Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS BARINGENG KABUPATEN WATANSOPPENG

PERIODE NOVEMBER 2019 – NOVEMBER 2020

F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA

BERENCANA

” PENYULUHAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA GUNA MENCEGAH

KEBUTAAN DINI”

A. Latar Belakang

Vitamin merupakan suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh

yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Salah satu jenis

vitamin yang harus diperhatikan adalah vitamin A.

Vitamin A merupakan zat gizi essensial karena tidak dapat dibuat oleh tubuh,

sehingga harus didapatkan dari sumber di luar. Vitamin A penting untuk kesehatan mata

dan mencegah kebutaan, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pada anak yang

tercukupi kebutuhan vitamin A-nya, apabila mereka terkena diare, campak atau penyakit

infeksi lainnya, maka penyakit-penyakit tersebut tidak akan mudah bertambah parah.

Program penanggulangan Vitamin A di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1995

dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi, untuk mencegah masalah kebutaan

karena kekurangan Vitamin A, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Pemberian kapsul Vitamin A membantu menurunkan angka kesakitan dan angka

kematian anak (30-50%). Maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin A

saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan

anak.
Penanggulangan masalah Kurang Vitamin A ( KVA ) bukan hanya untuk mencegah

kebutaan, tetapi juga berkaitan dengan upaya memacu pertumbuhan dan kesehatan anak.

Menurut WHO, kebutaan anak di dunia kini telah mencapai 1,5 miliar dengan temuan

setengah juta kasus baru dalam satu tahun, gangguan penglihatan ini terutama terjadi

pada awal kehidupan.

B. Permasalahan di Masyarakat

Kekurangan makan makanan bergizi yang berlarut-larut, selain membuat orang

menjadi kurus juga kekurangan vitamin, termasuk kekurangan vitamin A. Penyakit usus

yang menahun akan mengakibatkan penyerapan vitamin A dari usus terganggu. Program

nasional pemberian suplemen kapsul vitamin A adalah upaya penting untuk mencegah

kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Tujuan Program ini adalah untuk

mendistribusikan kapsul vitamin A pada semua anak di seluruh wilayah Indonesia dua

kali dalam satu tahun.

Setiap Februari dan Agustus, kapsul vitamin A didistribusikan secara gratis kepada

semua anak yang mengunjungi Posyandu dan Puskesmas. Suplemen kapsul vitamin A

yang digunakan adalah kapsul yang mengandung vitamin A dosis tinggi. Generasi

sekarang sangat mendukung angka kekurangan gizi anak khususnya vitamin A, karena

anak zaman sekarang sekarang berfokus pada gadget sehingga membuat anak malas

makan dan bersosialisasi serta kesehatan mata dapat menurun.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Dengan adanya penyuluhan dan pemberian vitamin setiap bulan februari dan agustus ini

diharapkan generasi penerus bangsa dapat memiliki penerus-penerus yang cemerlang yang

memiliki masa depan yang terang.


D. Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan ini dirangkaikan dengan kegiatan Puskesmas Keliling yang

rutin dilaksana telah dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal : Kamis, 13 Februari 2020

Waktu : 10.00 WITA

Tempat : Kantor Desa Kebo

Kegiatan : Penyuluhan yang dirangkaikan dalam kegiatan Puskesmas

Keliling rutin

E. Monitoring dan Evaluasi

Penyuluhan dibuka dengan sesi pemaparan materi mengenai Pentingnya pemberian

Vitamin A terutama bagi bayi dan balita. Setelah pemaparan materi, peserta diberikan

kesempatan untuk memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah diberikan.

Selama dilakukan penyuluhan, antusiasme peserta terlihat tinggi. Beberapa kali

peserta mengajukan pertanyaan ketika dilakukan penyuluhan. Pertanyaan yang

ditanyakan terkait manfaat pemberian vitamin A.

Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan pencatatan kasus xeroftalmia dan

gangguan mata lain akibat defisiensi dan jika memungkinkan dilakukan pemeriksaan dan

indeks serum retinol dalam darah.


LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS BARINGENG KABUPATEN WATANSOPPENG

PERIODE NOVEMBER 2019 – NOVEMBER 2020

F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA

BERENCANA

” PENYULUHAN PENGENALAN PENYAKIT HIPERTENSI DALAM

KEHAMILAN DAN PENCEGAHANNYA SERTA PENATALAKSANAANNYA”

A. Latar Belakang

Hipertensi ibu hamil dijumpai di negara berkembang maupun di negara maju, dan

oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam seventh general programmer of work

untuk tahun 2000 sampai 2004 tercatat sebagai masalah ibu hamil di dunia. Di negara

maju, hipertensi ibu hamil merupakan penyebab kematian maternal, tetapi kematian

hipertensi adalah 150/100.000 kelahiran.

Hingga saat ini hipertensi dalam kehamilan masih merupakan salah satu penyebab

morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnva. Hipertensi dalam kehamilan berarti

tekanan darah meninggi saat hamil. Keadaan ini  biasanya mulai pada trimester ketiga,

atau tiga bulan terakhir kehamilan. Kadang-kadang timbul lebih awal, tetapi hal ini

jarang terjadi. Dikatakan tekanan darah tinggi dalam kehamilan jika tekanan darah

sebelum hamil (saat periksa hamil) lebih tinggi dibandingkan tekanan darah di saat

hamil.

Penyakit hipertensi dalam kehamilan (HDK) termasuk preeklampsia sampai saat ini

masih merupakan masalah dalam pelayanan obstetri di Indonesia. Angka morbiditas dan

mortalitas maternal dan perinatal akibat penyakit ini masih tinggi. Penyebab terjadinya

gangguan preeklampsia belum diketahui dengan pasti. Sering diduga preeklampsia


terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang bermasalah dan akibat terjepitnya pembuluh

darah sehingga aliran pembuluh darah pada plasenta menjadi terganggu.

Diagnosis hipertensi gestasional adalah ditegakkan bila hipertensi tanpa proteinuria

pertama kali terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu atau dalam waktu 48  –  72 jam

pasca persalinan dan hilang setelah 12 minggu pasca persalinan. Hipertensi merupakan

problema yang paling sering terjadi pada kehamilan. Bahkan,kelainan hipertensi pada

kehamilan beresiko terhadap kematian janin dan ibu. Karena itu,deteksi dini terhadap

hipertensi pada ibu hamil diperlukan agar tidak menimbulkan kelainan serius dan

menganggu kehidupan serta kesehatan janin di dalam rahim.

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa ada 500.000 kematian

ibu melahirkan di seluruh dunia setiap tahunnya, 99 % diantaranya terjadi di negara

berkembang. Dari angka tersebut diperkirakan bahwa hampir 1 orang ibu setiap menit

meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Angka kematian maternal di negara

berkembang diperkirakan mencapai 100-1000/100.000 kelahiran hidup, sedang di negara

maju berkisar antara 7- 15/100.000 kelahiran hidup. Ini berarti bahwa di negara

berkembang risiko kematian maternal 1 diantara 29 persalinan sedangkan di negara maju

1 diantara 29.000 persalinan.

Berdasarkan data di Rumah Sakit Hikmah Kota Makassar menunjukkan bahwa

faktor umur pada ibu hamil yang paling berisiko untuk menderita hipertensi pada ibu

hamil adalah umur <20 dan >35 tahun yaitu 66,3%,dan dari segi umur kehamilan 7,20

minggu dianggap sebagai risiko tinggi sebanyak 95%, pemeriksaan antenatal care yang

tidak teratur berisiko sebanyak 69,3% dan paritas didapatkan bahwa ibu hamil penderita

hipertensi paling banyak di temukan pada ibu dengan paritas > 3 sebanyak 54,4%.

Salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah preeklampsia

(PE) yang menurut WHO angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara
maju angka kejadian preeklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%. Salah satu

penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah preeklampsia (PE) yang

menurut WHO angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka

kejadian preeklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka

kematian ibu yang diakibatkan preeklampsia di negara berkembang masih tinggi.

