Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PELATIHAN DUKUN BAYI

“PROGRAM SHARING ILMU”

DI SUSUN OLEH :

Nama : Sari Aisa


NIM : PO.71.24.2.17.032

DOSEN PENGAMPU : ASRI NOVIYANTI, SST, M.Keb

MATA KULIAH : PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


(PPM)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2019

I. PENDAHULUAN

Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting
dalam pelayanan kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak,
dukun bersalin, dukun peraji. Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga
terpercaya dalam segala soal yang terkait dengan reproduksi wanita. Ia selalu
membantu pada masa kehamilan, mendampingi wanita saat bersalin, sampai
persalinan selesai dan mengurus ibid an bayinya dalam masa nifas.
Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas.
Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat pangglan
tugas ini. Pengetahuan tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan,
serta nifas sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu
untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong
hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional.

Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukkan masih rendahnya


kualitas pelayanan kesehatan. Delapan puluh persen (80%) persalinan di masyarakat
masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat
masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat.

Masyarakat masih mempercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena


pertolongan persalinan oleh dukun dianggap murah dan dukun tetap memberikan
pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi.

Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemerintah membuat


suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk
kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun.

II. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan, diharapkan para dukun bayi dapat menjalin kemitraan
dengan bidan dengan memiliki ilmu yang kompeten bukan ilmu yang turun menurun
yang tidak sesuai evidenced based midwifery.
2. Tujuan Khusus
a. Dukun bayi dapat mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan dan dapat
memberikan penjelasan bahaya tersebut kepada ibu hamil.
b. Dukun bayi dapat mengetahui tanda-tanda persalinan dan dapat mampu bermitra
dengan bidan
c. Dukun bayi mengetahui cara perawatan tali pusat bayi baru lahir dengan baik.

III.LEMBAGA YANG BERPARTISIPASI


Dalam pelatihan “ Program Sharing Ilmu” lembaga yang ikut andil untuk kesuksesan
pelatihan ini ialah ketua camat, ketua desa serta tokoh masyarakat dan tokoh agama
sekitar.

IV. PESERTA PELATIHAN


Peserta pelatihan adalah dukun bayi di desa Suka Dana, kecamatan Muara Pinang
kabupaten Empat lawang.

V. PELATIH ATAU NARASUMBER

Pelatih atau narasumber yang akan melatih peserta pelatihan adalah Bidan yang
bekerja di Puskesmas Muara Pinang dan Bidan Praktik Mandiri di desa Suka Dana.

VI. WAKTU DAN TEMPAT PELATIHAN

Waktu : Senin, 25 November 2019


Pukul : 08.00 s/d selesai
Tempat : Balai Desa Suka Dana
Alamat : Desa Suka Dana
Rencana Pelaksanaan Kegiatan : (Terlampir)

VII. MATERI PELATIHAN


A. Materi 1 : Tanda Bahaya Kehamilan Dan Tanda Bahaya Persalinan
 Tanda bahaya kehamilan
Tanda bahaya kehamilan adalah sebagai berikut
1. Air ketuban keluar sebelum waktunya
Selama kehamilan, janin dalam kandungan dilindungi dan dikelilingi oleh
membran (selaput) yang berisi cairan yang disebut kantung ketuban. Beberapa
saat sebelum janin atau bayi lahir, kantung tersebut akan pecah dan cairan yang
disebut air ketuban akan keluar melalui vagina. Namun, ada kalanya air ketuban
pecah dini atau pada waktu kapan saja sebelum usia kandungan berumur 37
minggu.

Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan prematur alias bayi


terpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih awal bisa
disebabkan beberapa hal seperti berikut:
a. Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina. Ini adalah pemicu umum ketuban
pecah dini.
b. Trauma, akibat kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh, dan sebaga
c. Rahim dan kantung ketuban yang terlalu melar. Hal tersebut diakibatkan oleh
jumlah janin dalam kandungan lebih dari satu atau volume cairan ketuban
yang terlalu banyak.
d. Stres atau merokok selama masa kehamilan.
e. Menjalani operasi atau biopsi serviks.
f. Pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya.
g. Perdarahan vagina selama kehamilan.
h. Indeks massa tubuh ibu hamil rendah.
i. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol
2. Ibu muntah terus dan tidak mau makan
Kekurangan nurtisi dan gizi dapat menyebabbkan malnutrisi, berat badan
bayi lahir rendah, anak dengan IQ rendah, kecacatan hingga kematian

