Anda di halaman 1dari 9

F3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak & Keluarga Berencana

1. Peserta Hadir :

Judul Laporan : Penyuluhan Pendampingan Ibu Hamil dan Bayi Resiko Tinggi Kelas Ibu Hamil
di desaTigasan Kulon  

Latar Belakang :

Kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan, namun
hampir semua daerah masih memiliki permasalahan mengenai kesehatan. Salah satu
perkembangan derajat kesehatan untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan
adalah angka kematian. Tingkat mortalitas (kematian) penduduk merupakan salah satu indikator
perkembangan derajat kesehatan yaitu untuk menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan
program pembangunan kesehatan lainnya. Kematian ibu hamil dan bayi di suatu wilayah sangat
dipengaruhi oleh kondisi kehamilan ibu, penolong persalinan perawatan bayi baru lahir, tingkat
gizi yang diberikan pada bayi dan kualitas tempat tinggal. Gambaran perkembangan derajat
kesehatan masyarakat dapat ditinjau dari kejadian kematian di suatu wilayah dari waktu ke
waktu . Rendahnya derajat kesehatan masyarakat salah satunya dapat dilihat dari banyaknya
kematian ibu dan bayi yang terjadi. Angka Kematian Ibu (AKI) dapat digunakan untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telat
ditentukan dalam tujuan ke-5 pembangunan millenium yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana
target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah
kematian ibu.

Permasalahan :

Tujuannya yaitu terealisasinya dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Permasalahan yang didapatkannya Ibu hamil yang memiliki resiko tinggidalam kehamilannya,
misalnya ibu hamil dengan usia tua (beresiko tinggi, Ibu hamil dengan riwayat Post Sectio
Caesaria dan Ibu hamil dengan berat badan rendah. Peran dokter, bidan, kader kesehatan dan
masyarakat sangat diperlukan untuk mensukseskan kegiatan Gerdaristi di Kabupaten
Probolinggo.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi :


Sasaran : Seluruh Ibu hamil terutama di desa Tigasan Kulon

Tempat dan Waktu : Desa Tigasan Kulon jumat 24 Septemberi 2020

Acara dan Metode :

- Acara --> Pemberian informasi mengenai kehamilan, persalinan dan masa nifas, dan
dilanjutkan pemeriksan lab urin.

- Metode : Penyuluhan, Tanya jawab

Pelaksanaan :

Kegiatan diawali dengan penyampaian materi mengenai kehamilan (asupan gizi yang
dikonsumsi, senam, self hygiene), masa melahirkan (cara memberikan ASI yang benar, cara
menggendong bayi) dan masa nifas. Peserta yang telah mengikuti penyuluhan kemudian
dilanjutkan sesi tanya jawab dan pemeriksaan urin.

Monitoring dan Evaluasi :

Diharapkan untuk dievaluasi setiap tahunnya guna mengetahui tingkat keberhasilan program
tersebut. Hal yang dievaluasi mencakup jenis resiko tinggi terbanyak di desaTigasan Kulon dan
apakah seluruh Ibu hamil yang beresiko tinggi sudah terakomodir untuk mengikuti kegiatan
Gerdaristi sehingga kualitas dari program ini dapat terus ditingkatkan.

2. Judul Laporan : Penyuluhan Kelas Ibu Hamil tentang Anjuran Konsumsi Tambahan Zat Besi
pada Ibu Hamil sebagai Pencegahan Anemia dalam Kehamilan

Latar Belakang :

Zat besi merupakan mikro elemen esensial bagi tubuh yang diperlukan dalam sintesa
hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat berkaitan dengan kadar hemoglobin pada ibu
hamil. Anemia defesiensi zat besi yang banyak dialami ibu hamil disebabkan oleh kepatuhan
mengkonsumsi tablet Fe yang tidak baik atau pun cara mengkonsumsi yang salah sehingga
menyebabkan kurangnya penyerapan zat besi pada tubuh ibu (Yenni, 2012).
WHO (2010), menyatakan 40% kematian di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam
kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi zat besi dan
perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar didunia terutama bagi WUS
(Novita, 2012). Hasil penelitian Chi, dkk (2014), menunjukkan bahwa angka kematian ibu
adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk ibu yang non anemia. Ridwan (2007)
menyatakan bahwa kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan
dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu.

Program pencegahan anemia pada ibu hamil di Indonesia, dengan memberikan suplemen tablet
Fe sebanyak 90 tablet selama masa 2 kehamilan. Kebanyakan ibu hamil yang menolak atau tidak
mematuhi anjuran ini karena berbagai alasan. Selain dari tablet Fe, beberapa makanan juga dapat
memberikan tambahan zat besi yang cukup tinggi, yaitu ati, telur, dan ikan (ATIKA). Makanan
ini dapat menjadi solusi tambahan zat besi untuk ibu hamil.

Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk mengetahui makanan-makanan yang mengandung
zat besi tinggi, sehingga diperlukan penyuluhan mengenai Anjuran Konsumsi Tambahan Zat
Besi bagi Ibu Hamil.

Permasalahan :

1. Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai tanda-tanda anemia

2. Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai manfaat zat besi bagi ibu hamil

3. Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai kandungan zat besi pada ati ayam

4. Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai kandungan zat besi pada telur

5. Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai kandungan zat besi pada ikan

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi :

Metode yang dilakukan adalah penyuluhan di puskesmas Leces. Topik materi yang
diberikan adalah “Anjuran Konsumsi Tambahan Zat Besi bagi Ibu Hamil (ATIKA)”.
Setelah penyuluhan, kegiatan dilanjutkan dengan Tanya jawab untuk menambah
pengetahuan ibu hamil mengenai makanan yang mengandung zat besi tinggi.

Sasaran kegiatan Kelas Ibu Hamil ini ditujukan kepada ibu hamil di desa Sumber
Kedawung.

Pelaksanaan :

Tanggal: 07 September 2020

Tempat: Balai Desa Sumber Kedawung

Tujuan Penyuluhan:

1. Menjelaskan tanda tanda anemia

2. Menjelaskan manfaat zat besi bagi ibu hamil

3. Menjelaskan kandungan zat besi pada ati ayam

4. Menjelaskan kandungan zat besi pada telur

5. Menjelaskan kandungan zat besi pada ikan

Monitoring dan Evaluasi :

Antusias peserta baik. Memonitoring dari pemeriksaan yg dilakukan tiap ANC.

3. Judul Laporan : Penyuluhan Kelas Ibu Hamil tentang Metode Kontrasepsi Pascasalin

Latar Belakang :

Program Keluarga Berencana (KB) adalah program pembatasan jumlah anak yakni dua untuk setiap
keluarga. Program tersebut berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan
kehidupannya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memungkinkan wanita untuk merencanakan
kehamilan sebagai hak reproduksi sehingga dapat menghindari kehamilan pada umur atau jumlah
persalinan yang membawa bahaya tambahan dengan cara menurunkan kesuburan.
WHO setiap tahun lebih dari 600.000 wanita meninggal akibat komplikasi kehamilan saat melahirkan,
99% kematian terjadi di negara berkembang. Pencegahan dan penurunan angka kematian ibu merupakan
salah satu alasan diperlukannya pelayanan keluarga berencana.

Sebagai petugas kesehatan, dalam memberikan pelayanan keluarga berencana kepada masyarakat tentu
harus memperkenalkan atau mempromosikan beberapa metode kontrasepsi. Komponen dalam pelayanan
KB yang dapat diberikan adalah KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), konseling, pelayanan
kontrasepsi (PK), pelayanan infertilitas, pendidikan seks, konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi
perkawinan, konsultasi genetik, tes keganasan, adopsi.