Preeklampsia adalah salah satu sindrom yang dijumpai pada ibu hamil diatas 20 minggu

terdiri dari hipertensi, dan proteinuria dengan atau tanpa edema.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Angka Kematian

Ibu (AKI) tahun 2009 yang disebabkan oleh preeklampsia ringan adalah 31 0rang.

B. Permasalahan di Masyarakat

Preeklampsia merupakan suatu penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan

yang hingga kini penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti, yang ditandai

dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi, edema dan proteinuria yang masih

merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi.

Dilihat dari ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Baringeng, jumlah ibu

hamil yang mengalami cukup sedikit tetapi, hal ini patut diwaspadai oleh pasien dan juga

tenaga kesehatan setempat, karena dapat mengakibatkan bahaya dalam kehamilan,

termasuk diantaranya preeklamsi, eklamsi hingga kematian.

Sedangkan pasien yang menderita hipertensi dalam kehamilan hampir semua sudah

dipantau oleh bidan setempat tetapi, ada beberapa pasien yang kurang sadar terhadap

kesehatannya sendiri, beberapa perilaku diantaranya jarang kontrol kehamilan atau

bahkan tidak pernah di Puskesmas.


C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Kegiatan yang dapat dilakukan guna mencapai pemahaman bagi warga mengenai

Hipertensi dalam kehamilan adalah berupa penyuluhan dan sosialisasi interaktif dua

arah. Sasaran dalam penyuluhan kali ini adalah ibu hamil yang telah masuk dalam salah

satu kriteria Kehamilan resiko tinggi di Puskesmas Baringeng. Kegiatan ini dihadiri

oleh hampir semua ibu hamil yang memiliki salah satu dari kriteria Kehamilan resiko

tinggi sehingga diharapkan materi dapat tersampaikan dengan tepat.

D. Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dan diskusi mengenai Hipertensi dalam kehamilan pada

kegiatan penyuluhan ini telah dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal : Sabtu, 29 Februari 2020

Waktu : 10.30 WITA

Tempat : Ruang pertemuan Puskesmas Baringeng

Kegiatan : Penyuluhan dan diskusi dua arah mengenai Kehamilan resiko tinggi

E. Monitoring dan Evaluasi

Penyuluhan dibuka dengan sesi pemaparan materi mengenai Kehamilan resiko

tinggi dan diterangkan juga mengenai Hipertensi dalam kehamilan untuk memberikan

pengetahuan bagi para peserta. Setelah pemaparan materi, peserta diberikan kesempatan

untuk memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah diberikan.

Selama dilakukan penyuluhan, antusiasme peserta terlihat tinggi. Beberapa kali

peserta mengajukan pertanyaan ketika dilakukan penyuluhan. Pertanyaan yang

ditanyakan terkait tentang bagaimana cara mencegah terjadinya Hipertensi dalam


kehamilan dan apa yang harus dilakukan untuk menurunkannya. Ada beberapa poin

penting yang ditekankan pada peserta terkait Hipertensi dalam kehamilan, yaitu :

1. Secara teratur memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan

2. Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi

3. Olahraga yang ringan/senam bagi ibu hamil

4. Menghindari paparan asap rokok

5. Mengenali tanda-tanda hipertensi dalam kehamilan

6. Konsultasikan ke dokter bila menemukan tanda-tanda Hipertensi dalam

kehamilan
LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS BARINGENG KABUPATEN WATANSOPPENG

PERIODE NOVEMBER 2019 – NOVEMBER 2020

F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA

BERENCANA

”PENYULUHAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS”

A. Latar Belakang

Kanker serviks yaitu kanker yang terjadinya perubahan sel serviks dari sel normal

menjadi sel pre-kanker dan akhirnya menjadi sel kanker.Serviks adalah bagian bawah

dari rahim yang berfungsi sebagai jalur lahir da pemisah antara rahim dengan vagina,

salah satu kelainan yang kelainan yang terjadi di serviks yaitu kanker serviks.

Hasil data International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012

diketahui bahwa kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus

baru yaitu sebesar 14%, dan persentase kematian akibat kanker serviks sebesar 7%.