3. Bengkak kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala disertai dengan kejang
Peningkatan cairan dalam tubuh selama hamil, selain meningkatkan berat
badan, juga mengakibatkan pembengkakan pada kaki, jari tangan dan wajah ibu
hamil atau di sebut Oedema. Selama hamil tubuh memproduksi dan menahan
cairan sekitar 30% lebih banyak dari pada sebelum hamil. Rahim yang terus
membesar juga menekan pembuluh darah balik di kaki khususnya pada trimester
ke -3 kehamilan, sehingga peredaran darah ke jantung terganggu dan cairan
banyak tertimbun di kaki. Hal ini juga mengindikasikan eklamsia pada ibu hamil
yang merupakan tanda yang berbahaya

4. Pendarahan
Pendarahan dapat mengindikasikan kehamilan patologis

5. Bayi dalam kandungan bergerak kurang atau tidak bergerak


Bayi dalam kandungan tidak bergerak, mengindikasikan bahwa kematian
janin dan resiko tinggi kematian pada ibu hamil

6. Demam tinggi
Demam tinggi menggindikasikan adanya infeksi yang terjadi yang dapat
menular dari ibu ke janin.

 Tanda dan bahaya persalinan


1. Pendarahan lewat jalan lahir
Perdarahan yang terjadi saat hamil disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain keguguran (abortus), kehamilan di luar kandungan (Kehamilan Ektopik
Terganggu), ataupun “hamil anggur”. Untuk mengetahui kondisi apa yang
sebenarnya sedang dialami ibu hamil, segera bawa ibu hamil ke fasilitas kesehatan
untuk segera ditangani oleh bidan atau dokter.

2. Tali pusar dan tangan bayi keluar dari jalan lahir


Pada persalinan normal, posisi bayi adalah terbalik dengan kepala berada
di bawah. Jika posisi bayi tidak normal, yaitu berbaring menyamping, saat
persalinan bisa saja tali pusar atau tangan bayi yang keluar dari jalan lahir. Ketika
ini terjadi, jangan sekali-sekali mencoba untuk mengubah posisi bayi karena bisa
mengakibatkan robeknya rahim, terpisahnya plasenta dari dinding rahim, dan
implikasi lainnya. Jika terlihat darah segar berwarna merah terang, itu bisa berarti
plasenta telah terpisah dari dinding rahim atau juga pembukaan rahim, dan kondisi
ini sangat berbahaya.Demi kebaikan ibu dan calon bayi, segera bawa ibu hamil ke
rumah sakit. Karena persalinan dengan posisi bayi miring tidak akan bisa lahir
tanpa operasi.

3. Ibu tidak kuat mengejan


Mengejan adalah cara alami ibu dalam membantu otot rahim mendorong
bayi menuju jalan lahir. Jika ibu tidak kuat mengejan, maka bayi akan terlalu lama
berada di jalan lahir (dasar panggul). Ini akan membahayakan keadaan calon bayi,
yang mengakibatkan kondisi bayi setelah lahir lemah, mengalami gangguan
pernafasan, tidak bisa menangis, dan bayi tampak pucat. Untuk itu, sudah
merupakan prosedur standar bahwa bidan akan merujuk Ibu hamil ke rumah sakit
untuk mendapatkan pertolongan medis dari dokter dengan melakukan operasi
ataupun tindakan lainnya.

Ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan ibu untuk


mengejan, sebagian diantaranya adalah usia yang sudah lebih dari 35 tahun,
kondisi kesehatan ibu yang tidak baik (kurang gizi), jarak kehamilan yang terlalu
dekat, rasa ketakutan, panik atau trauma mental terhadap proses persalinan, ibu
mengalami kelelahan selama kehamilan, ibu mengejan terlalu dini, sesak atau asma
dan pengaruh lainnya.
Jika ibu memiliki penyakit asma, biasanya jika tidak ada indikasi tertentu,
Ibu masih bisa melahirkan dengan normal. Namun itu harus dilakukan dengan
cepat dan biasanya dibantu dengan alat vakum dan sebagainya. Sementara pada
kasus lain, dokter atau bidan mungkin juga akan menyarankan dilakukan operasi
caesar untuk menghindari persalinan yang terhenti karena ibu tidak mampu
mengejan.

