Anda di halaman 1dari 12

LATAR BELAKANG

Antenatal Care (ANC) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu hamil terpenting untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Dengan ANC perkembangan kondisi ibu hamil setiap saat
akan terpantau dengan baik dan pengetahuan tentang persiapan melahirkan akan bertambah. Cakupan
ANC dipantau melalui ANC baru ibu hamil ke-1 sampai kunjungan ke-4 dan pelayanan ANC sesuai
standar paling sedikit empat kali (K4).

Pemanfaatan pelayanan ANC oleh sejumlah ibu hamil di Indonesia belum sepenuhnya sesuai dengan
pedoman yang sudah ditetapkan. Hal ini cenderung akan menyulitkan tenaga kesehatan dalam
melakukan pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara teratur dan menyeluruh, termasuk
deteksi dini terhadap faktor risiko kehamilan yang penting untuk segera ditangani. Kurangnya
pemanfaatan ANC oleh ibu hamil ini berhubungan dengan banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah
pengetahuan ibu hamil.

Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan ANC dapat menyebabkan tidak dapat diketahuinya berbagai macam
kehamilan risiko tinggi yang dapat mempengaruhi keberlangsungan kehamilan atau komplikasi hamil
sehingga tidak segera dapat diatasi yang akan mengakibatkan Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat.

PERMASALAHAN

AKI di Indonesia masih tinggi, berdasarkan hasil laporan SDKI pada tahun 2012, terdapat 359 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup yang jauh dari target MDGs 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran
hidup (WHO, 2014). AKI yang diperoleh dari dinas kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2016 terdapat 33
kasus kematian ibu, terjadi peningkatan AKI pada tahun 2015 yang mencapai 40 kasus (Dinkes
Kab.Tegal, 2016). Dampak kurangnya kunjungan ANC pada ibu hamil yaitu tidak terdeteksi secara dini
adanya kondisi ibu hamil yang tergolong dalam kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat
melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (4 anak), terlalu rapat jarak
kelahiran/paritas (< 2 tahun) yang akibatnya terjadi komplikasi pada ibu hamil tidak dapat dicegah
ataupun diobati. Pada saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan pengendalian risiko.
Apalagi ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah
kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetrik yang
dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya.

PERENCANAAN

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diadakan intervensi terkait pencegahan terjadinya kematian
Ibu saat melahirkan. Yaitu dengan program ANC (Antenatal Care). Program dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan fisik pada ibu hamil berupa pemeriksaan palpasi janin (Leopold), pemeriksaan detak
jantung janin, pemeriksaan lingkar lengan atas ibu (LILA), pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan
USG, dan pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil dengan keluhan ataupun ibu hamil yang baru
melakukan kunjungan pertama.

PELAKSANAAN

Kegiatan ANC dilaksanakan tanggal 26 November 2021 dilakukan di Ruang KIA UPTD Puskesmas
Koncara. Pada hari itu terdapat 6 ibu hamil yang terdaftar untuk melakukan pemeriksaan ANC. Yang
terlibat saat kegiatan adalah bidan dan dokter. Alur pemeriksaan yang dilakukan berupa anamnesis
sederhana mengenai keluhan pasien, usia kehamilan, kontraksi dan gerakan janin, dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik mulai dari pemeriksaan berat badan, tekanan darah, LILA, kemudian pemeriksaan TFU,
Leopold, dan pemeriksaan detak jantung janin.

Monitoring dan EVALUASI

Kegiatan pemeriksaan ANC dimulai pukul 08.30. 5 ibu hamil mengatakan tidak ada keluhan dan
kehamilan dalam keadaan baik dan normal. 1 ibu hamil mengatakan mengalami keluhan berupa
kotraksi-kontraksi dan pasien sering merasa cemas. Namun dalam pemeriksaan fisik ditemukan bayi
dalam keadaan baik dan kontraksi perut pun masih tidak terlalu sering dan kuat. Sehingga pasien di
skrining apakah ada kelainan kejiwaan dan diedukasi tanpa diberikan pengobatan sakit jiwa.
LATAR BELAKANG

Antenatal Care (ANC) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu hamil terpenting untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Dengan ANC perkembangan kondisi ibu hamil setiap saat
akan terpantau dengan baik dan pengetahuan tentang persiapan melahirkan akan bertambah. Cakupan
ANC dipantau melalui ANC baru ibu hamil ke-1 sampai kunjungan ke-4 dan pelayanan ANC sesuai
standar paling sedikit empat kali (K4).

Pemanfaatan pelayanan ANC oleh sejumlah ibu hamil di Indonesia belum sepenuhnya sesuai dengan
pedoman yang sudah ditetapkan. Hal ini cenderung akan menyulitkan tenaga kesehatan dalam
melakukan pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara teratur dan menyeluruh, termasuk
deteksi dini terhadap faktor risiko kehamilan yang penting untuk segera ditangani. Kurangnya
pemanfaatan ANC oleh ibu hamil ini berhubungan dengan banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah
pengetahuan ibu hamil.

Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan ANC dapat menyebabkan tidak dapat diketahuinya berbagai macam
kehamilan risiko tinggi yang dapat mempengaruhi keberlangsungan kehamilan atau komplikasi hamil
sehingga tidak segera dapat diatasi yang akan mengakibatkan Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat.

PERMASALAHAN

AKI di Indonesia masih tinggi, berdasarkan hasil laporan SDKI pada tahun 2012, terdapat 359 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup yang jauh dari target MDGs 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran
hidup (WHO, 2014). AKI yang diperoleh dari dinas kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2016 terdapat 33
kasus kematian ibu, terjadi peningkatan AKI pada tahun 2015 yang mencapai 40 kasus (Dinkes
Kab.Tegal, 2016). Dampak kurangnya kunjungan ANC pada ibu hamil yaitu tidak terdeteksi secara dini
adanya kondisi ibu hamil yang tergolong dalam kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat
melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (4 anak), terlalu rapat jarak
kelahiran/paritas (< 2 tahun) yang akibatnya terjadi komplikasi pada ibu hamil tidak dapat dicegah
ataupun diobati. Pada saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan pengendalian risiko.
Apalagi ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah
kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetrik yang
dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya.

PERENCANAAN

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diadakan intervensi terkait pencegahan terjadinya kematian
Ibu saat melahirkan. Yaitu dengan program ANC (Antenatal Care). Program dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan fisik pada ibu hamil berupa pemeriksaan palpasi janin (Leopold), pemeriksaan detak
jantung janin, pemeriksaan lingkar lengan atas ibu (LILA), pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan
USG, dan pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil dengan keluhan ataupun ibu hamil yang baru
melakukan kunjungan pertama.

PELAKSANAAN

Kegiatan ANC dilaksanakan tanggal 17 Desember 2021 dilakukan di Ruang KIA UPTD Puskesmas
Koncara. Pada hari itu terdapat 8 ibu hamil yang terdaftar untuk melakukan pemeriksaan ANC. Yang
terlibat saat kegiatan adalah bidan dan dokter. Alur pemeriksaan yang dilakukan berupa anamnesis
sederhana mengenai keluhan pasien, usia kehamilan, kontraksi dan gerakan janin, dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik mulai dari pemeriksaan berat badan, tekanan darah, LILA, kemudian pemeriksaan TFU,
Leopold, dan pemeriksaan detak jantung janin.

Monitoring dan EVALUASI

Kegiatan pemeriksaan ANC dimulai pukul 08.30. 6 ibu hamil mengatakan tidak ada keluhan dan
kehamilan dalam keadaan baik dan normal. 1 ibu hamil mengatakan nyeri ulu hati dan mual, pasien
mengatakan sering makan makanan pedas dan sering telat makan. Namun dalam pemeriksaan fisik
ditemukan bayi dalam keadaan baik sehingga hanya dilakukan intervensi berupa pemberian terapi
minimal untuk keluhan yang dirasakan ibu dengan omeprazole 1x20mg dan edukasi untuk mengurangi
makanan pedas dan asam untuk keluhan nyeri ulu hati. 1 ibu hamil lagi mengatakan gatal-gatal di area
selangkangan sudah sejak 1 minggu, pasien megantakan gatal terutama ketika pasien berkeringat.
Namun dalam pemeriksaan fisik ditemukan bayi dalam keadaan baik, tetapi teradapat makula eritema,
erosi dan skuama diarea selangkangan sehingga dilakukan intervensi berupa pemberian terapi jamur
untuk keluhan yang dirasakan ibu dengan ketoconazole 2% cream 2x1 ue, cetirizine 1x10mg serta
mengedukasi ibu untuk sering menganti celana dalam, menggunakan bahan yang menyerap keringat
serta memastikan bagian selangkangan selalu kering tidak lembab.
F3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak

 “PELEPASAN KB IUD DI PKM KONCARA”