Menurut data WHO tahun 2012, terdapat 530.000 kasus baru yang mewakili 7,5% dari

semua kematian akibat kanker yang terjadi pada perempuan, dan setiap tahun ribuan

wanita meninggal akibat terserang kanker serviks, Kanker serviks tersebut menyerang

bagian organ reproduksi wanita, tepatnya di daerah leher rahim atau pintu masuk ke

daerah rahim, yaitu bagian yang sempit di bagian bawah antara kemaluan wanita dan

rahim.

Di Indonesia, Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) jumlah pasien

rawat jalan maupun rawat inap pada kanker serviks yaitu 5.349 orang (12,8%), (K. RI,

2014). Yayasan Kanker Indonesia (2014) menyatakan bahwa hingga 2012 jumlah

perempuan usia 30-50 tahun yang sudah melakukan deteksi dini kanker serviks yaitu
lebih dari 550 ribu orang dengan hasil IVA positif lebih dari 25 ribu orang atau 4,5,

suspek kanker serviks 1,2 per 1000 hal ini dikarenakan masih rendahnya kesadaran,

pengertian, dan pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks.

B. Permasalahan di Masyarakat

- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks

- Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan screening/deteksi dini kanker

serviks

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan (empowerment).

Pemberdayaan ini dilakukan dengan memberikan kemampuan kepada individu (sasaran)

melalui penyuluhan yang dirangkaikan dengan kegiatan Puskesmas Keliling dan

Penjaringan pasien Hipertensi dan Diabetes Mellitus. Pesan-pesan pokok materi

penyuluhan antara lain: definisi, gejala, faktor risiko, klasifikasi tekanan darah,

penatalaksanaan, komplikasi, konseling dan edukasi dari hipertensi.

Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan ini adalah masyarakat yang datang

ke Puskesmas Keliling yang rutin dilaksanakan oleh pihak Puskesmas. Tujuan utama

dari penyuluhan ini adalah memberikan pengetahuan mengenai penyakit Kanker serviks.

Tujuan Khusus: Secara khusus, penyuluhan ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan pengetahuan tentang definisi Kanker serviks

2. Memberikan pengetahuan tentang gejala Kanker serviks

3. Memberikan pengetahuan tentang faktor risiko Kanker serviks

4. Memberikan pengetahuan tentang klasifikasi Kanker serviks

5. Memberikan pengetahuan tentang penatalaksanaan Kanker serviks


6. Memberikan pengetahuan tentang komplikasi Kanker serviks

7. Memberikan konseling dan edukasi terhadap pasien Kanker serviks

D. Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan ini dirangkaikan dengan kegiatan Puskesmas Keliling yang

rutin dilaksana telah dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal : Kamis, 13 Februari 2020

Waktu : 10.00 WITA

Tempat : Kantor Desa Kebo

Kegiatan : Penyuluhan yang dirangkaikan dalam kegiatan Puskesmas

Keliling rutin

E. Monitoring dan Evaluasi

Selama proses penyuluhan antusiasme masyarakat cukup baik untuk

mendengarkan materi penyuluhan yang disampaikan. Setelah materi penyuluhan

selesai, dilanjutkan dengan sesi bertanya dan menjawab. Para peserta penyuluhan

diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti

terkait materi penyuluhan yang dibawakan. Selain itu peserta penyuluhan diberi

beberapa pertanyaan seputar materi hipertensi untuk menguji pemahaman peserta

terhadap materi yang dibawakan.

Monitoring dilakukan oleh para kader dan bidan di Desa Kebo dan evaluasi

berdasarkan tingkat kunjungan pasien dengan kecurigaan menderita kanker serviks

di poli dan IGD Puskesmas Baringeng.


LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS BARINGENG KABUPATEN WATANSOPPENG

PERIODE NOVEMBER 2019 – NOVEMBER 2020

F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA

BERENCANA

” PENYULUHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KEHAMILAN SEBAGAI

SALAH SATU METODE UNTUK MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU”

A. Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals -MDGs) ke-5

adalah meningkatkan kesehatan ibu dengan target menurunkan Angka Kematian lbu

(AKI) sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015, serta mewujudkan akses

kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015. Dua target ini berkaitan erat karena

kematian ibu sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan reproduksinya sejak sebelum

masa kehamilan, saat masa kehamilan dan proses persalinan, hingga pasca persalinan.

