ISLAM
Disusun oleh:
Gaetano Mosca
Kata Pengantar
Dalam langkah pertama perjalanan penelitian ini, izinkan kami mengungkapkan
rasa syukur yang mendalam. Ucapan terima kasih yang tulus kami tujukan kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan luar biasa ini untuk menjelajahi dan
menganalisis Sejarah dengan judul “Sejarah Perkembangan Kerajaan Hindu-
Buddha Islam”.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya dan sejarah yang
luar biasa. Salah satu aspek yang menarik untuk dikaji adalah perkembangan
kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri dan berpengaruh di wilayah Nusantara.
Kerajaan-kerajaan tersebut tidak hanya membentuk identitas dan karakter bangsa
Indonesia, tetapi juga memberikan sumbangan dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan agama.
Tidak ada kata yang bisa memadai untuk mengungkapkan rasa terima kasih kami
kepada semua individu yang telah berperan serta dalam perjalanan penelitian ini.
Terima kasih kami tujukan kepada:
- Achmad Dwi Nanto S,Pd., selaku kepala sekolah SMA 1 YPR yang telah
memberikan bimbingan, saran, ide, dan juga kesempatan untuk menggunakan
fasilitas sekolah untuk menunjang pembuatan makalah.
- Ibu Tiara Aulia Salsabila Suhairi, S.Pd., selaku wali kelas kami, yang banyak
memberikan materi pendukung, bimbingan, dan masukan kepada penulis.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca, terutama dari guru pembimbing mata Pelajaran
ini, agar kami dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas makalah ini di masa
mendatang.
Penulis
I
Daftar Isi
Halaman
Kata pengantar.................................................................................................. I
Daftar Isi........................................................................................................... II
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 13
3.2 Saran........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang memiliki sejarah panjang dan beragam. Sejak
zaman prasejarah, masyarakat Indonesia telah mengenal berbagai macam
kebudayaan, agama, dan kerajaan. Salah satu periode penting dalam sejarah
Indonesia adalah era kerajaan Hindu-Buddha dan Islam, yang berlangsung dari
abad ke-4 hingga abad ke-16 Masehi. Pada era ini, Indonesia menjadi pusat
perdagangan dan peradaban di kawasan Asia Tenggara.
Kerajaan Islam di Indonesia muncul karena pengaruh dari Timur Tengah, yang
membawa ajaran Islam ke Nusantara melalui jalur perdagangan dan dakwah.
Beberapa kerajaan Islam yang terkenal di Indonesia antara lain adalah Kerajaan
Samudera Pasai, Demak, Aceh, Banten, Mataram Islam, dan Gowa. Kerajaan-
kerajaan ini memiliki peran penting dalam penyebaran dan perkembangan Islam
di Indonesia, serta berkontribusi dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya.
1
PEMBAHASAN
1. Teori ksatria. Teori ini dikemukakan oleh R.C. Majumdar dan G. Coedes. Mereka
berpendapat bahwa agama Hindu-Buddha di Indonesia dikembangkan oleh para ksatria
(golongan pejuang) dari India yang datang ke Nusantara untuk menaklukkan dan
mendirikan kerajaan. Hal ini didasarkan pada adanya kesamaan antara sistem
pemerintahan, hukum, dan tata cara upacara di kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di
Indonesia dengan India. Selain itu, banyak pula nama-nama raja dan tokoh yang berasal
dari India, seperti Sriwijaya, Sanjaya, Dharmawangsa, Airlangga, dan lain-lain.
2. Teori waisya. Teori ini dikemukakan oleh J.L.A. Brandes dan N.J. Krom. Mereka
berpendapat bahwa agama Hindu-Buddha di Indonesia dikembangkan oleh para waisya
(golongan pedagang) dari India yang datang ke Nusantara untuk berdagang dan menetap.
Hal ini didasarkan pada adanya hubungan dagang yang erat antara India dan Nusantara,
serta adanya bukti-bukti arkeologis yang menunjukkan aktivitas perdagangan, seperti
koin, barang-barang logam, dan tembikar. Para pedagang India ini kemudian
menyebarkan agama dan budaya mereka kepada masyarakat setempat, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
3. Teori brahmana. Teori ini dikemukakan oleh J.C. van Leur dan B.J.O. Schrieke.
Mereka berpendapat bahwa agama Hindu-Buddha di Indonesia dikembangkan oleh para
brahmana (golongan pemuka agama) dari India yang datang ke Nusantara untuk
menyebarkan ajaran mereka. Hal ini didasarkan pada adanya penemuan-penemuan
prasasti di Indonesia yang hampir semuanya menggunakan aksara dan bahasa Pallawa
atau Sanskerta, yang merupakan bahasa sakral kaum brahmana. Selain itu, ajaran Hindu-
Buddha di Indonesia juga hampir sama dengan ajaran Hindu-Buddha di India, yang
menunjukkan adanya pengaruh dari para brahmana.
