Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Sejarah Agama Hindu

Dosen Pengampu :
Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.
Made Widhiyana, S.Pd. H., M.H
Dr. Ir. Ketut Murniati

Disusun oleh :

Kadek adi wijaya (2216051070)


Komang Andre Permana (2218011070)
Made Arya Bagia (2211021008)
Made Desma Pratiwi (2216071013)
Putu Ayu Jingga Saraseka Pratiwi (2212011462)
Putu Dewi Andriani ( 2215061033)

UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Astungkare, puji dan syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena atas anugrah dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan tugas makalah yang berjudul “Sejarah Agama Hindu” ini dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Hindu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan serta pengetahuam tentang sejarah agama Hindu.
Makalah ini telah kami susun dengan baik dari berbagai sumber sehingga
pembuatannya berjalan dengan lancar. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca.
Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Bagi kami sebagai penyusun pun
menyadari, bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 9 Maret 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 1
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 5
BAB II .................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
2.1 Sejarah Agama Hindu ................................................................................... 6
2.2 Penyebaran Agama Hindu dari India ke Indonesia ..................................... 16
2.3 Perkembangan agama Hindu di Indonesia .................................................. 19
BAB III ................................................................................................................. 27
KESIMPULAN & SARAN................................................................................. 27
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 27
3.2 Saran ............................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Negara
menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agama dan kepercayaan itu. Menurut penelitian para ahli, secara umum
dapat dikatakan bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu berasal dari India,
berlangsung dalam kurun waktu yang panjang, kemudian kontak kebudayaan yang
menyebar secara perlahan-lahan dari daerah pesisir hingga sampai masalah agama
dengan mendirikan kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, akan tetapi pemerintah
tidak mencampuri hal-hal yang menyangkut materi ajaran dan tata cara peribadahan
masing-masing agama. Ahli menjelaskan bahwa kata "agama" berasal dari bahasa
Sansekerta dan mengacu pada perilaku, perilaku, dan tingkah laku Tuhan. Artikel
tersebut menjelaskan bahwa kata "agama" berasal dari dua kata "a" dan "gamma",
yang berarti "pergi" atau "kekacauan". Alasannya karena agama adalah pedoman.
Ini karena ajaran agama disembunyikan dari mereka yang membaca ini. Agama
adalah sarana bagi manusia untuk memelihara kebaikan dan perbuatan baik selama
hidupnya di dunia ini, sehingga masalah agama sering hadir dalam sejarah
kebudayaan manusia, yang menunjukkan bahwa agama mampu mewujudkan
pemikiran dan perilaku manusia, sebagai individu dan sebagai individu. dan sebagai
anggota massa. Agama universal merupakan unsur yang diterapkan secara
universal dalam kehidupan manusia.

Tujuan agama adalah untuk mencontoh moralitas dan perilaku buruk secara
umum. Akibatnya, agama membantu orang menjangkau dunia. Hubungan antara
manusia dengan yang tidak kasat mata, yaitu Tuhan dan sikap terhadapnya juga
tersirat dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan antara agama dan masyarakat
secara keseluruhan, serta gagasan dan norma yang memandu pelaksanaannya,
ditandai dengan adanya interaksi antara agama dan masyarakat. Sebagai hasil dari
hal di atas, kehidupan dan pengalaman religius mendapat manfaat dari pasar yang

3
dianut. Agama dan manusia adalah dua faktor terpenting yang mempengaruhi
totalitarianisme dan jumlah penduduk. Indonesia dikatakan sebagai negara yang
memiliki ikatan kuat dalam bidang bisnis, pendidikan, linguistik, dan agama. Ada
banyak agama yang dikenal dari pulau ini, termasuk Konghucu, Kristen, Hindu,
Budha dan Islam.

Selain itu, ada kekurangan tumbuh dan berkembang di antara aliran atau
kepercayaan lokal lainnya, yaitu angka. Tanggapan pemerintah Indonesia atas
kejadian ini terdapat dalam Pasal 22 UU No. 39 tahun gempa bumi manusia 1999 :
Beberapa orang mampu mengenal agamanya dengan cara yang berbeda-beda, baik
untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan orang lain. Negara menjamin
kebebasan setiap orang yang memeluk agama yang bersangkutan dan untuk
beribadat menurut agama dan kepercayaannya", menurut Pasal 55 UU No. "Setiap
anak berhak untuk beribadat menurut agamanya, berpikir dan menyatakan dirinya
menurut terhadap tingkah laku dan usia intelektualnya di bawah pembinaan orang
tua dan/atau walinya”, sebagaimana tercantum dalam UU No. 39 Tahun 1999,
adalah pengertian dari istilah ini. Bebas dalam pasal ini mewakili semua agama
yang ada di Indonesia, termasuk Islam, Hindu, Budha, Kristen dan Khonghucu.
Hindu adalah salah satu agama yang paling populer di Indonesia.Dari sekian
banyak agama yang ada di Indonesia, hanya sedikit yang memiliki definisi dan cara
untuk membedakannya.Dalam agama Hindu, istilah "agama" berasal dari bahasa
Sansekerta dan disebut "agama". tujuan pendekatan” karena disebut “pendekatan”
pada “tujuan agama”, yaitu ketika bahagia dan menyatu dengan Hyang Widhi atau
Nining Bhatara (Tuhan Yang Maha Esa). d sebagai "kebenaran-kebenaran abadi".
Hinduisme adalah cara produksi agama yang didirikan secara unik dan diakui
secara luas di India.

Agama ini bisa dikatakan hasilnya evolusi agama yang dibawa kaum Arian ke
dalam peradaban Bangsa Dravida, yang dalam perkembangannya memiliki
eksposisi yang sangat panjang ketika datang ke Indonesia. Agama Hindu di India
berasal dari India, meskipun sebenarnya berbasis di India. Agama ini tumbuh
perlahan dan tumbuh dengan ketekunan dan ketekunan. Prosedur tersebut selesai
untuk jangka waktu yang panjang dan menyenangkan. Akibat dari pertukaran
barang tersebut, terdapat budaya yang dapat digunakan untuk mempromosikan

4
agama Hindu di Indonesia oleh masyarakat pesisir. Kegiatan keagamaan umat
Hindu dapat dijumpai di berbagai tempat, antara lain Jawa Tengah, Jawa Barat,
Jawa Timur, Pulau Bali, dan Kalimantan Timur (Kutai). 11 Kegiatan keagamaan
Hindu dapat ditemukan di Kalimantan dalam kurun waktu yang relatif singkat,
sekitar tahun 400 Masehi, ketika kelelawar ditemukan di Sungai Mahakam
Kalimantan Timur yang berisi informasi tentang Kutai.

Yupa berupa tiang batu kurban yang mengikat hewan kurban saat upacara
berlangsung. Hasilnya, Yupa berkontribusi pada berbagai barang dan jasa budaya
Indonesia. Memang, itu menggunakan Pallava, bahasa Sanskerta. Agama Hindu
juga ada di daerah Kalimantan Selatan yang didirikan oleh sebuah candi bernama
Candi Agung yang terletak di daerah Kali Malang, Kecamatan Amuntai Tengah,
Kalimantan Selatan. Masuknya agama Hindu ke Kalimantan Selatan melalui jalur
perdagangan diketahui oleh Ampu Jatmika yang berasal dari pulau Jawa dan
melalui jalur perkawinan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Sejarah Kelahiran Agama Hindu?


2. Bagaimana Proses Perkembangan Agama Hindu?
3. Bagaimana Proses Penyebaran Agama Hindu dari India ke indonesia?
4. Bagaimana Proses Perkebangan Agama Hindu di Indonesia?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk:

1. Mengetahui Sejarah Kelahiran Agama Hindu.


2. Mengetahui Proses Perkembangan Agama Hindu.
3. Mengetahui Proses Penyebaran Agama Hindu dari India ke Indonesia.
4. Mengetahui Proses Perkembangan Agama Hindu di Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Agama Hindu

A. Bangsa Dravida dan Arya

Secara historis, kelahiran agama Hindu dilatarbelakangi oleh akulturasi


kebudayaan antara suku Arya sebagai bangsa pendatang dari Iran dan Dravida
sebagai penduduk asli India. Bangsa Arya masuk ke India kira-kira tahun 1500 SM.
Dengan segala kepercayaan dan kebudayaan yang bersifat vedawi, telah menjadi
thesa disatu pihak, dan kepercayaan bangsa Dravida yang animis telah menjadi
antitesa di lain pihak. Dari sinkritisme antara keduanya, maka lahir agama Hindu
(Hinduisme) sebagai synthesa. Pada waktu bangsa Arya masuk ke India, di sana
telah tinggal penduduk India yang asli, termasuk bangsa Dravida.

Bangsa ini berbadan kecil kulitnya kehitam-hitaman bahkan ada juga yang
hitam hidungnya pipih dan rambutnya ikal, mula-mula bangsa asli tersebut tersebar
diseluruh India Selatan Selatan saja, namun lambat laun bangsa Dravida itu tinggal
di kota-kota, bercocok tanam, dan pandai berlayar menyusuri pantai. Bangsa arya
yang menduduki India itu berasal dari Utara. Tempat kediaman mereka yang asli
ialah didaerah laut Kaspia. Kira-kira tahun 2000 SM mereka meninggalkan tempat
mereka yang asli. Gelombang yang satu lagi menuju kearah Barat Eropa.
Gelombang yang satu menuju ke arah Tenggara, ke Persia dan India. Kira-kira
tahun 1500 SM berakhirlah penyerbuan bangsa Arya ke India itu, di India mereka
menetap di lembah Sungai Shindu (Indus). Selangkah demi selangkah mereka
melakukan ekspansi ke daerah pedalaman sampai ke sungai Gangga dan Dekkan.

Sifat bangsa Arya berlainan dengan bangsa Dravida. Bangsa Arya berkulit
putih, badannya tinggi dan besar, rambutnya kemerah-merahan, hidungnya besar
dan mancung, dan matanya biru. Sifat yang paling istimewa dari bangsa Arya
adalah pandai berperang daripada bangsa Dravida. Mereka menggunakan bahasa

6
Sansekerta, dan tidak lagi menjadi bangsa pengembara melainkan sebaliknya.
Mereka menetap menjadi bangsa yang menetap menjadi masyarakat desa, bercocok
tanam dan berdagang. Ketiga pekerjaan itu menimbulkan tiga macam pekerjaan
yang utama yaitu menjalankan agama, berperang, dan berdagang. Pengaruh tiga
golongan dalam pergaulan hidup mereka menjadi golongan pendeta, prajurit, dan
golongan pedagang. Lambat laun ketiga golongan ini berubah menjadi kasta
Brahmana, kasta ksatria, dan kasta Waisya. Bangsa asli (dravida) yang telah
ditaklukkan oleh bangsa Arya, mereka masukkan dalam kasta yang keempat yakni
kasta sudra. Sedang bangsa asli yang terdesak dibagian selatan tidak dimasukkan
ke dalam kasta apapun. Mereka oleh bangsa Arya disebut kasta pAryah, artinya
orang yang tidak termasuk dalam lngkungan pergaulan hidup yang tertentu. Dari
asas pergaulan kehidupan tersebut menyebabkan timbulnya konsepsi Hinduisme
mengenai sruktur dan susunan masyarakat.

Berlatar belakang statusnya sebagai bangsa pendatang maka bangsa Arya


merasa memiliki kelebihan daripada bangsa Dravida. Kedudukan bangsa arya yang
terdiri dari para Brahmana atau para ahli kitab bagaimanapun tidak bisa disejajarkan
dengan orang-orang awam pada umumnya, sehingga tidak mengherankan jika pada
akhirnya agama Hindu lebih banyak diwarnai oleh adanya klasifikasi masyarakat
penganutnya ke dalam kasta-kasta. Kaum Brahmana yang menguasai kitab Veda
telah menjadi kelompok penentu ajaran Hindu, karena itu agama Hindu dikenal
juga dengan istilah agama Brahmana atau disebut Dharma dalam bahasa
Sansekerta.

Sejarah menyebutkan bahwa bangsa Dravida telah mencapai tingkat


kebudayaan yang sangat tingi jauh sebelum munculnya bangsa Arya di benua Indo-
Pakistan. Ada bukti sejarah bahwa pada tahun 2500 SM di anak peradaban di
lembah sungai Indus telah dibangun bangsa Dravida dan sudah cukup maju di
negeri yang sekarang disebut Pakistan. Mereka berbudaya petani serta mahir baca
tulis, menggunakan tembaga dan perungu, tetapi belum memakai besi dalam
persenjataan, serta mempunyai hubungan dagang pada waktu-waktu tertentu
dengan Sumeria dan Akkad. Reruntuhan dari dua ibukota kembarnya, yakni
Harappa di Utara dan Mohenjo Daro di selatan dilandasi dengan rancangan

7
bangunan yang sama, dan ini menyajikan bukti tentang masyarakat yang sangat
terorganisir dan berkembang di bawah suatu pemerintahan yang kuat dan terpusat.
Mereka menghasilkan juga beberapa karya seni dan kerajinan yang menakjubkan.
Dalam sejarah memang tidak diketahui secara pasti tentang bangsa Dravida, namun
ada referensi yang menyebutkan bahwa terdapat adanya peninggalan tulisan mereka
yang berbentuk semacam tulisan bergambar dan sampai sekarang belum
terpecahkan. Namun beberapa gambar timbul menunjukkan beberapa kunci sifat
agama mereka, berbagai gambar wanita ditembikar menunjukkan ada beberapa
bentuk penyembahan terhadap Tuhan ibu dikalangan mereka. Juga ada suatu candi
yang menunjukkan bentuk wanita yang dari perutnya keluar suatu tanaman, dan ini
menunjukkan ide dari dewi bumi yang berhubungan dengan tanaman.

Dewi-dewi semacam itu adalah biasa dalam ajaran agama Hindu sekarang,
juga ada beberapa sajian pada candi-candi yang di temukan di lembah Indus dari
Tuhan wanita, bertanduk dan bermuka tiga dan duduk berposisi yoga, kakinya
bersila di kelilingi oleh suatu candi berbentuk empat ekor binatang buas, gajah,
macan, badak, dan banteng ini adalah prototype dari dewi Hindu sebagai Tuhan
utama,Syiva, Tuhan dari binatang-binatang buas dan pangeran Yogi. Ada juga bukti
di kalangan bangsa dari lembah Indus ini, orang-orang menyembah phallic dengan
penyajian kelamin laki-laki dan kelamin wanita, penyembah pohon suci, khususnya
pohon papal, penyembah pohon yang dianggap suci, seperti banteng yang
berpunuk, sapi dan ular. Semua ini sebagai pelambang agama Hindu. Gambaran
lain yang ada dalam agama Hindu juga di temui, seperti penyembah patung, bertapa
dengan cara Yoga, bermeditasi, berkumpul dan mandi bersama-sama di sungai serta
ajaran inkarnasi (avtar) ke dalam agama Hindu.

Peradaban lembah Indus ini berakhir secara mendadak antara tahun 2000
sampai dengan 1500 tahun sebelum Masehi. Data yang memberikan penjelasan dari
peradaban ini adalah saat- saat kekacauan dan kesukaran. Ada bukti-bukti yang
menunjukkan tentang adanya kekerasan, perampokan dan kebinasaan yang
dilakukan oleh penyerang-penyerang asing. Peradaban kaum yang baru ini adalah
perusak peradaban lembah Indus yang datang berkelompok besar dan
bergelombang- gelombang, dan mereka jauh lebih primitif di banding dengan

8
bangsa Dravida, dan cara hidup mereka, baik kepercayaan maupun praktik
keagamaan mereka sangat berbeda.

B. Tiga Periode Perkembangan Agama Hindu.

Sejarah agama Hindu terbagi pada tiga bagian. Yaitu zaman Weda Kuno,
zaman Brahma dan zaman Upanisyad.

1. Zaman Weda Kuno.

Para ahli sejarah menyatakan bahwa pendatang baru ini adalah Indo-Eropa
yang menyambut diri mereka sebagai bangsa Arya. Untuk mengetahui peradaban
dan agama bangsa Arya ini dapat terlihat dari isi kitab Weda yang merupakan puji-
pujian yang masyhur dan terdiri dari empat yang termasyhur, yakni Reg Weda.
Yajur Weda, Sama Weda Atarwa Weda. Agama Indo- Arya seperti yang ditemukan
dalam kitab Rig Weda di gambarkan tentang penjelmaan alam. Dewa-dewi agama
Weda ini merupakan penjelmaan lebih kurang sebagai pengejewantahan dari daya-
daya kekuatan alam. Agni dewa api, Bayu dewa angin, Surya dewa matahari, dan
seterusnya. Mereka dipandang sebagai mahluk yang lebih tinggi dari manusia, dan
kewajiban manusia untuk menyembah, mematuhi, dan memberi sesaji kepada
mereka. Jadi terdapat banyak Tuhan dalam agama bangsa Arya. Agama bangsa
Arya sekarang ini seperti tampak pada kitabnya yang berbentuk poleteisme, dan
mempunyai persamaan mitologi dengan pasangannya di Eropa.

Walaupun demikian ada kira-kira seperempat dari puj-pujian dalam Rig


Weda di tunjukkan kepada Indra. Dia adalah dewa langit biru, pengumpul awan,
pencurah hujan, dan penyulut petir. Dia membantu para pemujanya, bangsa Arya
dalam membinasakan musuh-musuhnya di waktu peperangan. Dia tidak menyukai
minuman yang memabukkan yang berasal dari sari tumbuhan yang merambat di
kenal sebagai somma. Secara moral lebih tinggi dari pada dewa lainnya.
Kedudukannya lebih tinggi dari dewa Baruna sebagai utusan dari langit yang tinggi.
“Dewa”. Max Muller, mengatakan”adalah salah satu dari ciptaan yang paling

9
menarik menurut pemikiran Hindu, karena walaupun dapat menerima latar
belakang fisik kemunculannya, tetapi ia merupakan gambaran adanya dewa yang
lebih tinggi dari dewa-dewa Weda. Ia adalah satu-satunya dewa yang mengatasi
seluruh dunia yang menghukum orang yang berbuat jahat dan mengampuni orang
yang mohon ampun”.

Ada satu aspek dari ide kutuhanan yang cukup menarik yakni kedekatan
hubungan dengan apa yang di gambarkan sebagai rta. Rta berarti “cosmic order”,
pemelihara dari segala Tuhan-Tuhan. Bentuk penyembahan yang utama dalam
weda adalah Yajma, yakni upacara pengorbanan kepada dewa-dewa, para pelaku
upacara melingkari api pengorbanan dan sesaji yang dikumpulkan didalamnya.
Sesaji itu terdiri dari mentega susu, minuman yang memabukkan, dan barang-
barang lain semacam itu. Binatang utama yang dikorbankan adalah kambing,
domba, sapi, semua itu bertujuan untuk menyenangkan hati para dewa serta untuk
memperoleh keberuntungan dari mereka. Dalam puji-pujian yang disebutkan dalam
Rig weda dapat dilihat suatu perkembangan kea rah monoteisme.

Hal itu tumbuh dari Tuhan prajapati Sang pencipta. “Tetapi, menurut Dr.
Radkhakrishna, “monoteisme ini belum sedemikian tajam dan langsung seperti
halnya di dunia modern”. Di samping beberapa puji-pujian yang mengakui
Prajapati sebagai Tuhan Yang maha kuasa dan Tuhan dari segala ciptaan, tetapi
pada kenyataannya ada dewa-dewi lain yang tetap diakui keberadaannya.
Sebagaimana dikatakan Max Muller, “dengan konsepsi yang menyatakan Prajapati
sebagai Tuhan semua yang diciptakan dan penguasa dewa-dewa, hal itu merupakan
pencAryan terhadap monoteisme.

Walaupun dalam ayat-ayat Ring Veda tidak ada embrio agama monoteisme
yang sesungguhnya, tetapi disana tetap terdapat konsep monoteisme. Dialah yang
SATU dengan bermacam-macam nama seperti Agni, Yama, Mataisvan5 Tidak
adanya penyebutan dalam kitab Weda tentang ciri khas dalam praktik dan doktrin
mereka. Tidak ada berhala, tidak ada upacara mandi di sungai suci, tidak ada
pertapaan di hutan, tidak ada latihan-latihan Yoga, juga tida ada doktrin dalam
ajaran Hindu tentang Avtar. (penjelmaan kembali) dan metaphiskosis (perpindahan

10
jiwa). Masyarakat Indo-Arya di bagi menjadi tiga kelas, yakni kesatria,
pertukangan, dan ulama. Tetapi sebagaimana dikatakan Max Muller bahwa tidak
ada sistem kasta kaum wanita memperoleh hak kedudukan yang lebih tinggi
dibandingkan masyarakat agama Hindu masa lalu. Menurut Dr. Radhakrishnan
dalam tulisannya menyebutkan :

“Agama menurut Atharwa Weda adalah agama untuk orang-orang primitive, di


mana isi dunia ini penuh dengan arwah orang mati yang tanpa bentuk. Ketika dia
menyadari ketidak mampuan terhadap kekuatan alam, dan kodrat-Nya yang
dengan pasti menuju ke kematian, maka mereka membuat kematian dan penyakit,
kegagalan dan gempa bumi sebagai permainan dari penyakit, kegagalan dan
gempa bumi sebagai permainan dari fikirannya. Dunia ini menjadi penuh sesak
dengan roh-roh dan dewa-dewa yang dapat ditelusuri pada roh-roh yang tidak
puas. Bila seseorang jatuh sakit, dukun yang dikirim bukan dokter”.