Penyebab langsung kematian ibu biasanya terkait dengan kondisi kesehatan ibu

selama masa kehamilan, proses persalinan hingga pasca persalinan, sementara penyebab

tidak langsung lebih terkait dengan kondisi sosial, ekonomi, geografi, serta perilaku

budaya masyarakat. Hal ini terangkum menjadi "4 Terlalu dan 3 Terlambat. Yang

dimaksud dengan "4 Terlalu", yaitu terlalu tua usia, terlalu muda usia, terlalu banyak

melahirkan, dan terlalu sering/rapat jarak kehamilan, sedangkan "3 Terlambat", yaitu

terlambat mengambil keputusan, terlambat membawa, dan terlambat mendapatkan

pelayanan.
Terdapat hubungan yang erat antara KB dan kematian ibu. Semakin tinggi angka

prevalensi KB di suatu negara maka semakin rendah proporsi kematian ibu di negara

tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, terjadi juga hubungan yang erat antara KB dengan

angka fertilitas total (total fertility rate/TFR). TFR yaitu jumlah rata-rata anak yang

dilahirkan oleh seorang perempuan pada akhir masa reproduksinya. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa KB merupakan hal yang berpengaruh terhadap TFR. Semakin tinggi

angka prevalensi KB maka semakin rendah TFR suatu negara. Dengan demikian KB

merupakan hal utama dalam upaya menurunkan angka kematian ibu di dunia termasuk

juga di Indonesia.

Profil Kesehatan Indonesia 2018 menunjukkan bahwa tren penggunaan kontrasepsi

pada wanita kawin sejak tahun 1991 sampai 2017. Terlihat adanya peningkatan

prevalensi kontrasepsi dari 50% pada tahun 1991 menjadi 64% pada tahun 2017. Namun,

ada perlambatan peningkatan sejak tahun 2002-2003 di mana selama lima belas tahun

terakhir penggunaan kontrasepsi modern cenderung stagnan.

Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa berdasarkan proporsi penggunaan alat

kontrasepsi setelah persalinan pada perempuan umur 10-54 tahun jenis kontrasepsi yang

paling diminati masyarakat adalah suntikan 3 bulan yaitu sebesar 42,4%.

Menurut BKKBN, KB aktif di antara PUS tahun 2018 sebesar 63,27%, hampir sama

dengan tahun sebelumnya yang sebesar 63,22%. Sementara target RPJMN yang ingin

dicapai tahun 2019 sebesar 66%. Hasil SDKI tahun 2017 juga menunjukan angka yang

sama pada KB aktif yaitu sebesar 63,6%. Oleh karena itu pemerintah menjamin

ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman,

bermutu, dan terjangkau masyarakat, termasuk keluarga berencana. Pelayanan kesehatan

dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia
subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Pasangan Usia Subur

bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi di tempat-tempat yang melayani program KB.

B. Permasalahan di Masyarakat

Keluarga berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesehatan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Agar dapat

mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah atau

menunda kehamilan. Cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan

perencanaan keluarga. Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma

(konsepsi), atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi pada dinding rahim.

Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan penggunaan yaitu menunda

kehamilan pasangan dengan istri dibawah 20 tahun, menjarangkan kehamilan (mengatur

kesuburan), mengakhiri kesuburan. Pada saat sekarang ini telah banyak beredar berbagai

macam alat kontrasepsi, khususnya alat kontrasepsi metode efektif yaitu: pil, suntik, IUD

dan implant. Meskipun demikian, masih banyak dari pasangan usia subur (PUS) yang masih

enggan untuk menggunakan alat kontrasepsi, hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode

yang tersedia tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan

metode kontrasepsi tersebut, berbagai factor harus dipertimbangkan termasuk status

kesehatan.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Oleh karena permasalahan yang terjadi di atas, maka seringkali dilakukan diskusi

langsung dengan pasien dan keluarga pasien mengenai pemilihan alat kontrasepsi. Pada
penyuluhan ini akan disampaikan mengenai pengertian kontrasepsi, jenis-jenis

kontrasepsi, kelebihan dan kekurangan tiap alat kontrasepsi, efek samping tiap

kontrasepsi dan lain sebagainya.

