Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap manusia untuk mengembangkan cara
berpikirnya, dan saat ini telah menjadi kebutuhan pokok, karena semakin banyak masyarakat
yang melanjutkan pendidikan hingga tingkat universitas. Perkembangan masyarakat yang
semakin kompleks menuntut Perguruan Tinggi (PT) untuk memiliki dan mengembangkan etika
akademik agar mahasiswa memiliki kompetensi dalam bidangnya. Menurut Ariftianto (2010),
etika akademik merupakan suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati,
dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan
lembaga penelitian. Perlunya etika akademik dikarenakan tuntutan jaman yang semakin maju,
sehingga dibutuhkan perubahan dan pembaharuan dalam kehidupan dan kegiatan akademik
menuju kondisi yang lebih baik. Etika akademik adalah etika yang universal, yakni dimiliki oleh
setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik,yaitu dosen dan mahasiswa.
Dosen dan mahasiswa sebagai anggota sivitas akademika harus mampu mengembangkan dan
mengimplementasikan budaya akademik di PT, karena peran dosen dan peran mahasiswa sangat
diperlukan dalam upaya menimbulkan kebiasaan untuk melakukan norma-norma kegiatan
akademik. Oleh karena itu, setiap universitas haruslah diiringi dengan adanya mahasiswa yang
unggul, terampil, cakap, kritis, dan bersikap ilmiah terhadap peristiwa yang terjadi disekitarnya.
Menurut Muslich (2008), sikap ilmiah adalah sikap yang harus ada pada diri seseorang ilmuwan
atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah, yang perlu dibiasakan dalam
berbagai forum ilmiah. Sikap ilmiah yang dimaksud yaitu, sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap
terbuka, sikap objektif, sikap rela menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan
kebenaran, dan sikap menjangkau ke depan. Sikap ilmiah harus ada pada diri setiap mahasiswa,
untuk diterapkan dalam berbagai forum ilmiah dan dalam memecahkan masalah-masalah secara
sistematis melalui langkah langkah ilmiah. Mahasiswa harus berperan aktif dalam
mengembangkan sikap ilmiah yang dimiliki dan mengevaluasinya secara mandiri. Pelaksanaan
berbagai sikap ilmiah didukung oleh adanya kebebasan akademik yang dimiliki oleh mahasiswa
dan dijalankan secara bertanggung jawab. Walaupun sivitas akademika memiliki kebebasan
akademik, namun harus disertai dengan adanya etika akademik untuk mengatur penyelenggaraan
kegiatan akademik di kampus.
ISI UTAMA DAN BAHASAN

Berpikir dan Etika Akademik

Berpikir

Berpikir adalah memberikan gambaran adanya sesuatu yang ada pada diri seseorang. Sesuatu
yang merupakan tenaga yang di bangun oleh unsur-unsur dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas. Pengertian berpikir secara umum adalah aktivitas mental atau intelektual yang
melibatkan kesadaran dan subjektivitas individu. Hal ini dapat mengarah pada sesuatu yang
berupa tindakan atau ide-ide atau pengaturan ide. Berpikir juga mendasari segala tindakan
manusia dan interaksinya. Dalam melakukan aktivitas, manusia memang memiliki syaraf
tersendiri dalam melakukan tindakan, namun ada beberapa aktivitas manusia pula yang di
pengaruhi oleh sistem pikiran manusia.

Berpikir terpusat pada otak manusia. Manusia juga sebagai makluk sosial dan individual yang
selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Berpikir merupakan proses yang mempengaruhi
penafsiran terhadap rangsangan-rangsangan yang melibatkan proses sensasi, persepsi, dan
memori. Pada saat seseorang menghadapi proses persoalan, pertama-tama ia melibatkan proses
sensasi, yaitu menangkap tulisan, menangkap gambar, ataupun juga menangkap suara.
Selanjutnya ia juga mengalami proses persepsi, yaitu membaca, mendengar, dan memahami apa
yang di minta dalam persoalan tersebut. Pada saat itupun, sebenarnya ia telah melibatkan proses
memorinya untuk memahami istilah-istilah baru yang ada pada persoalan tersebut, ataupun
melakukan recall dan recognition ketika yang dihadapinya adalah persoalan yang sama pada
waktu lalu.

