Anda di halaman 1dari 48

A.

LAPORAN PENYULUHAN KB
1. Anemia dalam kehamilan dan Asupan Zat Besi pada Ibu Hamil
Latar Belakang
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama bagi
kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Menurut WHO secara global prevalensi
anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41, 8 %. Anemia terjadi ketika
tubuh kekurangan sel darah merah yang berfungsi menyebarkan oksigen ke seluruh
tubuh. Kasus anemia yang paling sering terjadi adalah anemia defisiensi besi. Dalam
Konvensi Anemia Sedunia tahun 2017 lalu, dinyatakan bahwa  sekitar 41,8% ibu
hamil di dunia mengalami kondisi anemia. Dan 60% kasus anemia pada ibu hamil ini
dikarenakan kekurangan zat besi. Anemia pada ibu hamil memang umum terjadi.
Kondisi ini disebabkan meningkatnya volume darah selama kehamilan. Namun, kasus
anemia yang parah bisa menempatkan ibu dan bayi dalam bahaya. Risiko anemia
pada ibu hamil tidak main-main, ibu hamil yang mengalami anemia menghadapi
risiko kematian dalam masa kehamilan. Setiap tahunnya, terjadi 500 ribu kematian
ibu pasca melahirkan  di seluruh dunia, sebanyak 20-40% penyebab utama kematian
tersebut adalah anemia
Penanganan kasus anemia dalam kehamilan telah dilakukan dengan berbagai cara.
Penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan, serta pemberian suplemen tablet
besi-folat atau tablet tambah darah telah dilakukan oleh pemerintah sejak tahun 1974.
Program ini dilaksanakan dengan pemberian tablet tambah darah (90 tablet) selama
kehamilan yang bertujuan untuk mengatasi anemia dalam kehamilan di puskesmas.

Permasalahan
Masih kuranganya pemahaman mengenai anemia dan pentingnya asupan gizi zat besi

Perencanaan
Memberikan edukasi mengenai anemia pada kehamilan, pencegahannya dan manfaat
asupan zat besi terutama pada kehamilan.

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan menjelaskan kejadian anemia yang sering dialami pada
kehamilan dan merupakan satu hal yang harus diperhatikan. Narasumber juga
menjelaskan salah satu solusi dari masalah ini ialah pentingnya untuk menjaga asupan
gizi zat besi pada ibu hamil agar ibu hamil tetap terjaga sehat dan juga janinnya.

Monitoring dan evaluasi


Evaluasi dilakukan dengan melakukan sesi tanya jawab kepada peserta untuk menilai
kemampuan peserta dalam memahami informasi yang telah disampaikan oleh
narasumber dan peserta dapat menerapkan di kehidupannya.

2. Penyuluhan KB dan Penggunaan Alat Kontrasepsi


Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program pemerintah yang
diselenggarakan untuk membatasi kelahiran guna mengurangi pertumbuhan penduduk
dan menurunkan laju penduduk. Program KB diatur berdasarkan UU No 10 Tahun
1992 dan disempurnakan lagi dengan terbitnya UU No 52 Tahun 2009. Program KB
merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Tujuan dari program KB
pada dasarnya yaitu pengaturan kelahiran guna membangun keluarga sejahtera.
Program KB memiliki peranan dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui
pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan serta menjarangkan kehamilan
dengan sasaran adalah Pasangan Usia subur (PUS).
Kontrasepsi merupakan teknik untuk menjarangkan kehamilan atau membatasi
kehamilan. Keberhasilan dalam pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu bukti
keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) Nasional. Keberhasilan tersebut telah
diakui secara global dan bahkan menjadi model program KB di negara-negara
berkembang dan itu mengantar Indonesia sebagai pusat dibidang kependudukan KB
dan kesehatan reproduksi. Kontrasepsi memiliki banyak jenisnya. Secara umum
dibagi menjadi alamiah dan non alamiah (hormonal). Beberapa contoh Kontrasepsi
yang sering digunakan ialah seperti pil, suntikan, AKDR, dan implan.
Untuk mewujudkan pelayanan KB dapat terlaksana secara optimal dan berkualitas,
harus didukung oleh manajemen yang baik. Manajemen adalah serangkaian kegiatan
yang dilaksanakan secara sistematik untuk menghasilkan keluaran yang efektif dan
efisien. Manajemen terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi. Seluruh kegiatan merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan
berkesinambungan

Permasalahan
Masih adanya beberapa yang tidak memahami mengenai program KB dan alat kontrasepsi
secara detail

Perencanaan
Memberikan penyuluhan mengenai Program KB di Desa
Memberikan penyuluhan mengenai Alat Kontrasepsi , berbagai jenisnya, serta kelebihan dan
kelemahannya di Desa PT rayeuk 1 Pos 1

Pelaksanaan
Penyuluhan dijelaskan dengan memberikan informasi mengenai program KB. Kemudian
dilanjutkan dengan apa tujuan dari program KB tersebut. Dijelaskan juga mengenai alat
kontrasepsi yang merupakan salah satu dalam menggerakkan program KB. Peserta juga
diberikan penjelasan mengenai berbagai jenis- jenis kontrasepsi beserta kelebihan dan
kelemahannya.

Monitoring dan Evaluasi


Melakukan evaluasi dengan diadakannya sesi tanya jawab di akhir penyuluhan sehingga
dapat mengetahui apakah peserta dapat menerima informasinya dengan baik dan tepat.

3. Penyuluhan ASI
Latar belakang
Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat, diprioritaskan pada kelompok masyarakat risiko tinggi yaitu golongan bayi,
balita, usia sekolah, remaja, ibu hamil, ibu menyusui serta usia lanjut. UPGK pada bayi
dimulai sejak dalam kandungan. Air Susu Ibu (ASI) diberikan sejak usia dini, terutama
pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6
bulan. Pencapaian 6 bulan ASI Eksklusif bergantung pada keberhasilan inisiasi dalam satu
jam pertama. ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan, bersamaan dengan
pemberian makanan pendamping ASI dan meneruskan ASI dari 6 bulan sampai 2 tahun,
dapat mengurangi sedikitnya 20,00% kematian anak balita. Konsep tentang ASI eksklusif
sekarang ini terasa semakin sulit untuk dilaksanakan oleh ibu-ibu. Berdasarkan Sensus Dasar
Kesehatan Indonesia, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan menurun sementara
pemakaian susu botol meningkat. Berdasarkan has Menurut Departemen Kesehatan RI
(2005) dampak dari permasalahan yang ada saat ini adalah Kurang Energi Protein (KEP) pada
bayi. Hal ini dikarenakan rendahnya pemberian ASI Eksklusif dapat memberikan peluang bagi
penggunaan susu formula bayi atau Pengganti ASI (PASI) maupun penggunaan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang terlalu dini, mempunyai resiko terjadinya diare, sehingga
dapat menyebabkan terjadinya KEP pada anak balita. Menurut Departemen Kesehatan RI
(2005) dampak dari permasalahan yang ada saat ini adalah Kurang Energi Protein (KEP) pada
bayi. Hal ini dikarenakan rendahnya pemberian ASI Eksklusif dapat memberikan peluang bagi
penggunaan susu formula bayi atau Pengganti ASI (PASI) maupun penggunaan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang terlalu dini, mempunyai resiko terjadinya diare, sehingga
dapat menyebabkan terjadinya KEP pada anak balita.

Permasalahan
Masih kurangnya pemahaman pentingnya ASI eksklusif

Perencanaan
Penyuluhan mengenai ASI eksklusif, kandungan, manfaat dan perbandingan dengan susu
formula

Monitoring dan evaluasi

4. Penyuluhan ANC
Angka Kematian lbu (AKI) di indonesia menempati urutan tertinggi di Asia Tenggara..
Menurunnya status gizi dan kesehatan ibu hamil menyebabkan risiko tinggi kehamilan
mengalami peningkatan. Risiko tinggi kehamilan ini sebenarnya dapat diantisipasi pada saat
ante natal care (ANC), Sehingga kondisi kesehatan ibu hamil dapat dipantau dan bila terjadi
kegawatdaruratan akan memudahkan pengambilan tindakan. Namun kenyataannya ibu
hamil yang melakukan ANC masih sangat rendah. Pada proses ANC akan dilakukan
anamnesa (pemeriksaan terhadap ibu hamil baik fisik maupun wawancara mengenai
keluarga, kejadian saat ini dan terdahulu, riwayat kehamilan/persalinan sebelumnya). Di
samping itu, pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama usia kehamilan tampaknya
belum sepenuhnya dilakukan oleh ibu hamil, Sehingga status kesehatan ibu hamil kurang
terpantau oleh tenaga ksehatan. Kondisi keehatan ibu hamil dan terjadinya komplikasi
obstetri sebenarnya dapat diketahui melalui ANC. Karena dengan ANC dapat diketahui
perkmbangan janinnya, kesehatan dirinya serta resiko yang mungkin muncul sehingga dapat
segera dilakukan perawatan yang cepat dan tepat.

Permasalahan
Masih kurangnya pemahaman mengapa ANC itu penting dilakukan
Masih adanya para ibu hamil yang tidak melakukan ANC secara rutin dan terjadwal

Perencanaan
Melakukan edukasi mengenai ANC dan mengapa perlu dilakukan.

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan menjelaskan Antenatal Care. Dijelaskan juga mengapa
pentingnya untuk dilakukan Antenatal Care pada ibu hamil secara terjadwal agar kesehatan
ibu hamil serta janin terkontrol dengan baik. Dijelaskan juga mengenai apa saja yang akan
dilakukan saat Antenatal care berlangsung.

Monitor dan evaluasi


Melakukan sesi tanya jawab di akhir penyuluhan untuk mengetahui apakah informasi yang
diberikan dapat diterima atau tidak, dan diharapkan agar pelaksanaan antenatal care pada
ibu hamil terjalani dengan baik dan terjadwal.

5. Penyuluhan Pentingya Asam Folat bagi Ibu Hamil


Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat menentukan kehidupan dimasa yang akan
datang. Untuk mendapatkan kualitas SDM yang baik dibutuhkan calon ibu yang sehat
sehingga bisa melahirkan bayi yang sehat juga. Bayi yang sehat dengan pertumbuhan
intrauterin dan ekstra uterin yang baik tentu akan menjelma menjadi manusia yang
berkualitas di masa yang akan datang.
Otak merupakan organ yang sangat penting dalam menentukan kualitas sumber daya
manusia (SDM), sedangkan 78 persen pertumbuhan otak terjadi selama Intara Uterin, dan
sisanya sampai usia 2 tahun. Berbagai kelainan bawaan ditemukan pada bayi diantaranya
adalah kejadian neural tube defec (NTD), prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR) dan
gangguan pertumbuhan otak selama intra uterin yang disebabkan oleh kekurangan
beberapa zat gizi yang dibutuhkan. Salah satu zat yang dibutuhkan untuk mencegah kelainan
tersebut adalah asam folat.
Asam folat mempunyai peran yang sangat vital dalam pencegahan cacat bawaan.2 Selain itu
juga berperan dalam neuro kognitif. Asam folat sangat penting untuk mencegah terjadinya
cacat janin, menghindari anemia. Selain itu defisiensi folat menyebabkan kelainan
neurologik, psikologik dan metabolisme karbon.
Pada kasus-kasus dimana janin mengalami defisiensi asam folat, sel-sel jaringan utama (stem
cells) akan cenderung membelah lebih lambat daripada pada janin yang dikandung ibu hamil
dengan asupan asam folat yang cukup.
Kebutuhan zat gizi ibu hamil pada trimester 2 dan 3 erat kaitannya dengan perkembangan
intelegensi, karena pada usia kehamilan 15 sampai 20 minggu otak mengalami petumbuhan
pesat sekali dan usia 30 minggu sampai usia bayi 18 bulan fase cepat ke 2. Otak mengalami
pertumbuhan cepat (brain growth support) pertama kali pada masa kehamilan trimester 3.
Dimana pada trimester ini sel neuron pada otak besar membelah dan membagi dengan
cepat. Berbagai nutrisi dibutuhkan untuk perkembangan otak anak, yang terpenting adalah
protein, kalsium, fospor, besi, magnesium, seng, iodium, B1, B3, B9 (asam folat) Vitamin C
dan D. Oleh sebab itu, pada saat kehamilan, ibu membutuhkan kadar folat yang cukup
didalam darah ibu. Kadar asam folat dalam darah sangat dipengaruhi oleh asupan folat pada
nutrisi ibu, sayangnya kandungan folat yang tinggi dalam makanan akan hilang sampai 80%
dalam proses pengolahan makanan, sehingga asupan folat pada ibu hamil yang dianjurkan
adalah dalam bentuk suplemen, sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Kekurangan asam
folat dalam kehamilan dapat juga menyebabkan gangguan pematangan inti eritrosit,
sehingga muncul sel darah merah dengan bentuk dan ukuran abnormal yang disebut sebagai
Anemia megaloblastik, lebih jauh gangguan metabolisme asam folat akan menyebabkan
gangguan replikasi DNA dan proses pembelahan sel, dan ini akan mempengarui kerja
seluruh sel tubuh.