2. Zaman Brahmana

Seiring dengan berjalannya waktu, kaum indo Arya maju melewati Punjab
dan memasuki lembah Gangga dan Jamuna. Mereka berhasil mengalahkan
peradaban penduduk asli serta diturunkan derajatnya menjadi budak (sudra).
Selama priode ini juga berlangsung pertempuran di dalam masyarkat Indo Arya
sendiri di antara para perwira (kesatria) dan ulama (Brahmana). Pada awanya para
kesatria berada pada kasta teratas, namun pada masa ini justru kaum Brahmana
meningkat sebagai golongan paling tinggi dan paling berkuasa. Lambat laun
mereka mendapat kesenangan, dan hampir mendekati tingkat ketuhanan serta
diberikan kepada mereka kehormatan sebagai kasta yang paling tinggi.

Kitab-kitab yang disucikan oleh Brahmana disusun oleh para pendeta


agama, pendeta agama Brahmana sekitar abad ke 8 SM telah menjelaskan asal usul
mukjizat dan daya kekuatan pengorbanan. Kitab tersebut juga memberi rincian
secara rinci tentang dongeng-dongeng, baik dari manusia maupun dewa-dewa
dalam mengambarkan upacara peengorbanan. Pengorbanan, seperti dikutip

11
Profesor Hopkins,”menjadi seperti mesin giling yang bekerja untuk meramalkan
pahala dimasa yang akan datang dan juga berkah saat ini”. Hal itu ahirnya dianggap
suatu upacara magis dan pengaruhnya tergantung kepada penyajian yang tepat.
Menurut Prof. Hiiyana yang dikutip dalam buku Perbandingan Agama bahwa
“adanya perubahan yang terjadi pada jiwa pemberian koban kepada para dewa pada
kurun waktu tertentu. Upacara itu lebih cenderung untuk meberikan sesuatu dengan
cara keharusan kepada para dewa-dewa agama agar memberikan apa yang
diinginkan dari orang yang memberikan korban.

Perubahan yang terjadi pada jiwa penorbanan ini dicatat oleh banyak
kalangan cendikiawan masa kini sebagai tahap masuknya bagian-bagian megis
dalam Weda dan diambil sebagai tandingan perpindahan kekuatan dari dewa-dewa
kepada para pendeta.” Karena itu kasta-kasta pada zaman Brahma ini memberikan
warna yang mencolok terhadap strata kehidupan sosial dalam masyarakat India
waktu itu. Kata “kasta” berasal dari bahasa Portugis “Caste” yang berarti pemisah,
tembok atau batas sejarah’ sejarah kasta yang dituduhkan pada masyarakat Hindu
belawal dari kedatangan bangsa Portugis yang melakukan pengarungan samudera
ke dunia timur yang di dasari atas semangat Gold (memperoleh kekayaan) Glori
(memperoleh kejajayaan) dan Gospel (penyebaran agama penginjilan).

Caste yang dalam sejarah portugis sudah berlangsung cukup lama akibat
proses feodalisme. Bahkan memang feodalisme ini telah terjadi pada semua sejarah
masyarakat dunia di Inggris yang ditandai dengan adanya pergolongan masyarakat
secara partikel dengan membedakan namanya seperti sir, lord, duke dan lain-lain.
Gelar kebangsaan seperti tengku, cut masih diterapkan secara kental di Aceh
sedangkan di daerah Jawa disebut dengan raden.

Penyebab timbulnya kasta-kasta di dalam agama hindu adalah karena


datangnya bangsa Arya yang datang ke India dari utara yang mengslshksn secara
kultur bangsa Dravida. Mereka bukan saja mengadakan percampuran agama, tetapi
juga mencampurkan adat istiadat dan kebudayaan. Tetapi karena bangsa Arya
memliki kebudayaan yang lebh dominan , maka unsur kebudayaan mereka itulah
yang lebih unggul (dominan) terhadap kebudayaan bangsa Dravida. Dari bangsa

12
Arya itu pula yang melahirkan golongan pendeta, tentara, raja-raja serta golongan
saudagar atau orang- orang kaya. Sedangkan bangsa Dravida, terkecuali sebagaian
kecil yang berhubungan perkawinan dengan bangsa Arya, umunya membentuk
golongan petani miskin dan pekerja kasar, tukang-tukang serta pesuruh dari ketiga
golongan pertama. Dengan demikian terbentuklah empat macam kasta dalam
kehidupan bangsa India yang diperkuat oleh ajaran agama Hindu, yaitu:

a. Kasta Brahmana

Kelompok ini adalah mereka yang memiliki kecerdasan yang tinggi, mengerti
tentang kitab suci, ketuhanan dan ilmu pengetahuan. Para brahmana memiliki
kewajiban sebagai penasehat pada kaum kesatria dalam melaksanakan roda
pemerintahan. Rsi, pedanda, pendeta, pastur, dan pemuka-pemika agama lainnya,
dokter, ilmuwan, guru dan profesi yang sejenis dapat digolongkan ke dalam kasta
Brahmana.

b. Kasta Ksatria

Yang masuk dalam kelompok ini adalah mereka yang memiliki sikap pemberani,
jujur, tangkas dan memiliki kemampuan managerial dalam dunia pemerintahan.
Mereka yang masuk ke dalam golongan kasta Ksatria ini antara lain: raja/pemimpin
Negara, aparatur Negara, prajurit/angkatan bersenjata.

c. Kasta Waisya

Kelompok Waisya adalah adalah kelompok yang mana mereka memiliki keahlian
berbisnis, bertani dan berbagai profesi lainya yang bergerak dalam bidang ekonomi.
Mereka yang malam dalam kasta ini diantaranya adala pedagang, nelayan,
pengusaha dan sejenisnya.

d. Kasta Sudra

Adalah mereka yang memiliki kecerdasan terbatas, sehingga mereka lebih


cenderung bekerja dengan kekuatan fisik, bukan otak. Contoh profesi sudra adalah
pembantu rumah tangga, buruh angkat barang, tukang becak dan sejenisnya.

13
Bagi bangsa Dravida yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, umumya terdesak ke
daerah selatan dan tidak di golongkan ke dalam kasta sudra, tetapi dianggap sebagai
bangsa yang tak berkasta. Mereka menyebutnya dengan sebutan bangsa pArya yaitu
orang-orang yang tidak dalam perhitungan hidup sehari-hari.

Penggolongan ini akan tetap hidup di masyarakat manapun, karena watak,


karakter, kecerdasan yang menentukan profesi seseorang tidaklah sama. Harus ada
bos dan harus ada pembantu. Harus ada raja/ pemimpin dan harus ada rakyat yang
dipimpin. Keempat golongan masyarakat ini harus bekerjasama untuk menciptakan
masyarakat dunia yang harmonis dan bahagia. Jika kaum pArya mogok kerja, maka
roda perekonomian tidak akan jalan dan terjadi krisis ekonomi. Jika kaum
brahmana tidak menjalankan tugasnya masyarakat mungkin akan kacau karena
moral, agama dan pengetahuan masyarakat menjadi kurang, jika para administrator
Negara tidak jalan, maka Negara bersangkutan menjadi lemah dan mungkin akan
terjadi chaos dalam masyarakat. Jika para sudra/kaum buruh mogok kerja maka
perekonomian dan kehidupan 3 golongan yang lain jiga menjadi timpang.

