Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia memiliki angka


kematian ibu hamil yang cukup tinggi. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih
cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara–negara tetangga.

Salah satu penyebab kematian ibu hamil adalah salah dalam penanganannya
(SDKI, 2007). Beberapa upaya untuk segera menangani kematian ibu hamil, dengan
cara pengenalan adanya risiko ibu hamil dilakukan melalui skrining/deteksi dini
adanya faktor risiko secara pro/aktif pada semua ibu hamil. Salah satunya
menggunakan metode Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) yang dikeluarkan oleh
Departemen Save Motherhood RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang masih dilakukan
secara manual. Metode ini sudah banyak digunakan di Provinsi Jawa Timur walaupun
tidak diterapkan secara nasional tetapi metode Kartu Skor Poedji Rochjati ini sangat
bermanfaat bagi petugas kesehatan untuk mengenali risiko-risiko yang mungkin
terjadi pada ibu hamil.

Metode Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) kini tidak hanya digunakan petugas
kesehatan, namun juga dapat digunakan oleh kader. Para kader diberikan penyuluhan
tentang pentingnya kesehatan ibu hamil, deteksi ibu risti (risiko tinggi) menggunakan
KSPR yang diharapkan membantu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB). Dalam penyuluhan dan pelatihan deteksi dini ibu hamil
risiko tinggi, para kader dituntun untuk mengisi catatan pelaporan dengan benar serta
diberikan pelatihan tentang mendeteksi ibu risti terhadap kehamilannya sesuai dengan
KSPR. Dalam pencatatan, ibu hamil harus terpantau sejak hamil, melahirkan sampai
dengan nifas. Dalam pelaporan itu, jika ada ibu meninggal masih dalam waktu nifas
harus dicatat, sedangkan jika meninggal setelah masa nifas maka tidak dicatat. Setelah
pelatihan, kader juga melakukan simulasi pendeteksi ibu risiko tinggi di wilayah kerja
puskesmas masing-masing dan didampingi dengan panitia petugas puskesmas turun
langsung untuk mendeteksi ibu yang berisiko tinggi. Kegiatan deteksi dini ini
diharapkan kader bisa membuat pencatatan dan pelaporan dengan benar, sehingga data
yang diterima petugas juga benar.

1
2

Berdasarkan pembahasan di atas, maka Poli KIA-KB Puskesmas Pucang Sewu


Surabaya membentuk program Pendampingan Bumil New Initiative, yakni sebuah
program pendampingan yang dilakukan oleh kader kepada ibu mulai masa hamil
sampai masa nifas untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayinya. Program ini
dimulai dari rekruitmen kader pendamping, sosialisasi program pendampingan ibu
hamil kepada kader dan pentingnya kesehatan ibu hamil, petugas kesehatan
mengajarkan ibu kader cara menghitung skor Puji Rochyati pada ibu hamil sampai
kader dapat melakukan secara mandiri, sehingga kader dapat melakukan
pendampingan ibu hamil tersebut hingga masa nifas secara mandiri.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah pelaksanaan program Pendampingan Bumil New Initiative di Poli


KIA-KB terkait penyuluhan kepada kader tentang pentingnya kesehatan ibu hamil
dengan deteksi dini menggunakan KSPR di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya?

1.3 Tujuan Penulisan Laporan

Untuk mengetahui pelaksanaan program Pendampingan Bumil New Initiative di Poli


KIA-KB terkait penyuluhan kepada kader tentang pentingnya kesehatan ibu hamil
dengan deteksi dini menggunakan KSPR di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya.

1.4 Manfaat

Dapat memberikan pengetahuan bagi kelompok tentang pelaksanaan program


Pendampingan Bumil New Initiative di Poli KIA-KB terkait penyuluhan kepada kader
tentang pentingnya kesehatan ibu hamil dengan deteksi dini menggunakan KSPR di
Puskesmas Pucang Sewu Surabaya.
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Kehamilan Berisiko Tinggi

Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan
komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan
dengan kehamilan persalinan dan nifas normal (Haryati N., 2012).

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Risiko Tinggi

1. Tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg

Perlu diketahui bahwa tekanan darah tinggi ada dua. Pertama, penderita yang
sudah mengidap hipertensi sebelum kehamilan terjadi. Kedua, penderita hipertensi
akibat kehamilan itu sendiri. Jadi mungkin saja sebelum kehamilan tekanan darah
ibu normal, lalu disaat kehamilan mendadak tinggi. Kondisi inilah yang disebut
preklamsia dan eklamsia. Preklamsia biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20
minggu dan harus segera ditangani agar tidak meningkat menjadi eklamsia yang
tidak saja berbahaya bagi ibu tapi juga janin. Ibu bisa mengalami kejang - kejang
hingga bisa tidak terselamatkan, tentunya jika ibu tidak terselamatkan, janin pun
bisa mengalami nasib yang sama.

2. Kaki bengkak (Odema)

Biasanya pembengkakan terjadi pada tungkai bawah, yang disebabkan penekanan


rahim yang membesar seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Hal ini
tampak saat usia kehamilan semakin tua. Jika pembengkakan juga terjadi pada
tangan dan wajah., atau sakit kepala kadangkala disertai kejang. Ini bisa
membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan. Untuk mengetahui
apakah kaki mengalami pembengkakan tekanlah kulit disekitar pergelangan kaki
dengan ibu jari. Jika tempat yang ditekan menjadi kempis dan tidak segera pulih
berarti kaki tersebut bengkak.

