PENDAHULUAN
Salah satu penyebab kematian ibu hamil adalah salah dalam penanganannya
(SDKI, 2007). Beberapa upaya untuk segera menangani kematian ibu hamil, dengan
cara pengenalan adanya risiko ibu hamil dilakukan melalui skrining/deteksi dini
adanya faktor risiko secara pro/aktif pada semua ibu hamil. Salah satunya
menggunakan metode Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) yang dikeluarkan oleh
Departemen Save Motherhood RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang masih dilakukan
secara manual. Metode ini sudah banyak digunakan di Provinsi Jawa Timur walaupun
tidak diterapkan secara nasional tetapi metode Kartu Skor Poedji Rochjati ini sangat
bermanfaat bagi petugas kesehatan untuk mengenali risiko-risiko yang mungkin
terjadi pada ibu hamil.
Metode Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) kini tidak hanya digunakan petugas
kesehatan, namun juga dapat digunakan oleh kader. Para kader diberikan penyuluhan
tentang pentingnya kesehatan ibu hamil, deteksi ibu risti (risiko tinggi) menggunakan
KSPR yang diharapkan membantu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB). Dalam penyuluhan dan pelatihan deteksi dini ibu hamil
risiko tinggi, para kader dituntun untuk mengisi catatan pelaporan dengan benar serta
diberikan pelatihan tentang mendeteksi ibu risti terhadap kehamilannya sesuai dengan
KSPR. Dalam pencatatan, ibu hamil harus terpantau sejak hamil, melahirkan sampai
dengan nifas. Dalam pelaporan itu, jika ada ibu meninggal masih dalam waktu nifas
harus dicatat, sedangkan jika meninggal setelah masa nifas maka tidak dicatat. Setelah
pelatihan, kader juga melakukan simulasi pendeteksi ibu risiko tinggi di wilayah kerja
puskesmas masing-masing dan didampingi dengan panitia petugas puskesmas turun
langsung untuk mendeteksi ibu yang berisiko tinggi. Kegiatan deteksi dini ini
diharapkan kader bisa membuat pencatatan dan pelaporan dengan benar, sehingga data
yang diterima petugas juga benar.
1
2
1.4 Manfaat
TINJAUAN TEORITIS
Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan
komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan
dengan kehamilan persalinan dan nifas normal (Haryati N., 2012).
Perlu diketahui bahwa tekanan darah tinggi ada dua. Pertama, penderita yang
sudah mengidap hipertensi sebelum kehamilan terjadi. Kedua, penderita hipertensi
akibat kehamilan itu sendiri. Jadi mungkin saja sebelum kehamilan tekanan darah
ibu normal, lalu disaat kehamilan mendadak tinggi. Kondisi inilah yang disebut
preklamsia dan eklamsia. Preklamsia biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20
minggu dan harus segera ditangani agar tidak meningkat menjadi eklamsia yang
tidak saja berbahaya bagi ibu tapi juga janin. Ibu bisa mengalami kejang - kejang
hingga bisa tidak terselamatkan, tentunya jika ibu tidak terselamatkan, janin pun
bisa mengalami nasib yang sama.
Penambahan berat badan yang normal hingga kehamilan berusia 6 bulan adalah
sekitar 1- 1,5 kg / bulan. Setelah memasuki kehamilan bulan 7 kenaikan bobot
sebaiknya berkisar antara 0,5- 1/ bulan.
4. Pucat
Wajah pucat, kelopak dalam mata pucat, telapak tangan pucat, mudah lelah, lemah,
lesuh, kemungkinan ibu hamil menderita anemia (kurang darah). Sebenarnya ibu
3
4
hamil kekurangan hemoglobin pada sel darah merahnya pada ibu hamil. anemia
sering disebabkan kekurangan zat besi. Anemia kekurangan zat besi mudah diatasi
dengan pemberian tambahan pil zat besi (sulfas ferosus) atau tablet penambah zat
besi lainnya. Anemia dalam kehamilan berakibat buruk pada kehamilan dan janin
yang dikandung. Pasokan oksigen janin kurang normal. Gangguan plasenta dan
pendarahan pasca persalinan juga sering terjadi pada ibu hamil yang anemia.
Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm, memiliki risiko
tinggi mengalami persalinan secara premature, karena lebih mungkin memiliki
panggul yang sempit.
6. Perdarahan
7. Deman tinggi
Demam tinggi pada ibu hamil biasanya disebabkan karena infeksi atau malaria.
Demam tinggi biasanya membahayakan keselamatan jiwa ibu bisa menyebabkan
keguguran atau kelahiran (Nurhayati, N., 2012)
Abortus dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya: karena terkejut, cemas,
stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non
profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti
5
tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan.
2. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang
belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga
dipengaruhi oleh kurangnya gizi saat hamil dan juga umur ibu yang belum 20
tahun. Cacat bawaan dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang
kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi sangat rendah, pemeriksaan kehamilan
(ANC) yang kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan
juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang
gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-
loncat dan memijat perutnya sendiri. Pengetahuan ibu hamil akan gizi masih
kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat
pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi
infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena
dapat menyebabkan kematian.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan
infeksi (Rochyati, P., 2011)
6
Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor yang digunakan sebagai alat
skrining antenatal berbasis keluarga untuk menemukan faktor risiko ibu hamil, yang
selanjutnya mempermudah pengenalan kondisi untuk mencegah terjadi komplikasi
obstetrik pada saat persalinan. KSPR disusun dengan format kombinasi antara
checklist dari kondisi ibu hamil / faktor risiko dengan sistem skor. Kartu skor ini
dikembangkan sebagai suatu tekologi sederhana, mudah, dapat diterima dan cepat
digunakan oleh tenaga non profesional.
5. Validasi data mengenai perawatan ibu selama kehamilan, persalinan, nifas dengan
kondisi ibu dan bayinya.
Terdapat 20 faktor risiko yang dibagi menjadi 3 kelompok faktor risiko pada penilaian
KSPR.
1) Primi muda: terlalu muda, hamil pertama usia 16 tahun atau kurang
7) Tinggi badan ≤ 145 cm: terlalu pendek, belum pernah melahirkan normal
dengan bayi cukup bulan dan hidup, curiga panggul sempit
1) Penyakit ibu: anemia, malaria, TBC paru, payah jantung, dan penyakit lain.
2) Preeklampsia ringan
3) Hamil kembar
7) Letak sungsang
8) Letak Lintang
2) Preeklampsia berat/eklampsia
Identifikasi pasien dengan risiko tinggi penting agar dapat dilakukan prediksi /
perkiraan kemungkinan macam komplikasi yang akan terjadi. Oleh karena itu kegiatan
skrining harus dilakukan berulang kali sehingga dapat ditemukan secara dini faktor
risiko yang berkembang pada umur kehamilan lebih lanjut dan meminimalkan
mortalitas dan morbiditas maternal dan neonatus (Poedji Rochjati, 2003).
2. Persiapan posyandu.
4. Keluarga Berencana.
5. Imunisasi.
6. Gizi.
7. Penanggulangan diare.
5. Promosi tabungan ibu bersalin (TABULIN), donor darah berjalan, ambulans desa,
suami siap antar jaga (SIAGA), satgas gerakan sayang ibu (Meilani, N. dkk, 2009).
Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran kader dalam
deteksi dini tanda bahaya dalam kehamilan maupun hal-hal berikut ini.
9
2. Bengkak di kaki, tangan, wajah, atau sakit kepala kadang disertai kejang.
3. Demam tinggi.
2.10 Peran Kader dalam Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2. Membantu keluarga dalam menerapkan buku KIA, misalnya memotivasi ibu dan
keluarga untuk membaca dan menerapkan pesan-pesan dalam buku KIA dan
melakukan penjelasan pesan-pesan yang terdapat dalam buku KIA.
5. Memotivasi dan menggerakkan ibu balita agar mau datang dan membawa anaknya
ke Posyandu dan sarana kesehatan lainnya.
6. Memberi pelayanan KIA bagi ibu dan keluarganya pada daerah yang tidak
terjangkau oleh petugas kesehatan, misalnya menimbang berat badan, mencatat
dan memberikan Vitamin A sesuai petunjuk dalam buku KIA.
7. Mengingatkan ibu untuk selalu membawa buku KIA setiap kali berkunjung ke
fasilitas kesehatan.
8. Merujuk dan mendampingi ibu dan balita yang mempunyai masalah kesehatan
kepada petugas kesehatan.
9. Menggunakan buku KIA dalam melakukan deteksi dini masalah kesehatan ibu dan
anak serta deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
10
BAB 3
PELAKSANAAN KEGIATAN
Misi :
Data geografis
b. Kelurahan Kertajaya
c. Kelurahan Baratajaya
Jumlah total wilayah kerja puskesmas Pucang Sewu adalah 301.25 ha yang
terbagi atas 3 wilayah kelurahan yaitu Kel. Kertajaya (130.50 ha), Kel.
Pucang Sewu (94.50 ha) dan Kel. Baratajaya (76.25 ha).
Data demografis
Jumlah
No Nama Penyakit Persentasi
Kasus
1. Acute upper respiratory infection, unspecified 4907 49,07 %
2. Myalgia 2636 26,36 %
3. Acute nasopharyngitis (common cold) 1759 17,59 %
4. Gastritis, unspecified 1576 15,76 %
5. Essential (primary) hypertension 1489 14,89 %
Non-insulin-dependent diabetes mellitus without
6. 936 9,36 %
complications
Diarrhea and gastroenteritis of presumed
7. 829 8,29 %
infectious origin
8. Acute periodontitis 820 8,20 %
9. Chronic periodontitis 806 8,06 %
10. Fever, unspecified 746 7,46 %
3.1.6 Program Kerja Puskesmas Pucang Sewu Surabaya
1. Program Wajib
a. Promosi Kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
f. Pengobatan
13
2. Program Pengembangan
1) Kesehatan Mata
2) Kesehatan Telinga
3) Kesehatan Jiwa
3. Program Unggulan
c. Poli DDTK
d. Poli IMS
f. Prolanis
4. Program Inovasi
No Kegiatan Jumlah
1. Posyandu Balita 50 kelompok
2. Kader Posyandu Balita 299 orang
3. Sasaran program kesehatan
Capaian
Hasil
Target (s/d
Penilaian Komponen/Indikator cakupan
SPM Maret
(%)
2019)
Kinerja Kesehatan Ibu dan Anak 86.82
Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) 95 91.31
Cakupan komplikasi kebidanan
80 81.39
yang ditangani
Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang 95.17 96.79
memiliki kompetensi kebidanan
Cakupan pelayanan nifas 95 96.79
Standar
Cakupan neonatus dengan
pelayanan 80 56.45
komplikasi yang ditangani
minimal
Cakupan kunjungan bayi 90 101
(SPM)
Cakupan pelayanan anak balita 90 90.03
Cakupan pemberian MP-ASI pada
anak 6-24 bulan dari keluarga 100 100
miskin
Cakupan balita gizi buruk yang
100 100
mendapat perawatan
Cakupan peserta KB aktif ≥70 74.69
3.2.2 Perencanaan Program Poli KIA-KB (2018)
Lokasi Tenaga
Kegiatan Sasaran Target
pelaksanaan Pelaksana
Bidan.
Pemeriksaan
Ibu hamil 62 bumil/bulan Poli KIA/KB Bidan
ANC
kelurahan
Bidan.
Pemeriksaan
Ibu nifas 59 bufas/bulan Poli KIA/KB Bidan
Bufas
kelurahan
Bidan.
Pelayanan
Bayi sehat 56 bayi/bulan Poli KIA/KB Bidan
imunisasi
kelurahan
Pelayanan Bidan.
imunisasi TT WUS 1319/bulan Poli KIA/KB Bidan
CPW kelurahan
Bidan.
Screening Pre Ibu hamil
62 bumil/bulan Poli KIA/KB Bidan
Eklampsi K1
kelurahan
Pelayanan
Bayi muda 4 balita/minggu Poli KIA/KB Bidan
MTBM
Pelayanan
Bayi sakit 4 balita/minggu Poli KIA/KB Bidan
MTBS
WUS:
Bidan.
Peserta KB 1319/bulan
Pelayanan KB Poli KIA/KB Bidan
(PUS/WUS) PUS:
kelurahan
808/bulan
Pemeriksaan 10 Bidan.
PUS/WUS Poli KIA/KB
IVA PUS/WUS/bulan Bidan
15
kelurahan
Pemeriksaan 8
PUS/WUS Poli KIA/KB Bidan
IMS PUS/WUS/bulan
Bidan.
Screening
Ibu hamil 62 bumil/bulan Poli KIA/KB Bidan
PITC
kelurahan
3.2.3 Program Penyuluhan Kader (Pendamingan Bumil New Initiative)
Pengertian :
Tujuan :
Cakupan : 91,31%
1. Buku KIA
Indikator keberhasilan:
2. Meningkatnya temuan deteksi risiko tinggi ibu hamil oleh kader setempat.
Pendanaan :
Kegiatan :
2. Melakukan sosialisasi
3. Notifikasi ibu hamil oleh bidan dan kader berdasarkan urutan prioritas
dengan melakukan screening terhadap ibu hamil yang memiliki risiko terkait
kehamilannya, deteksi risiko ibu hamil menggunakan KSPR.
b. Pada bulan Mei 2016 bumil risti/komplikasi dgn KSPR ≥ 10 dan umur
kehamilan maksimal trimester 2.
17
c. Jika masa pendampingan bumil telah berakhir sampai masa nifas, tetapi
lama kader mendampingi belum sampai 10 bulan, maka akan
mendampingi bumil risti baru yang telah dipilih/ditapis oleh bidan
sampai masa pendampingan kader lengkap 10 bulan.
4. Ibu hamil terpilih (yang telah ditentukan oleh bidan), didampingi dan
dipantau kader mulai awal kehamilan sampai dengan masa nifas
8. Sebagai petunjuk teknis pelaksanaan terdapat Buku Saku Tugas Kader, yang
berisi rincian tugas-tugas kader dan catatan hasil kunjungan/pendampingan
ibu hamil (rapor ibu hamil).
Metode :
7. Ibu kader menscreening ibu hamil dengan cara screening KSPR secara
mandiri
1. Melapor pada bidan bila ditemukan ibu hamil baru, memotivasi ibu hamil,
suami dan keluarga agar ibu hamil melakukan pemeriksaan secara rutin dan
tepat waktu.
5. Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan keluarga terkait
kehamilannya.
6. Memonitor kepatuhan ibu hamil minum tablet tambah darah serta memberi
penjelasan tentang buku KIA pada ibu hamil.
2. Membantu mengkoordinir ambulan desa untuk merujuk ibu hamil bila perlu
rujukan.
1. Mencatat dan melaporkan pada petugas tentang persalinan dan bayi lahir.
PEMBAHASAN
a. Manusia (SDM)
b. Metode
1) Petugas kesehatan memberikan materi tentang ibu hamil risiko tinggi kepada ibu
kader
2) Petugas kesehatan mengajarkan ibu kader cara menghitung skor Puji Rochyati
pada ibu hamil.
3) Ibu kader mempraktikkan cara menghitung KSPR (Kartu Skor Puji Rochyati)
pada ibu hamil dengan didampingi oleh tenaga kesehatan
4) Ibu kader menscreening ibu hamil dengan cara screening KSPR secara mandiri
c. Lingkungan
d. Ekonomi
Ibu hamil dengan ekonomi yang kurang difasilitasi oleh pemerintah di bidang
kesehatan dalam bentuk SKM (Surat Keterangan Miskin) yang selanjutnya akan
mendapatkan BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang bisa digunakan seumur hidup.
19
20
e. Sarana
Pemenuhan kebutuhan sarana prasarana pendekatan ibu hamil risiko tinggi seperti
form KSPR, leaflet, poster, buku KIA telah difasilitasi oleh pihak Puskesmas Pucang
Sewu.
Waktu: Sweeping ibu hamil dan pencatatan dilakukan 3 bulan sekali, pelaporan
data ibu hamil resiko tinggi: 3 bulan sekali.
Hasil yang diharapkan: Pengetahuan ibu hamil bertambah agar ibu lebih waspada
dengan kehamilannya sehingga meningkatnya pelaporan kehamilan ibu hamil
kepada kader.
Selain itu untuk mengatasi rendahnya pelaporan ibu hamil kepada kader, maka
Puskesmas Pucang Sewu mengadakan kelas Catin (Calon Pengantin) yang
merupakan kegiatan edukasi kepada calon pengantin dalam mempersiapkan diri
sebelum pra konsepsi, mempelajari tentang kesehatan reproduksi, pencegahan
infeksi menular seksual dan gizi yang cukup bagi pasangan yang bertujuan untuk
mengurangi angka kematian ibu dan bayi sehingga dapat menekan angka
rendahnya pelaporan ibu hamil kepada ibu kader setempat.
2. Jumlah kader yang terlibat pendampingan serta kondisi bayi dan ibu selama
kegiatan pendampingan.
Pada tahun 2017, cakupan wilayah sudah 100% tercakup, sudah melampaui batas
standar capaian minimal yang hanya 95% sehingga terjadi peningkatan pada tahun
2016 yang sebelumnya hanya mencakup 91,31% dari standar pencapaian minimal
95%.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
22