Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH PERKEMBANGAN KERAJAAN HINDU-BUDDHA

ISLAM

Disusun oleh:

Gaetano Mosca

SMA Yayasan Perguruan Rakyat 1


Jl. Yon Zikon 14 No.4, RT.4/RW.6, Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12640 Tahun 2024.

Kata Pengantar
Dalam langkah pertama perjalanan penelitian ini, izinkan kami mengungkapkan
rasa syukur yang mendalam. Ucapan terima kasih yang tulus kami tujukan kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan luar biasa ini untuk menjelajahi dan
menganalisis Sejarah dengan judul “Sejarah Perkembangan Kerajaan Hindu-
Buddha Islam”.

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya dan sejarah yang
luar biasa. Salah satu aspek yang menarik untuk dikaji adalah perkembangan
kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri dan berpengaruh di wilayah Nusantara.
Kerajaan-kerajaan tersebut tidak hanya membentuk identitas dan karakter bangsa
Indonesia, tetapi juga memberikan sumbangan dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan agama.

Tidak ada kata yang bisa memadai untuk mengungkapkan rasa terima kasih kami
kepada semua individu yang telah berperan serta dalam perjalanan penelitian ini.
Terima kasih kami tujukan kepada:

- Achmad Dwi Nanto S,Pd., selaku kepala sekolah SMA 1 YPR yang telah
memberikan bimbingan, saran, ide, dan juga kesempatan untuk menggunakan
fasilitas sekolah untuk menunjang pembuatan makalah.

- Arin Ibrahim, S.Pd., selaku guru pembimbing kami, yang memberikan


dorongan dan masukan kepada penulis.

- Ibu Tiara Aulia Salsabila Suhairi, S.Pd., selaku wali kelas kami, yang banyak
memberikan materi pendukung, bimbingan, dan masukan kepada penulis.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca, terutama dari guru pembimbing mata Pelajaran
ini, agar kami dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas makalah ini di masa
mendatang.

Jakarta, 21 Januari 2024

Penulis
I

Daftar Isi

Halaman

Kata pengantar.................................................................................................. I

Daftar Isi........................................................................................................... II

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1


1.2 Rumusan masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan penelitian........................................................................................ 2
1.4 Kegunaan Peneltian.................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Sejarah perkembangan Kerajaan Hindu Buddha........................................ 3


2.2 Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia……………………………………..4
2.3 Pengaruh Kerajaan Hindu Buddha............................................................. 5
2.4 Sejarah perkembangan Kerajaan Islam...................................................... 6
2.5 Kerajaan Islam di Indonesia……………………………………………….8
2.6 Pengaruh Kerajaan Islam............................................................................ 9

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................. 13
3.2 Saran........................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki sejarah panjang dan beragam. Sejak
zaman prasejarah, masyarakat Indonesia telah mengenal berbagai macam
kebudayaan, agama, dan kerajaan. Salah satu periode penting dalam sejarah
Indonesia adalah era kerajaan Hindu-Buddha dan Islam, yang berlangsung dari
abad ke-4 hingga abad ke-16 Masehi. Pada era ini, Indonesia menjadi pusat
perdagangan dan peradaban di kawasan Asia Tenggara.

Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia berkembang karena pengaruh dari India dan


Tiongkok, yang membawa ajaran-ajaran Hindu dan Buddha ke Nusantara.
Beberapa kerajaan Hindu-Buddha yang terkenal di Indonesia antara lain adalah
Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno, Singasari, dan
Majapahit. Kerajaan-kerajaan ini memiliki kekuasaan, kebudayaan, dan seni yang
maju, serta meninggalkan banyak peninggalan berupa candi, prasasti, relief, dan
naskah.

Kerajaan Islam di Indonesia muncul karena pengaruh dari Timur Tengah, yang
membawa ajaran Islam ke Nusantara melalui jalur perdagangan dan dakwah.
Beberapa kerajaan Islam yang terkenal di Indonesia antara lain adalah Kerajaan
Samudera Pasai, Demak, Aceh, Banten, Mataram Islam, dan Gowa. Kerajaan-
kerajaan ini memiliki peran penting dalam penyebaran dan perkembangan Islam
di Indonesia, serta berkontribusi dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya.
1

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan kerajaan Hindu-Buddha Islam di Indonesia
2. Bagaimana pengaruh Kerajaan Hindu-Buddha Islam di Indonesia
3. Bagaimana proses masuknya Kerajaan Hindu-Buddha Islam di Indonesia