3. Peningkatan berat badan lebih dari 5 kg atau kurang 4 kg.

Penambahan berat badan yang normal hingga kehamilan berusia 6 bulan adalah
sekitar 1- 1,5 kg / bulan. Setelah memasuki kehamilan bulan 7 kenaikan bobot
sebaiknya berkisar antara 0,5- 1/ bulan.

4. Pucat

Wajah pucat, kelopak dalam mata pucat, telapak tangan pucat, mudah lelah, lemah,
lesuh, kemungkinan ibu hamil menderita anemia (kurang darah). Sebenarnya ibu

3
4

hamil kekurangan hemoglobin pada sel darah merahnya pada ibu hamil. anemia
sering disebabkan kekurangan zat besi. Anemia kekurangan zat besi mudah diatasi
dengan pemberian tambahan pil zat besi (sulfas ferosus) atau tablet penambah zat
besi lainnya. Anemia dalam kehamilan berakibat buruk pada kehamilan dan janin
yang dikandung. Pasokan oksigen janin kurang normal. Gangguan plasenta dan
pendarahan pasca persalinan juga sering terjadi pada ibu hamil yang anemia.

5. Tinggi badan kurang dari 145 cm

Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm, memiliki risiko
tinggi mengalami persalinan secara premature, karena lebih mungkin memiliki
panggul yang sempit.

6. Perdarahan

Perdarahan adalah salah satu kejadian yang menakutkan selama kehamilan.


Perdarahan ini dapat bervariasi mulai dari jumlah yang sangat kecil (bintik-bintik),
sampai pendarahan hebat dengan gumpalan dan kram perut. Perdarahan hampir
30% terjadi pada kehamilan. Kondisi ini terjadi di awal masa kehamilan (trimester
pertama), tengah semester (trimester kedua) atau bahkan pada masa kehamilan tua
(trimester ketiga). Perdarahan pada kehamilan merupakan keadaan yang tidak
normal sehingga harus diwaspadai. Ada beberapa penyebab perdarahan yang
dialami oleh wanita hamil. Setiap kasus muncul dalam fase tertentu. Ibu hamil
yang mengalami perdarahan perlu segera diperiksa untuk mengetahui penyebabnya
agar bisa dilakukan solusi medis yang tepat untuk menyelamatkan kehamilan.
Adakalanya kehamilan bisa diselamatkan, namum tidak jarang yang gagal.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kandungan disertai dengan
pengajuan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan terjadinya
perdarahan. Bila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti ultrasonographi
(USG) dan pemeriksaan laboratorium.

7. Deman tinggi

Demam tinggi pada ibu hamil biasanya disebabkan karena infeksi atau malaria.
Demam tinggi biasanya membahayakan keselamatan jiwa ibu bisa menyebabkan
keguguran atau kelahiran (Nurhayati, N., 2012)

2.3 Tanda-Tanda Kehamilan Risiko Tinggi

1. Keguguran atau abortus

Abortus dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya: karena terkejut, cemas,
stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non
profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti
5

tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan.

2. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang
belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga
dipengaruhi oleh kurangnya gizi saat hamil dan juga umur ibu yang belum 20
tahun. Cacat bawaan dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang
kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi sangat rendah, pemeriksaan kehamilan
(ANC) yang kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan
juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang
gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-
loncat dan memijat perutnya sendiri. Pengetahuan ibu hamil akan gizi masih
kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat
pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.

3. Mudah terjadi infeksi.

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi
infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

4. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil disebabkan kurang pengetahuan akan


pentingnya gizi pada saat hamil karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu
mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan
plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi
anemis.

5. Keracunan Kehamilan (Gestosis).

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena
dapat menyebabkan kematian.

6. Kematian ibu yang tinggi.

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan
infeksi (Rochyati, P., 2011)
6

2.4 Definisi KSPR

Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor yang digunakan sebagai alat
skrining antenatal berbasis keluarga untuk menemukan faktor risiko ibu hamil, yang
selanjutnya mempermudah pengenalan kondisi untuk mencegah terjadi komplikasi
obstetrik pada saat persalinan. KSPR disusun dengan format kombinasi antara
checklist dari kondisi ibu hamil / faktor risiko dengan sistem skor. Kartu skor ini
dikembangkan sebagai suatu tekologi sederhana, mudah, dapat diterima dan cepat
digunakan oleh tenaga non profesional.

2.5 Fungsi KSPR

1. Melakukan skrining deteksi dini ibu hamil risiko tinggi.

2. Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan.

3. Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman berencana (Komunikasi


Informasi Edukasi/KIE).