LATAR BELAKANG
Pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Untuk
mengendalikan jumlah penduduk, pemerintah Republik Indonesia mencanangkan Program
Keluarga Berencana (KB). Menurut World Health Organisation (WHO) tahun 1970, Keluarga
Berencana merupakan suatu tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang sangat diinginkan, mengatur
interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri serta menentukan jumlah anak dan keluarga. Dalam mewujudkan Program KB,
pemerintah menganjurkan masyarakat, khususnya para ibu, untuk menggunakan alat kontrasepsi
yang tepat sehingga dapat memiliki kontribusi dalam meningkatkan kualitas penduduk.
Kontrasepsi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencegah pertemuan antara sel
telur (sel wanita) yang matang dengan sel sperma (sel pria) yang dapat menyebabkan kehamilan.
Kontrasepsi umumnya dibagi menjadi dua macam, yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP).
MKJP meliputi jenis kontrasepsi implan, intra uterine devices (IUD) atau alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR), metode operatif pria (MOP) seperti vasektomi, dan metode operatif
wanita (MOW) seperti tubektomi. Sedangkan Non MKJP meliputi kondom, pil KB, suntik, dan
metode lainnya selain dalam MKJP.
IUD merupakan kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari bahan
polietilen dengan atau tanpa metal atau steroid.  IUD sangat efektif untuk menjarangkan
kehamilan dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka panjang lainnya seperti implan,
tubektomi, dan vasektomi. IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang paling
banyak digunakan dalam Program KB di Indonesia.  Pengguna IUD di Indonesia mencapai
22,6% dari semua pengguna metode kontrasepsi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat keuntungan dari penggunaan
kontrasepsi ini, antara lain: efektifitasnya tinggi sekitar 0,6 sampai 0,8 kehamilan per 100
perempuan, kegagalan dalam 125 sampai 170 kehamilan; segera efektif saat terpasang di Rahim;
tidak memerlukan kunjungan ulang; tidak mempengaruhi hubungan seksual; tidak memiliki efek
samping hormonal; tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI; dapat dipasang segera setelah
melahirkan atau sesudah abortus dengan catatan tidak terjadi infeksi; membantu mencegah
kehamilan ektopik; tidak ada interaksi dengan obatobatan; dapat digunakan hingga menopause.
Sedangkan kekurangan dari penggunaan IUD antara lain: perubahan siklus haid, periode haid
lebih lama, perdarahan atau spotting antar menstruasi, nyeri saat haid dan resiko infeksi
meningkat.

PERMASALAHAN
Ibu perlu ikut KB setelah persalinan agar ibu tidak cepat hamil lagi (minimal 3-5 tahun)
dan punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga. Kontrasepsi yang dapat
digunakan pada pasca persalinan dan paling potensi untuk mencegah mis opportunity berKB
adalah Alat Kontrasepsi Dalam rahim (AKDR) atau IUD pasca plasenta, yakni pemasangan
dalam 10 menit pertama sampai 48 jam setelah plasenta lahir (atau sebelum penjahitan
uterus/rahim pada pasca persalinan dan pasca keguguran di fasilitas kesehatan, dari ANC sampai
dengan persalinan terus diberikan penyuluhan pemilihan metode kontrasepsi. Sehingga ibu yang
setelah bersalin atau keguguran, pulang ke rumah sudah menggunakan salah satu kontrasepsi.
Salah satu pasien di PKM Koncara yang merupakan calon melepaskan IUD disebabkan
karena pasien mengeluhkan keputihan terus menerus berwarna kuning kental tanpa darah dan
pasien merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang terus menerus disertai rasa mual tanpa
muntah. Pasien juga merasakan perasaan tidak nyaman didaerah kemaluan saat beruhubungan
seksual. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan obstetric didapatkan peradangan didaerah
cerviks uteri disertai luka dan pus yang banyak dan kental.

PEMILIHAN INTERVENSI
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diadakan intervensi terkait pencegahan komplikasi
kondisi seperti penyakit Pelvic inflammatory Disease dan perburukan penyakit pada ibu. Yaitu dengan
Tindakan pelepasan IUD. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi peradangan dan
infeksi yang terjadi pada serviks sehingga keluhan pasien berkurang dan juga mencegah kegagalan
dalam mencegah kehamilan pada pasien.

PELAKSANAAN
Kegiatan  pelepasan IUD ini dilakukan di PKM Koncara di Poli KIA oleh dokter Intership
dr. Hans Albertus pada hari senin tanggal 13 November 2021. Sebelum melakukan pelepasan
IUD, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan meliputi anamnesis hingga pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan obstetrikus untuk menentukan dan dicari penyebab masalah terkait, kemudian
dilanjutkan dengan intervensi farmakoterapi dengan Ciprofloxacin 2x500mg, Asam mefenamat
3x500mg dan edukasi mengenai manfaat, dampak positif, dampak negatif dan sampai kapan IUD
ini bisa dipasang kembali serta waktu dan kondisi perlu dilakukan kontrol.

EVALUASI
Kegiatan Pelepasan IUD dilaksanakan pukul 09.30 berlangsung kurang lebih 45 menit . 1 ibu datang
mengeluhkan keputihan terus menerus berwarna kuning kental tanpa darah dan pasien merasakan
nyeri pada perut bagian bawah yang terus menerus disertai rasa mual tanpa muntah. Pasien juga
merasakan perasaan tidak nyaman didaerah kemaluan saat beruhubungan seksual. Pasien dilakukan
pemeriksaan dan dilakukan pelepasan IUD dan diberikan farmakoterapi serta edukasi untuk sementara
pasien dilarang untuk berhubungan seksual terlebih dahulu.

I. Identitas Pasien
Nama : Ny A
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Periksa : 13 November 2021

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 13 November 2021
Keluhan Utama
Keputihan berwarna kuning kental dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke KIA puskesmas mengeluhkan keputihan terus menerus berwarna kuning kental
tanpa darah dan pasien merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang terus menerus disertai
rasa mual tanpa muntah. Pasien juga merasakan perasaan tidak nyaman didaerah kemaluan
saat beruhubungan seksual.keluhan batuk pilek (-) demam (-) nyeri tenggorokan (-). Mual (-)
muntah (-) sebelumnya disangkal. Bab dan bak tidak ada keluhan

2. Riw. Penyakit Dahulu


Pasien pertama kali sakit seperti ini sebelumnya belum pernah merasakan gejala
seperti ini, Riwayat  konsumsi obat lainya yg berlangsung lama disangkal dan belum
pernah berobat maupun rawat di Rumah Sakit.
Riw. Penyakit Keluarga
Di keluarga dan lingkungan sekitar rumah tidak ada yang menderita penyakit seperti
ini.
Riw. Pengobatan
Belum berobat ke tenaga medis.
5. Riw. Alergi
Alergi obat, makanan, dan cuaca disangkal
6. Riw. Psikososial
Pasien merupakan ibu rumah tangga, Di lingkungan rumah tempat tinggal pasien
tidak ada yang sakit seperti ini
7. Riwayat atopi :
Bersin pagi hari ataupun  karena debu disangkal
Riwayat asma disangkal
8. Riwayat kebiasaan: 
Pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun antiseptic batang, handuk dipakai sendiri,
air yang digunakan berasal dari air sumur dan pakaian dalam diganti 1 kali sehari.

III. Pemeriksaan Fisik (St. Generalis)


Keadaan Umum   : Tampak sakit ringan 
Kesadaran            : Compos mentis
Respiration Rate  : 18 x/menit
Nadi                     : 83 x/menit, kuat angkat, reguler
Suhu                     : 37 °C
Status gizi          
Berat Badan         : 72 kg
Tinggi Badan        : 164 cm

Kepala  
Bentuk : Normochepal
Wajah                 : tidak terdapat kelainan 
Rambut : hitam, distribusi rata, tidak mudah dicabut
Mata
lagoftalmos (-/-), udem palpebra (-/-),konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),
refelks cahaya (+/+), mata cekung (-/-), pupil isokor

Hidung
septum deviasi (-), sekret (-/-), darah (-/-),pernapasan cuping hidung (-/-), edema
mukosa (-/-), hiperemis mukosa (-/-)

Mulut 
bibir kering (-), lidah kotor (-), stomatitis (-), gusi  berdarah (-)

Telinga
normotia, serumen (-/-), MT sulit dinilai.