1.3 Tujuan Penelitian


2. Untuk mengetahui perkembangan Kerajaan Hindu-Buddha Islam di Indonesia
3. Untuk mengetahui pengaruh Kerajaan Hindu-Buddha Islam di Indonesia
4. Untuk mengetahui proses masuknya Kerajaan Hindu-Buddha Islam di
Indonesia
1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian makalah ini adalah untuk memberikan kontribusi bagi


perkembangan ilmu sejarah, khususnya tentang sejarah perkembangan kerajaan
Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia. Penelitian ini dapat menambah referensi
dan sumber pengetahuan yang dapat digunakan oleh para peneliti, akademisi,
mahasiswa, guru, dan pelajar yang tertarik dengan topik ini. Penelitian ini juga
dapat mengisi kekosongan atau mengoreksi kesalahan yang ada dalam literatur
sejarah yang telah ada sebelumnya.
Kegunaan penelitian makalah ini juga adalah untuk memberikan inspirasi
dan motivasi bagi generasi muda Indonesia untuk mengenal dan menghargai
sejarah dan budaya bangsanya. Penelitian ini dapat menunjukkan bahwa Indonesia
memiliki sejarah yang kaya dan beragam, yang mencerminkan kebesaran,
kejayaan, dan keunikan bangsa Indonesia. Penelitian ini juga dapat menumbuhkan
rasa nasionalisme, patriotisme, dan persatuan di antara masyarakat Indonesia.
Kegunaan penelitian makalah ini juga adalah untuk memberikan masukan
dan saran bagi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait dalam hal
pelestarian dan pengembangan sejarah dan budaya Indonesia. Penelitian ini dapat
memberikan rekomendasi tentang cara-cara yang dapat dilakukan untuk
melestarikan dan mengembangkan peninggalan-peninggalan sejarah dan budaya
Indonesia, baik yang bersifat material maupun immaterial. Penelitian ini juga
dapat memberikan gagasan tentang cara-cara yang dapat dilakukan untuk
mempromosikan dan mempopulerkan sejarah dan budaya Indonesia kepada
masyarakat luas, baik dalam negeri maupun luar negeri.
2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah perkembangan Kerajaan Hindu Buddha

Sejarah perkembangan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia tidak dapat


dilepaskan dari pengaruh India yang masuk melalui jalur perdagangan dan pelayaran.
India adalah salah satu negara besar di Asia yang memiliki peradaban tinggi dan
beragam budaya, termasuk agama Hindu dan Buddha. Agama-agama ini kemudian
menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara dan membentuk kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu-Buddha.

Namun, proses masuk dan berkembangnya agama Hindu-Buddha di Indonesia


masih belum diketahui secara pasti. Para ahli sejarah telah mengemukakan beberapa
teori yang berbeda-beda, antara lain:

1. Teori ksatria. Teori ini dikemukakan oleh R.C. Majumdar dan G. Coedes. Mereka
berpendapat bahwa agama Hindu-Buddha di Indonesia dikembangkan oleh para ksatria
(golongan pejuang) dari India yang datang ke Nusantara untuk menaklukkan dan
mendirikan kerajaan. Hal ini didasarkan pada adanya kesamaan antara sistem
pemerintahan, hukum, dan tata cara upacara di kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di
Indonesia dengan India. Selain itu, banyak pula nama-nama raja dan tokoh yang berasal
dari India, seperti Sriwijaya, Sanjaya, Dharmawangsa, Airlangga, dan lain-lain.

2. Teori waisya. Teori ini dikemukakan oleh J.L.A. Brandes dan N.J. Krom. Mereka
berpendapat bahwa agama Hindu-Buddha di Indonesia dikembangkan oleh para waisya
(golongan pedagang) dari India yang datang ke Nusantara untuk berdagang dan menetap.
Hal ini didasarkan pada adanya hubungan dagang yang erat antara India dan Nusantara,
serta adanya bukti-bukti arkeologis yang menunjukkan aktivitas perdagangan, seperti
koin, barang-barang logam, dan tembikar. Para pedagang India ini kemudian
menyebarkan agama dan budaya mereka kepada masyarakat setempat, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

3. Teori brahmana. Teori ini dikemukakan oleh J.C. van Leur dan B.J.O. Schrieke.
Mereka berpendapat bahwa agama Hindu-Buddha di Indonesia dikembangkan oleh para
brahmana (golongan pemuka agama) dari India yang datang ke Nusantara untuk
menyebarkan ajaran mereka. Hal ini didasarkan pada adanya penemuan-penemuan
prasasti di Indonesia yang hampir semuanya menggunakan aksara dan bahasa Pallawa
atau Sanskerta, yang merupakan bahasa sakral kaum brahmana. Selain itu, ajaran Hindu-
Buddha di Indonesia juga hampir sama dengan ajaran Hindu-Buddha di India, yang
menunjukkan adanya pengaruh dari para brahmana.
3
4. Teori sudra. Teori ini dikemukakan oleh Sartono Kartodirdjo dan Slamet Muljana.
Mereka berpendapat bahwa agama Hindu-Buddha di Indonesia dikembangkan oleh para
sudra (golongan rakyat jelata) dari India yang datang ke Nusantara sebagai buruh, budak,
atau pelarian. Hal ini didasarkan pada adanya kesenjangan sosial dan ekonomi antara
kaum sudra dengan kaum lainnya di India, yang membuat mereka mencari kehidupan
yang lebih baik di luar negeri. Para sudra ini kemudian membawa serta agama dan
budaya mereka ke Nusantara, dan berbaur dengan masyarakat setempat.