4. Mencatat dan melaporkan keadaan kehamilan, persalinan, nifas.

5. Validasi data mengenai perawatan ibu selama kehamilan, persalinan, nifas dengan
kondisi ibu dan bayinya.

6. Audit Maternal Perinatal (AMP)

2.6 Sistem Skoring KSPR

Sistem skor memudahkan pengedukasian mengenai berat ringannya faktor risiko


kepada ibu hamil, suami, maupun keluarga. Skor dengan nilai 2, 4, dan 8 merupakan
bobot risiko dari tiap faktor risiko. Sedangkan jumlah skor setiap kontak merupakan
perkiraan besar risiko persalinan dengan perencanaan pencegahan. Kelompok risiko
dibagi menjadi 3 yaitu:

Kehamilan Risiko Rendah (KRR): Skor 2 (hijau)

Kehamilan Risiko Tinggi (KRT): Skor 6-10 (kuning)

Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST): Skor ≥ 12 (merah)

Terdapat 20 faktor risiko yang dibagi menjadi 3 kelompok faktor risiko pada penilaian
KSPR.

a. Kelompok Faktor Risiko I (Ada Potensi Gawat Obstetrik)

1) Primi muda: terlalu muda, hamil pertama usia 16 tahun atau kurang

2) Primi tua: terlalu tua, hamil usia ≥ 35 tahun

3) Primi tua sekunder: jarak anak terkecil >10 tahun

4) Anak terkecil <2 tahun: terlalu cepat memiliki anak lagi


7

5) Grande multi: terlalu banyak memiliki anak, anak ≥ 4

6) Umur ibu ≥ 35 tahun: terlalu tua

7) Tinggi badan ≤ 145 cm: terlalu pendek, belum pernah melahirkan normal
dengan bayi cukup bulan dan hidup, curiga panggul sempit

8) Pernah gagal kehamilan

9) Persalinan yang lalu dengan tindakan

10) Bekas operasi sesar

b. Kelompok Faktor Risiko II

1) Penyakit ibu: anemia, malaria, TBC paru, payah jantung, dan penyakit lain.

2) Preeklampsia ringan

3) Hamil kembar

4) Hidramnion: air ketuban terlalu banyak

5) IUFD (Intra Uterine Fetal Death): bayi mati dalam kandungan

6) Hamil serotinus: hamil lebih bulan (≥ 42 minggu belum melahirkan)

7) Letak sungsang

8) Letak Lintang

c. Kelompok Faktor Risiko III

1) Perdarahan Antepartum: dapat berupa solusio plasenta, plasenta previa, atau


vasa previa

2) Preeklampsia berat/eklampsia

2.7 Kartu Skor Poedji Rochjati


8

2.8 Pentingnya Ibu Hamil untuk Screening KSPR

Identifikasi pasien dengan risiko tinggi penting agar dapat dilakukan prediksi /
perkiraan kemungkinan macam komplikasi yang akan terjadi. Oleh karena itu kegiatan
skrining harus dilakukan berulang kali sehingga dapat ditemukan secara dini faktor
risiko yang berkembang pada umur kehamilan lebih lanjut dan meminimalkan
mortalitas dan morbiditas maternal dan neonatus (Poedji Rochjati, 2003).

2.9 Peran Puskesmas dan KIA dalam Pembinaan Kader

Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan


karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader.
Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap
posyandu (Meilani, N. dkk, 2009). Tim pelatihan kader melibatkan beberapa sektor,
namun secara teknis oleh kepala puskesmas dengan pelatihan harian oleh staf
puskesmas yang mampu melaksanakan. Jenis materi yang disampaikan adalah:

1. Pengantar tentang posyandu.

2. Persiapan posyandu.

3. Kesehatan ibu dan anak.

4. Keluarga Berencana.

5. Imunisasi.

6. Gizi.

7. Penanggulangan diare.

8. Pencatatan dan Pelaporan (Meilani, N. dkk, 2009).

Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan pembinaan dalam


rangka menghadapi tugas-tugas mereka. Salah satu tugas bidan dalam menggerakkan
peran serta masyarakat dalam pembinaan kader. Adapun hal-hal yang perlu
disampaikan dalam pembinaan kader:

1. Pemberitahuan ibu hamil tentang untuk bersalin di tenaga kesehatan (promosi


bidan siaga)

2. Pengendalian tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas serta rujukannya

3. Penyuluhan gizi dan keluarga berencana

4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi/ibu

5. Promosi tabungan ibu bersalin (TABULIN), donor darah berjalan, ambulans desa,
suami siap antar jaga (SIAGA), satgas gerakan sayang ibu (Meilani, N. dkk, 2009).

Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran kader dalam
deteksi dini tanda bahaya dalam kehamilan maupun hal-hal berikut ini.
9

1. Perdarahan (hamil muda dan hamil tua).

2. Bengkak di kaki, tangan, wajah, atau sakit kepala kadang disertai kejang.

3. Demam tinggi.

4. Keluar air ketuban sebelum waktunya.

5. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak.

6. Ibu muntah terus dan tidak mau makan.

7. Tugas pokok dan fungsi kader unit kesehatan kerja

2.10 Peran Kader dalam Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

1. Menjadi pendamping ibu dan keluarganya dalam menerima pelayanan Kesehatan


Ibu dan Anak (KIA)

2. Membantu keluarga dalam menerapkan buku KIA, misalnya memotivasi ibu dan
keluarga untuk membaca dan menerapkan pesan-pesan dalam buku KIA dan
melakukan penjelasan pesan-pesan yang terdapat dalam buku KIA.