Leher
Pembesaran KGB (-), pembesaran kel tiroid (-)
Thorax
Inspeksi: simetris pada saat statis dan dinamis, retraksi iga (-) ,pernapasan
torakoabdominal,  laserasi (-), benjolan(-)
Palpasi:vocal premitus kanan kiri sama, krepitasi
Perkusi  :sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-), 
BJ I dan II reguller,   tidak ada bunyi tambahan

Abdomen
Inspeksi: retraksi epigastrium (-), permukaan cembung,spider nevi (-), caput medusa
(-), distensi (-)
Auskultasi:bising usus (+) meningkat, metallic sound (-), bruit (-)
Palpasi: supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Perkusi: timpani pada seluruh lapang abdomen, pekak menunjukkan batas hepar 1
jari dibawah arcus costa kanan

Ekstremitas
Atas: akral hangat, CRT < 2 detik, oedema (-/-), ptekie(-/-)(-)
Bawah : akral hangat, CRT < 2 detik, oedema (-/-), ptekie(-/-)(-)

Status Ginekologis

Pemeriksaan Spekulum : Vagina tidak tampak kelainan, Pada Ostium uteri externum terdapat banyak
pus (+) berwarna hijau kekuningan kental, cervix uteri tampak hiperemis (+) oedema (+) perdarahan (+)
tampak IUD yang mengalami dislokasi (+) massa (-),
LATAR BELAKANG

Imunisasi sangat penting untuk tubuh seseorang agar kebal dari penyakit. Imunisasi adalah suatu cara
untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Apabila kelak terpapar
dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut karena system imun tubuh
mempunyai sistem memori daya ingat, ketika vaksin masuk ke dalam tubuh maka dibentuk antibodi
untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpan sebagai pengalaman. Penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B,
pneumonia, meningitis, polio dan campak.

Imunisasi dasar lengkap adalah imunisasi yang diberikan pada anak sebelum berusia 1 tahun yang terdiri
dari imunisasi HB 0, imunisasi BCG, imunisasi DPT-HB-HIB, imunisasi polio, imunisasi IPV dan imunisasi
campak. Imunisasi dasar lengkap dapat melindungi anak dari wabah penyakit, kecacatan dan kematian.

Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah
penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Tujuan
umum program imunisasi dasar adalah turunnya angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi akibat
PD3I sedangkan tujuan khusus dari program imunisasi dasar adalah tercapainya cakupan imunisasi dasar
lengkap.

PERMASALAHAN

Sebanyak 65 negara dari 194 anggota WHO, memiliki cakupan imunisasi Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, Pneumonia dan Meningitis (DPT-HBHIB) di bawah target global 90%. Riset Kesehatan Dasar
tahun 2018 menunjukkan cakupan imunisasi DPT-HB-HIB 3 tingkat nasional sebesar 61,3 %. Adapun di
provinsi Sumatera Barat cakupan imunisasi DPTHB-HIB 3 sebesar 60,2 %.

Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang sebenarnya
dapat dicegah dengan imunisasi. Pada kurun waktu 2015-2019, Indonesia berada di urutan dua negara
dengan kejadian difteri terbesar di dunia yaitu 3.203 kasus setelah India (18.350) kasus.

PERENCANAAN

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diadakan intervensi terkait pengendalian penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Yaitu dengan program pemberian imunisasi dasar dan lanjutan pada
bayi dan anak. Imunisasi dasar yang diberikan sesuai dengan rekomendasi kemenkes yaitu setiap bayi
(0-11 bulan) wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari: 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis
BCG, 3 dosis DPT-Hepatitis B-HiB, 4 dosis polio, 1 dosis IPV, dan 1 dosis campak/MR. Untuk imunisasi
lanjutan yang diberikan sesuai rekomendasi kemenkes adalah 1 dosis DPT-Hepatitis B-HiB lanjutan dan 1
dosis MR lanjutan untuk usia 18 bulan, 1 dosis DT dan MR untuk anak kelas 1 SD, 1 dosis TD untuk anak
kelas 2 SD, dan 1 dosis TD untuk anak kelas 5 SD.

PELAKSANAAN

Kegiatan pelayanan imunisasi dasar dan lanjutan dilaksanakan tanggal 11 Oktober 2021 dilakukan di
Ruang KIA UPTD Puskesmas Koncara. Pada pelayanan KIA hari itu terdapat 10 pasien yang terdaftar
untuk pelayanan KIA. Tediri dari 10 orang bayi untuk melakukan imunisasi BCG. Yang terlibat saat
kegiatan adalah bidan dan dokter. Alur pemeriksaan yang dilakukan untuk imunisasi berupa
penimbangan berat badan bayi, anamnesis sederhana kepada ibu pasien mengenai waktu pemberian
vaksin sebelumnya dan mengenai kesehatan anak hari ini, kemudian dilanjutkan dengan pemberian
imunisasi dan penjelasan mengenai kapan harus diberikan imunisasi selanjutnya.