Permasalahan
Masih rendahnya pengetahuan para masyarakat terutama ibu hamil pentingnya asam folat
bagi kehamilan serta manfaat terutama pada janinnya.

Perencanaan
Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya konsumsi asam folat pada ibu hamil.
Pelaksanaan
Dilakukan penyuluhan dengan memberikan penjelasan kepada masyarakat terutama ibu
hamil mengenai pentingnya asam folat pada kehamilan. Peserta dijelaskan juga manfaat
asam folat pada kehamilan dan janin yang terkandung. Kemudian dijelaskan juga contoh
yang dapat dikonsumsi yang kaya akan asam folat agar kehamilan dan janin tetap terjaga
hingga kelahiran.

Monitoring dan Evaluasi


Melakukan evaluasi dengan mengadakan sesi tanya jawab dan diskusi untuk mengetahui
apakah peserta telah mengerti mengenai informasi yang telah disampaikan.

LAPORAN PENYULUHAN KIA


1. Imunisasi
Latar Belakang
Imunisasi meupakan upaya pencegahan primer yang sangat efektif untuk menghindari
terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan
berkurang, angka kesakitan dan kematian yang ditimbulkan juga akan menurun.
Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak per tahun di
seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi. Di Indonesia, imunisasi merupakan kebijakan
nasional melalui program imunisasi. Imunisasi masih sangat diperlukan untuk melakukan
pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi, seperti Tuberkulosis (TB),
difteri, pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus, polio dan hepatitis B. 2
Program
imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan masyarakat (population immunity).
Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990, Indonesia
telah mencapai status Universal Child Immunization (UCI), yang merupakan suatu tahap
dimana cakupan imunisasi di suatu tingkat administrasi telah mencapai 80% atau lebih. Saat
ini Indonesia masih memiliki tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun
2014. Kasus polio sudah tidak ditemukan lagi di Indonesia sepanjang lima tahun terakhir ini.
Tetapi upaya eradikasi polio masih harus dilanjutkan untuk mewujudkan Indonesia Bebas
Polio, sebagai bagian dari upaya eradikasi polio regional dan global. Untuk kasus tetanus
maternal dan neonatal telah dinyatakan mencapai tahap eliminasi oleh Organisasi Kesehatan
Dunia atau WHO di sebagian wilayah Indonesia. Selain itu, langkah-langkah mewujudkan
reduksi dan eliminasi campak di Indonesia masih harus dilaksanakan.
Permasalahan
Kurangnya pemahaman mengenai imunisasi, manfaat serta jadwalnya

Pelaksanaan
Mengedukasi pentingnya imunisasi serta jadwal

Monitor dan Evaluasi


Dilakukan monitoring setiap bulan pada posyandu

2. Pemberian Vitamin A
Latar Belakang
Vitamin A adalah zat gizi yang paling esensial, hal itu dikarenakan konsumsi makanan kita
belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Kekurangan vitamin A
(KVA) akan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terserang penyakit infeksi seperti
diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang paling serius
dari kekurangan vitamin A (KVA) adalah rabun senja yaitu betuk lain dari xeropthalmia
termasuk kerusakan kornea mata dan kebutaan. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan
angka kesakitan angka kematian, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah kelompok
bayi usia 6 – 11 bulan dan kelompok anak balita usia 12 – 59 bulan.
Pada balita vitamin A sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi yang kuat, untuk
penglihatan yang normal, membantu memelihara kulit yang sehat dan mencegah lapisan
mulut, hidung, paru-paru dan saluran kencing dari kuman penyakit. Vitamin A yang diberikan
pada balita juga berfungsi untuk mengatur sistem kekebalan, dimana sistem kekebalan badan
ini membantu mencegah atau melawan penyakit dengan membuat sel darah putih yang
menghapuskan bakteri dan virus. Akibat lain yang lebih serius dari kekurangan vitamin A
adalah buta senja dan xeropthalmia karena terjadi kekeringan pada selaput lendir dan
selaput bening kornea mata. Upaya perbaikan status vitamin A harus dimulai pada balita
terutama pada anak yang menderita kekurangan vitamin A.
Strategi penanggulangan kekurangan vitamin A masih bertumpuh dengan cara pemberian
kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi (6 – 11 bulan) kapsul biru yang mengandung vitamin A
100.000 SI diberikan sebanyak satu kali pada bulan Februari atau Agustus, balita (1 – 5 tahun)
kapsul merah yang mengandung vitamin A 200.000 SI diberikan setiap bulan Februari dan
Agustus.
Menurut UNICEF, bahwa kekurangan vitamin A dalam makanan sehari-hari menyebabkan
setiap tahunnya sekitar satu juta anak balita diseluruh dunia menderita penyakit mata tingkat
berat (Xeropthalmia) seperempat diantaranya menjadi buta dan 60% dari yang buta ini akan
meninggal dalam beberapa bulan. Kekurangan vitamin A menyebabkan anak dalam resiko
besar mengalami kesakitan, tumbuh kembang yang buruk dan kematian dini. Terdapat
perbedaan angka kematian sebesar 30% antara anak-anak yang mengalami kekurangan
vitamin A dengan rekanrekannya yang tidak kekurangan vitamin A.
Angka kebutaan di Indonesia tertinggi dikawasan Asia Tenggara. Berdasarkan Survei
Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 2000-2013 menunjukan angka
kebutaan di Indonesia 20% dari jumlah penduduk atau setara dengan tiga juta orang.
Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa anak balita yang
mendapatkan kapsul vitamin A belum optimal. Sampai saat ini pemberian vitamin A sangat
dibutuhkan, sehingga diperlukan peranan provider kesehatan dalam mempromosikan
kesehatan terkait masalah pemberian vitamin A secara meyeluruh baik itu sosialisasi di
tingkat masyarakat maupun advokasi pada tingkatan decision maker.

Permasalahan
Kurangnya Pemahaman Masyarakat mengenai pentingnya Vitamin A terutama pada
kesehatan anak.
Kurangnya kepedulian masyarakat dalam program pemberian kapsul vitamin A yang rutin
diadakan setiap bulan Februari dan Agustus

Perencanaan
Mengedukasi dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
pemberian vitamin A terutama pada anak yang datang ke Posyandu untuk mendapatkan
informasi mengenai pemberian vitamin A.

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan memberi penjelasan kepada peserta mengapa pentingnya
vitamin A pada kesehatan anak, dan juga dijelaskan manfaat vitamin A, pencegahan risiko
yang terjadi akibat kekurangan vitamin A dan jadwal pemberian vitamin A. Para orangtua
yang memilki anak usia 0-5 tahun dapat diberikan gambaran-gambaran tentang pentingnya
pemberian vitamin A setiap tahun dua kali, yaitu pada bulan Februari dan Agustus sehingga
mengurangi risiko penyakit akibat kekurangan vitamin A.

Monitoring
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk diskusi dan sesi tanya jawab sehingga dapat
dinilai sejauh mana pemahaman dan pengetahuan dari peserta tentang manfaat pemberian
vitamin A secara rutin.

PENYULUHAN PTM

1. Penyuluhan DM
Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar gula darah
yang tinggi dan gangguan metabolisme pada umumnya, yang tidak dikendalikan dengan
baik akan menimbulkan berbagai komplikasi baik yang akut maupun menahun. Kelainan
dasar dari penyakit ini ialah kekurangan hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas.

Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini
berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, urbanisasi yang mengubah pola hidup
tradisonal ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang.
DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin
meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan.
Di Indonesia berdasarkan penelitian epidemiologi didapatkan prevalensi DM sebesar
1,5-2,3% pada penduduk yang berusia lebih 15 tahun, bahkan di daerah urban prevalensi
DM sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali
dibandingkan Negara maju, sehingga DM merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
serius.
Untuk mengatasi permasalah tersebut akan dilaksanakan kegiatan penyuluhan bagi
masyarakat yang menderita penyakit Diabetes Mellitus tentang pencegahan,
penatalaksanaan secara nonfarmakologis serta penggunaan obat dan tentang pola makan
untuk mengendalikan kadar gula dalam darah

Permasalahan
Banyaknya penderita DM yang belum tahu dan mengerti tentang penyakit DM, pengetahuan
dan perubahan pola penyakit secara komprehensif meliputi tentang penyakit DM, pengaturan dan
perubahan pola makan, aktivitas jasamani dan pemberian obat.

Perencanaan
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang datang ke Posyandu guna menumbuhkan
kepedulian dan kepekaan masyarakat terhadap informasi tentang Diabetes Melitus
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang Diabetes Mellitus.

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan memberikan wawasan kepada peserta sehhingga diharapkan
dapat mencegah dan mengurangi faktor risiko yang dapat diubah, seperti dengan cara
menjaga pola gaya hidup sehat dengan cara mengurangi berat badan, olahraga teratur,
istirahat yang cukup dan menjaga pola makan sehat setiap harinya.
Monitoring dan Evaluasi
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk diskusi dan sesi tanya jawab sehingga dapat
dinilai sejauh mana pemahaman dan pengetahuan dari peserta tentang penyeakit Diabetes
Melitus tipe 2.

2. Penyuluhan Hipertensi
Latar Belakang
Perubahan demografi dan epidemiologi penyakit tengah terjadi diseluruh dunia saat ini.
Peristiwa tersebut tidak hanya dialami oleh negara maju, tetapi juga dialami oleh negara
berkembang, khususnya Indonesia. Permasalahan kesehatan terkait penyakit yang sering
diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi menular seperti
tuberkulosis paru, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), malaria, diare, dan penyakit kulit.
Namun saat ini, pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan Penyakit Tidak Menular
(PTM) seperti penyakit jantung, hipertensi, kolesterol, cedera akibat kecelakaan, pembuluh
darah, serta diabetes mellitus dan kanker. Perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan
dan pola penyakit menyebabkan transisi epidemiologi menjadi Penyakit Tidak Menular
(PTM), sehingga saat ini negara Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang
bersamaan (double burdens). Terjadinya beban ganda disertai dengan meningkatnya jumlah
penduduk serta perubahan usia harapan hidup penduduk yang ditandai dengan
meningkatnya penduduk usia produktif dan usia lanjut. Perubahan ini akan berpengaruh
terhadap jumlah dan jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat di masa yang
akan datang.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit tidak menular
yangs sering ditemukan diderita oleh masyarakat. Data statistik WHO tahun 2012
menyebutkan hipertensi dapat memicu stroke yang menyebabkan kematian hingga 51%
dan memicu jantung koroner yang menyebabkan kematian hingga 45%. Hipertensi menjadi
masalah kesehatan masyarakat utama. Faktor risiko penyakit hipertensi sulit diketahui
secara pasti. Salah satu faktor yang menjadi penyebab meningkatnya risiko terhadap
hipertensi yaitu usia. Tingginya usia seseorang akan mempengaruhi sistem metabolisme
tubuh, sehingga risiko mengidap darah tinggi lebih tinggi. Selain itu, kebiasaan atau gaya
hidup tidak juga juga menjadi faktor resiko penyebab hipertensi. Kebiasaan dan gaya hidup
seperti mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi dengan kadar garam berlebih, minuman
berkafein, makanan berkolestrol tinggi, kurang olah raga atau aktivitas fisik, stress, dan
merokok dapat meningkatkan risiko mengidap hipertensi.Faktor resiko lainnya yaitu genetik
atau keturunan. Seseorang yang berasal dari keluarga dengan riwayat darah tinggi memiliki
risiko mengidap hipertensi lebih besar dibandingkan dengan orang lain yang tidak memiliki
keluarga dengan riwayat darah tinggi
Hal ini juga sejalan dengan banyak ditemukannya keluhan masyarakat terkait
tekanan darah. Upaya yang dilakukan dalam pencegahan ataupun deteksi dini PTM melalui
penyuluhan kepada masyarakat. Dimana Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain
melakukan pengukuran antropometri dan pengukuran tekanan darah serta mengedukasi
faktor-faktor penyebab hipertensi serta pencegahan yang dapat dilakukan.

Permasalahan
Masih kurang pedulinya masyarakat terhadap penyakit hipertensi
Masih sulitnya masyarakat di Desa terhadap pemahaman mengenai hipertensi, pencegahan
dan dampaknya bagi kesehatan

Perencanaan
Melakukan penyuluhan mengenai hipertensi beserta faktor penyebab, pencegahan dan
dampaknya.