3. Membantu petugas kesehatan dalam pelayanan KIA di Posyandu, dalam


kunjungan ke rumah ibu hamil/nifas/bersalin/pasca persalinan maupun ke rumah
balita.

4. Memotivasi dan menggerakkan ibu hamil agar mau datang/kontrol ke fasilitas


kesehatan.

5. Memotivasi dan menggerakkan ibu balita agar mau datang dan membawa anaknya
ke Posyandu dan sarana kesehatan lainnya.

6. Memberi pelayanan KIA bagi ibu dan keluarganya pada daerah yang tidak
terjangkau oleh petugas kesehatan, misalnya menimbang berat badan, mencatat
dan memberikan Vitamin A sesuai petunjuk dalam buku KIA.

7. Mengingatkan ibu untuk selalu membawa buku KIA setiap kali berkunjung ke
fasilitas kesehatan.

8. Merujuk dan mendampingi ibu dan balita yang mempunyai masalah kesehatan
kepada petugas kesehatan.

9. Menggunakan buku KIA dalam melakukan deteksi dini masalah kesehatan ibu dan
anak serta deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
10

BAB 3

PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Data Umum

3.1.1 Gambaran Puskesmas Pucang Sewu

Nama puskesmas : Puskesmas Pucang Sewu

Alamat : Jl. Pucang Anom Timur 72

Kecamatan Gubeng, Surabaya

No. Telp/fax : 031-5018527

Tahun berdiri : 1960 dan beroperasi tahun 1961

Tipe Puskesmas : Puskesmas Perkotaan Non Perawatan

Jml. Puskesmas Pembantu : 1 Pustu

Jml. Pos Kesehatan Kelurahan : 3 Poskeskel

Jml. Puskesmas Keliling : 13 Pusling

3.1.2 Visi Misi Puskesmas Pucang Sewu

Visi : Menjadi puskesmas pilihan masyarakat dengan pelayanan prima

dan bermutu dalam mewujudkan masyarakat sehat di wilayah kerja


Puskesmas Pucang Sewu

Misi :

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau,


merata bagi masyarakat

2. Meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat untuk


mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat

3. Mengembang pelayanan kesehatan demi terwujudnya kepuasan


pelanggan

4. Menjadi pusat pelayanan kesehatan dasar yang bermutu,


berorientasi pada keluarga dan masyarakat

5. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan sumber


daya manusia yang cerdas dan peduli pada masyarakat.
11

3.1.3 Sumber Daya Manusia

No Jenis Tenaga Jumlah (Orang)


1 Dokter Umum 5
2 Dokter Gigi 3
3 Bidan 5
4 Perawat 5
5 Perawat Gigi 1
6 Apoteker 1
7 Asisten Apoteker 1
8 Analis Kesehatan 2
9 Tenaga Gizi 1
10 Tenaga Kestrad 1
11 Sanitarian 1
12 Psikolog 1
13 Tenaga Kesehatan Masyarakat 1
14 Kepala Tata Usaha 1
15 Staf Administrasi 7
16 IT 1
17 Rekam Medis 1
18 Sopir 1
19 Petugas Kebersihan 2
20 Linmas 2
JUMLAH 43

3.1.4 Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sewu

Data geografis

1. Jumlah kelurahan ada 3 kelurahan

a. Kelurahan Pucang Sewu

b. Kelurahan Kertajaya

c. Kelurahan Baratajaya

2. Luas wilayah kerja puskesmas Pucang Sewu

Jumlah total wilayah kerja puskesmas Pucang Sewu adalah 301.25 ha yang
terbagi atas 3 wilayah kelurahan yaitu Kel. Kertajaya (130.50 ha), Kel.
Pucang Sewu (94.50 ha) dan Kel. Baratajaya (76.25 ha).

3. Batas wilayah kerja puskesmas Pucang Sewu

Wilayah kerja puskesmas pucang sewu berbatasan dengan:

a. Sebelah utara : Kel. Airlangga dan Gubeng

b. Sebelah selatan : Kec. Wonokromo

c. Sebelah barat : Kec. Tegal Sari

d. Sebelah timur : Kec. Sukolilo


12

Data demografis

Jumlah penduduk menurut kelompok umur tahun 2016 :

No. Umur (th) Laki-laki Perempuan Jumlah (orang)


1 0 328 334 662
2 0-4 1,728 1,624 3,352
3 1-4 1,400 1,290 2,690
4 5-9 1,765 1,652 3,417
5 10-14 1,598 1,522 3,120
6 15-19 1,943 2,331 4,274
7 20-24 2,853 3,189 6,042
8 25-29 2,390 2,376 4,766
9 30-34 2,203 2,244 4,447
10 35-39 2,058 2,188 4,246
11 40-44 1,955 2,082 4,037
12 45-49 1,718 1,951 3,669
13 50-54 1,490 1,806 3,296
14 55-59 1,222 1,497 2,719
15 60-64 927 1,082 2,009
16 65-69 724 781 1,505
17 70-74 461 575 1,036
18 75+ 429 694 1,123
3.1.5 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Pucang Sewu (2016)