Monitoring dan EVALUASI

Kegiatan pelayanan imunisasi dasar dimulai pukul 08.30. 10 orang bayi datang untuk mendapatkan
imunisasi yang terdiri dari 9 orang mendapatkan 1 dosis BCG dan 1 orang bayi tidak jadi mendapatkan
imunisasi dan hanya konsul saja karena bayi sedang mengalami pilek pada hari itu.

Tidak ada kendala saat pelaksanaan.


LATAR BELAKANG

Imunisasi sangat penting untuk tubuh seseorang agar kebal dari penyakit. Imunisasi adalah suatu cara
untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Apabila kelak terpapar
dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut karena system imun tubuh
mempunyai sistem memori daya ingat, ketika vaksin masuk ke dalam tubuh maka dibentuk antibodi
untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpan sebagai pengalaman. Penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B,
pneumonia, meningitis, polio dan campak.

Imunisasi dasar lengkap adalah imunisasi yang diberikan pada anak sebelum berusia 1 tahun yang terdiri
dari imunisasi HB 0, imunisasi BCG, imunisasi DPT-HB-HIB, imunisasi polio, imunisasi IPV dan imunisasi
campak. Imunisasi dasar lengkap dapat melindungi anak dari wabah penyakit, kecacatan dan kematian.

Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah
penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Tujuan
umum program imunisasi dasar adalah turunnya angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi akibat
PD3I sedangkan tujuan khusus dari program imunisasi dasar adalah tercapainya cakupan imunisasi dasar
lengkap.

PERMASALAHAN

Sebanyak 65 negara dari 194 anggota WHO, memiliki cakupan imunisasi Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, Pneumonia dan Meningitis (DPT-HBHIB) di bawah target global 90%. Riset Kesehatan Dasar
tahun 2018 menunjukkan cakupan imunisasi DPT-HB-HIB 3 tingkat nasional sebesar 61,3 %. Adapun di
provinsi Sumatera Barat cakupan imunisasi DPTHB-HIB 3 sebesar 60,2 %.

Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang sebenarnya
dapat dicegah dengan imunisasi. Pada kurun waktu 2015-2019, Indonesia berada di urutan dua negara
dengan kejadian difteri terbesar di dunia yaitu 3.203 kasus setelah India (18.350) kasus.

PERENCANAAN

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diadakan intervensi terkait pengendalian penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Yaitu dengan program pemberian imunisasi dasar dan lanjutan pada
bayi dan anak. Imunisasi dasar yang diberikan sesuai dengan rekomendasi kemenkes yaitu setiap bayi
(0-11 bulan) wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari: 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis
BCG, 3 dosis DPT-Hepatitis B-HiB, 4 dosis polio, 1 dosis IPV, dan 1 dosis campak/MR. Untuk imunisasi
lanjutan yang diberikan sesuai rekomendasi kemenkes adalah 1 dosis DPT-Hepatitis B-HiB lanjutan dan 1
dosis MR lanjutan untuk usia 18 bulan, 1 dosis DT dan MR untuk anak kelas 1 SD, 1 dosis TD untuk anak
kelas 2 SD, dan 1 dosis TD untuk anak kelas 5 SD.

PELAKSANAAN

Kegiatan pelayanan imunisasi dasar dan lanjutan dilaksanakan tanggal 9 Desember 2021 dilakukan di
Ruang KIA UPTD Puskesmas Koncara. Pada pelayanan KIA hari itu terdapat 8 pasien yang terdaftar untuk
pelayanan KIA. Tediri dari 8 orang bayi untuk melakukan imunisasi. Yang terlibat saat kegiatan adalah
bidan dan dokter. Alur pemeriksaan yang dilakukan untuk imunisasi berupa penimbangan berat badan
bayi, anamnesis sederhana kepada ibu pasien mengenai waktu pemberian vaksin sebelumnya dan
mengenai kesehatan anak hari ini, kemudian dilanjutkan dengan pemberian imunisasi dan penjelasan
mengenai kapan harus diberikan imunisasi selanjutnya.

Monitoring dan EVALUASI

Kegiatan pelayanan imunisasi dasar dan ANC dimulai pukul 08.30. 8 orang bayi mendapatkan imunisasi
yang terdiri dari 1 orang mendapatkan 4 dosis Pentabio 1, dan 3 orang mendapatkan dosis Pentabio 2.
Tidak ada pemberian vaksinasi OPV (Polio oral) karena vaksin oral polio sedang tidak tersedia di hari itu.
1 orang bayi tidak jadi mendapatkan imunisasi dan hanya konsul saja karena datang terlalu cepat dan
tidak sesuai jadwal vaksin yang seharusnya

Tidak ada kendala saat pelaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai