Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN UKM F3

1. Konseling KB
a. Latar Belakang

Program Keluarga Berencana (KB) adalah program pembatasan jumlah anak yakni
dua untuk setiap keluarga. Program tersebut berpotensi meningkatkan status
kesehatan wanita dan menyelamatkan kehidupannya. Hal itu dapat dilakukan dengan
cara memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sebagai hak reproduksi
sehingga dapat menghindari kehamilan pada umur atau jumlah persalinan yang
membawa bahaya tambahan dengan cara menurunkan kesuburan.
Menurut WHO (World Health Organisation), KB adalah tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,
untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam
keluarga. Menurut data WHO setiap tahun lebih dari 600.000 wanita meninggal
akibat komplikasi kehamilan saat melahirkan, 99% kematian terjadi di negara
berkembang. Pencegahan dan penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu
alasan diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Program keluarga berencana
dapat menurunkan angka kematian ibu dalam beberapa cara. Keluarga berencana
dapat menyebabkan penurunan jumlah kelahiran karena setiap kehamilan yang
berkaitan dengan beberapa resiko dapat dihindari. Keluarga berencana juga dapat
mengurangi kehamilan yang tidak tepat waktunya misalnya kehamilan pada wanita
yang sangat muda dan pada wanita yang sudah tua. KB membantu menurunkan
jumlah kehamilan yang tidak diinginkan karena kehamilan yang tidak diinginkan
selalu menjadi ancaman bagi kesehatan wanita
b. Permasalahan
-Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya KB
-Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai metode kontrasepsi lain.
c. Perencanaan dan Intervensi
Metode intervensi yang digunakan adalah dengan melakukan penyuluhan dan diskusi
secara langsung kepada para wanitausia reproduktif yang telah menikah. Materi
penyuluhan berfokus untuk menjelaskan tujuan dan fungsi KB serta memberikan
contoh pilihan metode kontrasepsi yang dapat digunakan. Media yang digunakan
adalah leaflet dan slide presentasi. Selama kegiatan penyuluhan juga digunakan untuk
mendata peserta yang pernah menggunakan KB namun selanjutnya tidak melanjutkan
penggunaan (drop-out) dan menanyakan sebab ketidakberlanjutan program. Peserta
yang berminat menggunakan KB atau ingin melakukan pemeriksaan lebih lanjut
diarahkan untuk dating ke puskesmas.

d. Pelaksanaan

Waktu dan Tempat : 08.00-08.30 WIB di Puskesmas Leuwisadeng


Hari/Tanggal : Jumat/3 Juli 2020
Peserta : Ibu-Ibu yang datang ke Puskesmas Leuwisadeng yang masih produktif
Proses Pelaksanaan
Kegiatan dimulai dengan pembukaan yaitu perkenalan dilanjutkan dengan pemberian materi
penyuluhan dan diakhiri dengan sesi tanya jawab.
Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan dari Puskesmas Leuwisadeng,
yang dihadiri oleh masyarakat yang akan berobat di Puskesmas Leuwisadeng pada hari
Jumat tanggal 3 Juli 2020. Penyuluhan ini diikuti oleh kurang lebih 15 orang terdiri dari
bapak-bapak dan ibu-ibu

e. Monitoring dan evaluasi


Konseling KB berlangsung cukup baik. Konseling ini disambut baik oleh para
peserta. Konseling berjalan sebagaimana yang diharapkan. Banyak masyarakat yang
sudah mulai memahami tentang macam-macam alat kontrasepsi. Namun perlu
dilakukan evaluasi lebih lanjut apakah cakupan pemakaian KB sudah memenuhi
target atau belum.
2. Edukasi Stunting
a. Latar Belakang
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau
tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan
anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh
banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi,
dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan
mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya
termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD),
gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini dapat
menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi pemberian makanan
pendamping ASI (MP ASI) hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas, kualitas,
dan keamanan pangan yang diberikan.
Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan
mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting. Faktor lainnya pada
ibu yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang
terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang pada saat
kehamilan
b. Permasalahan
Stunting dalam jangka pendek dapat menyebabkan anak rentan terhadap suatu
penyakit, dan perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal.
Oleh karena itu diperlukan kegiatan penyuluhan stunting dengan tujuan para orangtua
dapat memberikan gizi seimbang untuk anak-anaknya agar menurunkan angka
stunting pada balita.
c. Perencanaan dan Intervensi
Telah dilakukan kegiatan penyuluhan stunting pada:
Hari/tanggal :Rabu/ 8 Juli 2020
Waktu/Tempat : 08.00-08.30 WIB Puskesmas Leuwisadeng
Pelaksana : Dokter Internship
d. Pelaksanaan
Kegiatan berjalan dengan lancar dan masyarakat tampak antusias terhadap
penyuluhan stunting ini. Kegiatan diawali dengan pembukaan, pemberian materi
mengenai stunting dan dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab. Peserta yang hadir
kurang lebih 15 orang.
e. Monitoring dan evaluasi

Tidak ada kendala di dalam menjalankan kegiatan dan diharapkan kegiatan penyuluhan
stunting dapat dijalankan secara berkesinambungan kedepannya guna menurunkan angka
stunting pada balita.