Berpikir juga merupakan suatu proses simbolis (representasi mental) untuk memanipulasi
informasi untuk memecahkan masalah tertentu dan menghasilkan ide-ide kreatif. Berpikir
merupakan suatu proses kompleks yang terjadi dengan susunan skema-skema kognitif dan juga
mengkategorikan setiap stimulus kedalamnya. Selain itu berpikir juga dapat disebut sebagai
pemecah masalah. Plotnik memaparkan bahwa berpikir seringkali disamakan artinya dengan
reasoning, yang memiliki arti suatu proses mental yang melibatkan pengetahuan untuk mencapai
tujuan tertentu yang mencakup pemecahan masalah, perencanaan dan pengambilan keputusan.
Berpikir untuk memecahkan masalah, mengambil suatu keputusan, dan menghasilkan ide-ide
yang kreatif. Berpikir merupakan proses mental yang dilakukan manusia untuk menghasilkan
ide-ide yang kreatif. Jadi yang di maksud disini, berpikir bukan hanya melibatkan pengetahuan
yang telah ada tetapi juga untuk menghasilkan ide-ide kreatif yang akan di dapat

Ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu:

(1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan
dari perilaku.

(2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam
sistem kognitif, dan

(3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan
pada solusi.

Salah satu sifat dari berpikir adalah goal directed yaitu berpikir tentang sesuatu, untuk
memperoleh pemecahan masalah untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Berpikir juga dapat
dipandang sebagai  pemprosesan informasi dari stimulus yang ada (strating position) sampai
pemecahan masalah (finishing position) atau goal state. Dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa berpikir itu merupakan proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respon.

A. Macam-macam Berpikir

Berpikir banyak sekali macamnya. Banyak para ahli yang mengutarakan pendapat mereka.
Berikut ini akan dijelaskan macam-macam berpikir, yaitu:

1.        Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasakan kebiasaan sehari-hari dari


pengaruh alam sekelilingnya. Misal: penalaran tentang panasnya api yang dapat membakar jika
dikenakan kayu pasti kayu itu akan terbakar.

2.        Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan
cermat. Misal: dua hal yang bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu pada saat
yang sama dalam satu kesatuan.
3.        Berpikir autistik: contoh berpikir autistik antara lain adalah mengkhayal, fantasi atau
wishful thinking. Dengan berpikir autistik seseorang melarikan diri dari kenyataan dan melihat
hidup sebagai gambar-gambar fantastis.

4.        Berpikir realistik adalah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata,
biasanya disebut dengan nalar (reasoning).

Floyd L. Ruch (1967) menyebutkan ada tiga macam berpikir realistik, atara lain:

a.      Berpikir Deduktif

Deduktif merupakan sifat deduksi. Jadi, berpikir deduktif adalah proses berpikir (penalaran)
yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk kesimpulan.

b.      Berpikir Induktif

Induktif artinya bersifat induksi. Jadi, berpikir induktif adalah menarik suatu kesimpulan umum
dari berbagai kejadian yang ada di sekitarnya.

c.       Berpikir Evaluatif

Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan
(Ismienar, 2009). Kita tidak menambah atau mengurangi gagasan, kita menilainya menurut
kriteria tertentu.

B. Tingkatan Berpikir

Dalam berpikir ada beberapa tingkatan atau stage sampai seseorang memperoleh pemecahan


masalah. Diantaranya tingkatan berpikir sebagai berikut.

1.         Berfikir Konkret

Didalam tingkatan berfikir ini memerlukan adanya situasi – situasi yang konkret/ nyata, tetapi
tidak membutuhkan pengertian yang konkret, karena pada umumnya berfikir konkret ini dimiliki
oleh anak – anak kecil, dan harus disajikan dengan peragaan secara langsung.
2.         Berfikir Skematis

Pada tingkatan ini seseorang bukan hanya membutuhkan data – data, kenyataan, ataupun
pengertian yang konkret, tetapi juga memerlukan data – data yang disusun secara sistematis dan
dapat memperlihatkan hubungan antara persoalan yang satu dengan yang lain sehingga
menghasilkan kesimpulan.