3
4. Teori sudra. Teori ini dikemukakan oleh Sartono Kartodirdjo dan Slamet Muljana.
Mereka berpendapat bahwa agama Hindu-Buddha di Indonesia dikembangkan oleh para
sudra (golongan rakyat jelata) dari India yang datang ke Nusantara sebagai buruh, budak,
atau pelarian. Hal ini didasarkan pada adanya kesenjangan sosial dan ekonomi antara
kaum sudra dengan kaum lainnya di India, yang membuat mereka mencari kehidupan
yang lebih baik di luar negeri. Para sudra ini kemudian membawa serta agama dan
budaya mereka ke Nusantara, dan berbaur dengan masyarakat setempat.
5. Teori arus balik. Teori ini dikemukakan oleh Moh. Yamin dan Soekmono. Mereka
berpendapat bahwa agama Hindu-Buddha di Indonesia dikembangkan oleh orang-orang
Nusantara sendiri yang pernah berhubungan dengan India, baik sebagai pelajar, peziarah,
pedagang, atau pejabat. Hal ini didasarkan pada adanya bukti-bukti sejarah yang
menunjukkan adanya perjalanan orang-orang Nusantara ke India, seperti Fa Hsien, I
Tsing, Borobudur, dan Candi Prambanan. Orang-orang Nusantara ini kemudian
membawa pulang agama dan budaya India, dan mengembangkannya sesuai dengan
kondisi lokal.
Dari kelima teori tersebut, tidak ada yang dapat diterima secara mutlak, karena
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Yang dapat dipastikan adalah
bahwa agama Hindu-Buddha di Indonesia merupakan hasil dari interaksi antara India
dan Nusantara, yang melibatkan berbagai faktor, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya,
dan agama. Agama Hindu-Buddha kemudian mempengaruhi perkembangan kerajaan-
kerajaan di Indonesia, baik dalam hal struktur, organisasi, ideologi, maupun seni.
4
Kerajaan Sriwijaya, yang berdiri sekitar abad ke-7 hingga abad ke-12 di
Sumatera Selatan. Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Buddha pertama di
Indonesia, yang diperkirakan berasal dari kerajaan Malayu. Kerajaan ini dikenal dari
penemuan prasasti Kedukan Bukit, prasasti Talang Tuo, dan prasasti Kota Kapur, yang
memuat nama raja-raja Sriwijaya yang bergelar Sri Maharaja atau Sri Sangrama.
Kerajaan Mataram Kuno, yang berdiri sekitar abad ke-8 hingga abad ke-10 di
Jawa Tengah. Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang menguasai
hampir seluruh pulau Jawa. Kerajaan ini dikenal dari penemuan prasasti Mantyasih,
prasasti Kalasan, dan prasasti Sojomerto, yang memuat nama raja-raja Mataram Kuno
yang bergelar Sanjaya atau Sailendra.
Kerajaan Singasari, yang berdiri sekitar abad ke-13 hingga abad ke-14 di Jawa
Timur. Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang melanjutkan
kejayaan Kerajaan Kediri. Kerajaan ini dikenal dari penemuan prasasti Kertanegara,
prasasti Jaya Baya, dan prasasti Nagarakretagama, yang memuat nama raja-raja
Singasari yang bergelar Narasingha atau Wisnuwardhana.
Kerajaan Majapahit, yang berdiri sekitar abad ke-14 hingga abad ke-16 di Jawa
Timur. Kerajaan ini merupakan kerajaan bercorak Hindu-Buddha terbesar dan terakhir di
Indonesia, yang menguasai hampir seluruh Nusantara. Kerajaan ini dikenal dari
penemuan prasasti Pararaton, prasasti Sutasoma, dan prasasti Trowulan, yang memuat
nama raja-raja Majapahit yang bergelar Bhatara atau Rajasawardhana.
1. Teori Mekah. Teori ini dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan Haji Agus Salim.
Mereka berpendapat bahwa agama Islam di Indonesia berasal dari Mekah, kota suci
umat Islam di Arab Saudi. Menurut teori ini, para pedagang dan ulama dari Mekah
datang ke Nusantara untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam. Hal ini didasarkan
pada adanya kesamaan antara ajaran dan ritual Islam di Indonesia dengan Islam di
Mekah, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Selain itu, banyak pula nama-nama tempat,
orang, dan lembaga yang berasal dari Mekah, seperti Aceh, Malikussaleh, dan Pesantren.