D. Pelaksanaan

Diskusi langsung mengenai pemilihan alat kontrasepsi ini sering dilaksanakan di

Poli umum Puskesmas Baringeng. Diskusi ini biasanya diikuti oleh pasien beserta

keluarga pasien, tenaga kesehatan di tempat, serta pasien lain yang kebetulan

mendengarkan penyampaian materi.

Diskusi langsung ini dibawakan secara lisan. Selama diskusi, pemateri menyampaikan

informasi mengenai pengertian kontrasepsi, jenis-jenis kontrasepsi, kelebihan dan

kekurangan tiap alat kontrasepsi, efek samping tiap kontrasepsi dan lain sebagainya.

E. Monitoring dan Evaluasi

Kesimpulan

Diskusi mengenai penyakit pemilihan alat kontrasepsi berjalan sesuai dengan

yang diharapkan. Diskusi ini diikuti oleh pasien dan keluarga pasien, tenaga

kesehatan di tempat, serta pasien lain yang kebetulan mendengarkan penyampaian

materi. Semua peserta mengikuti diskusi hingga selesai.

Saran

Penyuluhan mengenai pemilihan alat kontrasepsi penting dilakukan secara

berkala yang disertai dengan pencatatan peserta yang termasuk kedalam pasangan

usia subur (PUS) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Baringeng agar dapat
terus mengingatkan masyarakat pentingnya penggunaan kontrasepsi. Selain itu,

dengan memberikan penyuluhan secara berkala, pengetahuan masyarakat tentang

kontrasepsi dapat meningkat guna menjaga kesehatan masyarakat pada umumnya.

Petugas kesehatan juga perlu terus dibina agar dapat membagi informasi dari

penyuluhan ini kepada masyarakat yang lain yang belum sempat mengikuti

penyuluhan ini. Selain di posyandu, penyuluhan seperti ini juga dapat dilaksanakan

di tempat lain agar masyarakat umum lainnya juga mendapatkan informasi dan hal

lain terkait kontrasepsi.


LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSIP

PUSKESMAS BARINGENG KABUPATEN WATANSOPPENG

PERIODE NOVEMBER 2019 – NOVEMBER 2020

F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA

BERENCANA

” PENYULUHAN DETEKSI DINI KEHAMILAN RESIKO TINGGI BESERTA

PENCEGAHAN KOMPLIKASINYA”

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses yang fisiologis, namun kehamilan yang normal dapat

berubah menjadi patologis/abnormal. Risiko kehamilan bersifat dinamis, karena ibu

hamil yang normal secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Kehamilan risiko tinggi

menurut Poedji Rochjati adalah kehamilan dengan satu atau lebih satu faktor risiko, baik

dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi

ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat.

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan

sosial di dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan

menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang

tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan

menjadi masalah. Pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor


dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan

normal.

Angka Kematian Ibu (AKI) masih menjadi masalah yang serius di Indonesia. AKI di

Indonesia menempati urutan tertinggi di ASEAN yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup,

artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang

berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Upaya penurunan AKI difokuskan

pada penyebab langsung kematian ibu yang terjadi 90 % pada saat persalinan dan segera

setelah persalinan yaitu perdarahan 28 %, eklamsi 24 %, infeksi 11 %, komplikasi

purperium 8 %, partus macet 5 %, abortus 5 %, trauma obstetrik 5 %, emboli 3 % dan

lain-lain.