Pelaksanaan
Diberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyakit hipertensi sehingga masyarakat
mengerti dan memahami serta peduli terhadap penyakit ini. Edukasi juga dilakukan dengan
memberikan penjelasan apa saja faktor penyebab , pencegahan serta dampak selanjutnya
bagi kesehatan.

Monitor dan Evaluasi


Evaluasi dilakukan dengan melakukan sesi tanya jawab pada akhir penyuluhan sekaligus
menilai sejauh mana pemahaman peserta mengenai informasi yang telah disampaikan
narasumber.

3. Penyuluhan asam urat


Kesehatan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan, sehingga tingkat
yang diwakili oleh angka harapan hidup menjadi indikator yang selalu digunakan dalam
indeks pembangunan manusia. Pada dewasa ini penyakit tidak menular mengalami
peningkatan dalam jumlah kasusnya terutama dalam penyakit degeneratif.
Penyakit degeneratif pada umumnya menyerang sistem saraf, pembuluh darah,
otot, dan tulang manusia. Salah satunya penyakit yang menyerang persendian dan tulang
salah satunya adalah asam urat. Asam urat disebut juga Gout arthritis termasuk suatu
penyakit degeneratif yang menyerang persendian, dan paling sering dijumpai di masyarakat
terutama dialami oleh lanjut usia (lansia). Namun tak jarang penyakit ini juga ditemukan
pada golongan pralansia.
Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen
asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat
mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan tidak nyaman di daerah
persendian dan sering disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya.
Penyakit ini berkaitan dengan penimbunan kristal urat monohidrat monosodium dan pada
tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi .Insiden penyakit gout sebesar
1-2%, terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali lebih sering pada pria daripada
wanita.
Prevalensi gout di Indonesia diperkirakan 1,6- 13,6/100.000 orang, prevalensi ini
meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Faktor yang memengaruhi kadar asam urat
digolongkan menjadi tiga: Faktor primer, faktor sekunder dan faktor predisposisi. Pada
faktor primer dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor sekunder dapat disebabkan oleh dua
hal, yaitu produksi asam urat yang berlebihan dan penurunan ekskresi asam urat. Pada
faktor predisposisi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan iklim. Faktor sekunder dapat
berkembang dengan penyakit lain (obesitas, diabetes melitus, hipertensi, polisitemia,
leukemia, mieloma, anemia sel sabit dan penyakit ginjal). Faktor risiko yang menyebabkan
orang terserang penyakit asam urat, adalah genetik/riwayat keluarga, asupan senyawa
purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan (obesitas), hipertensi, gangguan
fungsi ginjal dan obat-obatan tertentu (terutama diuretika). Gout termasuk penyakit yang
dapat dikendalikan walaupun tidak dapat disembuhkan, namun kalau dibiarkan saja kondisi
ini dapat berkembang menjadi arthritis yang melumpuhkan. Gout berpotensi menyebabkan
infeksi, batu ginjal, hipertensi dan penyakit jantung lain. Pendidikan kesehatan pada
hakekatnya adalah membantu agar individu dapat mengambil sikap yang bijaksana
terhadap kesehatan dan kualitas hidup mereka , serta yang diharapkan tenaga kesehatan
adalah masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Permasalahan
Masih banyaknya masyarakat yang tidak paham terhadap penyakiti asam urat terutama
dalam pencegahan, solusi dan dampak pada kesehatan

Perencanaan
Memberikan Edukasi mengenai asam urat, pencegahan dampaknya serta solusinya untuk
meningkatkan kualitas hidup

Pelaksanaan
Dilakukannya penyuluhan kepada masyarakat agar masyarakat lebih mengerti mengenai
penyakit asam urat yang mungkin sudah diketahui oleh masyarakat walaupun hanya sekedar
saja. Memberikan edukasi juga kepada masyarakat mengenai pencegahan agar penyakit
asam urat ini tidak mudah kambuh, serta solusi dan dampaknya bagi kesehatan jika penyakit
ini diabaikan.

Monitor dan Evaluasi


Dilakukannya evaluasi dengan memberikan diskusi dan sesi tanya jawab untuk mengetahui
apakah informasi telah diterima dengan baik dan diharapkan agar dapat diterapkan di
kehidupan.
4. Pola hidup bagi Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan berlebihnya kadar kolesterol dalam darah yang
menyebabkan munculnya berbagai penyakit akut maupun kronis diantaranya adalah
penyakit jantung koroner dan stroke. Salah satu penyebab tingginya kadar kolesterol dalam
darah adalah gaya hidup yang tidak sehat. Hiperkolesterolemia dapat diatasi dengan cara
memodifikasi gaya hidup.
Peningkatan kadar kolesterol dalam darah (hiperkolesterolemia) merupakan resiko
terhadap penyakit jantung dan stroke mempunyai perkiraan angka kematian di dunia
sekitar 2,6 juta. Angka kematian tertinggi 54% terjadi di Eropa, kemudian Amerika 48%.
Wilayah Afrika 22,6% dan Asia Tenggara 29,0%. Menurut data dari Center for Disease
Control (2013), ada 71 juta orang dewasa Amerika (33,5%) memiliki LDL tinggi. Di Indonesia,
proporsi penderita kolesterol total tinggi usia 15 tahun keatas adalah sebesar 35,9%.
Banyak penyebab yang mendasari tingginya penderita hiperkoleterolemia salah satunya
adalah gaya hidup. Gaya hidup untuk meningkatkan kesehatan terdiri dari enam komponen
yaitu tanggung jawab terhadap kesehatan, melakukan aktivitas fisik/olahraga, pemilihan
nutrisi, hubungan interpersonal, perkembangan spiritual, dan manajemen stress
Pola hidup yang buruk seperti konsumsi makanan tidak sehat seperti makanan siap
saji (junk food), kurangnya aktifitas fisik dan olahraga. Salah satu dampak tersebut adalah
tingginya kadar kolesterol (hiperkolesterolemia) dalam tubuh, yang dapat menjadi pemicu
timbulnya berbagai gangguan kesehatan, seperti obesitas, hipertensi, gangguan jantung
(penyakit jantung koroner), resistensi insulin, diabetes mellitus tipe 2 hingga stroke.
Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu problema yang sangat serius karena
merupakan salah satu faktor paling utama untuk terjadinya penyakit jantung seseorang,
masalah lainnya ialah pada seseorang bertekanan darah tinggi dan perokok. American Heart
Association (AHA) memperkirakan lebih dari 100 juta penduduk Amerika memiliki kadar
kolesterol total >200 mg/dl, yang termasuk kategori cukup tinggi, dan lebih dari 34 juta
penduduk dewasa Amerika memiliki kadar kolesterol >240 mg/dl, yang termasuk tinggi dan
membutuhkan terapi. Penyakit hiperkolesterolemia bukan merupakan penyakit yang
sembuh total hanya dengan pengobatan, melainkan penyakit yang harus dikontrol setiap
saat. Maka dari itulah perlu diperhatikan pola hidup agar kadar kolesterol dalam darah
tetap terjaga.

Permasalahan
Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai cara mengontrol dan mengatur pola hidup
bagi penderita hiperkolesterolemia

Perencanaan
Memberikan edukasi bagaimana pola hidup yang baik terhadap penderita
hiperkolesterolemia

Pelaksanaan
Melakukan penyuluhan mengenai penyakit hiperkolesterolemia dengan salah satu
pencegahan dan pengobatannya melakukan pola hidup yang baik dan sehat. Menjelaskan
juga tujuan pola hidup yang sehat ini dapat mengontrol kadar kolesterol tubuh sehingga
kadar tetap terjaga di dalam darah dalam batasan yang normal.
Monitor dan Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan menilai apakah peserta telah mengerti dan dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.

5. Screening dan deteksi Penyakit tidak menular


Program kesehatan diadakan sebagai realisasi dari rencana program kesehatan di bidang
kesehatan yang akan memberikan dampak pada peningkatan kesehatan. Pembangunan
kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat, meningkatkan derajat
kesehatan, pengendalian penyakit, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan.
Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat,
terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta meningkatnya
responsivitas sistem kesehatan. Skrining Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan wujud
peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor
risiko penyakit tidak menular secara mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan ini
dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini terhadap penyakit tidak menular
mengingat hampir semua faktor risiko penyakit tidak menular tidak memberikan gejala
pada yang mengalaminya. Faktor resiko penyakit tidak menular meliputi merokok, konsumsi
minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas, stress,
hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol, serta menindaklanjuti secara dini faktor resiko
yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasiitas pelayanan
kesehatan dasar.
Skrining Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat
(UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam pengendalian
penyakit tidak menular dengan melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring-evaluasi. Masyarakat diperankan sebagai sasaran kegiatan,
target perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai sumber daya.
Adanya kegiatan skrining penyakit tidak menular (PTM) ini bertujuan sebagai upaya
kesehatan masyarakat (UKM) yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam
pengendalian penyakit tidak menular. Selain itu bertujuan untuk deteksi dini, monitoring
dan tindak lanjut dini faktor risiko penyakit tidak menular secara mandiri dan
berkesinambungan

Permasalahan
Banyaknya masyarakat yang masih kurang sadar dalam menyadari pentingnya untuk
screening diri sendiri dalam pencegahan penyakit tidak menular

Perencanaan
Memberikan edukasi mengenai pentingnya screening atau deteksi dini untuk pencegahan
penyakit tidak menular.

Pelaksanaan
Melakukan pemberian penyuluhan dan edukasi kepada peserta mengenai penyakit tidak
menular dan contohnya. Kemudian menjelaskan juga bahwa penyakit ini dapat bisa dicegah dengan
cara meningkatkan kesadaran diri untuk deteksi dini atau melakukan screening terutama pada usia
muda sehingga mengurangi jumlah kasus pada penyakit ini. Screening atau deteksi dini ini juga
bertujuan agar mengetahui penyakit secara dini sehingga dapat dilakukan pemberian solusi
pengobatan ataupun non pengobatan sehingga tidak berkelanjutan ke komplikasi yang lebih jauh
lagi.

Monitor dan Evaluasi


Evaluasi dilakukan dengan diskusi dan tanya jawab untuk menilai informasi yang
disampaikan apakah sudah diterima dengan baik sehingga pada akhirnya kesadaran masyarakat
terhadap penyuluhan ini lebih meningkat dan baik.

LAPORAN PENYULUHAN KESLING


1. Stop Buang Air Besar Sembarangan dan jamban yang sehat
Latar Belakang
Perilaku buang air besar sembarangan (BABS/Open defecation) termasuk salah
satu contoh perilaku yang tidak sehat. BABS/Open defecation adalah suatu
tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak-semak, sungai,
pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar mengontaminasi
lingkungan, tanah, udara dan air.
Kotoran manusia ialah buangan padat dan kotor dan bau juga menjadi media
penularan penyakit bagi masyarakat. Kotoran manusia mengandung organisme
patogen yang dibawa air, makanan, lalat menjadi penyakit seperti salmonella,
cholera, disentri, dan lainnya. Kotoran mengandung agen penyebab infeksi masuk
saluran pencernaan. Hubungan antara pembuangan tinja dengan status kesehatan
penduduk bisa langsung maupun tidak langsung. Efek langsung bisa mengurangi
insiden penyakit yang ditularkan karena kontaminasi dengan tinja seperti kolera,
disentri, typus, dan sebagainya. Efek tidak langsung dari pembuangan tinja
berkaitan dengan komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya kualitas
lingkungan.
Masalah kesehatan lingkungan pemukiman, khususnya pada jamban keluarga
merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Fasilitas jamban
keluarga di masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena
menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan
perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penyuluhan pada warga
mengenai sanitasi lingkungan khususnya masalah jamban sehat keluarga.

Permasalahan
Masih kurangnya pemahaman mengenai program stop BABS dan mengenai
jamban yang bersih dan baik untuk kesehatan
Masih banyak warga masyarakat yang belum memilki jamban sehat
Rendahnya tingkat perekonomian dari sebagian masyarakat sehingga tidak dapat
membangun jamban sehat

Pelaksanaan dan Pemilihan Intervensi


Mengedukasi mengenai program Stop BABS
Mengedukasi bagaimana syarat jamban yang bersih dan baik untuk kesehatan

Monitor dan Evaluasi


Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menilai sejauh mana pemahaman
mengenai upaya terlaksananya program stop BABS dan penggunaan jamban yang bersih
dan baik untuk kesehatan serta memberikan saran guna untuk menciptakan lingkungan
masyarakat sehat dan mengurangi kejadian penyakit yang dipengaruhi oleh lingkungan.