Sementara pada ibu hamil yang tidak memiliki asma, terkadang ibu tidak
lagi kuat mengejan karena sudah mengejan terlalu lama padahal jalan lahir belum
terbuka. Mengejan sebaiknya dimulai ketika pembukaan jalan lahir sudah cukup
luas untuk dilalui bayi (pembukaan jalan lahir untuk kelahiran adalah 10 cm). Jadi,
jika belum ada bimbingan untuk mengejan sebaiknya ibu tidak mengejan dahulu.
para bidan dan dokter telah miliki standar dalam pembimbingan proses
melahirkan / persalinan normal. Bidan akan membimbing ibu bagaimana cara
mengejan yang benar, posisi yang nyaman saat bersalin, dan menghadirkan
seseorang yang bisa memberi dukungan.

Untuk menghindari hal ini, sebaiknya ibu hamil mempelajari lebih


banyak mengenai proses persalinan dan mengikuti kelas prenatal / kelas ibu hamil
dan juga mengikuti senam hamil dan kelas prenatal.

4. Ibu mengalami kejang


Jika ibu mulai memiliki kejang dan Anda tahu dia tidak memiliki epilepsi,
kejang bisa merupakan akibat dari pre-eklampsia. Ibu hamil dengan epilepsi juga
bisa mendapatkan toksemia (keracunan kehamilan). Sementara gejala pre-
eklampsia lebih lanjut adalah sebagai berikut:

• sakit kepala yang kuat

• penglihatan kabur atau ganda

• protein dalam urin

Jika ibu memiliki salah satu dari tanda-tanda bahaya tersebut, segera
bawa ke rumah sakit. Sementara jika ibu terlanjur mengalami kejang sementara ia
tidak memiliki penyakit epilepsi, pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah
dengan membaringkannya di lantai dan letakkan kain atau bantal di bawah kepala
untuk melindunginya. Sebisa mungkin miringkan ke kiri agar bayi tidak
mengalami kekurangan oksigen. Lakukan semuanya dengan cepat namun tetap
tenang dan segera pergi ke rumah sakit terdekat.

5. Air ketuban keruh dan berbau


Pada persalinan normal, air ketuban yang berwarna merah muda akan
pecah menjelang persalinan. Jika air ketuban berwarna coklat atau hijau dan berbau
tidak sedap bisa berarti bahwa janin telah terinfeksi dengan virus atau bakteri dan
itu sangat berbahaya. Ini yang biasa disebut dengan “minum ketuban” atau
“keracunan ketuban”. Jika masih pada tahap awal persalinan, atau jika ibu belum
mulai mengejan untuk mendorong bayi keluar, jalan terbaik adalah segera ke bidan
untuk dirujuk ke rumah sakit terdekat.

Pada situasi ini, yang paling baik untuk keselamatan calon bayi adalah
persalinan dibantu oleh dokter di rumah sakit. Namun jika ibu hamil berada jauh
dari rumah sakit dan bayi akan segera lahir, minta ibu mendorong sekeras yang dia
bisa dan segera keluarkan bayi dengan cepat. Segera setelah kepala bayi keluar,
dan sebelum mengambil napas yang pertama kalinya, minta ibu untuk berhenti
mendorong. Lap mulut dan hidung bayi dengan jari yang dibungkus kain bersih,
atau menggunakan alat penghisap untuk menghisap lendir. Setelah hidung dan
mulut telah dibersihkan, ibu dapat melanjutkan mengejan untuk mendorong
seluruh tubuh bayi keluar. Selepas itu, segera bawa bayi dan ibu ke rumah sakit
untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

6. Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat


Keadaan emosional ibu yang gelisah dan kesakitan hebat bisa
mengganggu proses persalinan, dan itu harus diwaspadai karena berbahaya. Karena
ibu adalah subjek utama yang mempengaruhi berlangsungnya persalinan normal
dan yang lain, termasuk tenaga medis hanya membantu ibu dalam melakukan
persalinan. Jika ibu merasa gelisah dan mengalami kesakitan, ibu harus mencoba
untuk rileks dan tidak gelisah berlebihan. Sehingga pada persalinan ibu dan janin
hanya memerlukan sedikit medikasi dan bahkan sedikit intervensi dalam proses
bersalin. Jika ibu tetap gelisah dan mengalami kesakitan, sebaiknya bidan
merujuknya ke rumah sakit untuk lebih mendapat bantuan persalinan yang
dibutuhkan.
B. Materi 2 : Perawatan Tali Pusat Bayi Baru Lahir
1) Pengertian perawatan tali pusat:
Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan pengikatan tali pusat
yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat
dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali
pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan
“puput” pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan
dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan
mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian
( Depkes, 2007)
2) Tujuan perawatan tali pusat:
Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit
tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora
kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril,
pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat
sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Depkes RI, 2005).
Tujuan umum perawatan tali pusat di rumah:
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mempercepat proses pengeringan tali pusat
3. Mempercepat terlepasnya tali pusat