Jumlah
No Nama Penyakit Persentasi
Kasus
1. Acute upper respiratory infection, unspecified 4907 49,07 %
2. Myalgia 2636 26,36 %
3. Acute nasopharyngitis (common cold) 1759 17,59 %
4. Gastritis, unspecified 1576 15,76 %
5. Essential (primary) hypertension 1489 14,89 %
Non-insulin-dependent diabetes mellitus without
6. 936 9,36 %
complications
Diarrhea and gastroenteritis of presumed
7. 829 8,29 %
infectious origin
8. Acute periodontitis 820 8,20 %
9. Chronic periodontitis 806 8,06 %
10. Fever, unspecified 746 7,46 %
3.1.6 Program Kerja Puskesmas Pucang Sewu Surabaya

1. Program Wajib

a. Promosi Kesehatan

b. Kesehatan Lingkungan

c. Upaya Perbaikan Gizi

d. Kesehatan Ibu dan Anak

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

f. Pengobatan
13

2. Program Pengembangan

a. Upaya kesehatan Lansia

b. Kesehatan Gigi Masyarakat

c. Upaya Kesehatan Tradisional

d. Usaha Kesehatan Sekolah

e. Upaya Kesehatan Indra

1) Kesehatan Mata

2) Kesehatan Telinga

3) Kesehatan Jiwa

f. Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat

3. Program Unggulan

a. Puskesmas santun lansia

b. Poli Kesehatan Tradisional

c. Poli DDTK

d. Poli IMS

e. Poli TB dan KTH

f. Prolanis

4. Program Inovasi

a. Club SEGAR Mandiri

b. Dokter Gigi Sahabatku

3.2 Data Khusus

3.2.1 Poli KIA-KB

1. Sumber daya manusia: Bidan (5 Orang)

2. UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) di Poli KIA-KB

No Kegiatan Jumlah
1. Posyandu Balita 50 kelompok
2. Kader Posyandu Balita 299 orang
3. Sasaran program kesehatan

No Sasaran program Jumlah


1. Ibu hamil 783 orang
2. Ibu melahirkan 748 orang
3. Bayi 705 orang
4. Balita (0-4 tahun) 3.551 orang
5. WUS (Wanita Usia Subur) 27.626 orang
6. PUS (Pasangan Usia Subur) 9.442 orang
14

4. Hasil kegiatan Poli KIA-KB

Capaian
Hasil
Target (s/d
Penilaian Komponen/Indikator cakupan
SPM Maret
(%)
2019)
Kinerja Kesehatan Ibu dan Anak 86.82
Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) 95 91.31
Cakupan komplikasi kebidanan
80 81.39
yang ditangani
Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang 95.17 96.79
memiliki kompetensi kebidanan
Cakupan pelayanan nifas 95 96.79
Standar
Cakupan neonatus dengan
pelayanan 80 56.45
komplikasi yang ditangani
minimal
Cakupan kunjungan bayi 90 101
(SPM)
Cakupan pelayanan anak balita 90 90.03
Cakupan pemberian MP-ASI pada
anak 6-24 bulan dari keluarga 100 100
miskin
Cakupan balita gizi buruk yang
100 100
mendapat perawatan
Cakupan peserta KB aktif ≥70 74.69
3.2.2 Perencanaan Program Poli KIA-KB (2018)

Lokasi Tenaga
Kegiatan Sasaran Target
pelaksanaan Pelaksana
Bidan.
Pemeriksaan
Ibu hamil 62 bumil/bulan Poli KIA/KB Bidan
ANC
kelurahan
Bidan.
Pemeriksaan
Ibu nifas 59 bufas/bulan Poli KIA/KB Bidan
Bufas
kelurahan
Bidan.
Pelayanan
Bayi sehat 56 bayi/bulan Poli KIA/KB Bidan
imunisasi
kelurahan
Pelayanan Bidan.
imunisasi TT WUS 1319/bulan Poli KIA/KB Bidan
CPW kelurahan
Bidan.
Screening Pre Ibu hamil
62 bumil/bulan Poli KIA/KB Bidan
Eklampsi K1
kelurahan
Pelayanan
Bayi muda 4 balita/minggu Poli KIA/KB Bidan
MTBM
Pelayanan
Bayi sakit 4 balita/minggu Poli KIA/KB Bidan
MTBS
WUS:
Bidan.
Peserta KB 1319/bulan
Pelayanan KB Poli KIA/KB Bidan
(PUS/WUS) PUS:
kelurahan
808/bulan
Pemeriksaan 10 Bidan.
PUS/WUS Poli KIA/KB
IVA PUS/WUS/bulan Bidan
15

kelurahan
Pemeriksaan 8
PUS/WUS Poli KIA/KB Bidan
IMS PUS/WUS/bulan
Bidan.
Screening
Ibu hamil 62 bumil/bulan Poli KIA/KB Bidan
PITC
kelurahan
3.2.3 Program Penyuluhan Kader (Pendamingan Bumil New Initiative)

Nama program : Pendampingan Bumil New Initiative

Pengertian :

Pendampingan Bumil New Initiative merupakan sebuah program


pendampingan yang dilakukan oleh kader kepada ibu mulai masa hamil sampai
masa nifas untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayinya. Program ini
dimulai dari penyuluhan kepada kader tentang pentingnya kesehatan ibu hamil
hingga pendampingan ibu hamil oleh kader secara mandiri.