3.         Berfikir Abstrak

Tingkatan berfikir abstrak tidak membutuhkan bagan – bagan, skema – skema, simbol –
simbolnya, melainkan membutuhkan tanggapan dan ingatan sendiri serta kecerdasan pikir
sendirilah yang berperan memecahkan masalah. Maka tingkatan ini disebut tingkatan tertinggi.

Etika Akademik

Perguruan tinggi merupakan komunitas tersendiri yang disebut masyarakat akademik (academic
community). PT menjadi lembaga akademik yang memiliki suasana yang khas, yaitu suasana
intelektual (intelektual atmosphere). Hak milik yang paling berharga bagi suatu perguruan tinggi
adalah kebebasan berpikir yang otonom dan etika akademik.

Ciri-ciri masyarakat akademik yaitu : Berpikir kritis, objektif, analitis, kreatif dan konstruktif,
terbuka untuk menerima kritik, menghargai waktu dan prestasi ilmiah, bebas dari prasangka,
kemitraan dialogis, memiliki dan menjunjung tinggi norma dan susila adademik serta tradisi
ilmiah, dinamis, dan berorientasi kemasa depan. Oleh karena itu, Etika akademik dapat dipahami
sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan
diamalkan oleh warga masyarakat akademik khususnya di lembaga pendidikan.

Etika akademik lebih cenderung diarahkan pada etika kampus (campus culture) yang tidak hanya
bertujuan untuk meningkatkan berpikir intelektual, tetapi juga kejujuran, kebenaran dan
pengabdian kepada kemanusiaan, sehingga secara keseluruhan budaya kampus adalah budaya
dengan nilai-nilai karakter berpikir positif.
Etika akademik sendiri adalah etika universal yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang yang
melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Etika ini melekat dalam diri semua insan
akademisi perguruaan tinggi, baik itu dosen ataupun mahasiswa.

Pada dasarnya etika akademik juga merujuk pada cara hidup masyarakat ilmiah yang majemuk
dan multikultural yang bernaung dalam sebuah institusi yang mendasarkan diri pada nilai-nilai
kebenaran ilmiah dan objektifitas.

Etika akademik akan mengarah pada sebuah kata kunci yang menjadi dasar pijakan, yaitu etika
atau etik. Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani, "ethos" yang artinya cara berpikir, kebiasaan,
adat, perasaan, sikap, karakter, watak kesusilaan atau adat.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, ada 3 (tiga) arti yang dapat dipakai untuk kata Etika, salah
satunya adalah etika sebagai sistem nilai atau sebagai nilai-nilai atau norma-norma moral yang
menjadi pedoman bagi seseorang atau kelompok untuk bersikap dan bertindak.

Etika diartikan sebagai kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau moral.
Selain itu, Etika bisa juga diartikan sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk yang diterima
dalam suatu masyarakat, menjadi bahan refleksi yang diteliti secara sistematis dan metodis.

Kata-kata etika, etik dan moral merujuk ke persoalan baik-buruk, lurus-bengkok, benar-salah dan
adanya penyimpangan ataupun pelanggaran praktek tidak lagi disebabkan oleh faktor yang
bersifat di luar kendali manusia (force majeur), tetapi lebih diakibatkan oleh semakin kurangnya
pemahaman etika yang melandasi perilaku manusia.

Sementara itu banyak orang yang menaruh harapan terhadap lembaga pendidikan tinggi agar
tidak hanya memberi bekal pengetahuan (knowledge) ataupun ketrampilan (skill) saja kepada
anak didik, melainkan juga pemahaman dan pembentukan soft skill seperti watak, sikap dan
perilaku (attitude) di dalam kehidupan sehari-hari.

Tiga aspek tersebut akhirnya akan menjadi dasar pembentukan dan penilaian terhadap
kompetensi seseorang sebagai hasil dari sebuah proses pendidikan.
Etika akademik dapat diartikan sebagai ketentuan yang menyatakan perilaku baik atau buruk dari
para anggota civitas akademika perguruan tinggi (PT), ketika mereka berbuat atau berinteraksi
dalam kegiatan yang berkaitan dengan ranah dalam proses pembelajaran.