5. Teori arus balik. Teori ini dikemukakan oleh Moh. Yamin dan Soekmono. Mereka
berpendapat bahwa agama Hindu-Buddha di Indonesia dikembangkan oleh orang-orang
Nusantara sendiri yang pernah berhubungan dengan India, baik sebagai pelajar, peziarah,
pedagang, atau pejabat. Hal ini didasarkan pada adanya bukti-bukti sejarah yang
menunjukkan adanya perjalanan orang-orang Nusantara ke India, seperti Fa Hsien, I
Tsing, Borobudur, dan Candi Prambanan. Orang-orang Nusantara ini kemudian
membawa pulang agama dan budaya India, dan mengembangkannya sesuai dengan
kondisi lokal.

Dari kelima teori tersebut, tidak ada yang dapat diterima secara mutlak, karena
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Yang dapat dipastikan adalah
bahwa agama Hindu-Buddha di Indonesia merupakan hasil dari interaksi antara India
dan Nusantara, yang melibatkan berbagai faktor, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya,
dan agama. Agama Hindu-Buddha kemudian mempengaruhi perkembangan kerajaan-
kerajaan di Indonesia, baik dalam hal struktur, organisasi, ideologi, maupun seni.

2.2 Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia

Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia memiliki kekuasaan, kebudayaan,


dan seni yang maju, serta meninggalkan banyak peninggalan berupa candi, prasasti,
relief, dan naskah. Beberapa kerajaan Hindu-Buddha yang terkenal di Indonesia antara
lain adalah:
Kerajaan Kutai, yang berdiri sekitar abad ke-4 atau 400 M di Kalimantan Timur.
Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Hindu tertua di Indonesia, yang diperkirakan
berasal dari kerajaan Funan di Kamboja. Kerajaan ini dikenal dari penemuan prasasti
Yupa yang memuat nama raja-raja Kutai yang bergelar Warman atau Warma.
Kerajaan Tarumanegara, yang berdiri sekitar abad ke-5 hingga abad ke-7 di
Jawa Barat. Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Hindu tertua di Jawa, yang
diperkirakan berasal dari kerajaan Salakanagara. Kerajaan ini dikenal dari penemuan
prasasti Ciaruteun, prasasti Kebon Kopi, dan prasasti Tugu, yang memuat nama raja
Tarumanegara yang bergelar Purnawarman.

4
Kerajaan Sriwijaya, yang berdiri sekitar abad ke-7 hingga abad ke-12 di
Sumatera Selatan. Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Buddha pertama di
Indonesia, yang diperkirakan berasal dari kerajaan Malayu. Kerajaan ini dikenal dari
penemuan prasasti Kedukan Bukit, prasasti Talang Tuo, dan prasasti Kota Kapur, yang
memuat nama raja-raja Sriwijaya yang bergelar Sri Maharaja atau Sri Sangrama.
Kerajaan Mataram Kuno, yang berdiri sekitar abad ke-8 hingga abad ke-10 di
Jawa Tengah. Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang menguasai
hampir seluruh pulau Jawa. Kerajaan ini dikenal dari penemuan prasasti Mantyasih,
prasasti Kalasan, dan prasasti Sojomerto, yang memuat nama raja-raja Mataram Kuno
yang bergelar Sanjaya atau Sailendra.
Kerajaan Singasari, yang berdiri sekitar abad ke-13 hingga abad ke-14 di Jawa
Timur. Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang melanjutkan
kejayaan Kerajaan Kediri. Kerajaan ini dikenal dari penemuan prasasti Kertanegara,
prasasti Jaya Baya, dan prasasti Nagarakretagama, yang memuat nama raja-raja
Singasari yang bergelar Narasingha atau Wisnuwardhana.
Kerajaan Majapahit, yang berdiri sekitar abad ke-14 hingga abad ke-16 di Jawa
Timur. Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Hindu-Buddha terbesar dan terakhir di
Indonesia, yang menguasai hampir seluruh Nusantara. Kerajaan ini dikenal dari
penemuan prasasti Pararaton, prasasti Sutasoma, dan prasasti Trowulan, yang memuat
nama raja-raja Majapahit yang bergelar Bhatara atau Rajasawardhana.

2.3 Pengaruh Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia


1. Perkembangan Seni Bangunan (Arsitektur)
Pengaruh Hindu-Buddha sangat terasa dalam perkembangan seni bangunan di
Indonesia. Salah satu bentuk peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha adalah seni
bangunan, seperti candi. Candi bercorak Hindu berfungsi sebagai makam, sementara
candi bercorak Buddha memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.
Contoh candi bercorak Hindu adalah candi Prambanan dan candi bercorak Buddha
adalah candi Borobudur. Selain itu, ada juga pura yang merupakan tempat ibadah dalam
agama Hindu di Bali.

2. Perkembangan Seni Rupa


Seni rupa pada masa Hindu-Buddha berkembang pesat. Seni rupa pada zaman ini
mendapat pengaruh kuat dari India. Setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha,
masyarakat Indonesia mulai mengembangkan lukisan dengan motif yang lebih sulit
dibanding sebelumnya. Beberapa motif lukisan Indonesia mulai memberikan corak-
corak India. Selain itu, pembuatan ragam hias pada peradaban Hindu-Buddha sudah
menggunakan berbagai bahan dan teknik yang berbeda antara satu candi dengan yang
lain.
5
3. Perkembangan Aksara dan Sastra
Pada pengaruh aksara dan sastra, orang-orang Indonesia mengenal bahasa Sansekerta
dan huruf Pallawa.
Dalam bidang sastra, pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di Indonesia.
Seni sastra waktu itu ada yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang (puisi).
Berdasarkan isinya, kesusasteraan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur (kitab
keagamaan), kitab hukum, dan wiracarita (kepahlawanan). Kitab Ramayana dan
Mahabarata yang ada di India turut pula berpengaruh terhadap bidang sastra Indonesia.
Secara keseluruhan, pengaruh kerajaan Hindu-Buddha sangat signifikan dalam
membentuk kebudayaan dan peradaban di Indonesia, terutama dalam aspek seni
bangunan, seni rupa, serta aksara dan sastra.

2.4 Sejarah perkembangan Kerajaan Islam


Sejarah perkembangan kerajaan Islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
proses masuk dan penyebaran agama Islam di Nusantara. Agama Islam diperkirakan
masuk ke Indonesia sekitar abad ke-6 Masehi, melalui jalur perdagangan dan pelayaran
yang menghubungkan Nusantara dengan dunia luar, khususnya Timur Tengah, India,
dan Tiongkok. Para pedagang, ulama, dan misionaris Islam yang datang ke Nusantara
membawa serta ajaran dan budaya Islam, yang kemudian diterima dan disesuaikan oleh
masyarakat setempat.
Namun, proses masuk dan penyebaran agama Islam di Indonesia masih menjadi
perdebatan di kalangan para ahli sejarah. Ada beberapa teori yang berbeda-beda
mengenai asal-usul dan jalur masuknya agama Islam ke Nusantara, antara lain:

1. Teori Mekah. Teori ini dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan Haji Agus Salim.
Mereka berpendapat bahwa agama Islam di Indonesia berasal dari Mekah, kota suci
umat Islam di Arab Saudi. Menurut teori ini, para pedagang dan ulama dari Mekah
datang ke Nusantara untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam. Hal ini didasarkan
pada adanya kesamaan antara ajaran dan ritual Islam di Indonesia dengan Islam di
Mekah, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Selain itu, banyak pula nama-nama tempat,
orang, dan lembaga yang berasal dari Mekah, seperti Aceh, Malikussaleh, dan Pesantren.

2. Teori Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh R.O. Winstedt dan C.C. Berg. Mereka
berpendapat bahwa agama Islam di Indonesia berasal dari Gujarat, sebuah negara bagian
di India. Menurut teori ini, para pedagang dan ulama dari Gujarat datang ke Nusantara
untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam.
6
Hal ini didasarkan pada adanya hubungan dagang yang erat antara Gujarat dan
Nusantara, serta adanya bukti-bukti arkeologis yang menunjukkan pengaruh Gujarat,
seperti koin, barang-barang logam, dan tembikar. Para pedagang dan ulama Gujarat ini
kemudian menyebarkan agama dan budaya Islam yang bersifat sinkretis, yaitu
menggabungkan unsur-unsur Hindu dan Buddha.
3. Teori Persia. Teori ini dikemukakan oleh H.J. de Graaf dan N.H. Andaya. Mereka
berpendapat bahwa agama Islam di Indonesia berasal dari Persia, sebuah negara di
Timur Tengah. Menurut teori ini, para pedagang dan ulama dari Persia datang ke
Nusantara untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam. Hal ini didasarkan pada
adanya kesamaan antara ajaran dan aliran Islam di Indonesia dengan Islam di Persia,
yaitu Syiah dan Sufi. Selain itu, banyak pula nama-nama tempat, orang, dan lembaga
yang berasal dari Persia, seperti Sumatera, Hamzah Fansuri, dan Tarekat.
4. Teori Tiongkok. Teori ini dikemukakan oleh L. de La Coste Messeliere dan G.P.
Rouffaer. Mereka berpendapat bahwa agama Islam di Indonesia berasal dari Tiongkok,
sebuah negara di Asia Timur. Menurut teori ini, para pedagang dan ulama dari Tiongkok
datang ke Nusantara untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam. Hal ini didasarkan
pada adanya hubungan dagang yang erat antara Tiongkok dan Nusantara, serta adanya
bukti-bukti arkeologis yang menunjukkan pengaruh Tiongkok, seperti kertas, tinta, dan
kompas. Para pedagang dan ulama Tiongkok ini kemudian menyebarkan agama dan
budaya Islam yang bersifat toleran, yaitu menghormati keanekaragaman agama dan
budaya.

Dari keempat teori tersebut, tidak ada yang dapat diterima secara mutlak, karena
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Yang dapat dipastikan adalah
bahwa agama Islam di Indonesia merupakan hasil dari interaksi antara Nusantara dan
dunia luar, yang melibatkan berbagai faktor, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
agama. Agama Islam kemudian mempengaruhi perkembangan kerajaan-kerajaan di
Indonesia, baik dalam hal struktur, organisasi, ideologi, maupun seni.

Adapun proses awal penyebaran Kerajaan Islam dari berbagai hal seperti berikut:
1. Sektor perdagangan. Proses penyebaran Islam di Indonesia melalui sektor
perdagangan dimulai sejak abad ke-7 Masehi, ketika para pedagang Muslim dari Arab,
Persia, India, dan Tiongkok datang ke Nusantara untuk berdagang. Mereka membawa
serta ajaran dan budaya Islam, dan menyebarkannya kepada masyarakat setempat,
terutama di daerah-daerah pesisir yang menjadi pusat perdagangan, seperti Aceh, Barus,
Palembang, Sunda Kelapa, dan Gresik. Para pedagang Muslim ini juga menjalin
hubungan baik dengan para penguasa lokal, dan memberikan bantuan dalam hal politik,
ekonomi, dan militer
7
2. Melalui pernikahan. Proses penyebaran Islam di Indonesia melalui pernikahan terjadi
ketika para pedagang Muslim yang menetap di Nusantara menikahi wanita-wanita lokal,
baik dari golongan bangsawan maupun rakyat biasa.
Dengan demikian, agama Islam masuk ke dalam keluarga dan masyarakat setempat, dan
diturunkan kepada anak-anak dan cucu-cucu mereka. Perkawinan antara pedagang
Muslim dengan wanita lokal juga membantu proses akulturasi dan adaptasi budaya Islam
dengan budaya lokal.
3. Melalui tasawuf. Proses penyebaran Islam di Indonesia melalui tasawuf dilakukan
oleh para ulama dan ahli tasawuf yang datang ke Nusantara untuk menyebarkan ajaran
Islam yang bersifat mistik dan spiritual. Mereka mengajarkan konsep-konsep tasawuf,
seperti zikir, tarekat, ma'rifat, dan suluk, yang menarik minat banyak orang, terutama
dari kalangan raja-raja dan bangsawan. Para ulama dan ahli tasawuf ini juga
menghormati dan mengakui keberadaan agama dan budaya lokal, dan tidak memaksakan
ajaran Islam kepada mereka.
4. Melalui pendidikan. Proses penyebaran Islam di Indonesia melalui pendidikan
dilakukan oleh para guru agama dan pendidik yang datang ke Nusantara untuk
mengajarkan ilmu-ilmu Islam, seperti al-Qur'an, hadis, fiqih, tafsir, dan kalam. Mereka
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam, seperti pesantren, madrasah, surau, dan
langgar, yang menjadi tempat belajar dan mengajar bagi para santri dan murid. Mereka
juga menulis dan menerjemahkan kitab-kitab Islam ke dalam bahasa-bahasa lokal,
seperti Melayu, Jawa, Sunda, dan Bugis.
5. Melalui seni budaya. Proses penyebaran Islam di Indonesia melalui seni budaya
dilakukan oleh para seniman dan budayawan yang datang ke Nusantara untuk
mengembangkan seni dan budaya Islam, seperti sastra, musik, tari, teater, dan arsitektur.
Mereka menciptakan karya-karya seni dan budaya yang mengandung nilai-nilai Islam,
seperti syair, pantun, selawat, gambus, rebana, samrah, wayang, tari topeng, dan masjid.
Mereka juga mengadaptasi dan memodifikasi seni dan budaya lokal dengan unsur-unsur
Islam, seperti wayang kulit, wayang golek, wayang wong, tari bedhaya, dan candi.
6. Melalui dakwah. Proses penyebaran Islam di Indonesia melalui dakwah dilakukan
oleh para mubaligh dan misionaris yang datang ke Nusantara untuk mengajak orang-
orang untuk masuk Islam atau memperdalam iman mereka. Mereka menggunakan
berbagai metode dakwah, seperti ceramah, dialog, diskusi, debat, khotbah, khutbah, dan
tabligh. Mereka juga memanfaatkan berbagai media dakwah, seperti buku, majalah,
koran, radio, televisi, dan internet.

2.5 Kerajaan Islam di Indonesia


Beberapa kerajaan Islam yang terkenal di Indonesia antara lain:
1. Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini terletak di Aceh dan merupakan kerajaan
Islam pertama di Indonesia.
8
Kerajaan Samudera Pasai berdiri sekitar abad ke-13 Masehi dan menganut aliran
Syiah. Bukti adanya kerajaan ini adalah penemuan beberapa prasasti yang ditulis dengan
aksara Arab dan bahasa Melayu. Prasasti-prasasti ini menyebutkan nama raja-raja
Samudera Pasai, seperti Malikussaleh, Mahmud, dan Ahmad. Kerajaan Samudera Pasai
menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Nusantara, serta menjalin hubungan
dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya, seperti Mamluk, Utsmaniyah, dan Yuan.
2. Kerajaan Demak. Kerajaan ini terletak di Jawa Tengah dan merupakan kerajaan Islam
pertama di Jawa. Kerajaan Demak berdiri sekitar abad ke-15 Masehi dan menganut
aliran Sufi. Bukti adanya kerajaan ini adalah penemuan beberapa prasasti yang ditulis
dengan aksara Jawa dan bahasa Jawa. Prasasti-prasasti ini menyebutkan nama raja-raja
Demak, seperti Raden Patah, Pati Unus, dan Trenggana. Kerajaan Demak menjadi pusat
kekuasaan dan penyebaran Islam di Jawa, serta berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha, seperti Majapahit, Sunda, dan Bali.
3. Kerajaan Gowa. Kerajaan ini terletak di Sulawesi Selatan dan merupakan kerajaan
Islam pertama di Sulawesi. Kerajaan Gowa berdiri sekitar abad ke-16 Masehi dan
menganut aliran Sunni. Bukti adanya kerajaan ini adalah penemuan beberapa prasasti
yang ditulis dengan aksara Bugis dan bahasa Bugis. Prasasti-prasasti ini menyebutkan
nama raja-raja Gowa, seperti Tunipalangga, Daeng Matanre, dan Sultan Hasanuddin.
Kerajaan Gowa menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Sulawesi, serta
berhasil menguasai wilayah-wilayah di sekitarnya, seperti Bone, Soppeng, dan Wajo.
4. Kerajaan Banten. Kerajaan ini terletak di Banten dan merupakan kerajaan Islam
terakhir di Indonesia. Kerajaan Banten berdiri sekitar abad ke-16 Masehi dan menganut
aliran Syafi'i. Bukti adanya kerajaan ini adalah penemuan beberapa prasasti yang ditulis
dengan aksara Arab dan bahasa Melayu. Prasasti-prasasti ini menyebutkan nama raja-
raja Banten, seperti Maulana Hasanuddin, Maulana Yusuf, dan Ageng Tirtayasa.
Kerajaan Banten menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Indonesia, serta
berhasil bertahan dari serangan-serangan Belanda, Inggris, dan Mataram.

2.6 Pengaruh Kerajaan Islam


Kerajaan Islam mulai berkembang di Indonesia sejak abad ke-13 dan mencapai
puncaknya pada abad ke-16. Kerajaan-kerajaan Islam seperti Samudera Pasai, Demak,
Banten, Aceh, Mataram, Gowa, dan lain-lain, telah memberikan pengaruh yang besar
dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat Indonesia, antara lain:
1. Perkembangan seni bangunan (arsitektur)
- Masjid: Masjid adalah tempat ibadah umat Islam yang menjadi pusat kegiatan sosial,
pendidikan, dan politik. Masjid-masjid di Indonesia memiliki ciri khas arsitektur yang
dipengaruhi oleh budaya lokal, seperti atap berbentuk limas, joglo, atau tajug, serta
hiasan ukiran, kaligrafi, dan geometri. Beberapa contoh masjid bersejarah di Indonesia
adalah Masjid Agung Demak, Masjid Raya Baiturrahman, Masjid Menara Kudus, dan
Masjid Wapauwe.
9
- Keraton: Keraton adalah istana atau kediaman resmi raja-raja Islam di Indonesia.
Keraton juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan, kebudayaan, dan keagamaan.
Keraton-keraton di Indonesia memiliki arsitektur yang megah, indah, dan simbolis, yang
mencerminkan kejayaan, kekuasaan, dan kebijaksanaan raja-raja Islam. Beberapa contoh
keraton bersejarah di Indonesia adalah Keraton Kasepuhan, Keraton Yogyakarta,
Keraton Surakarta, dan Keraton Banjar.

- Makam: Makam adalah tempat peristirahatan terakhir para raja-raja, ulama, dan
tokoh-tokoh Islam di Indonesia. Makam-makam di Indonesia memiliki arsitektur yang
sederhana, namun bernilai sejarah dan religius. Makam-makam di Indonesia sering
dikunjungi oleh masyarakat sebagai tempat ziarah, menghormati, dan memohon berkah.
Beberapa contoh makam bersejarah di Indonesia adalah Makam Sultan Malik Al-Zahir,
Makam Sunan Giri, Makam Sunan Kalijaga, dan Makam Sultan Hasanuddin.

2. Perkembangan kesenian
- Babad: Babad adalah karya sastra yang berisi tentang sejarah atau silsilah kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia. Babad ditulis dalam bahasa Jawa, Melayu, atau daerah lain,
dengan menggunakan aksara Arab, Pegon, atau daerah lain. Babad bersifat naratif,
kronologis, dan mengandung unsur-unsur mistik, legenda, dan mitos. Beberapa contoh
babad bersejarah di Indonesia adalah Babad Tanah Jawi, Babad Demak, Babad Cirebon,
dan Babad Gowa.