Pada dasarnya pelayanan kontrasepsi dapat dibagi sesuai dengan sasaran yang akan dicapainya. Peserta
wanita berumur di bawah 20 tahun dengan alasan menunda kehamilan diutamakan pemakaian kontrasepsi
pil oral, sedangkan penggunaan kondom tidak disarankan karena biasanya pasangan muda masih
tinggi frekuesi bersenggamanya sehingga dapat menyebabkan kegagalan dalam mencegah
kehamilan. Dapat juga digunakan IUD-Mini (Intra Uterine Device Mini) terutama pada calon
peserta yang kontraindikasi terhadap pil oral. Pada peserta umur 20-30 tahun dengan alasan
menjarangkan kehamilan maka segera setelah anak pertama lahir dianjurkan untuk memakai IUD
(Intra Uterine Device) sebagai pilihan utama dan kegagalan kontrasepsi di sini bukanlah suatu kesalahan
program. Pada peserta di atas 30 tahun dengan alasan tidak mau hamil maka pilihan utama adalah
kontrasepsi mantap, pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai
kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.

Permasalahan :

1. Permasalahan yang muncul adalah sebagian besar masyarakat hanya mengetahui metode
kontrasepsi berupa pil dan suntik. Masyarakat belum banyak mengetahui informasi metode kontrasepsi
lain.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi :

Tujuan : Memberikan pengetahuan dan mengenalkan metode kontrasepsi yang sesuai.

Sasaran : Peserta kelas bumil Desa Leces

Metode : Metode yang digunakan adalah penyuluhan

Pelaksanaan : Kegiatan ini dilakukan tanggal 14 September 2020 jam 08.00 dengan metode
penyuluhan/sosialisasi dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
Monitoring dan Evaluasi :

Peserta penyuluhan cukup antusias. Dan diharapkan dapat sebagai sumber referensi dalam penentuan
penggunaan metode kontrasepsi untuk tercapainya program KB

4. Judul Laporan: Pertemuan Kelas Catin

Latar Belakang : Kelas calon pengantin merupakan salah satu usaha dan kepedulian
pemerintah untuk mengurangi angka perceraian dengan meningkatkan keharmonisan dalam
rumah tangga. Banyak hal yang menjadi penyebab ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan
perceraian dalam perkawinan. Permasalahan itu muncul bukan hanya setelah dilakukan
perkawinan tetapi bisa saja muncul sejak awal sebelum perkawinan dilakukan disebabkan oleh
hal-hal seperti kesalahan dalam memilih calon suami, perbedaan watak, ketidakpuasan dalam
berhubungan seksual, kejenuhan rutinitas. Maka dari itu, setiap individu harus mengetahui dan
mengerti hak dan kewajibannya sebagai suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga. Jika
salah satu dari pasangan suami-istri kurang siap dalam menangani masalah yang akan mereka
hadapi serta kurang pahamnya mereka tentang hak dan kewajiban dalam rumah tangga maka
permasalahan tidak akan dapat ditangani dengan baik dan dapat menjadi madalah besar dalam
keluarga yang akan menghancurkan keharmonisan rumah tangga. Oleh karena itu, dengan
adanya konseling pranikah diharapkan dapat membantu kesiapan individu dalam menjalankan
kehidupan rumah tangga yang harmonis.
Kelas calon pengantin merupakan suatu program yang diadakan untuk setiap pasangan yang
hendak melakukan perkawinan. Banyak hal yang harus dipersiapkan oleh calon pengantin dalam
melakukan perkawinan termasuk persiapan fisiologis dan psikologis. Hal ini bertujuan agar calon
pengantin dapat memahami dunia perkawinan dan memberikan pengetahuan untuk
mempersiapkan mereka dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam
membina rumah tangga. Konseling pranikah adalah suatu proses pemberian bantuan oleh
seseorang yang professional terhadap pasangan calon suami istri sebelum melangsungkan
perkawinan dan memberikan bekal serta petunjuknya sehingga dapat mencapai hidup di dunia
dan di akhirat.