2. Jentik nyamuk
Latar Belakang
Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue yang semakin meningkat di berbagai
daerah memunculkan berbagai usaha dalam upaya pencegahan yang dilakukan
bertujuan untuk memutuskan rantai penularannya, yaitu pengendalian yang
dilakukan terhadap vektor nyamuk. Salah satu upaya pencegahan yang dapat
dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah timbulnya DBD adalah dengan
menggerakan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Cara yang paling
tepat dan efektif untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan
memutus rantai berkembangan biakan nyamuk dengan gerakan 3M Plus yaitu 3M
yang terdiri dari Menguras tempat bak mandi, tendon, gentong, vas bunga, tempat
minum burung, tanaman air minimal 1 minggu sekali, Menutup rapat-rapat tempat
penampungan air, Mengubur / menimbun / memusnahkan barang bekas yang
dapat menampung air dan Plus yang tediri dari memelihara ikan pemakan jentik
ditempat-tempat penampungan air, menggunakan obat nyamuk oles untuk
mencegah gigitan menggunakan obat nyamuk untuk mengusir nyamuk,
menggunakan kelambu saat tidur upaya pemberantasan secara kimia untuk jentik
dengan Abate. Untuk terlaksananya program Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dimasyarakat, maka diperlukan sosialisasi secara terus menerus oleh pihak-
pihak yang terkait, terutama oleh petugas-petugas kesehatan yang terlibat dalam
wilayah tersebut

Permasalahan
Masih banyaknya masyarakat yg kurangnya paham dengan gerakan 3M plus dan
kurangnya antusias dalam melakukannya.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Memberikan penyuluhan mengenai Program pemberantasan nyamuk di Desa
Memberikan penjelasan mengenai gerakan 3M plus

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan mengedukasi masyarakat tentang program
pemberantasan nyamuk dengan salah satunya gerakan 3M plus. Kemudian
menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan pada gerakan 3M plus untuk
terlaksanannya program pemberantasan nyamuk.
.
Monitor dan evaluasi
Masyarakat diharapkan mengerti dengan penjelasan narasumber, dan
dilakukannya review ulang kepada audiens untuk mengetahui apakah informasi
sudah diterima baik oleh audiens

3. Penggunaan air bersih


Latar Belakang
Rendahnya ketersediaan air bersih memberikan dampak buruk pada semua sektor,
termasuk kesehatan. Disebutkan bahwa tanpa akses air minum yang higienis
mengakibatkan 3.800 anak meninggal tiap hari oleh penyakit. Penyakit kolera,
diare/disentri, atau thypoid adalah sebagian kecil dari penyakit yang mungkin
timbul jika air kotor tetap dikonsumsi. Bahkan ditemukan bahwa sanitasi dan
perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman berkontribusi
terhadap 88% kematian anak akibat diare di seluruh dunia. Di Indonesia, insiden
penyakit diare dilaporkan mengalami peningkatan dari 301/1000 penduduk pada
tahun 2000 naik menjadi 411/1000 penduduk pada tahun 2010. Bahkan Kejadian
Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan case fatality rate (CFR)
yang masih tinggi. Risiko kematian ini dapat dicegah melalui penurunan faktor
lingkungan yang berisiko, yaitu dengan penyediaan air bersih, sanitasi, dan
kebersihan seperti yang dicanangkan oleh UNICEF dan WHO. Tujuannya adalah
untuk menghambat transmisi kuman patogen penyebab diare dari lingkungan ke
tubuh manusia. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan arti pentingnya
ketersediaan air bersih bagi kehidupan. Jika suatu kota dapat mencapai 100%
akses air bersih, tidak hanya keberhasilan dalam menciptakan lingkungan cerdas
melalui infrastruktur perairan, namun juga keberhasilan dalam meningkatkan
kualitas kehidupan melalui penurunan kejadian penyakit diare. Kualitas air sungai
di Indonesia sebagian besar berada pada status tercemar. Pencemaran air
didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukannya.
Banyak faktor yang menjadi penyebab pencemaran air, namun limbah domestik
atau rumah tangga seperti kotoran manusia, limbah cucian piring dan baju,
kotoran hewan, dan pupuk dari perkebunan dan peternakan teridentifikasi sebagai
sumber utama pencemaran. Air dibutuhkan dalam berbagai kepentingan mulai
dari irigasi, pertanian, kehutanan, industri, pariwisata, air minum, dan masih
banyak lagi kegiatan yang dapat memanfaatkan air. Permasalahan yang terjadi
adalah kualitas air permukaan yang semakin menurun akibat limbah, baik limbah
domestik maupun industri. Hal ini berdampak pada terbatasnya ketersediaan air
bersih, yang bahkan dapat dikatakan saat ini dunia berada pada kondisi krisis air
bersih. Dengan demikian, tersedianya air bersih di setiap wilayah menjadi suatu
hal yang sangat penting sehingga kebutuhan masyarakat terhadap air bersih dapat
terpenuhi. Jika dilihat dari segi infrastruktur suatu wilayah itu sendiri,
ketersediaan air bersih juga merupakan salah satu komponen yang layak menjadi
fokus perhatian. Tujuannya adalah untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
publik agar mencapai pembangunan berkelanjutan dan dappat meningkatkan
kualitas hidup warganya.

Permasalahan
Masih ditemukan beberapa masyarakat yang tidak menggunakan air bersih secara
tepat.
Masih kurangnya untuk fasilitas air bersih di beberapa tempat.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Mengedukasi penggunaan air bersih yang tepat
Menjelaskan syarat-syarat air bersih

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan menjelasank kepada masyarakat desa penggunaan
air bersih yang tepat. Dijelaskan juga bagaimana syarat sir bersih yang layak
dipakai agar baik untuk kesehatan dan tidak menimbulkan penyakit.

Monitor dan Evaluasi


Evaluasi dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk diskusi
dan sesi tanya jawab sehingga dapat dinilai sejauh mana pemahaman dan
pengetahuan dari peserta tentang pemakaian air bersihyang tepat.
4. Pengelolaan sampah
Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan industri yang semakin pesat
akan memberikan dampak pada jumlah sampah yang dihasilkan antara lain
sampah plastik, kertas, produk kemasan yang mengandung B3 (Bahan Beracun
Berbahaya). Jumlah dan jenis sampah, sangat tergantung dari gaya hidup dan jenis
material yang kita konsumsi semakin meningkat perekonomian dalam rumah
tangga maka semakin bervariasi jumlah sampah yang dihasilkan. Selain kondisi
tersebut masih djumpai timbunan atau buangan sampah di sungai sehingga
memberikan dampak negatif pada lingkungan yang akhirnya menganggu
kesehatan manusia. Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat
organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola
agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
Salah satu pendekatan pengelolaan sampah 3R dan mendekati sumbernya adalah
pengelolaan sampah kawasan dengan TPS pengolah.
Pada umumnya paradigma masyarakat terhadap sampah dengan sifat padat yang
dihasilkan dari aktivitas rumah tangga atau industri, adalah benda yang yang tidak
lagi diinginkan atau tidak bernilai ekonomis. Dengan adanya UU No. 18 /2008,
Keseriusan dan keharusan pengelolaan sampah mulai di perhatikan dari hulu
(sumber sampah) sampai hilir (tempat pembuangan akhir) dengan implementasi
konsep seperti 3 R sampai 5 R, sedangkan pada masyarakat penekanan 3 R lebih
diutamakan, karena memaksimalkan pencapaian dengan 3 R saja sudah cukup
banyak menangani masalah sampah. Reduce (berusaha mengurangi sampah),
reuse (memakai kembali barang bekas yang masih bisa dipakai), dan recycle
(mendaur ulang sampah agar dapat dimanfaatkan) kemudian ditambah Revalue
dan Recovery (menemukan kegunaan atau manfaat lain dari barang tersebut dan
revalue (memberi nilai dari barang yang disampahkan agar dapat dijual sebagai
barang bekas layak pakai).
Pemahaman masyarakat terhadap konsep 3R juga masih rendah. Akibatnya
produksi sampah yang dihasilkan oleh masyarakat semakin melimpah dan
menumpuk di mana-mana.
Untuk itu peran serta masyarakat sangat penting untuk mengelola sampah yang
dimulai dari rumah tangga sehingga nantinya sampah yang di buang ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sudah berkurang cukup banyak dan tidak menimbulkan
timbunan.

Permasalahan
Masih terdapatnya timbunan sampah di setiap sudut di desa
Masih kurangnya pemahaman masyarakat dalam mengelola sampah

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Mengedukasi masyarakat mengenai program 3R dalam mengelola sampah

Pelaksanaan
Dilakukan penyuluhan mengenai program 3R, kemudian menjelaskan juga kepada
peserta rincian dari 3R tersebut dalam mengelola sampah yang baik agar tidak
terjadi timbunan sampah yang dapat mengurangi sanitasi lingkungan.

Monitor dan Evaluasi


Dilakukan evaluasi dengan melakukan sesi tanya jawab dan review ulang dari
penyuluhan yang telah disampaikan narasumber untuk menilai apakah informasi
sudah tersampaikan dengan baik.

5. Tidak merokok dalam rumah/rumah tanpa asap rokok


Latar Belakang
Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang tidak sehat akan tetapi merokok
dikalangan masyarakat adalah sebuah hal yang biasa, sebagian orang merasa
mendapatkan kesenangan dari merokok, tetapi kesenangan tersebut justru
membahayakan keluarga tercinta di rumah yang terpapar asap rokok. Bahaya
rokok tidak hanya dirasakan bagi yang mengonsumsi, namun juga yang berada di
sekitarnya. Asap rokok yang terpapar kepada perokok pasif lebih berbahaya
daripada perokok aktif. Dimana anak-anak dan bayi merupakan golongan yang
paling rentan jika terpapar asap rokok. Paparan asap rokok bisa meningkatkan
risiko tejadinya berbagai gangguan kesehatan dan penyakit. Bayi dan anak-anak
yang terpapar asap rokok berisiko tinggi mengalami iritasi mata, infeksi telinga,
alergi, asma, bronkitis,pneumonia, meningitis, dan sindrom kematian bayi
mendadak. Rokok memiliki efektivitas yang sangat tinggi dalam menyebarkan
bahan kimia beracun. Jika di dalam rumah, maka seluruh rumah akan penuh
dengan zat beracun, seperti nikotin, karbon monoksida, dan zat pemicu kanker
(karsinogen). Seluruh ruangan di dalam rumah, termasuk kamar anak dan bayi,
berisiko tercemar oleh berbagai zat yang berbahaya bagi tubuh. Selain jangkauan
yang luas dan penyebarannya yang cepat, asap rokok juga dapat bertahan di udara
dalam waktu yang lama. Asap rokok bisa bertahan di udara hingga 2 - 3 jam,
bahkan saat ventilasi rumah atau jendela terbuka. Alangkah baiknya setiap rumah
membuat kesepakatan rumah bebas asap rokok yaitu dengan tidak merokok di
dalam rumah, memasang stiker rumah bebas asap rokok di depan pintu masuk dan
tidak menyediakan asbak.

Permasalahan
Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk tidak merokok, walaupun ditempat
yang sudah ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok terutama rumah
tanpa asap rokok

Perencanaan
Mengedukasi setiap keluarga dibekali dengan pengetahuan tentang rumah tanpa
asap rokok

Pelaksanaan
Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya untuk menghindari merokok di
dalam rumah, menjelasakan juga mengapa perlunya untuk tidak merokok di dalam
rumah, serta dampak asap rokok bagi kesehatan keluarga.

Monitoring dan Evaluasi


Evaluasi dilakukan dengan sesi tanya jawab untuk lebih memahami penjelasan
yang kurang mengerti sekaligus menilai apakah penjelasan yang telah
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh peserta dan dapat diterapkan dalam
kehidupan.
Laporan Penyuluhan Promosi Kesehatan
1. Cuci tangan
Perilaku hidup bersih hakikatnya adalah dasar pencegahan manusia dari berbagai
penyakit. Kesehatan merupakan dambaan dan kebutuhan setiap orang. Prinsip
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ini menjadi salah satu landasan dan program
pembangunan kesehatan di Indonesia. Salah satu dari empat kunci kegiatan PHBS
untuk meningkatkan pencapaian derajat kesehatan adalah meningkatkan perilaku
cuci tangan yang benar
Rendahnya perilaku untuk membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun
sebelum makan belum terpenuhi secara maksimal. Cuci tangan merupakan sebuah
kunci penting dalam pencegahan penyakit. Kebiasaan mencuci tangan berpengaruh
terhadap kesehatan. Kedua tangan merupakan salah satu jalur utama masuknya
kuman penyakit ke dalam tubuh, karena tangan adalah anggota tubuh yang paling
sering berhubungan langsung dengan mulut dan hidung. Cuci tangan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir dapat kita mulai sejak usia dini agar menjadi
kebiasaan baik di hari tua. Kebiasaan cuci tangan tersebut juga belum sesuai dengan
cara mencuci tangan yang baik seperti hanya menggunakan air bersih saja tanpa
menggunakan sabun untuk mencuci tangan.
Untuk itulah diperlukannya sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat sejak dini melalui gerakan masyarakat hidup sehat
dengan mempromosikan mencuci tangan yang benar menggunakan sabun dan air
mengalir dengan penyuluhan

Permasalahan
Masih kurangnya kepedulian dan pemahaman masyarakat bagaimana pentingnya
cuci tangan dan bagaimana langkah-langkah cuci tangan yang benar dan tepat

Perencanaan
Mengedukasi pentingnya cuci tangan dan langkah-langkah yang benar dan tepat

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan menjelaskan apa manfaat dari cuci tangan dan
mengapa penting dilakukan walaupun merupakan hal yang sepele yang sering
diabaikan. Dijelaskan juga bagaimana langkah yang tepat dalam cuci tangan
sehingga lebih efektif untuk mendapatkan manfaatnya.