Etika akademik perlu ditegakkan untuk menciptakan suasana akademik yang kondusif bagi
pengembangan PT sesuai standar yang telah ditetapkan. Sivitas akademika PT yang terdiri atas 3
(tiga) kelompok yaitu mahasiswa, dosen, dan staf administrasi secara integratif membangun
institusi PT dan berinteraksi secara alamiah di dalam budaya akademik untuk mencapai satu
tujuan, yaitu mencerdaskan mahasiswa dalam aspek intelektual, emosi, dan ketaqwaan mereka.

Sebagai konsekuensinya, etika akademik di PT juga harus melibatkan ketiga unsur itu. Dalam
melaksanakan ketiga dharma PT (pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat), maka seluruh unsur sivitas akademika akan terikat pada etika akademik.

Standar etika akademik, direpresentasikan sebagai etika dosen dan etika mahasiswa, yang akan
memberikan jaminan mutu proses interaksi dosen-mahasiswa dan suasana akademik yang
kondusif.

Etika Dosen dan Dosen Beretika

Dosen adalah sebuah profesi pilihan yang secara sadar diambil oleh seseorang yang ingin
terlibat dalam proses mencerdaskan anak bangsa. Untuk itu dosen wajib untuk senantiasa
meningkatkan kompetensi dan kualitasnya dalam kerangka melaksanakan Tridharma PT secara
berkelanjutan dan bertanggungjawab.

Seorang dosen harus mematuhi etika akademik yang berlaku bagi dosen pada saat melaksanakan
kewajiban serta tanggung-jawabnya. Etika dosen mencakup seluruh kegiataan dan aktifitas Tri
Dharma PT (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat).

Etika dosen harus dijabarkan menjadi peraturan atau kontrak kerja yang mengikat, serta diikuti
dengan sanksi akademik maupun kepegawaian bagi mereka yang melakukan pelanggaran.
Implementasi etika dosen, yaitu dalam kegiatan akademik seorang dosen wajib menghargai dan
mengakui karya ilmiah yang dibuat orang lain (termasuk mahasiswa). Tindakan plagiat yang
dilakukan oleh dosen dalam karya akademik dianggap sebagai penipuan, pencurian dan
bertentangan dengan moral akademik.

Pelanggaran terhadap hak atas kekayaan intelektual ini bukan sekedar pelanggaran etika
akademik ringan, bisa ditolerir dan cepat dilupakan, tetapi sudah merupakan pelanggaran berat
dengan sanksi sampai ke pemecatan.

Kewajiban utama seorang dosen adalah meningkatkan aspek kognitif dari mahasiswa dengan
memberikan pengajaran, maka ketidakhadiran dosen dalam proses pembelajaran yang terlalu
sering tidak hanya melanggar etika akademik, tetapi juga melanggar peraturan, komitmen,
tanggung jawab dan sangat tidak profesional.

Standar kehadiran dosen untuk melaksanakan proses pembelajaran (misalnya) minimal 75%--
80%. Dengan sanksi dalam hal tidak dipenuhi maka mata kuliah yang diasuhnya tidak dapat
diujikan.

Etika Mahasiswa dan Mahasiswa Beretika

Mahasiswa sebagai salah satu unsur sivitas akademika yang merupakan obyek dan sekaligus
subyek dalam proses pembelajaran juga perlu memiliki, memahami dan mengindahkan etika
akademik khususnya pada saat mereka sedang berinteraksi dengan dosen maupun sesama
mahasiswa yang lain pada saat mereka berada dalam lingkungan kampus.

Mahasiswa memiliki sejumlah hak, berbagai kewajiban, beberapa larangan dan sanksinya selama
berada di lingkungan akademik. Salah satu hak mahasiswa adalah menerima
pendidikan/pengajaran dan pelayanan akademik sesuai dengan minat, bakat, dan
kemampuannya.

Mahasiswa memiliki hak untuk bisa memperoleh pelayanan akademik dan menggunakan semua
prasarana dan sarana maupun fasilitas kegiatan kemahasiswaan yang tersedia untuk menyalurkan
bakat, minat serta pengembangan diri.
Kegiatan kemahasiswaan seperti pembinaan sikap ilmiah, sikap hidup bermasyarakat, sikap
kepemimpinan dan sikap kejuangan merupakan kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler yang
bertujuan untuk menjadikan mahasiswa lebih kompeten dan profesional. Mahasiswa tidak cukup
hanya memiliki pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill), tetapi juga sikap mental (attitude)
yang baik.

Dalam rangka meningkatkan kompetensi, menguasai iptek sebagai gambaran tingkat


kemampuan kognitif maupun psikomotorik, serta memiliki sikap profesional, serta kepribadian
yang utuh. Perlu adanya sebuah pedoman yang dijadikan sebagai rambu, standar etika ataupun
tatakrama bersikap dan berperilaku di lingkungan kampus, yang di dalamnya memuat garis-garis
besar mengenai nilai-nilai moral dan etika yang mencerminkan masyarakat kampus yang
religius, ilmiah dan terdidik.

Sebagai cermin masyarakat akademik yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan
kesopanan. Mahasiswa wajib menghargai dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan
akademik di mana mereka akan berinteraksi dalam proses pembelajaran.

Selain hak, mahasiswa juga terikat dengan berbagai kewajiban dan ketentuan-ketentuan yang
telah diatur dalam peraturan akademik. Seperti, hak untuk mendapatkan kebebasan akademik
dalam proses menuntut ilmu, haruslah diikuti juga dengan tanggung jawab sesuai dengan etika,
norma susila dan aturan yang berlaku dalam lingkungan akademik.

Demikian juga dengan hak untuk bisa menggunakan sarana/prasarana kegiatan kurikuler
(fasilitas pendidikan, laboratorium, perpustakaan, dll) harus juga diikuti dengan kewajiban untuk
menjaga, memelihara dan menggunakannya secara efisien. Kewajiban akademik dalam proses
pembelajaran, ketidakhadiran kurang dari prosentase minimal akan menyebabkan yang
bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti ujian.
Etika staf administrasi

Staf administrasi merupakan salah satu cari civitas akademik yang memiliki peranan yang sangat
penting untuk kelancaran proses akademis. Staf memiliki fungsi mengatur segala kegiatan yang
berhubungan dengan administrasi dan registrasi mahasiswa maupun dosen.

Selain itu, staf memiliki fungsi sebagai fasilitator yang menyiapkan segala kebutuhan dan
keperluan proses akademis. Sebagai salah satu bagian yang memegang peranan penting dalam
budaya akademis, staf memiliki kode etik tersendiri sebagai pelayan dalam lingkungan kampus.

Salah satunya adalah melayani segala kebutuhan administrasi dosen dan mahasiswa dengan baik.
Baik dalam hal ini mencakup dapat berkomunikasi dengan baik, dan ramah.

Sebagai penutup, budaya akademik adalah salah satu bagian yang mendukung misi pendidikan
tinggi nasional. Budaya akademik sebagai suatu subsistem perguruan tinggi memegang peranan
penting dalam upaya membangun dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban masyarakat
(civilized society) dan bangsa secara keseluruhan.

Indikator kualitas PT kekinian ditentukan oleh kualitas civitas akademika dalam


mengembangkan dan membangun budaya akademik.

Pelanggaran Akademik

Jenis Pelanggaran Akademik

Pelanggaran Akademik Ringan :

Penyontekan dan/ atau perbuatan curang. Adalah perbuatan dengan sengaja atau tidak,
menggunakan atau mencoba menggunakan bahan-bahan informasi atau alat bantu studi lainnya
tanpa izin dari dosen yang bersangkutan dalam kegiatan akademik.
Perbantuan atau percobaan perbantuan Pelanggaran Akademik Ringan. Adalah perbuatan dengan
sengaja atau tidak, membantu atau mencoba membantu menyediakan sarana atau prasarana yang
dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran akademik ringan.

Penyertaan dalam Pelanggaran Akademik Ringan. Adalah perbuatan dengan sengaja atau tidak,
bekerjasama atau ikut serta melakukan atau menyuruh melakukan perbuatan-perbuatan yang
menyebabkan terjadinya pelanggaran akademik ringan.

Pelanggaran Akademik Sedang :

Perjokian. Adalah perbuatan dengan sengaja atau tidak, menggantikan kedudukan atau
melakukan tugas atau kegiatan untuk kepentingan orang lain, atas permintaan orang lain atau
kehendak sendiri, dalam kegiatan akademik.