Permasalahan:
Rendahnya tingkat pengetahuan calon pengantin dalam status gizi saat hamil dan tentang
Kesehatan Reproduksi

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Salah satu kegiatan dalam kelas calon pengantin di Puskesmas Leces adalah memberikan
penyuluhan reproduksi bagi setiap pasangan calon pengantin yang akan menikah. Penjelasan
tentang pernikahan dan penyuluhan kesehatan ini sangat diperlukan untuk dapat membangun
keluarga yang sejahtera dan menghasilkan generasi platinum. Penyuluhan merupakan kegiatan
pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan menanamkan
keyakinan agar masyarakat tidak hanya sadar, tau dan mengerti, tetapi juga mau melaksanakan
anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Azwar, 1983 dalam Maulana, 2009). Penyuluhan
lebih menekankan pada upaya untuk mengubah kelompok sasaran untuk berperilaku sehat
terutama pada aspek koginitif (pengetahuan), sehingga pengetahuan kelompok sasaran sesuai
dengan apa yang telah diharapkan (Maulana, 2009). Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut
Effendy (2012) adalah untuk tercapainya perubahan perilaku dalam membina perilaku sehat,
lingkungan sehat serta berperan aktif dalam upaya membangun derajat kesehatan yang optimal,
baik pada inividu, keluarga maupun masyarakat.
Pelaksanaan:

Tanggal 28 September

Di Puskesmas Leces

Sasaran: Calon Pengantin di Desa Leces

Jumlah peserta: 20 orang

Monitoring dan Evaluasi:

Kegiatan Pertemuan Kelas Catin berlangsung dengan lancar. Para

Peserta antusias terhadap penyuluhan yang diberikan.

5. Judul Laporan Pertemuan kelas ibu hamil tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI
Eksklusif
Latar Belakang :

Air susu ibu (ASI) terutama yang eksklusif tidak tergantikan oleh susu manapun. Bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif akan lebih sehat, lebih cerdas, mempunyai kekebalan terhadap berbagai penyakit dan secara
emosional akan lebih nyaman karena kedekatan dengan ibu. Manfaat positif diperoleh ibu yang
memberikan ASI eksklusif.

Banyak tindakan yang relatif murah dan mudah diterapkan untuk meningkatkan kesehatan dan
kelangsungan hidup bayi baru lahir. Salah satunya adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah
lahir atau biasa disebut inisiasi menyusu dini (IMD) serta pemberian ASI Eksklusif. Hal ini didukung
oleh pernyataan United Nations Childrens Fund (UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di
Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian
ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan
serta minuman tambahan kepada bayi.

Permasalahan :

Masih kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan petingnya IMD dan
ASI Eksklusif.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi :

Penyuluhan terhadap masyarakat tentang IMD dan ASI Eksklusif yang bertujuan untuk
menambah pengetahuan mengenai pentingnya IMD dan ASI Eksklusif bagi ibu dan bayi.

Pelaksanaan :

Sasaran : Seluruh peserta yang hadir pada posyandu balita di kelurahan Sumber Kedawung

Tempat dan Waktu :Sabtu, 26 Agustus 2020 pukul 08.30 - selesai

Acara dan Metode :

Acara --> Kegiatan dimulai dari pendaftran, pengukuran, pencatatan, penyuluhan yaitu mengenai ASI

Metode : Memberikan penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif adalah
memberikan hanya ASI pada bayi dan tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air
putih, kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan, yang dilakukan
sampai bayi berumur 6 bulan.

Materi penyuluhan yang diberikan yaitu melingkupi pengertian IMD dan ASI Eksklusif, cara
melaksanakan IMD, manfaat IMD bagi bayi, manfaat IMD bagi ibu, kandungan ASI dan manfaatnya.

Monitoring dan Evaluasi :

Pengetahuan mengenai IMD dan ASI Eksklusif masih kurang dipahami oleh sebagian besar ibu. Dengan
diberikannya penyuluhan tentang IMD dan ASI Eksklusif ini, diharapkan Ibu lebih memahami
pentingnya IMD dan ASI Eksklusif dan sehingga bisa menerapkannya.

Anda mungkin juga menyukai