3. Edukasi tanda dan Bahaya Pada Kehamilan


a. Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi perlu perawatan diri yang khusus
agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang normal pun mempunyai
resiko kehamilan, namun tidak secara langsung meningkatkan resiko kematian ibu. Tingginya
angka kematian ibu hamil disebabkan oleh beberapa faktor seperti masih rendahnya kesadaran
ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan dan penyakit bawaan yang diderita ibu hamil.
Kesehatan ibu merupakan masalah nasional yang harus mendapatkan prioritas utama, karena
menentukan kualitas sumber daya manusia pada masa mendatang. Pemeriksaan wanita hamil
dinegara maju sekitar 15 kali selama kehamilannya, sedangkan di Indonesia 4-5 kali
pemeriksaan diangggap bahwa sudah cukup memadai untuk kehamilan beresiko rendah. Periode
prenatal atau antenatal adalah periode persiapan, baik secara fisik, yaitu pertumbuhan janin dan
adaptasi maternal maupun psikologis yaitu persiapan menjadi orang tua.
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukan bahwa ibu dan bayi dalam
keadaan bahaya (Ushwaya, 2009). Pengetahuan mengenai kehamilan dan kesadaran ibu hamil
dengan tanda-tanda bahaya pada kehamilan dapat meningkatkan perilaku ibu hamil untuk
melaksanakan pemeriksaan kehamilannya, sehingga ibu dan janin menjadi sehat.
Tanda bahaya kehamilan misalnya perdarahan, bengkak di kaki, tangan, dan wajah, demam
tinggi, keluar air ketuban sebelum waktunya, bayi tidak bergerak serta ibu muntah terus tidak
mau makan. Tanda bahaya dalam kehamilan jika tidak terdeteksi akan menyebabkan kematian
pada janin dan ibu

b. Permasalahan

Ibu hamil yang tidak mengetahui mengenai permasalahan tanda bahaya dalam kehamilan.

c. Perencanaan dan Intervensi


Mengadakan penyuluhan dan tanya jawab ibu hamil yang berkaitan dengan tanda
bahaya dalam kehamilan.

d. Pelaksanaan
Kegiatan berjalan dengan lancar dan masyarakat tampak antusias terhadap
penyuluhan tanda dan bahaya pada kehamilan ini. Kegiatan diawali dengan
pembukaan, pemberian materi mengenai stunting dan dilanjutkan dengan sesi Tanya
jawab. Peserta yang hadir kurang lebih 15 orang.
e. Monitoring dan evaluasi
Tercapainya pemahaman para ibu hamil mengenai tanda bahaya kehamilan, dan
mengambil tindakan segera mungkin ke tempat tenaga kesehatan terdekat.

4. Imunisasi
a. Latar Belakang
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada balita dengan memasukkan
vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat antibodiuntuk mencegah terhadap
penyakit tertentu. Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara
alamiah disebut imunisasi alamiah, sedangkan program imunisasi melalui pemberian
vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan
antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan antigen yang telah
dilemahkan yang berasal dari vaksin. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan
yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat antibodiyang dimasukkan kedalam
tubuh melalaui suntikan seperti vaksin BCG, Hepatitis, DPT,Campak, dan melalui
mulut seperti Polio. Tujuan pemeberian imunisasi adalah balita menjadi kebal
terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PDI) sehingga dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta mengurangi kecacatan akibat
penyakit tertentu
b. Permasalahan
-Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi
-Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit apa saja yang dapat dicegah
dengan melakukan imunisasi
c. Perencanaan dan Intervensi
Kegiatan : Melakukan Koseling Imunisasi Kepada Ibu-ibu yang memiliki anak
Sasaran : masyarakat
Tujuan :
1. Tercapainya pemahaman mengenai pentingnya imunisasi
kesakitan dan angka kematian anak yang diakibatkan oleh ISPA
2.Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melakukan imunisasi ke fasilitas
kesehatan terdekat
3. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit apa saja yang dapat
dicegah dengan melakukan imunisasi
Metode : Konseling di Poli Anak
Penanggungjawab : Dokter Internship
d. Pelaksanaan

Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal
Peserta : Ibu-Ibu yang berobat ke Puskesmas leuwisadeng
Proses Pelaksanaan
Kegiatan dimulai dengan menanyakan tentang riwayat imunisasi anak dilanjutkan
tentang pemberian konseling imunisasi mengenai kapan anak harus diimunisasi,
penyakit apa saja yang dapat dicegah dengan imunisasi dan apa saja efek yang bisa
ditimbulkan setelah imunisasi.
Konseling ini dilakukan oleh dokter dari Puskesmas Leuwisadeng.Konseling
dilakukan kepada kuran lebih 10 peserta yang berobat ke puskesmas leuwisadeng.
e. Monitoring dan evaluasi
Konseling berlangsung cukup baik. Banyak dari ibu yang aktif bertanya seputar
imunisasi dan timbulnya kesadaran untuk memberikan imunisasi kepada anaknya.
Namun perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk menilai apakah cakupan imunisasi
di Puskesmas Leuwisadeng sudah memnuhi target atau belum

5. Penyuluhan Hipertensi Pada Kehamilan


a. Latar Belakang

Hipertensi gestasional diartikan sebagai setiap onset baru hipertensi tanpa komplikasi
selama kehamilan bila tidak ada bukti jelas dari sindrom preeklampsia. Sedangkan
pre eklamsia sendiri merupakan hipertensi pada kehamilan yang disertai dengan
proteinuria. Hipertensi dalam kehamilan terjadi pada wanita yang sebelumnya
memiliki penyakit hipertensi primer atau dapat juga pada wanita dengan hipertensi
sekunder kronik, dan pada wanita tanpa riwayat hipertensi dengan onset terjadinya
hipertensi yang baru muncul setelah setengah masa kehamilan.
Hipertensi pada kehamilan memiliki resiko baik terhadap ibu dan juga janinnya. Pada
ibu, hipertensi dapat menjadi pre eklamsia atau eklamsia yang mengancam jiwa.
Sedangkan pada bayi akan menyebabkan kematian perinatal, 5% bayi lahir dengan
kelainan congenital. Biasanya pada kehamilan pertama, 8 – 10% bayi akan lahir
premature (kurang dari 34 minggu) sebagai konsekuensi dari pre eklamsia, tapi pada
wanita dengan pre eklamsia berat, 50%nya mengalami kelahiran preterm. Meskipun
telah dilakukan penelitian yang intensif selama beberapa dekade, hipertensi yang
dapat menyebabkan atau memperburuk kehamilan tetap menjadi masalah yang belum
terpecahkan. Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai
dengan proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul
setelah minggu ke-20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika
timbul pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan ganda,
diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya
b. Permasalahan
-Kurangya pengetahuan dan Ibu hamil tentang penyakit apa saja yang bisa terjadi
selama kehamilan
-Kurangnya pengetahuan Ibu hamil tentang penyebab, gejala dan penatalaksanaan
hipertensi selama kehamilan
c. Perencanaan dan Intervensi

Kegiatan
Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu melalui konseling, informasi serta edukasi
(KIE).
Menentukan Sasaran
Sasaran adalah ibu hamil baik dengan hipertensi ataupun tidak
Menetapkan Tujuan
Tujuan umum adalah terciptanya perilaku sadar terhadap kesehatan selama kehamilan
dari berbagai aspek terutama yang berhubungan dengan penyakit hipertensi.
Tujuan khusus adalah memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang hipertensi dalam
kehamilan
Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari dokter internship dan pemegang program

d. Pelaksanaan
Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal
Peserta : Ibu-Ibu yang berobat ke Puskesmas leuwisadeng
Proses Pelaksanaan
Kegiatan dimulai dengan memberikan edukasi tentang hipertensi kehamilan kepada
ibu yang sedang hamil dilanjutkan konseling dengan Tanya jawab seputar hipertensi
kehamilan.

e. Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan pemahaman peserta


penyuluhan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang telah
disampaikan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh peserta penyuluhan
merupakan bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang telah dilakukan mampu
diterima dan dipahami oleh peserta. Dengan adanya pemahaman tersebut diharapkan
mampu untuk memberikan informasi yang telah diberikan kepada anggota keluarga,
tetangga, dan warga lainnya. Selain itu, monitoring dan evaluasi selanjutnya perlu
kerjasama dari pihak kader posyandu lansia dan petugas Puskesmas Leuwisadeng

Anda mungkin juga menyukai