Tujuan :

1. Meningkatkan pengetahuan kader tentang pentingnya kesehatan ibu hamil.

2. Memberikan informasi kepada kader untuk kemudian diterapkan ke


masyarakat.

3. Mendeteksi mengenal bahaya 4 terlambat (terlambat dalam mencapai


fasilitas, terlambat dalam mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat di
fasilitas pelayanan, terlambat dalam mengenali tanda bahaya kehamilan,
terlambat dalam mengenali tanda bahaya persalinan).

4. Memberikan motivasi dan penyuluhan kepada ibu hamil, keluarga dan


orang-orang yang berpengaruh terhadap ibu hamil tersebut sampai
mendapatkan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan.

5. Adanya pendampingan ibu hamil oleh kader.

6. Membantu/memfasilitasi untuk pengambilan keputusan terhadap ibu hamil


dan keluarganya untuk menolong persalinannya ke tenaga kesehatan

7. Terdeteksi secara dini kecenderungan terjadinya Pre Eklamsia pada ibu


hamil

Dilakukan sejak : Bulan Mei sampai dengan Desember 2016.

Sasaran : Kader Posyandu dan ibu hamil

Cakupan : 91,31%

Target : 95% standar capaian minimal dilaksanakan.

Wilayah : Kelurahan Pucang Sewu, Kertajaya, dan Baratajaya.

Alat bantu kegiatan:


16

1. Buku KIA

2. Buku Saku Tugas Kader Pendamping

3. Kartu Skor Pudji Rohyati

4. Kartu Risiko Tinggi Ibu Hamil.

5. Leaflet dan poster kesehatan ibu hamil

Indikator keberhasilan:

1. Meningkatnya pengetahuan kader tentang risiko tinggi ibu hamil dan


penghitungan skor Puji Rochyati.

2. Meningkatnya temuan deteksi risiko tinggi ibu hamil oleh kader setempat.

3. Meningkatnya pelaporan ibu hamil terhadap kehamilannya kepada kader.

Pendanaan :

Biaya kegiatan ini dibebankan pada BOK (Bantuan Operasional Kesehatan).

Kegiatan :

1. Puskesmas mengidentifikasi sasaran

a. Bidan Koordinator Puskesmas mengidentifikasi sasaran berdasarkan data


ibu hamil pada bulan Mei 2016 bersama kader kesehatan dan TP PKK
(Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga).

b. Menginformasikan hasil identifikasi sasaran pendampingan kepada


Kepala Puskesmas

2. Melakukan sosialisasi

a. Sosialisasi dilaksanakan oleh Dinkes Kab/Kota kepada Tim Puskesmas,


yaitu Kapus dan Bidan Koordinator.

b. Sosialisasi Kegiatan pendampingan ibu hamil kepada Kader dari TP


PKK (Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga)
Kelurahan.

c. Sosialisasi Kegiatan Pendampingan ibu hamil kepada Kecamatan dan


Kelurahan.

3. Notifikasi ibu hamil oleh bidan dan kader berdasarkan urutan prioritas
dengan melakukan screening terhadap ibu hamil yang memiliki risiko terkait
kehamilannya, deteksi risiko ibu hamil menggunakan KSPR.

b. Pada bulan Mei 2016 bumil risti/komplikasi dgn KSPR ≥ 10 dan umur
kehamilan maksimal trimester 2.
17

c. Jika masa pendampingan bumil telah berakhir sampai masa nifas, tetapi
lama kader mendampingi belum sampai 10 bulan, maka akan
mendampingi bumil risti baru yang telah dipilih/ditapis oleh bidan
sampai masa pendampingan kader lengkap 10 bulan.

4. Ibu hamil terpilih (yang telah ditentukan oleh bidan), didampingi dan
dipantau kader mulai awal kehamilan sampai dengan masa nifas

5. Ibu hamil dengan UK 18 – 24 minggu akan dirujuk ke RS terpilih untuk


dilakukan pemeriksaan USG Doppler.

6. Kader mendampingi ibu hamil minimal 1 kali seminggu

7. Selama kegiatan pendampingan, kader pendamping selalu


berkoordinasi/melaporkan hasil pendampingannya kepada bidan.

8. Sebagai petunjuk teknis pelaksanaan terdapat Buku Saku Tugas Kader, yang
berisi rincian tugas-tugas kader dan catatan hasil kunjungan/pendampingan
ibu hamil (rapor ibu hamil).

9. Petugas Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan TP PKK Kota Surabaya secara


berkala melakukan monitoring dan evaluasi selama kegiatan Pendampingan
Ibu Hamil Berisiko ini.

Metode :

1. Melakukan screening terhadap ibu hamil yang memiliki risiko terkait


dengan kehamilannya, deteksi risiko ibu hamil menggunakan Kartu Skor
Pudji Rochjati (KSPR).

2. Melakukan rekruitmen kader pendamping yang berasal dari wilayah yang


sama dengan ibu hamil.

3. Mensosialisasi tentang program pendampingan ibu hamil risiko tinggi


terhadap petugas Puskesmas dan calon kader pendamping.

4. Petugas kesehatan memberikan materi tentang ibu hamil risiko tinggi


kepada ibu kader

5. Petugas kesehatan mengajarkan ibu kader cara menghitung skor Puji


Rochyati pada ibu hamil.

6. Ibu kader mempraktikkan cara menghitung KSPR (Kartu Skor Puji


Rochyati) pada ibu hamil dengan didampingi oleh tenaga kesehatan.

7. Ibu kader menscreening ibu hamil dengan cara screening KSPR secara
mandiri

8. Melakukan kegiatan pendampingan terhadap ibu hamil.


18

9. Melakukan refreshing materi kader setiap 3 bulan sekali di puskesmas.

Kader dalam melaksanakan tugas pendampingan secara garis besar:

1. Melapor pada bidan bila ditemukan ibu hamil baru, memotivasi ibu hamil,
suami dan keluarga agar ibu hamil melakukan pemeriksaan secara rutin dan
tepat waktu.

2. Mengantar ibu hamil untuk periksa pada petugas (bila diperlukan).

3. Melakukan deteksi dini dan memantau perkembangan risiko kehamilan.

4. Memotivasi ibu agar bersedia dirujuk apabila diperlukan.

5. Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan keluarga terkait
kehamilannya.

6. Memonitor kepatuhan ibu hamil minum tablet tambah darah serta memberi
penjelasan tentang buku KIA pada ibu hamil.

Tugas kader saat mendampingi bumil dalam mempersiapkan persalinan:

1. Memotivasi dan memastikan bumil hanya bersalin pada petugas kesehatan

2. Membantu mengkoordinir ambulan desa untuk merujuk ibu hamil bila perlu
rujukan.

3. Membantu ibu hamil dan keluarga dalam mempersiapkan dana persalinan


baik berupa Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin) maupun Dasolin (Gerakan
Dana Sosial Bersalin).

4. Kader juga bisa melakukan pendampingan bumil di tempat persalinan (bila


diperlukan).

5. Memberikan laporan pada petugas terkait perkembangan proses persalinan


ibu hamil.

6. Melaporkan kepada tenaga kesehatan / bidan kelurahan jika ada bumil


mengalami kegawatdaruratan / komplikasi kehamilan

Tugas kader saat mendampingi ibu nifas adalah:

1. Mencatat dan melaporkan pada petugas tentang persalinan dan bayi lahir.

2. Memantau kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

3. Memotivasi ibu, suami dan keluarga untuk melakukan rujukan bila


diperlukan.

4. Memotivasi ibu melakukan pelayanan nifas pada petugas.

5. Memotivasi ibu dan suami untuk segera ber-KB setelah melahirkan.

6. Membantu menyiapkan transportasi rujukan bila diperlukan.


BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Penyebab Masalah

Analisis penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan Metode Fish Bone


(tulang ikan):

a. Manusia (SDM)

1) Banyaknya penduduk musiman sehingga menyulitkan pendataan

2) Kurangnya tenaga kesehatan yang melakukan pencatatan dan pelaporan

3) Rendahnya kesadaran masyarakat dalam memahami kesehatan ibu hamil

b. Metode

1) Petugas kesehatan memberikan materi tentang ibu hamil risiko tinggi kepada ibu
kader

2) Petugas kesehatan mengajarkan ibu kader cara menghitung skor Puji Rochyati
pada ibu hamil.

3) Ibu kader mempraktikkan cara menghitung KSPR (Kartu Skor Puji Rochyati)
pada ibu hamil dengan didampingi oleh tenaga kesehatan

4) Ibu kader menscreening ibu hamil dengan cara screening KSPR secara mandiri

5) Refreshing materi kader setiap 3 bulan sekali.

c. Lingkungan

Kurangnya kesadaran masyarakat/ibu hamil untuk melaporkan pada ibu kader


setempat agar dilakukan screening KSPR.

d. Ekonomi

Ibu hamil dengan ekonomi yang kurang difasilitasi oleh pemerintah di bidang
kesehatan dalam bentuk SKM (Surat Keterangan Miskin) yang selanjutnya akan
mendapatkan BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang bisa digunakan seumur hidup.

19
20

e. Sarana

Pemenuhan kebutuhan sarana prasarana pendekatan ibu hamil risiko tinggi seperti
form KSPR, leaflet, poster, buku KIA telah difasilitasi oleh pihak Puskesmas Pucang
Sewu.

4.2 Rencana/Strategi Penyelesaian Masalah

1. Banyaknya penduduk musiman sehingga menyulitkan pendataan dan kurangnya


tenaga kesehatan yang melakukan pencatatan dan pelaporan

Solusi: Membuat jadwal sweeping, dan melakukan sweeping ke rumah-rumah ibu


hamil bersama bidan dan kader melakukan pencatatan dan pelaporan secara
berkala data ibu hamil beresiko tinggi dan memuat dalam tabel kohort

Pelaksana: Pelaksana program KIA, bidan, kader.

Waktu: Sweeping ibu hamil dan pencatatan dilakukan 3 bulan sekali, pelaporan
data ibu hamil resiko tinggi: 3 bulan sekali.

Hasil yang diharapkan: Terkunjunginya semua ibu hamil ketika kegiatan


sweeping, bidan dan kader secara aktif melaksanakan pencatatan dan pelaporan
data ibu hamil resiko tinggi di wilayahnya.

2. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam memahami kesehatan ibu hamil

Solusi: Penyuluhan kepada pengunjung puskesmas sebelum pelayanan dimulai,


penyuluhan dilaksanakan dengan mengumpulkan masyarakat di suatu kelurahan
di satu tempat atau melaksanakan penyuluhan ke kelompok-kelompok masyarakat
seperti PKK dan lain-lain.

Pelaksana: pelaksana program KIA, bagian promosi kesehatan.

Waktu: Penyuluhan dalam gedung setidaknya 3 bulan sekali, penyuluhan luar


gedung 3 bulan sekali pada saat kegiatan PKK dan lain-lain.

Hasil yang diharapkan: Pengetahuan masyarakat bertambah tentang kehamilan


resiko tinggi sehingga masyarakat mampu membantu tenaga kesehatan dalam
melakukan deteksi dini ibu hamil resiko tinggi.

3. Kurangnya kesadaran ibu hamil muda untuk melaporkan kehamilannya pada


kader.

Solusi: Penyuluhan pentingnya pelaporan kehamilan kepada kader yang dilakukan


secara individual kepada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal ke
puskesmas dan secara berkelompok kepada ibu hamil ketika kelas ibu hamil.

Pelaksana: Pelaksana program KIA, bagian promkes, dokter.


21

Waktu: Penyuluhan secara individu pada saat ibu hamil berkunjung ke


puskesmas, penyuluhan secara berkelompok 1 kali seminggu pada kelas ibu
hamil.

Hasil yang diharapkan: Pengetahuan ibu hamil bertambah agar ibu lebih waspada
dengan kehamilannya sehingga meningkatnya pelaporan kehamilan ibu hamil
kepada kader.

Selain itu untuk mengatasi rendahnya pelaporan ibu hamil kepada kader, maka
Puskesmas Pucang Sewu mengadakan kelas Catin (Calon Pengantin) yang
merupakan kegiatan edukasi kepada calon pengantin dalam mempersiapkan diri
sebelum pra konsepsi, mempelajari tentang kesehatan reproduksi, pencegahan
infeksi menular seksual dan gizi yang cukup bagi pasangan yang bertujuan untuk
mengurangi angka kematian ibu dan bayi sehingga dapat menekan angka
rendahnya pelaporan ibu hamil kepada ibu kader setempat.

4.3 Evaluasi Kegiatan

Evaluasi program dilakukan pada akhir kegiatan dengan melaporkan:

1. Jumlah ibu hamil yang mendapat pendampingan

2. Jumlah kader yang terlibat pendampingan serta kondisi bayi dan ibu selama
kegiatan pendampingan.

Evaluasi kegiatan pendampingan ibu hamil oleh kader dilaksanakan secara


berjenjang dan periodik oleh koordinator kegiatan dari TP PKK Kota Surabaya dan
penanggung jawab program Kesehatan Ibu dan Anak di tingkat Puskesmas maupun
Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

Pada tahun 2017, cakupan wilayah sudah 100% tercakup, sudah melampaui batas
standar capaian minimal yang hanya 95% sehingga terjadi peningkatan pada tahun
2016 yang sebelumnya hanya mencakup 91,31% dari standar pencapaian minimal
95%.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Salah satu program wajib atau pokok puskesmas di Puskesmas Pucang


Sewu adalah program Kesehatan Ibu dan Anak-KB (KIA-KB), dimana salah satu
program pada KIA-KB yakni Pendampingan Bumil New Initiative yakni
penyuluhan kepada kader terkait pentingnya kesehatan ibu hamil dan
pendampingan ibu hamil sampai nifas. Dimana program tersebut terdapat masalah
yang telah dianalisis dengan metode fishbone yakni: manusia (SDM): banyaknya
penduduk musiman sehingga menyulitkan pendataan; metode: petugas kesehatan
memberikan materi tentang ibu hamil risiko tinggi kepada ibu kader sehingga ibu
kader menscreening ibu hamil dengan cara screening KSPR secara mandiri, dan
refreshing materi kader setiap 3 bulan sekali di puskesmas; lingkungan: kurangnya
kesadaran masyarakat/ibu hamil untuk melaporkan pada ibu kader agar dilakukan
screening KSPR; ekonomi: ibu hamil dengan ekonomi yang kurang difasilitasi oleh
pemerintah di bidang kesehatan dalam bentuk asuransi kesehatan yang bisa
digunakan seumur hidup; sarana: seperti form KSPR, leaflet, poster, buku KIA
difasilitasi oleh pihak Puskesmas Pucang Sewu. Masalah tersebut diatasi dengan
membuat jadwal dan melakukan sweeping ibu hamil, penyuluhan kepada
pengunjung puskesmas sebelum pelayanan dimulai dan di masyarakat luar gedung,
juga mengadakan kelas ibu hamil dan kelas calon pengantin.

5.2 Saran

Demi kelancaran program ini, sebaiknya petugas kesehatan memberikan


informasi kepada kader terkait pentingnya pelaporan ibu hamil muda setempat
terhadap kader yang ditunjuk agar discreening dengan menggunakan KSPR
sehingga kehamilan risiko tinggi dapat dideteksi sesegera mungkin, selain
refreshing materi setiap 3 bulan sekali kepada kader.

Melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar jika diketahui segera


memeriksakan kehamilannya secara terpadu di fasilitas kesehatan

22

Anda mungkin juga menyukai