- Hikayat: Hikayat adalah karya sastra yang berisi tentang cerita-cerita fiktif atau
semi-fiktif yang bersumber dari Al-Quran, Hadis, atau tradisi Islam. Hikayat ditulis
dalam bahasa Melayu, dengan menggunakan aksara Arab atau Jawi. Hikayat bersifat
menghibur, mendidik, dan menyampaikan pesan-pesan moral, etika, dan akhlak.
Beberapa contoh hikayat bersejarah di Indonesia adalah Hikayat Hang Tuah, Hikayat
Raja-raja Pasai, Hikayat Iskandar Zulkarnain, dan Hikayat Abdullah.

- Syair: Syair adalah karya sastra yang berisi tentang puisi-puisi yang bersajak a-b-a-b
dan berirama. Syair ditulis dalam bahasa Melayu, dengan menggunakan aksara Arab
atau Jawi. Syair bersifat liris, indah, dan menyentuh hati. Syair dapat berisi tentang
tema-tema keagamaan, kecintaan, kepahlawanan, atau keseharian. Beberapa contoh syair
bersejarah di Indonesia adalah Syair Perang Mengkasar, Syair Siti Zubaidah, Syair
Hamzah Fansuri, dan Syair Lampung.

10
- Suluk: Suluk adalah karya sastra yang berisi tentang ajaran-ajaran tasawuf atau
mistisisme Islam. Suluk ditulis dalam bahasa Jawa, Melayu, atau daerah lain, dengan
menggunakan aksara Arab, Pegon, atau daerah lain. Suluk bersifat filosofis, spiritual,
dan mendalam. Suluk dapat berisi tentang konsep-konsep tasawuf, seperti maqamat,
ahwal, fana, baqa, atau zikir. Beberapa contoh suluk bersejarah di Indonesia adalah
Suluk Wujil, Suluk Malang Sumirang, Suluk Gayatri, dan Suluk Linglung.

3. Perkembangan aksara dan sastra


- Kaligrafi: Kaligrafi adalah seni menulis huruf-huruf Arab dengan cara yang indah
dan artistik. Kaligrafi merupakan salah satu cabang seni Islam yang sangat dihormati dan
dikembangkan di Indonesia. Kaligrafi dapat ditemukan di berbagai media, seperti kertas,
kain, kayu, logam, batu, atau dinding. Kaligrafi dapat berisi tentang ayat-ayat Al-Quran,
Hadis, doa, nama Allah, atau nama-nama nabi dan rasul. Beberapa contoh kaligrafi
bersejarah di Indonesia adalah Kaligrafi Masjid Agung Demak, Kaligrafi Masjid Raya
Baiturrahman, Kaligrafi Masjid Menara Kudus, dan Kaligrafi Masjid Wapauwe.
- Seni pahat: Seni pahat adalah seni membuat bentuk-bentuk tiga dimensi dengan cara
memahat bahan-bahan seperti kayu, batu, logam, atau gading. Seni pahat merupakan
salah satu cabang seni Islam yang berkembang di Indonesia, terutama di daerah Jawa
dan Sumatera. Seni pahat dapat berupa hiasan, perabot, perhiasan, atau senjata. Seni
pahat dapat berisi tentang motif-motif geometri, flora, fauna, atau kaligrafi. Beberapa
contoh seni pahat bersejarah di Indonesia adalah Seni Pahat Candi Borobudur, Seni
Pahat Candi Prambanan, Seni Pahat Keris, dan Seni Pahat Ukiran.

4. Perkembangan sistem pemerintahan


- Sistem pemerintahan kerajaan Islam di Indonesia mengalami perkembangan dari
masa ke masa, sesuai dengan kondisi sosial, politik, dan ekonomi masing-masing
kerajaan. Secara umum, sistem pemerintahan kerajaan Islam di Indonesia dapat dibagi
menjadi tiga bentuk, yaitu:

- Monarki absolut: Sistem pemerintahan ini berlaku di kerajaan-kerajaan Islam


awal, seperti Samudera Pasai, Demak, dan Banten. Dalam sistem ini, raja memiliki
kekuasaan penuh dan tidak terbatas atas segala urusan kerajaan. Raja juga dianggap
sebagai pemimpin agama dan pembela Islam. Raja dibantu oleh para menteri, pejabat,
dan ulama, yang ditunjuk secara langsung oleh raja.
11
- Monarki konstitusional: Sistem pemerintahan ini berlaku di kerajaan-kerajaan
Islam yang lebih maju, seperti Aceh, Mataram, dan Gowa. Dalam sistem ini, raja masih
memiliki kekuasaan yang besar, namun terdapat batasan dan pengawasan dari lembaga-
lembaga lain, seperti dewan perwakilan, dewan ulama, atau dewan adat. Raja juga harus
menghormati dan menjalankan hukum-hukum Islam dan adat yang berlaku di
masyarakat.

