Kelompok 10
Disusun oleh :
Maya Radika Ruslan 2131060044
Raihan Fahreza Pranantya 2031060332
Sayyidati Afifah Abas 2131060077
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapatmenyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sistem Kepercayaan
Masyarakat Etnis Lampung" dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam & Budaya
Lampung. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Sistem
Kepercayaan Masyarakat Etnis Lampung bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen mata kuliah Islam &
Budaya lampung. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Kelompok 10
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I PEDAHULUAN..........................................................................................4
1.1. Latar Belakang............................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3. Tujuan........................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1. Pengertian Kepercayaan atau Keyakinan.................................................6
2.2. Sistem Kepercayaan Masyarakat Lampung.............................................7
2.3. Penerapan Nilai Agama Terhadap Budaya Lampung...............................8
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam negara Indonesia terdiri dari beribu-ribu kepulauan yang memiliki
keanekaragaman suku bangsa, budaya, agama dan kepercayaan, karnanya
bangsa Indonesia memiliki ciri pluralistik didalam segala hal. Sejak dahulu,
Indonesia telah mengenal berbagai macam bentuk mengenai kepercayaan
yang diwariskan oleh nenek moyang. Agama bukanlah sesuatu keyakinan
yang hanya diucapkan secara lisan, akan tetapi agama memiliki berbagai
macam ajaran yang diyakini oleh umatnya termasuk juga adanya ritual. Oleh
karena itu, menurut Firth, bahwa Agama (Religi) belumlah terbentuk secara
menyeluruh jika tidak memiliki upacara keagamaan (ritual) yang dikaitkan
dengan keyakinan tersebut.
Pada fitrahnya manusia itu memiliki naluri beragama, ini dapat dilihat
dari banyaknya kepercayaan yang dianut oleh kelompok masyarakat tertentu
yang masih banyak terdapat di Indonesia, seperti halnya dengan suku
Lampung. Kepercayaan yang diwariskan oleh nenek moyang ini telah
tertanam kuat dalam kehidupan sehari-hari. Kepercayaan yang ada tersebut
telah ikut mewarnai perkembangan agama-agama besar dunia yang masuk ke
Indonesia, seperti Hindu, Kristen dan Islam.1
1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami apa itu kepercayaan atau keyakinan.
1
Idrus Ruslan, (2014), Religiositas Masyarakat Pesisir:(Studi Atas Tradisi “Sedekah Laut” Masyarakat
Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung), Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas
Agama, 9(2), hal. 67.
4
2. Mengetahui dan memahami sistem kepercayaan yang ada di masyarakat
Lampung.
3. Mengetahui dan memahami sebuah nilai agama terhadap budaya
Lampung.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pusat bahasa departemen pendidkan nasional, kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta, balai pustaka, 2008.
Hal.542
3
Ismawati, budaya dan kepercayaan jawa, Yogyakarta:gama media,2002 hal.15
4
Idrus Ruslan, (2014), Religiositas Masyarakat Pesisir:(Studi Atas Tradisi “Sedekah Laut” Masyarakat
Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung), Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas
Agama, 9(2), hal. 67.
6
2.2. Sistem Kepercayaan Masyarakat Lampung
Fenomena antara agama dan budaya terjadi secara natural dan intens
di masyarakat Indonesia terutama pada masyarakat Lampung, hal ini
telah melahirkan sikap keagamaan masyarakat muslim di Lampung yang
sangat variatif, seperti halnya kemunculan sikap keagamaan dari
sebagian komunitas muslim tertentu yang dengan semangat membara
untuk melakukan purifikasi Islam dari kemungkinan praktik akulturasi
budaya setempat.5
Dewa Pencipta Alam Semesta Nama dewa ini adalah: Sang Hyang
Sakti”, yang dianggap pencipta alam dan isinya, sehingga dalam ilmu
perdukunan dan mantra (tetangguh) dan di darat, laut dan di mana bahasa
selalu menjadi tanda harapan bahwa saat ini berdoa untuk keselamatan.
DEWI (Dewi Perempuan) Juga disebut "Muli Putri" atau "Bidadari" di
Lampung. Ketika orang menjumpai sumur transparan atau kolam yang
bersih dan terawat di padang pasir, kolam/sumur tersebut dikatakan
sebagai "Pangkalan Muli" yang berarti pemandian bidadari, puteri atau
bidadari yang turun dari surga, Pagi yang sama. Saat Idul Fitri, warga
desa mandi berhadap-hadapan di Pangkalan Putrilla karena masyarakat
5
Ella Yuniasari, (2022), Agama Dan Tradisi Tekebayan Masyarakat Adat Lampung Pepadun Di Desa
Panaragan Jaya Kabupaten Tulang Bawang Barat, Sosio Religi: Jurnal Sosiologi Agama, 3(1), hal 2.
7
beranggapan bahwa yang sampai di spa terlebih dahulu akan mencium
bau parfum sebagai tanda bidadari baru pergi setelah spa. Anak Diwa
(Penjelmaan Tuhan) Keyakinan ini tercermin dari kepercayaan
masyarakat terhadap kejadian luar biasa bagi seorang anak yang baru
lahir.
8
hidup seseorang, sehingga upacara adat harus dilakukan dengan
bercampur dengan unsur agama Islam. Yaitu: Upacara kuruk lima saat
kandungan berusia 7 bulan Upacara serah terima saat anak berusia 17
tahun dan seterusnya Juga inisiasi, kematian dan upacara adat lainnya
seperti pengudusan cokok pepadu atau penyeimbang baru harus
dilakukan tradisional.
7
M. Alie Humaedi, (2014), Kegagalan Akulturasi Budaya Dan Isu Agama Dalam Konflik Lampung, Jurnal Analisa, 21(2),
Hal. 156.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian materi yang telah disampaikan, sebuah kepercayaan atau
keyakinan (agama) merupakan salah satu struktur religi. Namun demikian,
menurut Firth keyakinan itu sendiri secara terpisah dengan unsur-unsur
lainnya, bukanlah agama, melainkan disatukan dengan upacara dan
“perbuatan duniawi” lainnya yang terkait dengan keyakinan tersebut barulah
membentuk suatu religi secara utuh.
10
3.2. Saran
Demikian makalah yang sudah ditulis, apabila ada kekurangan dalam
penulisan atau penyampaian materi, penulis mohon maaf. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
11
DAFTAR PUSTAKA
12