Haya saja kadangkala akibat feodalisme, egoisme dan keinginan untuk


menancapkan kuku kekuasaan, manusia sebagai orang tua berusaha menancapkan
dan mengibarkan bendera kekuasaan yang sama kepada anaknya meskipun sang
anak tidak memiliki kualifikasi yang sama dengan orang tuanya. Orang tua
terpelajar yang berkedudukan sebagai pemuka agama dan masuk kedalam golongan
brahmana menginginkan agar anaknya dihormati dengan menjadikannya sebagai
seorang Brahmana meskipun si anak tidak memiliki pengetahuan yang memadai
dalam filsafat ketuhanan maupun pengetahuan lainnya.

Demikian juga pemimpin Negara/raja berkeinginan agar garis keturunan


biologisnyalah yang tetap berkuasa dan dihormati masyarakat sehingga dia
memberikan nama gelar kebangsawanan pada anaknya yang meskipun kecerdasan
anak tersebut sangat rendah dan tidak layak menjadi pemimpin.

Jadi, konsep pembagian penduduk secara vertikal yang berdasarkan


kelahiran/keturunan yang selama ini diterapkan baik di masyarakat Hindu sendiri
ataupun di luar masyarakat hindu sangatlah bertentangan dengan konsep ajaran

14
Veda/hindu sehingga masalah ini menjadi tantangan dalam sejarah Hindu yang
pada akhirnya konsep kasta inilah yang melatarbelakangi lahirnya gerakan
reformasi dalam Hindu.

3. Zaman Upanisyad

Zaman Upanisyad adalah zaman dimana ajaaran- ajaran Hindu telah


berpengaruh pada ajaran filsafat.karena itu wajar jika pada zaman ini banyak
kritikan-kritikan terhadap ajaran-ajaran yang lebih memprioritaskan tentang ajaran
Brahma, apalagi tentang upacara-upacara pengorbanan. Karena itu disebutan
bahwa pada zaman Upanisyad menandakan suatu reaksi terhadap kaum brahmana
yang telah menanamkan suatu system upacara agama yang terlalu sulit dicerna akal.

Sebagaimana yang ditulis dalam Upanisyad sebagai berikut:

“Terbatas dan sementaralah hasil dari upacara-upacara agama orang-orang sesat


dan menganggap itu sebagai tujuan tertinggi, mreka hanya berada dalam ritual
lahir dan mati saja.kehidupan mereka pada jurag kebodohan namun mereka
merasa bangga dan terus berputar-putar, ibarat orang buta menuntut orang buta
lagi. Hidup dalam jurang kebodohan itu kiranya mendapat berkah. Mereka terikat
kepada upacara korban dan tidak mngenal tuhan”

Dogma yang penting dalam keprcayaan brahmana adalah keyakinan tentang


keabdian dan asal-usul kutuhanan dari kitab Weda. Penjelasan utama dalam
Upanishad adalah tentang ekksistensi tuhan satu-satunya kebenaran yaitu
Brahmana. Sebagaimana dalam Upanisya dijelaskan:

“Dia yang abadi di antara semua yang fana, yang menjadi kesadaran suci umat
manusia, SATU-SATU zat yang menjawab doa dari semua orang...dia tidak
diciptakan tetapi maha pencipta: mengetahui semuanya. Dialah menjadi sumber
kesadaran suci, pencipta waktu, Maha kuasa atas segala hal. Dia tuhan dari jiwa
dan ala mini...sumber cahaya dan abadi dalam kemukyaan. Hadir di mana-mana
dan mencintai mahlukNya Dia penguasa terahir alam dunia ini dan tidak satupun

15
dapat terjadi tanpa izinNya... saya pergi keharibaan Tuhan yang SATU dalam
keabadian, memancarkan jiwa yang indah dan sempurna, di dalamNya kita akan
mendapat kedamaian”)

Pada zaman Upanisyad ini ajaran-ajaran Agama Hindu telah diwarnai oleh
ajaran-ajaran filsafat, karena itu kritikan - kritikan terhadap zaman Brahma banyak
dilakukan, dengan demikian hal yang terpenting dalam masa ini adalah adanya
perbaikan-perbaikan lebih baik dan sempurna dari zaman-zaman sebelumnya.

2.2 Penyebaran Agama Hindu dari India ke Indonesia

Agama Hindu pada awalnya berkembang di India, kemudia menyebar ke


negara-negara dunia termasuk Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh posisi Indonesia
yang sangat srategis dalam bidang pelayaran dan perdagangan. Agama Hindu
memunculkan pembaharuan besar terhadap Nusantara. Yaitu berkhirnya zaman
prasejarah dan perubahan pada kepercayaan kuno (Anemisme dan Dinamisme)
menjadi kehidupan yang beragama tuhan dan kitab suci sebagai kepercayaanya.
Agama hindu mudah diterima di Indonesia karena kebudayaan hindu dan nusantara
memiliki persamaan. Candi hindu pada dasarnya merupakan gabungan budaya
lokal nusantara dengan budaya India.

Kedatangan agama Hindu di Indonesia tidak terlepas dari peran para


pedagang asing yang datang dan berdagang di Nusantara. Kedatangan agama Hindu
di Indonesia diperkirakan dimulai pada abad ke-4 Masehi. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya kerajaan Hindu Kutai dan Tarumanegara. Hindu adalah agama yang
pertama kali datang ke Indonesia. Sebelum adanya agama Hindu, masyarakat
Indonesia masih hidup pada zaman prasejarah dan masih mengenal kepercayaan
animisme, dinamisme dan lainnya.

Peralihan dari masa prasejarah ke masa sejarah di india terjadi ketika agama
Hindu datang dari India. Salah satu ciri prasejarah adalah tidak adanya tulisan.
Namun pada masa kehadiran agama Hindu, masyarakat Indonesia sudah mengenal
tulisan, dan ini menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia telah berpindah ke

16
zaman sejarah. Penemuan prasasti Pallawa (bahasa asli orang India) dari kerajaan
Tarumanegara menjadi bukti kuat bahwa munculnya agama Hindu mengubah masa
prasejarah menjadi masa sejarah dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Ada 5 teori yang cukup terkenal dalam menjelaskan masuknya agama


Hindu dan Buddha ke Indonesia:

1. Teori waisya

Teori waisya mengungkapkan bahwa masuknya agama dan kebudayaan


Hindu berasal dari kasta pedagang (Waisya). Mereka mengikuti musim hujan
(berubah arah selama setengah tahun) dan menetap di Indonesia selama enam bulan
dan menyebarkan agama dan budaya Hindu.

Menurut pendukung teori Waisya, Waisya pada umumnya yang berperan


penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Hindu di Nusantara. Mereka
yang membuat munculnya budaya Hindu sehingga diterima di masyarakat. Saat
itu, pedagang banyak berhubungan dengan penguasa dan rakyat. Hubungan ini
membuka peluang bagi penyebaran agama dan budaya Hindu. Salah satu
pendukung hipotesis Waisya adalah N.J. chrome

2. Teori Ksatria

Teori Ksatria mengungkapkan bahwa pembawa agama dan budaya Hindu


di Nusantara adalah ksatria. Menurut teori ini, India biasa berperang antar
kerajaan. Para prajurit yang kalah perang kemudian pindah ke daerah lain.
Rupanya, beberapa dari mereka datang ke Indonesia dan mendirikan koloni melalui
penaklukan. Mereka menyebarkan agama dan budaya Hindu di Indonesia. Salah
satu pendukung teori kesatria adalah C.C. Berg.