Penyebab kematian ibu terbanyak masih di dominasi perdarahan (30.3%), disusul

hipertensi dalam kehamilan (27.1%), infeksi (7%), Penyebab lain-lain 45% cukup besar

termasuk didalamnya penyebab penyakit non obstetrik (Kemenkes RI, 2016). Kematian

maternal yang tinggi juga disebabkan oleh tingginya angka kehamilan yang tidak

diharapkan. Lebih kurang 65% kehamilan masih terjadi karena “4 terlalu” yang

berhubungan dengan kehamilan “terlalu muda (kurang dari 20 tahun), “terlalu tua: (lebih

dari 35 tahun),”terlalu sering (jarak kehamilan kurang dari 2 tahun, “terlalu banyak”

(lebih dari 3 anak). Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat

penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi

merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh

karenanya deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat

merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan. Untuk

menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, setiap ibu hamil

memerlukan asuhan antental sebanyak minimal 4 kali, yaitu satu kali pada trimester

pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan
12-24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai

persalinan).

Berbagai upaya untuk menurunkan angka kematian ibu diantaranya adalah melalui

pelayanan antenatal terpadu yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala selama masa

kehamilan. Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan

pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas

pelayanan antenatal terpadu yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan

janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas.

B. Permasalahan di Masyarakat

Kehamilan risiko tinggi adalah suatu proses kehamilan yang kehamilannya mempunyai

risiko lebih tinggi dan lebih besar dari normal umumnya kehamilan (baik itu bagi sang ibu

maupun sang bayinya) dengan adanya risiko terjadinya penyakit atau kematian sebelum atau

pun sesudah proses persalinanya kelak Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang

menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun

terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, persalinan, ataupun nifas bila

dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal.

Kurangnya pemahaman pada ibu hamil mengenai Kehamilan resiko tinggi di

wilayah kerja Puskesmas Baringeng menyebabkan banyaknya ibu hamil yang termasuk

ke dalam kehamilan resiko tinggi.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Kegiatan yang dapat dilakukan guna mencapai pemahaman bagi warga mengenai

Kehamilan resiko tinggi adalah berupa penyuluhan dan sosialisasi interaktif dua arah.

Sasaran dalam penyuluhan kali ini adalah ibu hamil yang telah masuk dalam salah satu

kriteria Kehamilan resiko tinggi di Puskesmas Baringeng. Kegiatan ini dihadiri oleh
hampir semua ibu hamil yang memiliki salah satu dari kriteria Kehamilan resiko tinggi

sehingga diharapkan materi dapat tersampaikan dengan tepat.

D. Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dan diskusi mengenai Kehamilan resiko tinggi pada kegiatan

penyuluhan ini telah dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal : Sabtu, 29 Februari 2020

Waktu : 10.30 WITA

Tempat : Ruang pertemuan Puskesmas Baringeng

Kegiatan : Penyuluhan dan diskusi dua arah mengenai Kehamilan resiko tinggi

E. Monitoring dan Evaluasi

Penyuluhan dibuka dengan sesi pemaparan materi mengenai Kehamilan resiko

tinggi untuk memberikan pengetahuan bagi para peserta. Setelah pemaparan materi,

peserta diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah

diberikan.

Selama dilakukan penyuluhan, antusiasme peserta terlihat tinggi. Beberapa kali

peserta mengajukan pertanyaan ketika dilakukan penyuluhan. Pertanyaan yang

ditanyakan terkait tentang bagaimana cara mencegah terjadinya Kehamilan resiko tinggi

dan apa yang harus dilakukan bila telah memiliki salah satu kriteria Kehamilan resiko

tinggi. Ada beberapa poin penting yang ditekankan pada peserta terkait Kehamilan

resiko tinggi, yaitu :

1. Secara teratur memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan

2. Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi

3. Olahraga yang ringan/senam bagi ibu hamil


4. Menghindari paparan asap rokok

5. Mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi

6. Menunda kehamilan sebelum usia 20 tahun atau menghindari terjadinya

kehamilan diatas usia 35 tahun

7. Merencanakan jumlah anak dan mengatur jarak kehamilan dengan penggunaan

alat kontrasepsi

8. Melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan

9. Konsultasikan ke dokter bila menemukan tanda-tanda Kehamilan resiko tinggi

Anda mungkin juga menyukai