BERENCANA
KEBUTAAN DINI”
A. Latar Belakang
Vitamin merupakan suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Salah satu jenis
Vitamin A merupakan zat gizi essensial karena tidak dapat dibuat oleh tubuh,
sehingga harus didapatkan dari sumber di luar. Vitamin A penting untuk kesehatan mata
dan mencegah kebutaan, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pada anak yang
tercukupi kebutuhan vitamin A-nya, apabila mereka terkena diare, campak atau penyakit
infeksi lainnya, maka penyakit-penyakit tersebut tidak akan mudah bertambah parah.
dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi, untuk mencegah masalah kebutaan
kematian anak (30-50%). Maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin A
saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan
anak.
Penanggulangan masalah Kurang Vitamin A ( KVA ) bukan hanya untuk mencegah
kebutaan, tetapi juga berkaitan dengan upaya memacu pertumbuhan dan kesehatan anak.
Menurut WHO, kebutaan anak di dunia kini telah mencapai 1,5 miliar dengan temuan
setengah juta kasus baru dalam satu tahun, gangguan penglihatan ini terutama terjadi
B. Permasalahan di Masyarakat
menjadi kurus juga kekurangan vitamin, termasuk kekurangan vitamin A. Penyakit usus
yang menahun akan mengakibatkan penyerapan vitamin A dari usus terganggu. Program
nasional pemberian suplemen kapsul vitamin A adalah upaya penting untuk mencegah
kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Tujuan Program ini adalah untuk
mendistribusikan kapsul vitamin A pada semua anak di seluruh wilayah Indonesia dua
Setiap Februari dan Agustus, kapsul vitamin A didistribusikan secara gratis kepada
semua anak yang mengunjungi Posyandu dan Puskesmas. Suplemen kapsul vitamin A
yang digunakan adalah kapsul yang mengandung vitamin A dosis tinggi. Generasi
sekarang sangat mendukung angka kekurangan gizi anak khususnya vitamin A, karena
anak zaman sekarang sekarang berfokus pada gadget sehingga membuat anak malas
Dengan adanya penyuluhan dan pemberian vitamin setiap bulan februari dan agustus ini
diharapkan generasi penerus bangsa dapat memiliki penerus-penerus yang cemerlang yang
Keliling rutin
Vitamin A terutama bagi bayi dan balita. Setelah pemaparan materi, peserta diberikan
gangguan mata lain akibat defisiensi dan jika memungkinkan dilakukan pemeriksaan dan
BERENCANA
A. Latar Belakang
Hipertensi ibu hamil dijumpai di negara berkembang maupun di negara maju, dan
oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam seventh general programmer of work
untuk tahun 2000 sampai 2004 tercatat sebagai masalah ibu hamil di dunia. Di negara
maju, hipertensi ibu hamil merupakan penyebab kematian maternal, tetapi kematian
Hingga saat ini hipertensi dalam kehamilan masih merupakan salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnva. Hipertensi dalam kehamilan berarti
tekanan darah meninggi saat hamil. Keadaan ini biasanya mulai pada trimester ketiga,
atau tiga bulan terakhir kehamilan. Kadang-kadang timbul lebih awal, tetapi hal ini
jarang terjadi. Dikatakan tekanan darah tinggi dalam kehamilan jika tekanan darah
sebelum hamil (saat periksa hamil) lebih tinggi dibandingkan tekanan darah di saat
hamil.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan (HDK) termasuk preeklampsia sampai saat ini
masih merupakan masalah dalam pelayanan obstetri di Indonesia. Angka morbiditas dan
mortalitas maternal dan perinatal akibat penyakit ini masih tinggi. Penyebab terjadinya
pertama kali terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu atau dalam waktu 48 – 72 jam
pasca persalinan dan hilang setelah 12 minggu pasca persalinan. Hipertensi merupakan
problema yang paling sering terjadi pada kehamilan. Bahkan,kelainan hipertensi pada
kehamilan beresiko terhadap kematian janin dan ibu. Karena itu,deteksi dini terhadap
hipertensi pada ibu hamil diperlukan agar tidak menimbulkan kelainan serius dan
berkembang. Dari angka tersebut diperkirakan bahwa hampir 1 orang ibu setiap menit
maju berkisar antara 7- 15/100.000 kelahiran hidup. Ini berarti bahwa di negara
faktor umur pada ibu hamil yang paling berisiko untuk menderita hipertensi pada ibu
hamil adalah umur <20 dan >35 tahun yaitu 66,3%,dan dari segi umur kehamilan 7,20
minggu dianggap sebagai risiko tinggi sebanyak 95%, pemeriksaan antenatal care yang
tidak teratur berisiko sebanyak 69,3% dan paritas didapatkan bahwa ibu hamil penderita
hipertensi paling banyak di temukan pada ibu dengan paritas > 3 sebanyak 54,4%.
Salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah preeklampsia
(PE) yang menurut WHO angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara
maju angka kejadian preeklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%. Salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah preeklampsia (PE) yang
menurut WHO angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka
Preeklampsia adalah salah satu sindrom yang dijumpai pada ibu hamil diatas 20 minggu
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Angka Kematian
Ibu (AKI) tahun 2009 yang disebabkan oleh preeklampsia ringan adalah 31 0rang.
B. Permasalahan di Masyarakat
yang hingga kini penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti, yang ditandai
dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi, edema dan proteinuria yang masih
merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi.
Dilihat dari ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Baringeng, jumlah ibu
hamil yang mengalami cukup sedikit tetapi, hal ini patut diwaspadai oleh pasien dan juga
Sedangkan pasien yang menderita hipertensi dalam kehamilan hampir semua sudah
dipantau oleh bidan setempat tetapi, ada beberapa pasien yang kurang sadar terhadap
Kegiatan yang dapat dilakukan guna mencapai pemahaman bagi warga mengenai
Hipertensi dalam kehamilan adalah berupa penyuluhan dan sosialisasi interaktif dua
arah. Sasaran dalam penyuluhan kali ini adalah ibu hamil yang telah masuk dalam salah
satu kriteria Kehamilan resiko tinggi di Puskesmas Baringeng. Kegiatan ini dihadiri
oleh hampir semua ibu hamil yang memiliki salah satu dari kriteria Kehamilan resiko
D. Pelaksanaan
Kegiatan : Penyuluhan dan diskusi dua arah mengenai Kehamilan resiko tinggi
tinggi dan diterangkan juga mengenai Hipertensi dalam kehamilan untuk memberikan
pengetahuan bagi para peserta. Setelah pemaparan materi, peserta diberikan kesempatan
penting yang ditekankan pada peserta terkait Hipertensi dalam kehamilan, yaitu :
kehamilan
LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSIP
BERENCANA
A. Latar Belakang
Kanker serviks yaitu kanker yang terjadinya perubahan sel serviks dari sel normal
menjadi sel pre-kanker dan akhirnya menjadi sel kanker.Serviks adalah bagian bawah
dari rahim yang berfungsi sebagai jalur lahir da pemisah antara rahim dengan vagina,
salah satu kelainan yang kelainan yang terjadi di serviks yaitu kanker serviks.
Hasil data International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012
diketahui bahwa kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus
baru yaitu sebesar 14%, dan persentase kematian akibat kanker serviks sebesar 7%.
Menurut data WHO tahun 2012, terdapat 530.000 kasus baru yang mewakili 7,5% dari
semua kematian akibat kanker yang terjadi pada perempuan, dan setiap tahun ribuan
wanita meninggal akibat terserang kanker serviks, Kanker serviks tersebut menyerang
bagian organ reproduksi wanita, tepatnya di daerah leher rahim atau pintu masuk ke
daerah rahim, yaitu bagian yang sempit di bagian bawah antara kemaluan wanita dan
rahim.
Di Indonesia, Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) jumlah pasien
rawat jalan maupun rawat inap pada kanker serviks yaitu 5.349 orang (12,8%), (K. RI,
2014). Yayasan Kanker Indonesia (2014) menyatakan bahwa hingga 2012 jumlah
perempuan usia 30-50 tahun yang sudah melakukan deteksi dini kanker serviks yaitu
lebih dari 550 ribu orang dengan hasil IVA positif lebih dari 25 ribu orang atau 4,5,
suspek kanker serviks 1,2 per 1000 hal ini dikarenakan masih rendahnya kesadaran,
B. Permasalahan di Masyarakat
serviks
penyuluhan antara lain: definisi, gejala, faktor risiko, klasifikasi tekanan darah,
Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan ini adalah masyarakat yang datang
ke Puskesmas Keliling yang rutin dilaksanakan oleh pihak Puskesmas. Tujuan utama
dari penyuluhan ini adalah memberikan pengetahuan mengenai penyakit Kanker serviks.