- Monarki federal: Sistem pemerintahan ini berlaku di kerajaan-kerajaan Islam yang


terdiri dari beberapa wilayah atau daerah otonom, seperti Kesultanan Banjar, Kesultanan
Ternate, dan Kesultanan Tidore. Dalam sistem ini, raja merupakan simbol persatuan dan
kekuasaan tertinggi, namun tidak memiliki campur
12

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sejarah kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Nusantara adalah cerita


tentang peradaban yang berkembang dan saling mempengaruhi. Kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan Majapahit, membentuk
dasar-dasar struktur politik, sosial, dan budaya yang kaya. Mereka memperkenalkan
sistem pemerintahan berbasis kasta, konsep Dharmashastra dan Arthashastra, serta epik
India seperti Ramayana dan Mahabharata yang mendalam mempengaruhi sastra dan seni
lokal. Peninggalan monumental seperti Candi Borobudur dan Prambanan menjadi saksi
bisu kejayaan dan kepiawaian arsitektural masa itu. Di sisi lain, pengaruh agama Buddha
yang masuk sekitar abad ke-2 Masehi, terbukti dari penemuan patung Buddha di Jember
dan Sulawesi Selatan, serta laporan pengelana Cina Fa Hsien pada awal abad ke-4
Masehi.

Perkembangan kerajaan Islam di Nusantara dimulai sekitar abad ke-13, menandai


babak baru dalam sejarah Indonesia. Kesultanan Islam seperti Samudra Pasai di
Sumatera dan Demak di Jawa, tidak hanya membawa agama baru tetapi juga sistem
perdagangan maritim yang lebih dinamis, hubungan internasional yang luas, serta
literatur dan hukum Islam yang memperkaya khazanah intelektual Nusantara. Meskipun
kerajaan Hindu-Buddha mulai meredup dengan kedatangan Islam, warisan mereka tetap
hidup dalam banyak aspek kehidupan Indonesia modern, dari sistem pemerintahan
hingga kesenian. Kedua tradisi ini, Hindu-Buddha dan Islam, telah membentuk identitas
budaya yang unik dan beragam di Indonesia, sebuah mozaik yang terus berkembang
hingga hari ini.

3.2 Saran

Sejarah kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Nusantara adalah cerita


tentang peradaban yang berkembang dan saling mempengaruhi. Kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan Majapahit, membentuk
dasar-dasar struktur politik, sosial, dan budaya yang kaya. Mereka memperkenalkan
sistem pemerintahan berbasis kasta, konsep Dharmashastra dan Arthashastra, serta epik
India seperti Ramayana dan Mahabharata yang mendalam mempengaruhi sastra dan seni
lokal. Peninggalan monumental seperti Candi Borobudur dan Prambanan menjadi saksi
bisu kejayaan dan kepiawaian arsitektural masa itu
Perkembangan kerajaan Islam di Nusantara dimulai sekitar abad ke-13,
menandai babak baru dalam sejarah Indonesia. Kesultanan Islam seperti Samudra Pasai
di Sumatera dan Demak di Jawa, tidak hanya membawa agama baru tetapi juga sistem
perdagangan maritim yang lebih dinamis, hubungan internasional yang luas, serta
literatur dan hukum Islam yang memperkaya khazanah intelektual Nusantara.
13
DAFTAR PUSTAKA

Rangkuman Perkembangan Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia Singkat (18 September


2023). Diakses pada 26 Februari 2024 dari
https://mamikos.com/info/rangkuman-perkembangan-kerajaan-hindu-budha-di-
indonesia-pljr/

Pengaruh Hindu-Buddha dalam Bidang Kesenian (25 April 2022). Diakses pada 26
Februari 2024 dari
https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/25/181134969/pengaruh-hindu-buddha-
dalam-bidang-kesenian

Cara Penyebaran Islam di Indonesia dan Sejarah Perkembangannya (19 Januari 2024).
Diakses pada 26 Februari 2024 dari
https://tirto.id/cara-penyebaran-islam-di-indonesia-proses-sejarah-perkembangannya-
gh85

Pengaruh Islam di Indonesia (4 Maret 2020). Diakses pada 26 Februari 2024 dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/04/153000769/pengaruh-islam-di-
indonesia

Pengaruh Kerajaan Islam terhadap Masyarakat Nusantara (6 Agustus 2019). Diakses


pada 26 Februari 2024 dari
https://www.kompasiana.com/lidimicin/5d4961ca0d8230578038a9f2/pengaruh-
kerajaan-islam-terhadap-masyarakat-nusantara

Sejarah Kerajaan Hindu Budha di Indonesia dan Perkembangan Kerajaan Islam(16


Februari 2022). Diakses pada 26 Februari 2024 dari
https://jogja.suara.com/read/2022/02/16/085500/sejarah-kerajaan-hindu-budha-di-
indonesia-dan-perkembangan-kerajaan-islam

Jejak Seni Arca dan Ragam Hias Peradaban Hindu-Buddha di Indonesia(8 Juli 2020).
Diakses pada 26 Februari 2024 dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/08/154742969/jejak-seni-arca-dan-ragam-
hias-peradaban-hindu-buddha-di-indonesia
6 Saluran Penyebaran Islam di Nusantara (23 Oktober 2022). Diakses pada 26 Februari
2024 dari
https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/23/170000079/6-saluran-penyebaran-
islam-di-nusantara

Anda mungkin juga menyukai