Kenaikan berat badan pada ibu hamil memang pasti akan terjadi. Kenaikan berat badan pada ibu
hamil ini adalah sesuatu yang wajar. Meski merupakan sesuatu yang wajar, ternyata ada patokan
mengenai kenaikan berat badan yang ideal dan tidak ideal bagi ibu hamil. Patokan kenaikan berat
badan ideal ini berguna untuk memantau ukuran bayi yang ada di dalam kandungan, apakah akan
terlalu besar atau terlalu kecil.
“Perempuan selalu ingin tahu berapa berat badan ideal agar bayi mereka sehat, dan bidan serta
dokter kandungan juga ingin tahu jawaban yang paling tepat,” kata Dr. Pierre-Yves Robillard,
peneliti Centre Hospitalier Universitaire Sud Reunion di Perancis. Kenaikan berat badan pada ibu
hamil memiliki kaitan yang erat dengan berat bayi yang sedang dikandungnya.
Ibu yang berat badannya kurang dari ideal cenderung memiliki bayi yang ukurannya terlalu kecil
untuk usia kandungannya atau disebut juga small gestational age (SGA) babies. Sebaliknya, ibu
yang kelebihan berat badan, bayi yang dikandungnya pun cenderung lebih besar, atau disebut juga
large gestational age (LGA) babies. Bayi yang berukuran besar tidak serta merta menunjukkan
bahwa dirinya sehat dan gizinya terpenuhi. Sebab, bayi yang terlalu besar memiliki risiko terkena
penyakit seperti serangan jantung, hipertensi, obesitas dan diabetes saat dewasa.
Untuk mendapatkan perhitungan berat ideal yang tepat, Dr. Robillard dan timnya melakukan
penelitian selama 16,5 tahun terhadap berat badan sejumlah bayi yang dilahirkan oleh 52.092
wanita yang melahirkan dengan lama hamil yang normal dan berat badan para wanita itu sebelum
hamil serta pertambahan berat badan mereka selama hamil.
Dari hasil penelitian ini ditemukan, seorang wanita yang sebelum hamil memiliki indeks massa
tubuh (IMT) 17 misalnya, harus menambah berat badan 22 kilogram selama hamil. Sementara
wanita yang memiliki IMT 32 harus menambah berat badan 3,6 kilogram.
Adapun wanita yang memiliki IMT di atas 40 atau mengalami obesitas, justru harus menurunkan
berat badannya.
IMT sendiri merupakan perbandingan antara berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi
badan dalam meter kuadrat.
Jadi kenaikan berat yang ideal selama hamil untuk seorang wanita yang sebelum hamilnya memiliki
berat badan 55 kilogram dan tinggi 1,60 meter adalah 16,2 kilogram (±2 kilogram). Atau jika
diperinci, patokan kenaikan berat badan idealnya adalah antara 14,2 sampai 18,2 kilogram.
Gizi Kurang Pada Masa Kehamilan
Tubuh membutuhkan nutrisi seimbang dengan asupan vitamin dan mineral yang cukup agar
tetap sehat dan mampu mencegah beragam penyakit. Begitu pula pada masa kehamilan, ibu
hamil perlu mengonsumsi cukup nutrisi guna mencegah beragam penyakit, baik pada bayi
ataupun dirinya sendiri.
Terlebih pada masa kehamilan, kondisi gizi ibu hamil perlu lebih diperhatikan, sebab memegang
peranan penting bagi perkembangan janin, selain juga untuk kesehatan ibu hamil sendiri. Lalai
dalam memerhatikan kebutuhan nutrisi, dapat menyebabkan gizi buruk pada masa kehamilan dan
meningkatkan risiko kehamilan.
Gastroschisis
Gizi buruk, kurang konsumsi zinc, protein, dan kebiasaan merokok selama masa kehamilan dapat
menyebabkan bayi lahir dengan kondisi gastrochisis. Pada kondisi ini, terdapat lubang pada perut
bayi hingga sebagian isi perut keluar menembus lubang tersebut. Biasanya kelainan ini disertai cacat
bawaan lahir
Penyakit jantung bawaan
Hindarilah makanan yang mengandung lemak jenuh, dan perbanyak makanan yang
mengandung vitamin B2 serta B3. Kekurangan vitamin tersebut dapat meningkatkan risiko
bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan.
Bibir sumbing
Nutrisi yang tidak mencukupi selama masa kehamilan, serta kurangnya asupan vitamin A
dan asam folat, dapat memicu masalah pada perkembangan bibir dan bagian atas rongga
mulut bayi. Hal ini mengakibatkan bayi lahir dengan bibir sumbing, atau dengan bibir dan
langit-langit rongga mulut yang tidak tertutup sempurna.
Selain dari dampak di atas, berat badan ibu hamil yang terlalu rendah dan mengalami gizi buruk
pada masa kehamilan juga dapat memicu bayi lahir prematur serta IUGR (pertumbuhan bayi
terhambat di dalam janin). Penting untuk berusaha menghindari kondisi gizi buruk saat sedang
hamil.
Sedangkan untuk janin, risikonya adalah berat badan lahir rendah, cacat lahir, atau
kematian.
Masalah pada perkembangan janin ini bisa diatasi jika terdeteksi pada usia kehamilan
dini, di antaranya dengan asupan gizi yang lengkap.
Adapun dampak – dampak yangterjadi pada ibu hamil yang mengalami kekurangan nutrisi atau
kekurangan gizi, antara lain :
1. Dampak saat kehamilan
a). Anemia
Anemia adalah kondisi dimana kadar Hb (haemoglobin) dalam darah dibawah batas normal.
Hal inibiasanya disebabkan karena kurangnya asupan zat besi dalam tubuh, anemia ini
umumnya sering terjadipada ibu hamil. Ibu hamil yang kurang zat besi biasanya mengeluhkan
sering mengalami pusing, lemah,letih, lesu, gampang capek.Anemia pada ibu hamil ini
berdampak buruk pada kesehatan janin juga ibu hamil. Anemia pada ibuhamil ini bisa
mengakibatkan abortus (keguguran), kematian janin, terhambatnya pertumbuhan
janin,kecacatan pada janin, dan BBLR ( berat bayi lahir rendah ). Untuk menghindari hal – hal
yang tidakdiinginkan tersebut maka zat besi dalam tubuh harus terpenuhi apalagi untuk ibu
hamil khususnya, yaitudengan cara istirahat yang cukup, mengkonsumsi tablet tambah darah
saat kehamilan, makan makanan yang bergizi yang banyak mengandung zat besi misalnya :
kangkung, pepaya, bayam, daging,hati ayam, susu, dll.
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah baik pada ibu
maupun janin antara lain sebagai berikut :
a. Terhadap Ibu.
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain:
anemia, perdarahan dan berat badan ibu tidak bertambah secara normal serta terkena
penyakit infeksi.
b. Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan setelah persalinan serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
c. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan) dan lahir dengan Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR).