atau Infeksi

Neoplasma (Jinak dan ganas)


Pembesaran kelenjar tiroid atau struma diklasifikasikan
berdasarkan efek fisiologisnya, klinis, dan perubahan
bentuk yang terjadi. Struma dibagi menjadi ;

Struma Toksik, yaitu struma yang menimbulkan gejala


klinis pada tubuh.
• Diffusa, yaitu jika pembesaran kelenjar tiroid meliputi seluruh lobus,
seperti yang ditemukan pada Grave’s disease.
• Nodosa, yaitu jika pembesaran kelenjar tiroid hanya mengenai salah
satu lobus, seperti yang ditemukan pada Plummer’s disease.
Struma Nontoksik, yaitu struma yang tidak menimbulkan
gejala klinis pada tubuh.
• Diffusa, seperti yang ditemukan pada endemik goiter
• Nodosa, seperti yang ditemukan pada keganasan tiroid
1. STRUMA DIFUSA TOKSIK

Struma difusa toksik dapat kita temukan pada Grave’s


Disease. Penyakit ini juga biasa disebut Basedow.
Trias Basedow meliputi pembesaran kelenjar tiroid di-
fus, hipertiroidi dan eksoftalmus.
Etiologi penyakit Graves tidak diketahui pasti, peran
dari suatu antibodi yang dapat ditangkap reseptor TSH, yang

menimbulkan stimulus terhadap peningkatan hormon tiroid.

Penyakit ini juga ditandai dengan peningkatan absorbsi


yodium radiokatif oleh kelenjar tiroid.
b. Patofisiologi
Grave’s Disease merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh kelainan system imun dalam tubuh, di
mana terdapat suatu zat yang disebut sebagai Thyroid
Receptor Antibodies.
Zat ini menempati reseptor TSH di sel-sel tiroid dan
menstimulasinya secara berlebiham, sehingga TSH
tidak dapat menempati reseptornya dan kadar hormon
tiroid dalam tubuh menjadi meningkat.
c. Gejala Klinis
• penurunan berat badan secara drastis.
• takikardia dan palpitasi.
• polidefekasi dan diare.
• tremor, penderita sulit tidur, sering terbangun di waktu malam.
• dispnea dan takipnea yang tidak terlalu mengganggu.
• Gangguan menstruasi dapat berupa amenorrhea sekunder atau metrorrhagia.
• eksoftalmus yang dapat menyebabkan kerusakan bola mata akibat keratitis.
Gangguan gerak otot akan menyebabkan strabismus.
d. Tatalaksana
Terapi penyakit Graves ditujukan pada pengendalian keadaan tirotoksikosis/
hipertiroidi dengan pemberian antitiroid, seperti propylthiouracil atau
carbimazole.
Terapi definitif dapat dipilih antara pengobatan anti-tiroid jangka panjang,
yaitu dengan tindakan ablasio dengan yodium radiokatif, atau tiroidektomi.
Pembedahan terhadap tiroid dengan hipertiroid dilakukan terutama jika pengobatan
dengan medikamentosa gagal dengan kelenjar tiroid besar.
2. STRUMA NODUSA TOKSIK

Struma nodosa toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid pada salah satu
lobus yang disertai dengan tanda-tanda hipertiroid. Pembesaran noduler terjadi
pada usia dewasa muda sebagai suatu struma yang nontoksik. Bila tidak diobati,

dalam 15-20 tahun dapat menjadi toksik.


b. Patofisiologi

Penyakit ini diawali dengan timbulnya pembesaran noduler pada kelenjar


tiroid yang tidak menimbulkan gejala-gejala toksisitas, namun jika tidak segera

diobati, dalam 15-20 tahun dapat menimbulkan hipertiroid.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dari nontoksik menjadi toksik


antara lain adalah nodul tersebut berubah menjadi otonom sendiri (berhubungan
dengan penyakit autoimun) pemberian hormon tiroid dari luar, pemberian yodium

radioaktif sebagai pengobatan.


3.STRUMA DIFUSA NONTOKSIK

Goiter Difus
Goiter difus adalah bentuk goiter yang membentuk satu buah
pembesaran yang tampak tanpa membentuk nodul.
Epidemologi Endemik goiter diperkirakan terdapat kurang lebih
5% pada populasi anak sekolah dasar (6-12 tahun), seperti
terbukti dari beberapa penelitian.
Goiter endemik terjadi karena defisiensi yodium dalam diet.
Kejadian goiter endemik sering terjadi di derah pegnungan.
c. Gejala Klinis
Sebagian besar pasien tetap menunjukkan keadaan eutiroid, namun sebagian
lagi mengalami keadaaan hipotiroid. Hipotiroidisme lebih sering terjadi pada
anak-anak.
d. Tatalaksana
Pemberian Solusio Lugol Iodin selama 4-6 bulan. Bila ada perbaikan,
pengobatan dilanjutkan dan kemudian dosis di turunkan dalam 4 minggu. Bila 6
bulan sesudah pengobatan struma tidak juga mengecil maka pengobatan
medikamentosa tidak berhasil dan harus dilakukan tindakan operatif.
4. STRUMA NODUSA NONTOKSIK

Struma nodosa nontoksik adalah pembesaran kelenjar tiroid


yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai
tanda-tanda hypertiroidisme.
b. Patofisiologi
Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui dengan jelas,
terdapat gangguan enzim yang penting dalam sintesis hormon tiroid
atau konsumsi obat-obatan yang mengandung litium, propiltiourasil,
fenilbutazone, atau aminoglutatimid.
C. Gejala Klinis
Tidak adanya gejala toksik yang disebabkan oleh perubahan kadar
hormon tiroid, dan pada palpasi dirasakan adanya pembesaran kelenjar
tiroid pada salah satu lobus.
Keluhan yang ada ialah rasa berat di leher. Sewaktu menelan
trakea naik untuk menutup laring dan epiglotis sehingga terasa berat
karena terfiksasi pada trakea.
Tindakan operatif masih merupakan pilihan utama
pada Struma nodosa nontoksik. Macam-macam teknik
operasinya antara lain :
a. Lobektomi
b. Isthmolobektomi
c. Tiroidektomi total
d. Tiroidektomi subtotal bilateral
PENEGAKAN DIAGNOSA
ANAMNESA

• keluhan utama yang diutarakan oleh pasien bisa berupa benjolan di leher yang su-
dah berlangsung lama, maupun gejala-gejala hipertiroid atau hipotiroidnya.

PEMERIKSAAN FISIK

• - Lokasi: lobus kanan, lobos kiri, ismus


• - Ukuran: dalam sentimeter, diameter panjang
• - Jumlah nodul: satu (uninodosa) atau lebih dari satu (multinodosa)
• - Konsistensinya: kistik, lunak, kenyal, keras
• - Nyeri: ada nyeri atau tidak pada saat dilakukan palpasi
• - Mobilitas: ada atau tidak perlekatan terhadap trakea, muskulus sternokleidomas-
toidea
• - Kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada pembesaran atau tidak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• kadar T3 dan T4 serta TSH paling sering menggunakan teknik
PEMERIKS radioimmunoassay (RIA) dan ELISA dalam serum atau plasma darah
AAN
LABORATO
• antibodi tiroglobulin dan thyroid stimulating hormone antibody
RIUM

• Foto rontgen
PEMERIKS • USG TIROID
AAN
RADIOLOG • Scanning Tiroid
I

PEMERIKS • FNAB. Pemeriksaan histopatologis akurasinya 80%.


AAN
HISTOPATO
LOGIS
Klasifikasi Ca Tiroid

Anda mungkin juga menyukai