Monitoring dan Evaluasi


Dilakukan evaluasi dengan adanya diskusi dan tanya jawab serta melakukan praktik
cuci tangan secara bersama-sama diharapkan agar peserta dapat menerima
informasi dengan tepat dan dapat dipraktikkan di kehidupan sehari-harinya.

2. PHBS
Keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya di dominasi oleh
perorangan, akan tetapi juga harus dimiliki oleh kelompok dan bahkan oleh
masyarakat. Dalam UU Kesehatan RI No.36 Tahun 2009, “ Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”. Hal ini berarti bahwa
kesehatan pada diri seseorang atau individu itu mencakup aspek fisik, mental,
spiritual dan sosial demi tercapainya keadaan yang sejahtera bagi seseorang baik
dengan produkivitasnya dan juga ekonominya. Menurut Bloom (1974), derajat
kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor
keturunan dan faktor pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, faktor
kedua, yaitu faktor perilaku sangat berpengaruh dalam kesehatan seseorang,
terutama dalam penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) baik
dilingkungan pribadi, keluarga, maupun masyarakat.
Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi
sehat tidak serta merta terjadi, tetapi harus senantiasa diupayakan dari yang tidak
sehat menjadi hidup yang sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini
harus dimulai dari menanamkan pola pikir sehat kepada masyarakat yang harus
dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri. Upaya ini adalah untuk mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat setinggi- tingginya sebagai satu investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif. Sementara itu, kesadaran
masyarakat akan kesehatan dan pola hidup bersih sehat, khususnya masyarakat
desa masih sangat rendah. Untuk itu pemberian penyuluhan terkait Perilaku Hidup
bersih sehat diharapkan dapat menjadi upaya menyadarkan masyarakat akan
pentingnya melakukan Perilaku Hidup bersih sehat dalam kehidupan sehari-hari
sekaligus memberikan pengetahuan bagaimana cara merealisasikannya sehingga
bisa terwujud masyarakat yang peduli sehat
Namun pada kenyataannya, di kawasan pedesaan perhatian masyarakat akan
pentingnya melakukan PHBS masih minim. Berdasarkan tingkat kepentingan dan
kebutuhan masyarakat dalam merealisasikan PHBS serta keadaan masyarakat yang
masih minim kepeduliannya akan kesehatan, maka program Penyuluhan dan Praktik
PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk melakukan Perilaku Hidup
sehat dalam meningkatkan mutu hidup .

Permasalahan
Masih banyaknya ketidakpedulian terhadap perilaku hidup bersih dan sehat dan
bagaimana merealisasikannya di kehidupan sehari-hari

Pelaksanaan
Mengedukasi masyarakat mengenai perilaku hidup sehat dan bersih dan
merealisasikan di kehidupan sehari-hari

Perencanaan
Penyuluhan dilakukan dengan menjelaskan apa itu perilaku hidup sehat dan bersih.
Selanjutnya dijelaskan juga apa saja komponen dari perilaku hidup bersih dan sehat.
Dijelaskan juga bagaimana merealisasikannya di kehidupan sehari-hari sehingga
masyarakat dapat menerapkannya.

Monitoring dan Evaluasi


Melakukan evaluasi dengan melakukan sesi tanya jawab dan diskusi menenai
penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat. Diharapkan bahwa masyarakat dapat
menerima informasi dan dapat menerapkannya di kehidupan. Diharapkan juga
untuk kepada masyarakat lebih meningkat tingkat kepeduliannya terhadap perilaku
hidup sehat dan bersih.

3. Kerja bakti
Kebersihan lingkungan merupakan pintu gerbang dalam mencapai hidup yang
sehat. Hidup sehat merupakan dambaan setiap orang. Diperlukan kegiatan
yang mendorong masyarakat untuk memulai hidup sehat. Salah satu kegiatan
tersebut adalah kampanye hidup sehat melalui program kerja bakti. Kegiatan
ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang manfaat hidup bersih
dan dampaknya bagi kesehatan, memberikan pengetahuan kepada masyarakat
tentang dampak buruk lingkungan yang kotor, membantu masyarakat dalam
rangka membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal melaui kegiatan aksi
lapangan dalam bentuk kerja bakti.
Melaksanakan Kerja Bakti Kerja bakti merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh sekelompok orang untuk membuat lingkungan menjadi lebih baik dan
memperindah lingkungan. Pelaksanaan kerja bakti di masyarakat umumnya
berhubungan dengan kegiatan pembersihan lingkungan. Dengan pembersihan
lingkungan, maka kesehatan lingkungan akan terjaga. Pembersihan saluran air
misalnya, merupakan pencegahan terjadinya kemacetan saluran air sehingga
dapat sekaligus menjadi tindakan preventif untuk mencegah dijadikannya
saluran air sebagai sarang bagi nyamuk dan kemungkinan penularan penyakit
yang vektornya adalah nyamuk. Hal ini tidak hanya membawa dampak positif
secara sosial di masyarakat, namun juga manfaat bagi kesehatan secara
khususnya. Manfaat bagi kesehatan lainnya adalah pada pelaksanaan kerja
bakti, di mana tenaga yang diperlukan dan kerja tubuh yang dikeluarkan sama
dengan pengganti olah raga yang terkadang sering disepelekan orang.
Pemeliharaan kebugaran tubuh yang justru tanpa biaya ini mambawa dampak
positif bagi kesehatan jasmani.
Kegiatan ini bertujuan juga untuk menyadarkan masyarakat tentang manfaat
hidup bersih dan dampaknya bagi kesehatan, memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang dampak buruk lingkungan yang kotor, membantu
masyarakat dalam rangka membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal
melaui kegiatan aksi lapangan dalam bentuk kerja bakti.

Permasalahan
Rendahnya masih pemahaman arti penting kerja bakti untuk hidup bersih dan
sehat
Perencanaan
Mengedukasi para masyarakat untuk meningkatkan pemahaman pentingnya
kerja bakti dalam meningkatkan hidup bersih dan sehat

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan menjelaskan apa itu kerja bakti. Dijelaskan juga
mengapa penting kerja bakti dilakukan oleh masyarakat serta manfaat kerja
bakti bagi kesehatan.

Monitoring dan Evaluasi


Evaluasi dilakukan dengan mengadakan sesi tanya jawab dan diskusi untuk
menilai seberapa jauh informasi yang telah didapat oleh peserta dan
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat pentingnya kerja
bakti bagi kesehatan,

4. Olahraga dan aktivitas fisik


Latar Belakang
Melakukan aktivitas fisik merupakan salah satu indikator dalam pelaksanaan PHBS.
Rendahnya aktivitas fisik tersebut akan berdampak pada meningkatnya prevalensi
penyakit degeneratif. Pada saat ini terjadi pergeseran pola penyakit dari penyakit
infeksi dan malnutrisi degeneratif. Secara umum hasil studi di berbagai negara
menyebutkan bahwa aktivitas fisik yang memadai bermanfaat untuk kesehatan
terutama mengurangi resiko penyakit-penyakit kronis seperti penyakit jantung,
stroke, diabetes mellitus tipe 2, obesitas dan gizi lebih, penyakit kanker payudara,
kanker kolon serta depresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik
memberikan keuntungan yang besar untuk menurunkan resiko penyakit jantung.
Orang yang kurang melakukan aktivitas fisik beresiko dua kali lebih besar terkena
penyakit jantung bila dibandingkan orang yang tidak aktif. Aktivitas fisik juga
membantu mencegah penyakit stroke dan memperbaiki faktor resiko Cardiovascular
disease (CVD) seperti tekanan darah tinggi dan tinggi kolesterol. Aktivitas fisik yang
dilakukan secara rutin juga memperbaiki psikologis seseorang melalui penurunan
stress, kecemasan dan depresi. Faktor psikologis penting dipertimbangkan untuk
pencegahan dan manajemen penyakit jantung serta berimplikasi juga terhadap
penyakit kronis lainnya seperti diabetes, osteoporosis, hipertensi, kegemukan
kanker dan depresi. Secara umum, manfaat aktivitas fisik untuk kesehatan ada dua
yaitu manfaat fisik/biologis dan manfaat psikologis. Manfaat fisik/biologis meliputi :
menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas normal, meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit, menjaga berat badan ideal, menguatkan tulang dan otot,
meningkatkan kelenturan tubuh, dan meningkatkan kebugaran tubuh. Sedangkan
manfaat aktivitas fisik secara psikis/mental dapat : mengurangi stress, meningkatkan
rasa percaya diri, membangun rasa sportifitas, memupuk tanggung jawab, dan
membangun kesetiakawanan sosial. Melihat pentingnya aktivitas fisik untuk
kesehatan tersebut sangatlah perlu dilakukan oleh semua masyarakat. Masalah
rendahnya kegiatan aktivitas fisik apabila terus dibiarkan, akan menjadi masalah
yang harus segera ditanggulangi. Kehidupan dan keadaan masa depan sangat
bergantung dengan kondisi saat ini, oleh karena itu perlu adanya langkah yang nyata
untuk menangani masalah kesehatan tersebut. Namun dalam penerapannya,
kendala di masyarakat kerap kali menjadi penghambat. Salah satu hambatan
diantaranya kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya aktifitas fisik.
Memperhatikan hal tersebut maka perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Permasalahan
Masih rendahnya kesadaran dan ketidakpedulian masyarakat dalam memahami dan
melakukan aktivitas fisik

Perencanaan
Memberikan penyuluhan betapa pentingnya aktivitas fisik bagi kesehatan tubuh di
Desa

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan memberi penjelasan mengapa penting dilakukannya
aktivitas fisik. Dijelaskan juga manfaat aktivitas fisik bukan hanya untuk fisik tubuh
tetapi secara psikologis juga. Selain itu, peserta juga dijelaskan jika aktivitas fisik
diabaikan bagaiamana dampaknya pada kesehatan sehingga menimbulkan penyakit

Monitoring dan Evaluasi


Melakukan Evaluasi dengan mengadakan sesi tanya jawab dan diskusi untuk menilai
kemampuan peserta apakah telah mengerti informasi yang disampaikan dan
diharapkan kepedulian peserta terhadap melakukan aktivitas fisik secara rutin lebih
meningkat.

5. Sampah Sembarangan
Kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya pastilah tidak terlepas dengan
adanya sampah, karena sampah merupakan hasil efek samping dari adanya aktivitas
manusia, hasil‐hasil dari organisme ataupun hasil proses alamiah. Seiring
berkembangnya waktu, populasi manusia semakin bertambah dan perkembangan
tekhnologi pun semakin canggih sehingga banyak menghasilkan sampah dalam
berbagai macam, seperti hasil‐hasil produksi dari berupa sampah rumah tangga
maupun sampah berupa limbah pabrik yang mengandung zat‐zat kimia (Fluor,
Clorida, Bromida, dan Iodida). Sampah secara sederhana dapat diartikan sebagai
segala barang padat yang tidak terpakai lagi. Sampah harus mendapat perhatian
yang serius dari instansi yang bertanggung jawab di setiap daerah untuk mencegah
atau memperkecil pencemaran yang dapat ditimbulkan. Permasalahan sampah di
suatu kawasan meliputi tingginya laju timbulan sampah, kepedulian masyarakat
yang masih rendah sehingga suka berperilaku membuang sampah sembarangan,
keengganan untuk membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Perilaku
yang buruk ini seringkali menyebabkan bencana di musim hujan karena drainase
tersumbat sampah sehingga terjadi banjir. Kebiasaan membuang sampah
sembarangan dilakukan hampir di semua kalangan masyarakat, tidak hanya warga
miskin, bahkan mereka yang berpendidikan tinggi juga melakukannya. Ini sangat
menyedihkan karena minimnya pengetahuan tentang sampah dan dampaknya.
Perilaku buruk ini semakin menjadi karena minimnya sarana kebersihan yang mudah
dijangkau oleh masyarakat di tempat umum. Selain itu, hal lain yang penting untuk
diperhatikan, berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan
lingkungan dari pemerintah daerah, atau pihak lain yang diberi tanggung jawab
untuk itu.
Di Indonesia, masalah kebersihan selalu menjadi polemik yang berkembang..
Kebersihan lingkungan merupakan salah satu tolak ukur kualitas hidup masyarakat.
Masyarakat masih menganggap sungai sebagai halaman belakang yang dipandang
sebagai tempat pembuangan, sehingga perlu adanya perubahan pola pikir untuk
menjadikan sungai sebagai halaman depan yang harus dijaga dan dipelihara.
Mengingat masyarakat merupakan pengguna sungai maka persepsi masyarakat
mengenai pengetahuan menjaga kualitas lingkungan sungai dan kesanggupan dalam
melakukan aktivitas dengan tetap menjaga kelestarian sungai menjadi penting untuk
dikaji. Perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap sampah dapat
menyebabkan munculnya masalah dan kerusakan lingkungan. Bila perilaku manusia
semata-mata mengarah lebih pada kepentingan pribadinya, dan kurang atau tidak
mempertimbangkan kepentingan umum / kepentingan bersama, maka dapat
diprediksi bahwa daya dukung lingkungan alam semakin terkuras habis dan
akibatnya kerugian dan kerusakan lingkungan tak dapat dihindarkan lagi.