Tujuan Khusus: Secara khusus, penyuluhan ini memiliki tujuan sebagai berikut:
D. Pelaksanaan
Keliling rutin
selesai, dilanjutkan dengan sesi bertanya dan menjawab. Para peserta penyuluhan
terkait materi penyuluhan yang dibawakan. Selain itu peserta penyuluhan diberi
Monitoring dilakukan oleh para kader dan bidan di Desa Kebo dan evaluasi
BERENCANA
A. Latar Belakang
adalah meningkatkan kesehatan ibu dengan target menurunkan Angka Kematian lbu
(AKI) sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015, serta mewujudkan akses
kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015. Dua target ini berkaitan erat karena
kematian ibu sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan reproduksinya sejak sebelum
masa kehamilan, saat masa kehamilan dan proses persalinan, hingga pasca persalinan.
Penyebab langsung kematian ibu biasanya terkait dengan kondisi kesehatan ibu
selama masa kehamilan, proses persalinan hingga pasca persalinan, sementara penyebab
tidak langsung lebih terkait dengan kondisi sosial, ekonomi, geografi, serta perilaku
budaya masyarakat. Hal ini terangkum menjadi "4 Terlalu dan 3 Terlambat. Yang
dimaksud dengan "4 Terlalu", yaitu terlalu tua usia, terlalu muda usia, terlalu banyak
melahirkan, dan terlalu sering/rapat jarak kehamilan, sedangkan "3 Terlambat", yaitu
pelayanan.
Terdapat hubungan yang erat antara KB dan kematian ibu. Semakin tinggi angka
prevalensi KB di suatu negara maka semakin rendah proporsi kematian ibu di negara
tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, terjadi juga hubungan yang erat antara KB dengan
angka fertilitas total (total fertility rate/TFR). TFR yaitu jumlah rata-rata anak yang
dilahirkan oleh seorang perempuan pada akhir masa reproduksinya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa KB merupakan hal yang berpengaruh terhadap TFR. Semakin tinggi
angka prevalensi KB maka semakin rendah TFR suatu negara. Dengan demikian KB
merupakan hal utama dalam upaya menurunkan angka kematian ibu di dunia termasuk
juga di Indonesia.
pada wanita kawin sejak tahun 1991 sampai 2017. Terlihat adanya peningkatan
prevalensi kontrasepsi dari 50% pada tahun 1991 menjadi 64% pada tahun 2017. Namun,
ada perlambatan peningkatan sejak tahun 2002-2003 di mana selama lima belas tahun
kontrasepsi setelah persalinan pada perempuan umur 10-54 tahun jenis kontrasepsi yang
Menurut BKKBN, KB aktif di antara PUS tahun 2018 sebesar 63,27%, hampir sama
dengan tahun sebelumnya yang sebesar 63,22%. Sementara target RPJMN yang ingin
dicapai tahun 2019 sebesar 66%. Hasil SDKI tahun 2017 juga menunjukan angka yang
sama pada KB aktif yaitu sebesar 63,6%. Oleh karena itu pemerintah menjamin
ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman,
dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia
subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Pasangan Usia Subur
B. Permasalahan di Masyarakat
ketahanan keluarga, peningkatan kesehatan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Agar dapat
mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah atau
menunda kehamilan. Cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan
perencanaan keluarga. Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi), atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi pada dinding rahim.
kesuburan), mengakhiri kesuburan. Pada saat sekarang ini telah banyak beredar berbagai
macam alat kontrasepsi, khususnya alat kontrasepsi metode efektif yaitu: pil, suntik, IUD
dan implant. Meskipun demikian, masih banyak dari pasangan usia subur (PUS) yang masih
enggan untuk menggunakan alat kontrasepsi, hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode
yang tersedia tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan
kesehatan.
Oleh karena permasalahan yang terjadi di atas, maka seringkali dilakukan diskusi
langsung dengan pasien dan keluarga pasien mengenai pemilihan alat kontrasepsi. Pada
penyuluhan ini akan disampaikan mengenai pengertian kontrasepsi, jenis-jenis
kontrasepsi, kelebihan dan kekurangan tiap alat kontrasepsi, efek samping tiap
D. Pelaksanaan
Poli umum Puskesmas Baringeng. Diskusi ini biasanya diikuti oleh pasien beserta
keluarga pasien, tenaga kesehatan di tempat, serta pasien lain yang kebetulan
Diskusi langsung ini dibawakan secara lisan. Selama diskusi, pemateri menyampaikan
kekurangan tiap alat kontrasepsi, efek samping tiap kontrasepsi dan lain sebagainya.
Kesimpulan
yang diharapkan. Diskusi ini diikuti oleh pasien dan keluarga pasien, tenaga
Saran
berkala yang disertai dengan pencatatan peserta yang termasuk kedalam pasangan
usia subur (PUS) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Baringeng agar dapat
terus mengingatkan masyarakat pentingnya penggunaan kontrasepsi. Selain itu,
Petugas kesehatan juga perlu terus dibina agar dapat membagi informasi dari
penyuluhan ini kepada masyarakat yang lain yang belum sempat mengikuti
penyuluhan ini. Selain di posyandu, penyuluhan seperti ini juga dapat dilaksanakan
di tempat lain agar masyarakat umum lainnya juga mendapatkan informasi dan hal
BERENCANA
PENCEGAHAN KOMPLIKASINYA”
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis, namun kehamilan yang normal dapat
hamil yang normal secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Kehamilan risiko tinggi
menurut Poedji Rochjati adalah kehamilan dengan satu atau lebih satu faktor risiko, baik
dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan
sosial di dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan
menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan
normal.
Angka Kematian Ibu (AKI) masih menjadi masalah yang serius di Indonesia. AKI di
Indonesia menempati urutan tertinggi di ASEAN yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup,
artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Upaya penurunan AKI difokuskan
pada penyebab langsung kematian ibu yang terjadi 90 % pada saat persalinan dan segera
lain-lain.
hipertensi dalam kehamilan (27.1%), infeksi (7%), Penyebab lain-lain 45% cukup besar
termasuk didalamnya penyebab penyakit non obstetrik (Kemenkes RI, 2016). Kematian
maternal yang tinggi juga disebabkan oleh tingginya angka kehamilan yang tidak
diharapkan. Lebih kurang 65% kehamilan masih terjadi karena “4 terlalu” yang
berhubungan dengan kehamilan “terlalu muda (kurang dari 20 tahun), “terlalu tua: (lebih
dari 35 tahun),”terlalu sering (jarak kehamilan kurang dari 2 tahun, “terlalu banyak”
(lebih dari 3 anak). Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat
penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi
merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh
karenanya deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat
merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan. Untuk
menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, setiap ibu hamil
memerlukan asuhan antental sebanyak minimal 4 kali, yaitu satu kali pada trimester
pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan
12-24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai
persalinan).
Berbagai upaya untuk menurunkan angka kematian ibu diantaranya adalah melalui
pelayanan antenatal terpadu yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala selama masa
kehamilan. Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan
pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas
pelayanan antenatal terpadu yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan
janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas.
B. Permasalahan di Masyarakat
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu proses kehamilan yang kehamilannya mempunyai
risiko lebih tinggi dan lebih besar dari normal umumnya kehamilan (baik itu bagi sang ibu
maupun sang bayinya) dengan adanya risiko terjadinya penyakit atau kematian sebelum atau
pun sesudah proses persalinanya kelak Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang
menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun
terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, persalinan, ataupun nifas bila
wilayah kerja Puskesmas Baringeng menyebabkan banyaknya ibu hamil yang termasuk
Kegiatan yang dapat dilakukan guna mencapai pemahaman bagi warga mengenai
Kehamilan resiko tinggi adalah berupa penyuluhan dan sosialisasi interaktif dua arah.
Sasaran dalam penyuluhan kali ini adalah ibu hamil yang telah masuk dalam salah satu
kriteria Kehamilan resiko tinggi di Puskesmas Baringeng. Kegiatan ini dihadiri oleh
hampir semua ibu hamil yang memiliki salah satu dari kriteria Kehamilan resiko tinggi
D. Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dan diskusi mengenai Kehamilan resiko tinggi pada kegiatan
Kegiatan : Penyuluhan dan diskusi dua arah mengenai Kehamilan resiko tinggi
tinggi untuk memberikan pengetahuan bagi para peserta. Setelah pemaparan materi,
peserta diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah
diberikan.
ditanyakan terkait tentang bagaimana cara mencegah terjadinya Kehamilan resiko tinggi
dan apa yang harus dilakukan bila telah memiliki salah satu kriteria Kehamilan resiko
tinggi. Ada beberapa poin penting yang ditekankan pada peserta terkait Kehamilan
alat kontrasepsi