3. Teori Brahman

Teori Brahman menunjukkan bahwa Brahmana membawa agama dan


budaya Hindu ke Indonesia. Para brahmana yang tiba di nusantara mengundang

17
para penguasa nusantara untuk memahkotai diri dengan upacara Hindu (abhiseka =
penobatan). Selain itu, Brahmana juga melakukan upacara keagamaan dan
mengajarkan ilmu pengetahuan. Pendukung hipotesis ini termasuk J.C. van Leur.

4. Teori Arus Balik

mengatakan bahwa yang berperan dalam penyebaran agama Hindu di


Indonesia adalah bangsa Indonesia sendiri. Ini adalah orang-orang yang pergi ke
India untuk mempelajari agama Hindu dan Budha. Selama perjalanan mereka,
mereka mendirikan sebuah organisasi yang sering disebut sangha. Kembali ke
india, mereka akhirnya menyebarkan ajaran yang telah mereka pelajari di India.
Pendapat ini diungkapkan oleh F.D.K. Bosch. Kedatangan para Brahmana - dari
India dan lokal - juga diuntungkan oleh beberapa kelompok pedagang pribumi atau
pemimpin suku yang ingin menaikkan status dan derajat sosial mereka. Dengan
persetujuan para brahmana, mereka dinobatkan sebagai penguasa politik (raja).
Para penguasa baru ini kemudian mempelajari konsep dewa dan raja (devaraja)
untuk mengkonsolidasikan kekuasaan mereka. Dengan demikian, pemimpin kelas
atau suku pedagang menjadi lebih terhormat secara ekonomi, sosial dan politik
ketika kekuatannya meluas. Setelah menjadi raja, mereka mempersenjatai diri
dengan pengikut setia untuk menjadi tentara untuk menjamin keselamatan mereka.
Memperluas wilayah mereka, mereka lebih fleksibel dan percaya diri.

Sistem feodal diperkenalkan ketika kekaisaran didirikan. Feodalisme adalah


“sistem sosial atau politik yang memberikan kekuasaan besar kepada kaum
bangsawan” (KBBI, 2002). Jadi rajalah yang memutuskan ke arah mana kerajaan
akan bergulir. Feodalisme ini cukup berkembang pada masa kerajaan Hindu-
Buddha, khususnya di Pulau Jawa. Sistem kasta dalam masyarakat memperkuat
hubungan feodal. Feodalisme memberikan stabilitas politik yang dibutuhkan
seorang raja untuk mempertahankan kerajaannya.

18
5. Teori Sudra

Teori Sudra dikemukakan oleh van Faber. Teori ini menjelaskan bahwa
penyebaran agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia diprakarsai oleh para
sudra, atau budak, yang merantau ke wilayah Indonesia.

2.3 Perkembangan agama Hindu di Indonesia

Masuknya agama Hindu ke Indonesia sejak awal masehi, selanjutnya


mengalami perkembangan yang sangat pesat.

1. Kutai Kalimantan Timur


Perkembangan agama Hindu di Indonesia, diketahui pada zaman
kerajaan Kutai. Kutai adalah tergolong kerajaan Hindu tertua di Indonesia
abad ke 4 Masehi. Bukti sejarahnya dengan ditemukan 7 buah prasasti
dalam bentuk yupa yang memakai huruf Pallawa berbahasa Sansekerta
dalam bentuk syair. Ditulisnya prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa
Sansekerta dan huruf Pallawa menunjukkan bahwa kerajaan Kutai telah
mendapat pengaruh agama Hindu dari India, di mana bahasa serta tulisan
banyak dikuasai oleh kaum Brahmana yang menduduki status tertinggi
dalam masyarakat.
Golongan ini pula yang mungkin memimpin upacara vratyastoma
untuk pengangkatan Aswawarman dan Mulawarman sebagai raja dan
Pendeta Brahmana agama Hindu di Kerajaan Kutai. Salah satu prasasti yang
berbentuk yupa menyebutkan bahwa raja yang memerintah adalah Raja
Mulawarman yang merupakan raja yang besar, yang berbudi baik, kuat,
anak Aswawarman, cucu Kundungga. Nama Kudungga kemungkinan
adalah nama asli yang belum mendapat pengaruh dari India, sedangkan kata
yang berakhiran –warman merupakan nama yang biasa digunakan di India.
Ini menunjukkan bahwa pada saat Kudungga memiliki anak yang kemudian
diberi nama Aswawarman, kerajaan Kutai telah mendapat pengaruh Hindu.
Prasasti lainnya semua berkaitan dengan yajna yang dilakukan oleh Raja
Mulawarman.

19
Menurut cerita penduduk setempat, Kerajaan Hindu di Kalimantan
Timur yang disebut Kutai Martapura ini berlangsung sampai 25 generasi.
Raja terakhir bernama Dharma Setia abad ke-17. 48 Jadi, Kutai Martadipura
ini adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti
sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara
Kaman, Kalimantan Timur. Tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai
diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti
yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut.

2. Tarumanegara Jawa Barat

Perkembangan selanjutnya diketahui juga Hindu berkembangan


pada zaman kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara berdiri di
Jawa Barat sekitar abad ke 4-5 Masehi. Raja yang berkuasa adalah
Purnawarman. Bukti tentang keberadaan kerajaan ini terlihat dari
ditemukan 7 buah prasasti antara lain: Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasir
Awi, Muara Ciaten, Tugu, dan Lebak. Prasasti ini menggunakan Huruf
Pallawa dengan Bahasa Sansekerta. Ketujuh prasasti tersebut memberi
keterangan tentang keberadaan kerajaan Purnawarman di Jawa Barat.
Diantaranya yang terpenting adalah: Prasasti Ciaruteun, prasasti ini
menyebutkan bahwa adanya bekas tapak kaki seperti kaki dewa Wisnu yaitu
kaki yang mulia Purnawarman, raja di negeri Taruma yang gagah berani.
Sedangkan di Kebon Kopi disebutkan adanya gambar tapak kaki
gajah yang dikatakan sebagai tapak kaki gajah Dewa Indra (Airawata);
Prasasti Tugu, prasasti ini merupakan prasasti terpanjang dan paling
lengkap diantara prasasti Raja Purnawarman. Prasasati ini menyebutkan
Raja Purnawarman yang berhasil menggali sebuah sungai bernama Gomati
yang mengalir di tengah-tengah istana Raja Purnawarman. Penggalian
dilakukan dalam waktu 21 hari dengan panjang 12. Pekerjaan ditutup
dengan pemberian hadiah 1000 ekor lembu kepada para Brahmana. Selain
prasasti-prasasti tersebut, ada 3 buah artefak (arca) yang ditemukan yaitu:
Arca Rajarsi, Arca Wisnu Cibuaya I, dan Arca Wisnu Cibuaya II .

20
Prasasti Ciaruteun tentang gambar telapak kaki dewa Wisnu,
prasasti Jambu tentang tapak tentang tapak kaki gajah Airawata yaitu gajah
Dewa Indra dan hal ini mencerminkan adanya unsur-unsur yang tertuang
dalam Rgveda. Selanjutnya dalam prasasti Tugu diungkapkan tentang
adanya pelaksanaan upacara kurban setelah selesai melakukan penggalian
sebuah sungai dengan pemberian hadiah 1000 ekor lembu kepada
Brahmana. Ungkapan ini menunjukkan adanya pelaksanaan yadnya serta
pemberian hadiah kepada brahmana tidak lain merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan ajaran dana punia yang merupakan isi
dari ajaran agama Hindu.