Permasalahan
Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah secara
sembarangan

Perencenaan
Mengedukasi masyarakat mengenai buang sampah secara sembarangan dan apa
dampaknya

Pelaksanaan
Peserta diberikan penyuluhan mengenai sampah, dan perilaku buang sampah
sembarangan. Diberikan juga penjelasan mengenai dampak negatif terhadap
kesehatan jika melakukan buang sampah sembarangan .

Monitoring dan Evaluasi


Melakukan evaluasi dengan mengadakan sesi tanya jawab dan diskusi mengenai
perilaku buang sampah sembarangan. Diharapkan bahwa setelah penyuluhan
masyarakat memahami dampak negatifnya terhadap perilaku buang sampah
sembarangan sehingga tingkat kepedulian masyarakat untuk membuang sampah
pada tempatnya semakin meningkat.

Laporan Penyuluhan Gizi


1. Penyuluhan mengenai Stunting sebagai masalah gizi
Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan
banyaknya kasus gizi kurang pada anak balita, usia masuk sekolah. Masalah gizi pada usia
sekolah dapat menyebabkan rendahnya kualiatas tingkat pendidikan, tingginya angka
absensi dan tingginya angka putus sekolah. Stunting adalah salah satu keadaan malnutrisi
yang berhubungan dengan ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk dalam
masalah gizi yang bersifat kronis. Stunting diukur sebagai status gizi dengan memperhatikan
tinggi atau panjang badan, umur, dan jenis kelamin balita. Kebiasaan tidak mengukur tinggi
atau panjang badan balita di masyarakat menyebabkan kejadian stunting sulit disadari.
Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi
stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia tingginya
berada di bawah rata-rata. Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan
oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka
kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh
tak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif para penderita juga berkurang. Stunting
disebabkan oleh faktor multidimensi. Kecukupan energi dan protein per hari per kapita anak
Indonesia terlihat sangat kurang jika dibanding Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan
baik pada anak normal atau pendek.
Pencegahan stunting dapat dilakukan antara lain dengan cara Pemenuhan
kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6
bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya,
memantau pertumbuhan balita di posyandu, meningkatkan akses terhadap air bersih dan
fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan.
Asupan zat gizi pada balita juga sangat penting dalam mendukung pertumbuhan
sesuai grafik sehingga tidak terjadi gagal tumbuh (growth faltering) yang menyebabkan
stunting. Pola asuh juga mencakup Inisiasi Menyusu Dini (IMD), menyusui eksklusif sampai
dengan 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI)
sampai dengan 2 tahun. Idealnya sesudah bayi berusia 6 bulan, bayi baru diperkenalkan
dengan MPASI agar pemenuhan gizi untuk tumbuh dapat terpenuhi. WHO/UNICEF dalam
ketentuannya mengharuskan bayi usia 6-23 bulan mendapat MPASI yang adekuat dengan
komposisi makanan terdiri dari minimal 4 atau lebih dari 7 jenis makanan (serealia/umbi-
umbian, kacang-kacangan, produk olahan susu, telur, sumber protein lainnya, sayur dan
buah kaya vitamin A, sayur dan buah lainnya) yang diatur dalam Minimum Dietary Diversity
(MMD). Untuk memenuhi kecukupan gizi pada balita, telah ditetapkan program PMT
khususnya untuk balita kurus berupa PMT lokal maupun PMT pabrikan yaitu biskuit MT
balita. Jika berat badan telah sesuai dengan perhitungan berat badan menurut tinggi badan,
maka MT balita kurus dapat dihentikan dan dilanjutkan dengan makanan keluarga bergizi
seimbang. Dalam upaya penatalaksaan penyakit gizi buruk dan stunting, peranan keluarga
pasien sangat penting untuk mencapai tujuan terapi yang maksimal.

Permasalahan
Rendahnya pemahaman masyarakat terutama para ibu mengenai masalah stunting
Masih banyaknya kesalahan dalam memberikan asupan gizi pada anak yang dapat menjadi
faktor penyebab stunting

Perencanaan
Mengedukasi para ibu mengenai masalah gizi stunting
Mengedukasi asupan gizi yang benar untuk pencegahan stunting

Pelaksanaan
Melakukan penyuluhan dengan menjelaskan masalah gizi stunting yang kerap terjadi pada
anak. Menjelaskan juga berbagai penyebab dan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting
pada anak. Peserta diberikan juga edukasi bagaimana asupan gizi yang tepat pada anak untuk
mencegah terjadinya stunting.

Monitoring dan Evaluasi


Melakukan evaluasi dengan mengadakan sesi tanya jawab dan diskusi untuk menilai
kemampuan pemahaman para ibu seberapa jauh informasi yang didapat dan apakah sudah mengerti
dengan penjelasan yang diberikan narasumber sehingga pada akhirnya dapat menerapkan secara
mandiri pada kehidupan nyata.

2. Pengukuran berat badan dan tinggi badan secara rutin dalam evaluasi status gizi balita
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat
gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya. Masa bayi dan balita bahkan sejak dalam
kandungan adalah periode emas karena jika pada masa tersebut pertumbuhan dan
perkembangan balita tidak dipantau dengan baik dan mengalami gangguan tidak akan dapat
diperbaiki pada periode selanjutnya. Sehingga perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan
rutin pada pertumbuhan balita sehingga dapat terdeteksi apabila ada penyimpangan
pertumbuhan, masalah status gizi sehingga dapat dilakukan penanggulangan sedini mungkin
sehingga tidak terjadi gangguan pada proses tumbuh kembang balita.
Pemantauan pertumbuhan merupakan suatu rangkaian kegiatan terdiri dari pengukuran
pertumbuhan fisik dan perkembangan individu di masyarakat dengan tujuan meningkatkan
status kesehatan anak, perkembangan dan kualitas hidup. Prinsip dasar penilaian penilaian
pertumbuhan anak mencakup mengukur berat dan panjang atau tinggi anak dan
membandingkan dengan standar pertumbuhan. Sedangkan tujuan penilaian pertumbuhan
adalah menentukan apakah anak tumbuh secara normal, atau mempunyai masalah
pertumbuhan, atau ada kecenderungan mempunyai masalah pertumbuhan yang perlu
ditangani. Dengan penimbangan setiap bulannya diharapkan gangguan pertumbuhan setiap
anak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat ditanggulangi secara cepat dan tepat.
Pembinaan perkembangan anak yang dilaksanakan secara tepat dan terarah menjamin anak
tumbuh kembang secara optimal sehingga menjadi manusia yang berkualitas, sehat cerdas,
kreatif, produktif, bertanggung jawab dan berguna bagi bangsa dan negara.

Permasalahan
Masih rendahnya pemahaman masyarakat untuk melakukan penimbangan balita
secara rutin untuk mengevaluasi status gizi balita

Perencanaan
Mengedukasi masyarakat terutama para ibu mengapa pentingnya melakukan
penimbangan balita dan pengukuran Tinggi badan secara rutin

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan menjelaskan kepada masyarakat terutama para ibu
mengapa penimbangan balita dan pengukur TB penting dilakukan secara rutin.
Menjelaskan juga tujuan dari kegiatan itu dapat mengevaluasi status gizi balita agar
tetap terjaga tumbuh kembang balita tersebut.

Monitoring dan evaluasi


Melakukan evaluasi dengan adanya sesi tanya jawab untuk menilai peserta apakah
sudah memahami dari penyuluhan yang telah disampaikan dan diharapkan bahwa
peserta dapat meningkatkan kepedulian serta aksinya dalam melakukannya di
kehidupannya.
3. Pentingnya Serat bagi kesehatan
Pada dekade terakhir ini telah terungkap oleh para ilmuwan bahwa serat yang terdapat pada
bahan pangan ternyata mempunyai efek positif bagi sistem metabolisme manusia. Awalnya
serat dikenal oleh ahli gizi hanya sebagai pencahar dan tidak memberi reaksi apapun bagi
tubuh. Pandangan akan serat mulai berubah, setelah dilaporkan bahwa konsumsi rendah
serat menyebabkan banyak kasus penyakit kronis seperti jantung koroner, apendisitis,
divertikulosis dan kanker kolon, serat yang memiliki efek fisiologis tersebut kemudian
disebut sebagai serat pangan atau dietary fiber.
Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat pangan yang sangat mudah
ditemukan dalam bahan makanan. Sayuran merupakan menu yang hampir selalu terdapat
dalam hidangan sehari-hari masyarakat Indonesia, baik dalam keadaan mentah (lalapan
segar) atau setelah diolah menjadi berbagai macam bentuk masakan. Akhir-akhir ini adanya
perubahan pola konsumsi pangan di Indonesia menyebabkan berkurangnya konsumsi
sayuran dan buah-buahan hampir di semua propinsi di Indonesia. Keadaan tersebut diikuti
juga terjadinya pergeseran atau perubahan pola penyakit penyebab mortalitas dan
morbiditas di kalangan masyarakat, ditandai dengan dengan perubahan pola penyakit-
penyakit infeksi menjadi penyakit-penyakit degeneratif dan metabolik. Secara nyata di alami
masyarakat perkotaan yang sebagian masyarakatnya begitu sibuk cenderung mengkonsumsi
makanan siap saji, dan terjadi pergeseran pola makan dari tinggi karbohidrat, tinggi serat
dan rendah lemak ke pola konsumsi rendah karbohidrat dan rendah serat, tinggi lemak dan
tinggi protein. Hal inilah yang menyebabkan tingginya kasus penyakit-penyakit seperti
jantung koroner, kanker kolon (usus besar), dan penyakit degeneratif lainnya di Indonesia.
Meskipun tidak mengandung zat gizi, serat pangan menguntungkan bagi kesehatan yaitu
berfungsi mengontrol berat badan atau kegemukan (obesitas), penanggulangan penyakit
diabetes, mencegah gangguan gastrointestinal, kanker kolon, serta mengurangi tingkat
kolesterol darah dan penyakit kardiovaskuler. Meskipun serat pangan memberikan efek
positif terhadap kesehatan, namun juga memberikan efek negatif, sehingga serat pangan
tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan, sebagai acuan kebutuhan serat yang dianjurkan
yaitu 30 gram/hari.

Permasalahan
Masih terdapat kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya serat pada buah
dan sayur pada kesehatan secara mendalam
Perencanaan
Mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya serat pada buah dan sayur bagi kesehatan di
Desa

Pelaksanaan
Dilakukan penyuluhan dengan menjelaskan mengenai serat yang bisa didapatkan pada buah
dan sayur. Kemudian dijelaskan juga manfaat dari serat tersebut bagi kesehatan dan apabila
dikonsumsi secara benar dan tepat dapat mencegah penyakit.

Monitoring dan Evaluasi


Melakukan evaluasi dengan mengadakan sesi tanya jawab dan diskusi untuk mengetahui
apakah pemahaman masyarakat mengenai penyuluhan lebih meningkat dari sebelumnya
dan diharapkan masyarakat mampu untuk menerapkannya pada kehidupan nyata.