3) Waktu perawatan tali pusat di rumah:


Perawatan tali pusat dilakukan secara rutuin setiap selesai mandi dan sewaktu-
waktu bila diperlukan.

4) Hal-hal Yang Harus Diperhatikan:


 Jangan membungkus tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun pada puntung tali pusat bayi.
 Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan
menyebabkan tali pusat menjadi lembab.
 Lipatlah popok di bawah puntung tali pusat.
 Bersihkan puntung tali pusat yang kotor dengan hati-hati dengan sabun lalu
bilas kemudian segera keringkan dengan seksama menggunakan air bersih.
 Daerah sekitar tali pusat harus selalu dalam keadaan kering dan bersih untuk
mencegah terjadinya infeksi.
 Jangan menggunakan plester untuk menguatkan ikatan karena bisa terjadi
iritasi pada kulit bayi.
 Bawalah segera anak anda ke dokter jika mengalami sesuatu pada tali pusatnya
seperti menjadi merah, bernanah atau berbau.

5) Prosedur Perawatan Tali Pusat


 Selalu cuci tangan anda sampai bersih sebelum mulai melakukan perawatan
tali pusat.
 Turunkan sedikit bagian atas popok agar tidak bersentuhan dengan tali pusat.
 Kemudian, bersihkantali pusat dengan waslap dan air matang, terutama bagian
yang dekat dengan dinding perut atau lipatan dibagian dasarnya, bersihkan
dengan sabun lalu bilas, kemudian keringkan.
 Sebaiknya tali pusat tak beri apa-apa. Penggunaan cairan antiseptic yang
memiliki kandungan yodium pun tak lagi dianjurkan. Setelah itu boleh
ditutupi dengan kain kasa steril.
 Jangan lupa untuk menggantinya setiap kali usai mandi, jika anak Anda
berkeringat, terkena kotor, dan basah.
 Setelah selesai lipatkan popok di bawah tali pusat.
 Jangan pernah sengaja menarik-nariknya atau mencopotnya karena pasti akan
copot sendiri.
 Hindari hal-hal yang aneh dan berbau mistis, semisal menaruh koin diatas tali
pusat bayi, diberi kopi, minyak daun-daunan, dan sebagainya, yang malah
berpeluang menjadi sarang kuman atau menyebabkan tetanus.
 Segera bawa kedokter jika mencium bau tidak sedap dari tali pusat bayi yang
belum lepas, karena bisa jadi itu tanda-tanda tetanus menyerang.
 Setelah puput, tak perlu ada perlakuan istimewa, tapi jangan lupa untuk selalu
membersihkan bagian pusar. Mandikan seperti biasa dan biarkan tali pusat
dalam keadaan terbuka, tak usah dibungkus-bungkus.

VIII. METODE PELATIHAN


Metode pelatihan dukun bayi yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan
peragaan langsung menggunakan phantom oleh narasumber (bidan). Metode
ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide,
pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga
memperoleh informasi tentang kesehatan. Metode diskusi adalah pembicaraan
yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara
peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. Materi
tentang bahaya kehamilan dan bahaya persalinan serta perawatan tali pusat bayi
baru lahir akan disampaikan secara ceramah oleh narasumber dan didalam diskusi
akan di praktikan secara langsung seperti apa tanda bahaya tersebut dengan
peragaan langsung dan perawatan tali pusat menggunakan phantom bayi.

IX. SETTING
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penyaji

Keterangan :
: Penyuluh
: Moderator (optional)
: Fasilitator
: Observer
: Peserta penyuluhan

X. PROSES PELATIHAN DUKUN BAYI


a. Persiapan
Adapun persiapan dalam proses pelatihan dukun bayi ini adalah :
 Menyiapkan tempat pelatihan.
 Menyiapkan dukun bayi yang akan dilatih
 Menyiapkan pelatih yang terlatih dan mampu
 Menyiapkan alat bantu, media, dan metode yang akan digunakan.
 Menyiapkan materi yang akan dibawakan pada saat pelatihan kader.
 Menyiapkan transportasi.
 Menyiapkan snack untuk konsumsi.

b. Pelaksanaan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Dukun Bayi

No Kegiatan Kegiatan Pelatih Kegiatan Dukun bayi Waktu Media


Pelatihan
Dukun Bayi
1. Kegiatan awal 1. Registrasi 1. Registrasi 10menit Form
absen
2. Pembagian Snack 2. Pembagian Snack 2 menit
3. Mempersilahkan 3. Menjawab salam 1 menit
dan memberi salam
4. Memperkenalkan 4. Menyimak dan 3 menit
diri mendengarkan
5. Menjelaskan tujuan 5. Mendengar dan
dan pokok bahasan menyimak
6. Menggali 6. Menjawab 3 menit
permasalahan pertanyaan dan
memberi informasi
7. Menyimpulkan 7. Mendengar dan 8 menit
permasalahan menyimak
sementara
8. Menampilkan 8. Menonton video 9 menit LCD
video kehamilan dengan baik
dan persalihan
yang diharapkan
bagi ibu dan bayi
lahir sehat
2. Kegiatan inti 1. Menjelaskan materi 1. Menyimak, 20 Diskusi
penyuluhan yang bertanya dan menit bersama
meliputi : memperhatikan (sharing
a. Tanda bahaya
dengan
kehamilan.
Tanya
b. Tanda bahaya
jawab)
persalinan.
c. Pengertian
perawatan tali
pusat
d. Tujuan
Perawatan tali
pusat.
e. Waktu
perawatan tali
pusat di rumah
f. Hal-hal yang
harus
diperhatikan
g. Prosedur
perawatan tali
pusat
2. Mempraktikan 2. Ikut terlibat 25 Phantom
secara langsung dalam praktik menit dan alat
tanda bahaya bantu
kehamilan dan
persalinan serta
perawatan tali
pusat BBL.
3. Melakukan 3. Ikut antusias 15
evaluasi dengan menit
pembagian masing-
masing kelompok
dukun bayi untuk
mempraktikan
secara langsung
apa-apa saja yang
telah dipahami.
4. Memberi 4. Bertanya 5 menit
kesempatan dukun
bayi bertanya
5. Menyimpulkan 5. Menyimak dan 3 menit
memperhatikan
3. Penutup 1. Memberikan 1. Mendengar dan 2 menit
ucapan terima menjawab
kasih dan salam
penutup

c. Evaluasi
Yang akan dievaluasi pada pelatihan dukun bayi ini adalah keterampilan dukun
bayi dalam tanda bahaya pada kehamilan dan tanda bahaya persalinan serta perawatan
tali pusat yang benar bukan menambahi/membubuhi sesuatu pada tali pusat (bubuk
atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat) sehingga dapat mengakibatkan
infeksi. Cara evaluasinya adalah penilaian langsung saat evaluasi pada saat dukun
bayi memperagakan di sesi evaluasi dan langsung memberikan arahan.

XI. Alat Bantu

Adapun alat bantu yang digunakan dalam proses perencanaan pelatihan kader ini adalah :

 Phantom bayi

 Gambar – gambar yang menunjukan tanda bahaya kehamilan dan persalinan

 Video pendukung

 Laptop

 LCD

XII. PENUTUP
Pembinaan dukun bayi sangat diperlukan untuk mengurangi angka kematian
ibu dan anak. Dengan dilaksanakannya pelatihan program sharing ilmu ini, dukun
bayi diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan ide baru yang dapat di sampaikan
kepada masyarakat, dapat meningkatkan keterampilan dukun bayi untuk segera
merujuk ibu hamil ke fasilitas kesehatan terdekat bila terdapat tanda-tanda bahaya
kehamilan dan persalinan, dan juga untuk memperbaiki kegiatan – kegiatan yang
sebenarnya sudah dilakukan oleh dukun agar dapat berbasis kesehatan misalnya
memberikan saran tentang kehamilan yang benar, melakukan persalinan bersih dan
aman, serta mengatasi masalah yang mungkin muncul pada saat persalinan, dan
memberikan perawatan tali pusat bayi baru lahir tanpa membubuhi apapun sehingga
angka kematian ibu dan bayi dapat dikurangi atau di cegah sedini mungkin.

Anda mungkin juga menyukai