3. Kerajaan Holing/Kalingga Jawa Tengah

Agama Hindu juga berkembang pada zaman kerajaan


Holing/Kalingga. Keberadaan kerajaan Holing/Kalingga ini berlokasi di
Jawa Tengah. Ini didapat dari sumber luar negeri yaitu dari Cina dan
Prasasti Mahakutta, serta sumber dalam negeri yakni Prasasti Tuk Mas yang
ditemukan di lereng Gunung Merbabu. Prasasti Mahakutta (601 Masehi)
menyebutkan bahwa raja Kertiwarman I yaitu raja negeri Calukya Barat
yang mengalahkan beberapa musuh-musuhnya raja negeri Pandya, Dramila,
Chola dan Kalingga. Pembesar Kalingga melarikan diri ke Indonesia beserta
orang Hindu dan mendirikan kerajaan Kalingga. Sumber berita Tionghoa
dari zaman pemerintahan raja T’ang (618-906) disebutkan nama kerajaan
Kalingga/Holing berlokasi di Jawa Tengah. Holing/Kalingga diperintah
oleh seorang raja putri bernama Ratu Sima (674-675 M) dengan
kejujurannya, setiap hukum dan peraturan-peraturannya mutlak
dilaksanakan. Sedangkan sumber dalam negeri menyebutkan proses
kehidupan di Jawa Tengah sekitar pertengahan abad ketujuh didapatkan di
dalam sumber prasasti Tuk Mas (650 Masehi) dengan menggunakan huruf
Pallawa dan bahasa Sansekerta.

21
4. Sriwijaya di Sumatra Selatan
Selanjutnya, Hindu juga berkembang pada zaman kerajaan
Sriwijaya. Kata Sriwijaya dijumpai dalam prasasti Kota Kapur (pulau
Bangka). Sriwijaya yang dimaksud di sini adalah nama sebuah kerajaan di
Sumatera Selatan dengan pusat kerajaannya adalah Palembang. Bukti-bukti
adanya kerajaan Sriwijaya terlihat dari ditemukannya 6 buah prasasti yang
tersebar di Sumatera Selatan dan pulau Bangka. Prasasti tua ditemukan di
daerah Kedukan Bukit di tepi sungai Talang, dekat Palembang yang
berangka tahun 604 Saka atau 682 Masehi. Prasasti ini mempergunakan
huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Isinya mengenai perjalanan suci
yang dilakukan oleh Depunta Hyang dengan perahu yang membawa tentara
sebanyak 20.000 orang dan berhasil menaklukan daerah-daerah di
sekitarnya.

5. Kerajaan Mataram
Sebelumnya kerajaan ini disebut kerajaan mataram, terdapat dua
keluarga raja atau dinasti atau wangsa yang berkuasa di Jawa tengah sejak
abad ke-8. Kedua wangsa tersebut memiliki corak kebudayaan yang
berbeda. Mereka adalah Wangsa Sanjaya yang bercorak Hindu dan Wangsa
Syailendra yang bercorak Buddha. Penyatuan kedua wangsa ini terjadi pada
abad ke-9 dengan adanya perkawinan antara Rakai Pikatan (Wangsa
Sanjaya) dan raja seorang putri keluarga Syailendra bernama
Pramodawardhani yang merupakan anak Samaratungga, raja Syailendra.
Bukti tentang keberadaan kerajaan ini terdapat dalam prasasti yang
ditemukan di desa Canggal (sebelah barat daya Magelang), kemudian diberi
nama Prasasti Canggal yang berangka Tahun 732 Masehi dan
mempergunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isinya menyebutkan
tentang peringatan didirikannya sebuah lingga (lambang Siwa) di atas
sebuah Bukit di daerah Kunjarakunja oleh raja Sanjaya.
Pendirian sebuah lingga yang dilakukan oleh Raja Sanjaya
merupakan perlambang pendirian suatu kerajaan. Oleh karena itu, Sanjaya
dianggap sebagai pendiri atau wamsakarta dari kerajaan Mataram Hindu.
Ternyata pernyataan ini ditemukan juga dalam sumber-sumber yang lain

22
seperti sumber cerita Parahyangan yaitu sebuah kitab yang menguraikan
tentang sejarah Pasundan. Dalam kitab ini disebutkan bahwa Sanna
dikalahkan oleh Purbasora dari Galuh, dan menyingkir ke gunung merapi,
tetapi penggantinya Sanjaya kemudian menaklukan Jawa Barat, Jawa
Timur, Bali, dan Melayu.

6. Kerajaan Isana di Jawa Timur


Istilah wangsa Isana dijumpai dalam prasasti Pucangan. Prasasti ini
dikeluarkan oleh raja Airlangga pada tahun 963 Saka (1041) Masehi. Bagian
prasasti yang berbahasa Sansekerta diawali dengan penghormatan terhadap
raja Airlangga. Selanjutnya dimuat tentang silsilah raja Airlangga mulai dari
raja Mpu Sindok mempunyai anak perempuan bernama Sri
Isanatunggawijaya yang menikah dengan Sri Lokapala.
Dari perkawinan ini lahir seorang putra yang yaitu Sri
Makutawangsawardhana dan di dalam bait ke-9 dari prasasti Pucangan
sengaja dibuat keturunan wangsa Isana. Tampilnya Isana di Jawa Timur
sebagai pengganti kerajaan Mataram di Jawa Tengah. Hal ini dimungkinkan
kerajaan Mataram di Jawa Tengah mengalami kehancuran yang
diperkirakan disebabkan oleh adanya letusan gunung Merapi. Karena itu
maka Mpu Sindok yang membangun kembali kerajaan di Jawa Timur,
dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isana.

7. Kerajaan Kediri
Kerajaan ini mengisi perjalanan sejarah selanjutnya setelah
Airlangga meninggal. Raja pertama yang memerintah berdasarkan prasasti
tahun 1104 adalah raja Sri Jayawarsa Digjaya Sastraprabhu yang juga
menamakan dirinya titisan Wisnu seperti Airlangga.

8. Kerajaan Singasari
Tampuk pemerintahan pertama di kerajaan Singasari adalah di
tangan Ken Arok (1222-1227 M). Ken Arok pada mulanya mengabdi
kepada seorang Awuku (semacam bupati) di Tumapel yang bernama
Tunggul Ametung, kemudian dibunuh oleh Ken Arok, lalu jandanya (Ken

23
Dedes) dinikahinya. Tidak lama setelah Tunggul Ametung meninggal, Ken
Dedes melahirkan anak yang diberi nama Anusapati. Dari perkawinannya
dengan Ken Arok, Ken Dedes melahirkan putra yang bernama Mahisa
Wonga Teleng. Sedangkan dari istrinya yang lain, Ken Umang, Ken Arok
mendapat anak laki-laki yang bernama Tohjaya.
Pada masa pemerintahan Krtanegara paling banyak diketahui
aktivitasnya. Dalam bidang pemerintahan, raja dibantu oleh tiga orang maha
mantra, di bidang agama sang raja mengangkat seorang dharmadhyaksa
rikasogatan (kepala agama Buddha). Di samping itu juga ada seorang
mahabrahmana mendampingi raja dengan pangkat sangkhadhara.
Krtanegara adalah seorang raja yang menganut aliran Tantrayana. Hal ini
dibuktikan bahwa pada saat dibunuhnya Krtanegara oleh tentara musuh,
Krtanegara sedang melakukan upacara Tantrayana. Dari beberapa
peninggalan arkeologi yang ditemukan, menunjukkan bukti lebih kuat
tentang aliran Tantrayana yang dianut oleh Kertanegara.

9. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit muncul setelah runtuhnya kerajaan Singasari.
Raja-raja yang berkuasa di Majapahit tergolong masih keturunan dari raja-
raja Singasari. Raden Wijaya sebagai raja pertama Majapahit adalah
keturunan langsung Ken Arok dan Ken Dedes. Mungkin karena faktor
genealogis maka cara-cara Raja Singasari memerintah diteruskan oleh raja-
raja Majapahit. Pada pemerintahan Raden Wijaya (1293-1309) terjadi
pemberontakan yang dilakukan oleh teman-teman seperjuangan yang tidak
puas atas kedudukan yang diberikan oleh Raden Wijaya kepada mereka.
Raden Wijaya meninggal tahun 1309 dan dibuat patung dalam bentuk Dewa
Wisnu dan Dewa Siwa.
Menurut kitab pararaton, sesudah peristiwa Sadeng, Gajah Mada
mengeluarkan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa, yang menyatakan bahwa
dia tidak akan amukti palapa sebelum dia dapat menundukkan seluruh
nusantara, yaitu Gurun (Maluku), Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang,
Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik.

24
Menurut beberapa teori, Majapahit hancur karena perselisihan di
antara keluarga raja dan diakhiri dengan serangan pasukan kerajaan Islam
Demak yang dipimpin oleh Raden Patah. Struktur kerajaan Majapahit
bersifat teritorial dan desentralisasi dengan susunan anggota keluarga.
Perkembangan agama Hindu pada zaman kerajaan Majapahit
ditandai dengan kemajuan di bidang sastra. Para sastrawan mampu mencatat
peristiwa-peristiwa penting dalam kerajaan, kebesaran raja yang berkuasa,
kisah kepahlawanan, dan kisah hidup menurut ajaran agama Hindu atau
Buddha. Karya-karya sastra berupa prosa yang disebut kekawin, di
antaranya Negarakertagama, karangan Empu Parthayajna yang tidak
diketahui pengarangnya.

10. Kerajaan – kerajaan Hindu di Bali


Munculnya kerajaan-kerajaan di Bali diawali dengan adanya
Kerajaan Bedahulu (Wangsa Warmadewa). Kerajaan ini muncul kira-kira
pertengahan abad ke-9. Rajanya bernama Sri Mayadanawa dan bertahta di
Bedahulu. Beliau diketahui sebagai putra raja di Balingkang. Beliau
sangatlah sakti namun memiliki sifat yang sangat angkara murka. Ia
menganggap dirinya yang paling sakti sehingga ia membenci orang yang
melaksanakan tapa brata, melarang dan meniadakan upacara yadnya. Pulau
Bali akhirnya dilanda kemarau panjang, panen rakyat gagal, wabah penyakit
meraja lela. Singkatnya keadaan bali sangat memprihatinkan ketika berada
di bawah pemerintahan Raja Sri Mayadanawa. Atas prakarasa Mangku
Kulputih dari Besakih dan para pemangku di desa-desa diadakanlah upacara
Dewa Yadnya di Pura Besakih untuk memohon keselamatan dan
kesejahteraan kembali kepada masyarakat Bali.
Peristiwa yang bersejarah dalam perkembangan agama Hindu pada
trah keturunan Raja Warmadewa tercatat pada masa pemerintahan Raja Sri
Dharma Udayana Warmadewa, ketika masa pemerintahan beliau datanglah
seorang Brahmana dari Jawa bernama Empu Kuturan. Beliau adalah
penasehat dari Raja Airlangga yang juga merupakan saudara dari Empu
Bharadah. Di Bali beliau menanamkan konsep Tri Murti, Kahyangan Tiga,

25
dan Kahyangan Jagat sebagai kristalisasi dari semua ajaran sekte-sekte yang
berkembang pada masa itu.
Sekte adalah aliran kepercayaan yang mengagungkan dan memuja
salah satu dewa sebagai Ista Dewata tertinggi. Sekte-sekte yang ada di Bali
pada masa itu meliputi sekte Siwa Sidhanta, sekte Bairawa, sekte Ganapati,
sekte Waisnawa, sekte Boddha, sekte Brahmana, dan lain-lain. Karena
asumsinya dengan banyaknya sekte yang berkembang akan menimbulkan
perpecahan dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali. Akhirnya
diadakanlah pesamuan (pertemuan) di Pura Samuan Tiga, Bedulu, Gianyar
untuk menyatukan persepsi diantara sekte-sekte yang dihadiri pucuk
pimpinan masing-masing sekte, menghasilkan sebuah konsensus Tri Murti,
Kahyangan Tiga, dan Kahyangan Jagat. 63 Konsep Tri Murti, Kahyangan
Tiga, dan Kahyangan Jagat bagi masyarakat Hindu di Bali masih dipegang
teguh hingga sekarang.

26
BAB III
KESIMPULAN & SARAN

3.1 Kesimpulan
Agama hindu datang ke Indonesia melalui para pedagang yang
hendak pergik e China. Para pedagang tersebut singgah
c u k u p l a m a d i I n d o n e s i a u n t u k menunggu angin ke arah utara
S e l a m a m e r e k a s i n g g a h d i I n d o n e s i a m e r e k a mengajarka agama Hindu.
Lama kelamaan munculah berbagai kerajaan Hindu diI n d o n e s i a , s e p e r t i
Kerajaan Kutai, Tarumanagara, Mataram Kuno,
K e d i r i , Singasari, dan Majapahit. K e r a j a a n K u t a i , a d a l a h k e r a j a a n
H i n d u p e r t a m a d i Indonesia yang letaknya di Kalimantan Timur dengan
Raja Kudungga sebagai pendirinya, dan Raja Mulawarman sebagai Raja
yang paling terkenalnya. Peninggalannya berupa Prasasti Yupa.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Perlu kami
sampaikan juga bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih banyak dijumpai
kekurangandan bagian-bagian terpenting yang belum sempat dimasukka n.
Oleh karena itu,k a m i membutuhkan, masukkan berupa
s a r a n d a n k r i t i k , d a l a m r a n g k a pengupayakan perbaikan dari isi
makalah ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

Aditjondro,” Geogre Junus, Teori Gerakan Kemasyarakatan Baru Laclau dan


Mouffe,”download tanggal 12 Nopember 2009, melalui
http;//www.geoogle.co.id.

Agung, Anak Agung Gde Putra, Peralihan Sistem Birokrasi dari Tradisional ke
Kolonial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

http://repository.uin-suska.ac.id/10371/1/Agama%20Hindu.pdf

https://m.mediaindonesia.com/humaniora/447731/ini-teori-masuknya-agama-
hindu-dan-budha-ke-indonesia

https://tugassma1purworejo.blogspot.com/2016/09/makalah-sejarah-teori-masuk-
dan.html?m=1

Smith, Huston, Agama-Agama Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, edisi XI


2001.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Raja Grafindo Persada,


1990

wulandari (2021) ‘Peta Konsep Perkembangan Agama Hindu’, pp. 11–21.

28

Anda mungkin juga menyukai