4. Penyuluhan mengenai Kurang Energi Protein


Kurang Energi Protein (KEP) akan terjadi disaat kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. Kedua bentuk defisiensi ini tidak jarang berjalan
bersisian, meskipun salah satu lebih dominan daripada yang lain. KEP (Kurang Energi Protein)
merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting di Indonesia maupun di negara
yang sedang berkembang lainnya. Prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak balita.
Penderita KEP memiliki berbagai macam keadaan patologis yang disebabkan oleh
kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang bermacam-macam. Akibat
kekurangan tersebut timbul keadaan KEP pada derajat yang ringan sampai yang berat.
Gejala klinis yang muncul diantaranya adalah pertumbuhan linier terganggu atau terhenti,
kenaikan berat badan berkurang atau terhenti, ukuran lingkar lengan atas (LILA) menurun,
dan maturasi tulang terhambat. Selain itu, aktivitas dan konsentrasi berkurang serta kadang
disertai dengan kelainan kulit dan rambut. Keadaan patologi dapat menujukkan perubahan
nyata pada komposisi tubuh seperti akan muncul edema karena penderita memiliki lebih
banyak cairan ekstraselular. Konsentrasi kalium tubuh menurun sehingga menimbulkan
gangguan metabolik tubuh. Kelainan yang ditunjukkan pada organ tubuh penderita KEP
diantaranya permukaan organ pencernaan menjadi atrofi sehingga pencernaan makanan
menjadi terganggu dan dapat timbul gangguan absorbsi makanan dan sering mengalami
diare. KEP berat terdiri dari tiga tipe, yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmik-
kwashiorkor. Kwashiorkor adalah keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan makanan
sumber protein. Marasmus adalah gejala kelaparan yang hebat karena makanan yang
dikonsumsi tidak menyediakan energi yang cukup untuk mempertahankan hidupnya
sehingga badan menjadi sangat kecil. Marasmik-kwashiorkor disebabkan karena makanan
sehari-hari kekurangan energi dan juga
protein.
Penyebab langsung dari KEP adalah defisiensi kalori maupun protein, yang berarti kurangnya
konsumsi makanan yang mengandung kalori maupun protein, hambatan utilisasi zat gizi.
Adanya penyakit infeksi dan investasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan
hambatan utilisasi zat-zat gizi yang menjadi dasar timbulnya KEP. Penyebab tidak langsung
dari KEP ada beberapa hal yang dominan, antara lain pendapatan yang rendah sehingga
daya beli terhadap makanan terutama makanan berprotein rendah.

Permasalahan
Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai masalah kurang energi protein yang banyak
dijumpai terutama pada anak-anak

Perencanaan
Mengedukasi masyarakat terutam para ibu mengenai masalah kurang energi protein pada
anak di Desa
Mengedukasi pencegahan dan dampaknya kurang energi protein bagi kesehatan anak

Pelaksaaan
Dilakukan penyuluhan dengan menjelaskan apa kurang energi protein. Menjelaskan juga
bahwa masalah ini kerap dijumpai terutama pada anak-anak balita dan pentingnya peran ibu
untuk melakukan pencegahannya dengan memenuhi gizi pada anak tersebut. Peserta diberi
penjelasan mengenai bagaimana dampaknya jika keadaan ini diabaikan dan diberikan
pemahaman apa solusi jika masalah ini sudah terjadi.

Monitoring dan Evaluasi


Melakukan evaluasi dengan mengadakan sesi tanya jawab dan diskusi untuk menilai sejauh
mana pemahaman peserta mengenai penyuluhan ini dan diharapkan pada masyarakat
terutam para ibu lebih peduli terhadap masalah ini sehingga dapat mencegah sebelum
masalah ini terjadi.
5. Gizi bagi penderita Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang dialami
oleh sebagian besar penduduk dunia. Salah satu bentuk fokus pengelolaan pada DM adalah
nutrisi yang bertujuan untuk pencegahan hiperglikemia sehingga dapat menurunkan
morbiditas dan mortalitas. Jika penyandang DM tidak mampu mengontrol kadar gula darah,
akibatnya kadar gula darah selalu tinggi. Kondisi ini akan berpotensi meningkatkan risiko
serangan jantung, stroke, gagal ginjal, serta komplikasi lain. Pemberian jenis dan kandungan
nutrisi yang seimbang harus diperhatikan yaitu dengan pembatasan karbohidrat serta
memperbanyak serat. Tujuannya selain untuk mengendalikan kadar glukosa darah dan
lemak darah, pengelolaan nutrisi bertujuan untuk mencegah komplikasi akibat DM dan
menjaga berat badan agar tetap normal. Perencanaan diet menjadi salah satu komponen
penting dalam pengelolaan DM, meliputi jadwal, jumlah, dan jenis makanan yang
dikonsumsi menjadi salah satu hambatan untuk tercapainya tujuan pengobatan. Jadwal
makan pada penyandang DM harus tepat dan teratur karena jika tidak teratur akan
menyulitkan pengaturan gula darah sehingga tidak stabil. Gula darah yang tidak stabil akan
mengakibatkan rusaknya pembuluh darah dan mempercepat timbulnya komplikasi. Jadwal
makan bagi penyandang DM harus diikuti sesuai intervalnya yaitu setiap 3 jam. Diet DM
diberikan dengan cara 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan selingan dengan jarak
antara 3 jam. Jumlah porsi makanan yang dikonsumsi penyandang DM harus dapat
diperhatikan. Prinsip jumlah makanan yang dianjurkan untuk penyandang DM adalah porsi
kecil dan sering, artinya makan dalam jumlah sedikit tetapi sering. Banyak atau sedikitnya
makanan yang dikonsumsi mempengaruhi jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh. Gaya
hidup tidak sehat dengan pola makan yang tinggi lemak, garam, gula mengakibatkan
masyarakat cenderung mengonsumsi makanan secara berlebihan. Jenis makanan dapat
dilakukan membuat susunan menu makanan pada perencanaan makan bagi penyandang
DM dibuat mendekati sesuai dengan kebiasaan makan sehari-hari, sederhana, bervariasi,
mudah dilaksanakan, seimbang, dan sesuai kebutuhan. Komposisi yang seimbang antara
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral pun harus disesuaikan dengan kondisi
penyandang DM. Dukungan keluarga yang baik akan mengurangi ketidakpatuhan
penyandang DM untuk melakukan program diet. Penyusunan menu makanan untuk
penyandang DM tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Menu yang dipilih harus
memenuhi kebutuhan gizi karena setiap penyandang DM memiliki kebutuhan gizi yang
berbeda-beda. Pentingnya prinsip diet tepat jumlah makanan yang dikonsumsi, jadwal
makan, dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh penyandang DM, beberapa metode
digunakan untuk mengidentifikasi prinsip diet tersebut.

Permasalahan
Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai gizi pada penderita diabetes mellitus
Rendahnya kepedulian terutama para penderita DM dalam pelaksanaan konsumi gizi yang
tepat dan sesuai

Perencanaan
Mengedukasi masyarakat terutama kepada para penyandang DM mengenai pengaturan gizi
yang tepat dan sesuai

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan menjelaskan bagaimana pengaturan gizi yang tepat dan sesuai
terhadap penderita Diabetes Mellitus. Dijelaskan juga pentingnya pengaturan gizi ini untuk
mengontrol gula darah agar tetap terjaga kadarnya dalam batas normal.

Monitoring dan Evaluasi


Melakukan evaluasi dengan mengadakan sesi tanya jawab dan diskusi untuk menilai
kemampuan peserta dalam memahami penjelasan yang telah disampaikan dan diharapkan
bahwa tingkat kepedulian masyarakat dalam hal ini semakin meningkat sehingga dapat
melaksanakannya secara mandiri dalam kehidupan nyata.

Penyuluhan pengobatan dasar


1. Penyuluhan mengenai skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (kutu kecil). Penyakit
tersebut merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di wilayah beriklim tropis
dan subtropis. Di Indonesia, skabies merupakan salah satu penyakit kulit tersering di
puskesmas. Faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies adalah kemiskinan,
kepadatan penghuni rumah, tingkat pendidikan rendah, keterbatasan air bersih, dan
perilaku kebersihan yang buruk. Tingginya kepadatan penghuni disertai interaksi dan
kontak fisik yang erat memudahkan penularan skabies. Kepadatan penghuni rumah
merupakan faktor risiko paling dominan dibandingkan faktor risiko skabies lainnya.
Berdasarkan faktor risiko tersebut prevalensi skabies yang tinggi umumnya terdapat di
asrama, panti asuhan, pondok pesantren, penjara, dan pengungsian.
Faktor risiko tingginya prevalensi skabies di pesantren adalah kepadatan penghuni yang
tinggi dan perilaku kebersihan yang buruk padahal sebagai institusi agama Islam,
pesantren seharusnya menyelenggarakan pendidikan di lingkungan yang bersih dan
sehat.
Skabies memiliki hubungan erat dengan kebersihan personal dan lingkungan tempat
tinggal sehingga sering terjadi pada orang yang tinggal bersama di pemukiman padat
penghuni misalnya di perkampungan padat penduduk atau di pondok pesantren dengan
kepadatan penghuni yang tinggi. Wabah skabies sering dijumpai di lingkungan padat
penghuni dengan kontak kulit yang erat dan lama seperti di tempat penitipan anak,
panti asuhan, tempat perawatan orang usia lanjut, penjara, pengungsian, dan pesantren
bahkan di rumah sakit. Maka dari itu diperlukannya penyuluhan untuk tetap menjaganya
kebersihan agar terhindar dari skabies.

Permasalahan
Masih banyaknya masyarakat yang mengganggap sepele terhadap penyakit skabies dan
tidak mengatasinya penyakit ini dengan benar

Perencanaan
Mengedukasi mengenai peyakit skabies , pencegahan serta solusinya secara tepat

Pelaksanaan
Melakukan penyuluhan dengan menjelaskan mengenai penyakit skabies yang sering
terutama pada anak-anak. Menjelaskan juga penyakit ini sangat mudah terjadi
penularan. Penjelasan pentingnya mengatasi skabies ini dilakukan untuk menghindari
penyakit ini tidak menular antara satu dan yang lainnya. Dijelaskan juga untuk menjaga
selalu kebersihan agar tercegah penyakit skabies

Monitoring dan Evaluasi


Melakukan evaluasi dengan mengadakan sesi tanya jawab dan diskusi untuk melihat
sejauh mana informasi yang telah didapat para peserta sehingga diharapkan peserta
dapat paham dan dapat menerapkannya
2. Pengobatan dan perawatan diri dalam mencegah komplikasi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang progresif kronis yang
ditandai dengan hiperglikemia..  Kebutuhan pasien diabetes tidak hanya terbatas pada
kontrol glikemik yang memadai, tetapi juga sesuai dengan mencegah komplikasi;
Keterbatasan cacat dan rehabilitasi. Ada tujuh perawatan diri penting perilaku pada
penderita diabetes yang memprediksi hasil  makan makanan yang sehat, aktif secara
fisik, pemantauan gula darah, pengobatan yang teratur, kemampuan menyelesaikan
masalah yang baik, keterampilan gaya hidup sehat dan perilaku pengurangan risiko
diabetes. Semua tujuh perilaku ini telah ditemukan berkorelasi positif dengan glikemik
yang baik  dari segi kontrol, pengurangan komplikasi dan peningkatan kualitas hidup.
Individu dengan diabetes telah memainkan peranan penting pada perkembangan dan
perkembangan penyakit mereka dengan berpartisipasi dalam perawatan mereka sendiri.
Beberapa demografis, faktor dukungan sosial‐ekonomi dan sosial dapat dianggap
sebagai kontributor positif dalam memfasilitasi aktivitas perawatan diri pada pasien
diabetes, peran dokter dalam mempromosikan perawatan diri adalah penting dan harus
ditekankan Kesadaran diri dalam diabetes didefinisikan sebagai suatu proses
pengembangan pengetahuan atau kesadaran dengan mendapatkan informasi untuk
mengatasi dan melawan gejala‐ gejala kompleks diabetes. Karena sebagian besar
perawatan sehari‐harian pada pasien dengan diabetes ditangani oleh pasien sendiri  dan
atau keluarga , memainkan  peranan  penting bagi menangani dan mengatasi diabetes
pada perawatan diri diabetes. Pada pasien diabetes, perawatan diri adalah satu perilaku
yang harus ditampilkan oleh pasien sendiri yang menpunyai faktor risiko diabetes bagi
merawat penyakit mereka sendiri. Semua tujuh perilaku telah ditemukan berkorelasi
dengan kontrol glikemik yang baik, pengurangan komplikasi dan peningkatan kualitas
hidup. Partisipasi dapat berhasil hanya jika mereka menyediaka pelayanan kesehatan
yang efektif bagi merawat penyakit. Meskipun beberapa demografis, faktor dukungan
sosial‐ ekonomi dan sosial dapat dianggap kontributor positif dalam memfasilitasi
aktivitas perawatan diri pada pasien diabetes, peran dokter dalam mempromosikan
perawatan diri sangat penting dan harus ditekankan. Maka dari itu diperlukannya untuk
mempromosikan praktek perawatan diri di antara pasien diabetes untuk mencegah
komplikasi jangka panjang.

Permasalahan
Masih rendahnya kesadaran diri dalam pengobatan dan perawatan diri pada masyararakat
terhadap penyakit Diabetes Mellitus sehingga pada akhirnya tingkat komplikasi pada penderita DM
meningkat

Perencanaan
Mengedukasi masyarakat pentingnya pengobatan rutin pada DM dan sekaligus melakukan
perawatan diri pada DM untuk mencegah komplikasi

Pelaksanaan
Dilakukan penyuluhan dengan mengedukasi masyarakat mengenai penyakit Diabetes Mellitus yang
sudah banyak terjadi. Dijelaskan juga pentingnya pengobatan yang rutin dan teratur hingga
menurunkan angka komplikasi. Menjelaskan juga apa itu perawatan diri pada diabetes mellitus dan
perannya dalam mecegah komplikasi yang lebih jauh lagi.

Monitoring dan Evaluasi


Melakukan Evaluasi dengan mengadakan sesi tanya jawab dan diskusi untuk menilai seberapa jauh
informasi yang telah didapat dari peserta dan diharapkan para peserta lebih meningkat
kesadarannya dan keseriusan dalam melakukan di kehidupannya.

3. Pengobatan hipertensi dalam mencegah stroke dan penyakit jantung


Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan di mana tekanan darah seseorang berada di atas batas normal. Penyakit ini
dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya
mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi yang terjadi
dalam jangka waktu lama, dan bisa memicu stroke, serangan jantung, dan gagal jantung.
Beberapa faktor risiko yang dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi yaitu kelebihan
berat badan yang diikuti dengan kurangnya olahraga, serta mengonsumsi makanan
berlemak, dan berkadar garam tinggi. Selain itu terdapat juga faktor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu adanya riwayat hipertensi dalam keluarga dan
terjadi pada lanjut usia. Menurut laporan pertemuan World Health Organization (WHO)
didapatkan prevalensi penyakit hipertensi 15-37% dari populasi penduduk dewasa di
dunia. Setengah dari populasi penduduk dunia yang berusia lebih dari 60 tahun
menderita hipertensi. Seiring bertambahnya jumlah lansia dari populasi dan banyaknya
keluhan lansia terkait kesehatan menyebabkan kelompok usia ini menggunakan obat-
obatan. Penggunaan banyak obat lebih sering terjadi pada pasien yang sudah lansia
dengan menderita lebih dari satu penyakit. Penyakit- penyakit yang seringkali terjadi
menyebabkan lansia mengkonsumsi banyak obat diantaranya adalah obat hipertensi.
Banyak penderita hipertensi yang tidak sadar dengan karakter penyakit ini yang timbul
tenggelam. Ketika penderita dinyatakan tekanan darahnya sudah normal, penderita
hipertensi menganggap kalau kesembuhannya permanen, padahal hipertensi bisa terjadi
kembali. Penggunaan obat antihipertensi sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi.
Namun sering terdapat pendapat keliru di masyarakat bahwa mengonsumsi obat
antihipertensi akan menyebabkan ketergantungan. Hal ini menyebabkan beberapa
penderita hipertensi enggan, dan baru mulai mengkonsumsi obat antihipertensi saat
sudah terjadi kerusakan organ. Keberhasilan suatu terapi pengobatan tidak hanya
ditentukan oleh diagnosis dan pemilihan obat yang tepat, tetapi juga oleh pengetahuan
pasien untuk melaksanakan terapi tersebut. Salah satu upaya dalam meningkatkan
pengetahuan pasien dalam pengobatan dilakukan dengan pemberian pendidikan
kesehatan. Upaya kesehatan tersebut terfokus pada upaya peningkatan perilaku sehat,
pendorong perilaku yang menunjang kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan
penyakit, dan pemulihan kesehatan. Apabila penderita hipertensi telah memiliki
pengetahuan yang cukup tentang penyakit hipertensi dan terapi pengobatannya,
diharapkan terapi penyembuhan dan pengobatannya tercapai dengan baik.

Permasalahan
Rendahnya kepedulian diri sendiri dalam pengobatan hipertensi sehingga dapat
berdampak ke komplikasi selanjutnya yaitu stroke dan penyakit jantung
Masih banyaknya kesalahpahaman dalam konsumsi obat hipertensi sehingga
pengobatan menjaddi tidak maksimal

Perencanaan
Mengedukasi masyarakat mengenai penyakit hipertensi beserta komplikasinya
Mengedukasi masyarakat bagaimana pengobatan yang tepat dan sesuai sehingga dapat
mencegah komplikasi

Pelaksanaan
Peserta diberikan penyuluhan dan penjelasan mengenai penyakit hipertensi yang sangat
kerap terjadi di masa sekarang. Kemudian dijelaskan juga bahwa hipertensi ini dapat
menyebabkan berbagai komplikasi yang fatal seperti stroke dan penyakit jantung jika
tidak dilakukan pengobatan secara tepat dan sesuai. Peserta diberikan edukasi
mengenai bagaimana seharusnya pengobatan pada hipertensi yang benar dan sesuai
sehingga tidak terjadi kesalahan lagi selanjutnya.

Monitoring dan evaluasi


Dilakukan evaluasi dengan mengadakan sesi tanya jawab dan diskusi untuk menilai
kemampuan masyarakat dalam memahami informasi yang diberikan oleh narasumber.
Diharapkan masyarakat lebih peduli lagi dalam penyakit hipertensi ini dan
pengobatannya yang benar dan sesuai sehingga dapat mengurangi komplikasi dari
penyakit ini dan meningkatkan kualiitas hidup.

4. Pengobatan TB yang benar dalam menghindari putus obat


Di Indonesia penyakit TB paru merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB paru terjadi, di
mana sekitar 1/3 penderita terdapat di sekitar puskesmas,1/3 lagi ditemukan pada
pelayanan rumah sakit/klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta, dan sisanya belum
terjangkau oleh unit pelayanan kesehatan.
Dengan makin memburuknya keadaan ekonomi Indonesia belakangan ini, kelompok
penduduk miskin bertambah banyak, daya beli makin menurun, kemampuan memenuhi
kebutuhan pokok makin berkurang dan dikhawatirkan keadaan ini akan memperburuk
kondisi kesehatan masyarakat khususnya penderita TB paru. Upaya penurunan angka
penderitaTB paru yang telah dilakukan oleh pihak program hingga tahun1995 berupa
pemberian obat yang intensif melalui puskesmas ternyata kurang berhasil. Paket obat
yang selalu tersedia di puskesmas, kemampuan petugas kesehatan dalam mendiagnosa
secara dini penderitaTB paruyang cukup baik, namun kasus TB paru setiap tahun tetap
menunjukkan peningkatan. Keberhasilan pengobatan TB paru sangat ditentukan oleh
adanya keteraturan minum obat anti tuberkulosis. Hal ini dapat dicapai dengan adanya
kesadaran penderita TB paru untuk meminum obat secara teratur melalui upaya
peningkatan pengetahuan penderita TB paru tentang pencegahan dan pengobatanTB
paru. Dengan pemberian informasi ini diharapkan adanya peningkatan keteraturan/
ketaatan minum obat yang berdampak pada meningkatnya angka kesembuhan.
Pemberantasan TB paru merupakan suatu usaha yang banyak dipengaruhi beberapa
faktor antara lain sikap petugas kesehatan dalam menangani pasien, ketersediaan obat
dan faktor penderita sendiri. Namun demikian upaya ini tidak berhasil dalam
menuntaskan program pemberantasanTB paru di daerahnya, bila penderita sendiri tidak
sadar untuk mengikuti ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan dalam upaya
pengobatanTB paru. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka faktor perilaku penderita
ikut menentukan dalam keberhasilan pemberantasan TB paru. Salah satu faktor yang
menentukan penderita untuk taat berobat dan taat minum obat secara teratur dan
tuntas antara lain faktor pengetahuan tentang pencegahan dan pengobatanTB paru.
Untuk meningkatkan pengetahuan penderita TB paru tentang pengobatanTB paru yang
intensif dan benar perlu dilakukan pemberian informasi (penyuluhan) dengan harapan
akan terjadi peningkatan pengetahuan penderita TB paru.

Permasalahan
Rendahnya pemahaman masyarakat mengenai TB paru dan pengobatannya yang tepat
dan sesuai sehingga banyaknya penderita yang tidak tuntas dalam pengobatan dan
putus obat.

Perencanaan
Mengedukasi mengenai penyakit TB paru
Mengedukasi bagaiamana seharusnya pelaksanaan dalam pengobatan TB paru yang
sesuai dan benar

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan menjelaskan mengenai penyakit TB paru yang merupakan
penyakit paru yang cukup banyak terjadi. Dijelaskan juga banyaknya kesalahan dalam
pengobatan TB paru sehingga angka kesembuhan pada TB paru menurun. Narasumber
mengedukasi peserta bagaimana seharusnya pengobatan TB paru yang sesuai dan benar
sehingga penyakit sembuh secara tuntas.

Monitoring dan Evaluasi


Dilakukan evaluasi untuk menilai peserta apakah sudah paham mengenai informasi yang
didapat. Dilakukan juga sesi tanya jawab untuk memberikan jawaban kepada peserta
yang masih kurang paham sehingga tidak terjadi kesalahpahaman sehingga pada
akhirnya peserta mampu melaksanakannya mandiri dalam kehidupan nyata.
5. Konsumi obat pada hiperkolesterolemia yang benar dan tepat dalam pencegahan
kegagalan terapi
Hiperkolesterolemia merupakan salah satu penyebab tersering dari kelainan gen
pengatur homeostatis lemak tubuh. Kelainan hiperkolesterolemia familia terjadi karena
adanya mutasi pada gen reseptor LDL (R-LDL) sehingga terjadi perubahan struktur
maupun fungsi dari reseptor yang mengikat low density lipoprotein cholesterol
(kolesterol LDL) plasma. Hal ini mengakibatkan tingginya kadar kolesterol LDL yang dapat
memberikan berbagai spektrum klinis, dari penumpukan kolesterol pada kulit dan
jaringan ikat hingga aterosklerosis pada pembuluh darah koroner yang akan
menyebabkan kematian.
Kolesterol LDL merupakan kolesterol yang paling aterogenik yang artinya kadar
kolesterol dalam darah yang tinggi akan memicu terbentuknya atheroma (plaque lemak)
pada pembuluh darah, sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung
koroner. Penyebab hiperkolesterolemia antara lain diet tinggi kolesterol atau tinggi
asam lemak jenuh, pertambahan berat badan, proses penuaan, faktor genetik, dan
penurunan kadar estrogen pada wanita yang telah menopause.
Penatalaksanaan hiperkolesterolemia di Indonesia menurut Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) mencakup terapi nonfarmakologis yang disebut
perubahan gaya hidup terapeutik Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) dan penggunaan
obat-obat penurun kolesterol (PERKENI, 2015). Ketepatan penggunaan suatu obat
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu terapi karena dapat meningkatkan
kualitas kesehatan pasien sehingga perlu diperhatikan penggunaan obat secara tepat
seperti tepat pemilihan obat, tepat dosis, waspada efek samping, tepat penyerahan
obat, dan kepatuhan pasien.
Ketidakpatuhan dan ketidakpahaman pasien dalam menjalankan terapi merupakan
salah satu penyebab kegagalan terapi. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan pemahaman pasien tentang obat dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan penggunaan obat untuk terapinya. Oleh karena itu, untuk
mencegah penggunaan obat yang salah (drug missuse) dan untuk menciptakan
pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat yang akan berdampak
pada kepatuhan pengobatan dan keberhasilan dalam proses penyembuhan maka sangat
diperlukan pelayanan informasi obat untuk pasien dan keluarga. Pasien yang
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang obatnya akan menunjukkan peningkatan
ketaatan pada regimen obat yang digunakannya sehingga hasil terapi akan meningkat
pula. Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang
hiperkolesterolemia yaitu dengan dilakukan penyuluhan kesehatan.

Permasalahan
Masih rendahnya pemahaman masyarakat dalam konsumsi obat hiperkolesterolemia yang
benar dan sesuai sehingga terjadi kegagalan terapi dan terapi tidak berlangsung secara maksimal

Perencanaan
Mengedukasi masyarakat mengenai penyakit hiperkolesterolemia
Memberikan juga edukasi pemakaian obat yang benar dan sesuai dalam mencegah terjadinya
kegagalan terapi

Pelaksanaan
Peserta diberikan edukasi mengenai hiperkolesterolemia yang banyak menyerang terutama pada
usia dewasa dan tua. Diberikan juga penjelasan mengenai terapi yang sesuai dan benar untuk
diterapkan pada penderita hiperkolesterlemia sehingga pada akhirnya pengobatan terlaksana secara
maksimal dan terhindar dari kegagalan terapi

Monitoring dan Evaluasi


Dilakukannya sesi tanya jawab dan diskusi untuk mengevaluasi pemahaman masyarakat mengenai
penyuluhan yang telah disampaikan dan diharapkan masyarakat mampu menerapkannya di
kehidupan nyata

Anda mungkin juga menyukai