Pengulangan atas pelanggaran akademik ringan

Perbantuan atau percobaan perbantuan pelanggaran akademik sedang. Adalah perbuatan dengan
sengaja atau tidak, membantu atau mencoba membantu menyediakan sarana atau prasarana yang
dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran akademik sedang.

Penyertaan dalam Pelanggaran Akademik Sedang. Adalah perbuatan dengan sengaja atau tidak,
bekerjasama atau ikut serta melakukan atau menyuruh melakukan perbuatan-perbuatan yang
menyebabkan terjadinya pelanggaran akademik sedang.

Pelanggaran Akademik Berat :

Plagiat. Adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh
karya dan/ atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan
sumber secara tepat dan memadai.

Pemalsuan. Adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja, tanpa izin yang berwenang
mengganti atau mengubah/ memalsukan nama, tanda tangan, nilai atau transkrip akademik,
ijazah, kartu tanda mahasiswa, tugas-tugas, laporan praktikum, keterangan, atau laporan dalam
lingkup kegiatan akademik.
Penyuapan. Adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja, mempengaruhi atau mencoba
mempengaruhi orang lain dengan cara membujuk, memberi hadiah atau ancaman dengan
maksud mempengaruhi penilaian terhadap prestasi akademiknya.

Penghinaan. Adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja, menyampaikan perkataan,
tulisan atau dalam bentuk apapun yang pada pokoknya merendahkan martabat kedudukan
sesama mahasiswa, dosen, staf administrasi maupun pejabat di lingkungan Universitas
Diponegoro.

Tindak pidana yang diancam hukuman penjara 1 (satu) tahun atau lebih berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengulangan atas pelanggaran akademik sedang.

Pelanggaran administrasi dan tata tertib berat. Adalah perbuatan secara sengaja atau tidak
sengaja, baik sendiri maupun kerjasama melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
ketentuan tata tertib dan administrasi yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.

Perbantuan atau percobaan perbantuan Pelanggaran Akademik Berat. Adalah perbuatan secara
sengaja atau tidak sengaja, membantu atau mencoba membantu menyediakan sarana atau
prasarana yang dapat menyebabkan terjadinya Pelanggaran Akademik Berat.

Penyertaan dalam Pelanggaran Akademik Berat. Adalah perbuatan secara sengaja atau tidak
sengaja, bekerjasama atau ikut serta melakukan atau menyuruh melakukan perbuatan-perbuatan
yang menyebabkan terjadinya Pelanggaran Akademik Berat.

Sanksi terhadap Pelanggaran Akademik

Sanksi Akademik terhadap Mahasiswa

Sanksi terhadap Pelanggaran Akademik Ringan

Peringatan keras secara lisan oleh petugas atau tertulis oleh pimpinan fakultas/ ketua jurusan/
program studi/ ketua bagian.
Pengurangan nilai ujian dan/ atau pernyataan tidak lulus pada matakuliah atau kegiatan akademik
dilaksanakan oleh dosen pengampu yang bersangkutan baik atas permintaan pimpinan fakultas/
ketua jurusan maupun tidak.

Sanksi terhadap Pelanggaran Akademik Sedang. Dicabut hak/izin mengikuti kegiatan akademik
untuk sementara oleh pimpinan Universitas Diponegoro paling lama 2 (dua) semester.

Sanksi terhadap Pelanggaran Akademik Berat. Setinggi-tingginya pemecatan atau dikeluarkan


(dicabut status kemahasiswaannya secara permanen) oleh pimpinan Universitas Diponegoro.

Sanksi terhadap dosen dan atau tenaga administrasi yang terlibat dalam pelanggaran akademik
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Prosedur Penetapan Sanksi

Prosedur penetapan sanksi terhadap mahasiswa atau alumni yang kemudian diketahui
melakukan pelanggaran akademik ringan adalah sebagai berikut :

Penetapan bukti pelanggaran.

Pengesahan oleh para pihak yang berwenang.

Penetapan sanksi oleh dosen pengampu/ ketua jurusan/ ketua program studi.

Prosedur penetapan sanksi terhadap mahasiswa yang kemudian diduga melakukan pelanggaran
akademik sedang dan berat adalah sebagai berikut:

Dekan menunjuk Tim Pemeriksa untuk memeriksa dan mengumpulkan fakta/ data/
informasi terhadap dugaan terjadinya pelanggaran akademik sedang dan/ atau berat;

Tim Pemeriksa dalam rangka memeriksa dan mengumpulkan fakta/ data/ informasi mempunyai
kewenangan untuk memanggil pihak-pihak yang terkait dan meminta data, bukti atas dugaan
terjadinya pelanggaran akademik sedang dan/ atau berat;
Hasil pemeriksaan Tim Pemeriksa terhadap dugaan terjadinya pelanggaran akademik sedang
dan/ atau berat, diserahkan kepada Dekan Fakultas untuk kemudian disampaikan kepada
Pimpinan Universitas;

Pimpinan universitas setelah memperhatikan, mempertimbangkan berita acara hasil pemeriksaan


dan pengumpulan fakta/ data/ informasi atas kasus tersebut, yang disusun oleh tim yang ditunjuk
pimpinan fakultas, membentuk Tim Penyelesaian Pelanggaran Akademik.

Tim Penyelesaian Pelanggaran Akademik terdiri atas:

Pimpinan Universitas

3 (tiga) orang pakar hukum

Pimpinan fakultas pelapor

Tenaga administrasi sebagai pencatat jalannya sidang

Selama proses pemeriksaan dalam sidang khusus, mahasiswa yang diduga melakukan
pelanggaran akademik sedang dan/ atau berat diberi hak untuk membela diri dengan didampingi
penasehat hukum.

Berdasarkan hasil sidang khusus, pimpinan universitas dapat memutuskan penjatuhan sanksi
terhadap mahasiswa yang bersangkutan dengan memperhatikan bobot atau jenis pelanggaran
akademik dan sanksi yang dapat dikenakan.

Pengenaan sanksi akademik berat berupa pemberhentian statusnya sebagai mahasiswa Undip
secara permanen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf c di atas khususnya
terhadap mahasiswa yang melakukan pelanggaran akademik berat.

Pengenaan sanksi akademik berat selain pemberhentian permanen statusnya sebagai mahasiswa
Undip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf c di atas khususnya terhadap
mahasiswa yang melakukan pelanggaran akademik berat tetapi tidak diproses di pengadilan,
maka pengenaan sanksi akademik berat tersebut dapat dilakukan.
Dalam hal mahasiswa yang diduga melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 ayat (3) huruf e menjalani masa penahanan dan atau telah mendapat putusan Pengadilan
Negeri yang amarnya menyatakan mahasiswa yang bersangkutan bersalah; Pimpinan Universitas
dapat menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara paling lama 2 (dua) semester dan dihitung
sebagai masa studi.

Dalam hal setelah sanksi pemberhentian sementara selesai dijalani, ternyata mahasiswa yang
bersangkutan masih dalam penahanan, maka masa studi mahasiswa yang bersangkutan
dibantarkan (sementara tidak dihitung) sampai pada putusan pengadilan yang bersangkutan
mempunyai kekuatan hukum tetap;

Pengenaan sanksi akademik berat berupa pemberhentian permanen statusnya sebagai mahasiswa
Undip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf c di atas, khususnya terhadap
mahasiswa yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf
e hanya dapat dikenakan setelah ada putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap yang amarnya
menyatakan mahasiswa yang bersangkutan bersalah dan dikenai sanksi pidana;

Dalam hal mahasiswa yang diduga melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 ayat (3) huruf e pada putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dinyatakan
bersalah dan dikenai sanksi pidana, maka masa studi selama yang bersangkutan ditahan dan atau
diberhentikan sementara, dihitung sebagai masa studi;

Mahasiswa yang dikenai sanksi karena melakukan pelanggaran akademik dalam segala
tingkatan, mempunyai hak untuk menyampaikan keberatan dan atau banding administratif,
dengan tenggang waktu pengajuan 14 (empat belas) hari sejak diterimanya pemberitahuan
putusan sanksi akademik dimaksud.

Anda mungkin juga menyukai