2. Teori Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh R.O. Winstedt dan C.C. Berg. Mereka
berpendapat bahwa agama Islam di Indonesia berasal dari Gujarat, sebuah negara bagian
di India. Menurut teori ini, para pedagang dan ulama dari Gujarat datang ke Nusantara
untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam.
6
Hal ini didasarkan pada adanya hubungan dagang yang erat antara Gujarat dan
Nusantara, serta adanya bukti-bukti arkeologis yang menunjukkan pengaruh Gujarat,
seperti koin, barang-barang logam, dan tembikar. Para pedagang dan ulama Gujarat ini
kemudian menyebarkan agama dan budaya Islam yang bersifat sinkretis, yaitu
menggabungkan unsur-unsur Hindu dan Buddha.
3. Teori Persia. Teori ini dikemukakan oleh H.J. de Graaf dan N.H. Andaya. Mereka
berpendapat bahwa agama Islam di Indonesia berasal dari Persia, sebuah negara di
Timur Tengah. Menurut teori ini, para pedagang dan ulama dari Persia datang ke
Nusantara untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam. Hal ini didasarkan pada
adanya kesamaan antara ajaran dan aliran Islam di Indonesia dengan Islam di Persia,
yaitu Syiah dan Sufi. Selain itu, banyak pula nama-nama tempat, orang, dan lembaga
yang berasal dari Persia, seperti Sumatera, Hamzah Fansuri, dan Tarekat.
4. Teori Tiongkok. Teori ini dikemukakan oleh L. de La Coste Messeliere dan G.P.
Rouffaer. Mereka berpendapat bahwa agama Islam di Indonesia berasal dari Tiongkok,
sebuah negara di Asia Timur. Menurut teori ini, para pedagang dan ulama dari Tiongkok
datang ke Nusantara untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam. Hal ini didasarkan
pada adanya hubungan dagang yang erat antara Tiongkok dan Nusantara, serta adanya
bukti-bukti arkeologis yang menunjukkan pengaruh Tiongkok, seperti kertas, tinta, dan
kompas. Para pedagang dan ulama Tiongkok ini kemudian menyebarkan agama dan
budaya Islam yang bersifat toleran, yaitu menghormati keanekaragaman agama dan
budaya.
Dari keempat teori tersebut, tidak ada yang dapat diterima secara mutlak, karena
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Yang dapat dipastikan adalah
bahwa agama Islam di Indonesia merupakan hasil dari interaksi antara Nusantara dan
dunia luar, yang melibatkan berbagai faktor, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
agama. Agama Islam kemudian mempengaruhi perkembangan kerajaan-kerajaan di
Indonesia, baik dalam hal struktur, organisasi, ideologi, maupun seni.
Adapun proses awal penyebaran Kerajaan Islam dari berbagai hal seperti berikut:
1. Sektor perdagangan. Proses penyebaran Islam di Indonesia melalui sektor
perdagangan dimulai sejak abad ke-7 Masehi, ketika para pedagang Muslim dari Arab,
Persia, India, dan Tiongkok datang ke Nusantara untuk berdagang. Mereka membawa
serta ajaran dan budaya Islam, dan menyebarkannya kepada masyarakat setempat,
terutama di daerah-daerah pesisir yang menjadi pusat perdagangan, seperti Aceh, Barus,
Palembang, Sunda Kelapa, dan Gresik. Para pedagang Muslim ini juga menjalin
hubungan baik dengan para penguasa lokal, dan memberikan bantuan dalam hal politik,
ekonomi, dan militer
7
2. Melalui pernikahan. Proses penyebaran Islam di Indonesia melalui pernikahan terjadi
ketika para pedagang Muslim yang menetap di Nusantara menikahi wanita-wanita lokal,
baik dari golongan bangsawan maupun rakyat biasa.
Dengan demikian, agama Islam masuk ke dalam keluarga dan masyarakat setempat, dan
diturunkan kepada anak-anak dan cucu-cucu mereka. Perkawinan antara pedagang
Muslim dengan wanita lokal juga membantu proses akulturasi dan adaptasi budaya Islam
dengan budaya lokal.
3. Melalui tasawuf. Proses penyebaran Islam di Indonesia melalui tasawuf dilakukan
oleh para ulama dan ahli tasawuf yang datang ke Nusantara untuk menyebarkan ajaran
Islam yang bersifat mistik dan spiritual. Mereka mengajarkan konsep-konsep tasawuf,
seperti zikir, tarekat, ma'rifat, dan suluk, yang menarik minat banyak orang, terutama
dari kalangan raja-raja dan bangsawan. Para ulama dan ahli tasawuf ini juga
menghormati dan mengakui keberadaan agama dan budaya lokal, dan tidak memaksakan
ajaran Islam kepada mereka.
4. Melalui pendidikan. Proses penyebaran Islam di Indonesia melalui pendidikan
dilakukan oleh para guru agama dan pendidik yang datang ke Nusantara untuk
mengajarkan ilmu-ilmu Islam, seperti al-Qur'an, hadis, fiqih, tafsir, dan kalam. Mereka
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam, seperti pesantren, madrasah, surau, dan
langgar, yang menjadi tempat belajar dan mengajar bagi para santri dan murid. Mereka
juga menulis dan menerjemahkan kitab-kitab Islam ke dalam bahasa-bahasa lokal,
seperti Melayu, Jawa, Sunda, dan Bugis.
5. Melalui seni budaya. Proses penyebaran Islam di Indonesia melalui seni budaya
dilakukan oleh para seniman dan budayawan yang datang ke Nusantara untuk
mengembangkan seni dan budaya Islam, seperti sastra, musik, tari, teater, dan arsitektur.
Mereka menciptakan karya-karya seni dan budaya yang mengandung nilai-nilai Islam,
seperti syair, pantun, selawat, gambus, rebana, samrah, wayang, tari topeng, dan masjid.
Mereka juga mengadaptasi dan memodifikasi seni dan budaya lokal dengan unsur-unsur
Islam, seperti wayang kulit, wayang golek, wayang wong, tari bedhaya, dan candi.
6. Melalui dakwah. Proses penyebaran Islam di Indonesia melalui dakwah dilakukan
oleh para mubaligh dan misionaris yang datang ke Nusantara untuk mengajak orang-
orang untuk masuk Islam atau memperdalam iman mereka. Mereka menggunakan
berbagai metode dakwah, seperti ceramah, dialog, diskusi, debat, khotbah, khutbah, dan
tabligh. Mereka juga memanfaatkan berbagai media dakwah, seperti buku, majalah,
koran, radio, televisi, dan internet.
- Makam: Makam adalah tempat peristirahatan terakhir para raja-raja, ulama, dan
tokoh-tokoh Islam di Indonesia. Makam-makam di Indonesia memiliki arsitektur yang
sederhana, namun bernilai sejarah dan religius. Makam-makam di Indonesia sering
dikunjungi oleh masyarakat sebagai tempat ziarah, menghormati, dan memohon berkah.
Beberapa contoh makam bersejarah di Indonesia adalah Makam Sultan Malik Al-Zahir,
Makam Sunan Giri, Makam Sunan Kalijaga, dan Makam Sultan Hasanuddin.
2. Perkembangan kesenian
- Babad: Babad adalah karya sastra yang berisi tentang sejarah atau silsilah kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia. Babad ditulis dalam bahasa Jawa, Melayu, atau daerah lain,
dengan menggunakan aksara Arab, Pegon, atau daerah lain. Babad bersifat naratif,
kronologis, dan mengandung unsur-unsur mistik, legenda, dan mitos. Beberapa contoh
babad bersejarah di Indonesia adalah Babad Tanah Jawi, Babad Demak, Babad Cirebon,
dan Babad Gowa.
- Hikayat: Hikayat adalah karya sastra yang berisi tentang cerita-cerita fiktif atau
semi-fiktif yang bersumber dari Al-Quran, Hadis, atau tradisi Islam. Hikayat ditulis
dalam bahasa Melayu, dengan menggunakan aksara Arab atau Jawi. Hikayat bersifat
menghibur, mendidik, dan menyampaikan pesan-pesan moral, etika, dan akhlak.
Beberapa contoh hikayat bersejarah di Indonesia adalah Hikayat Hang Tuah, Hikayat
Raja-raja Pasai, Hikayat Iskandar Zulkarnain, dan Hikayat Abdullah.
- Syair: Syair adalah karya sastra yang berisi tentang puisi-puisi yang bersajak a-b-a-b
dan berirama. Syair ditulis dalam bahasa Melayu, dengan menggunakan aksara Arab
atau Jawi. Syair bersifat liris, indah, dan menyentuh hati. Syair dapat berisi tentang
tema-tema keagamaan, kecintaan, kepahlawanan, atau keseharian. Beberapa contoh syair
bersejarah di Indonesia adalah Syair Perang Mengkasar, Syair Siti Zubaidah, Syair
Hamzah Fansuri, dan Syair Lampung.
10
- Suluk: Suluk adalah karya sastra yang berisi tentang ajaran-ajaran tasawuf atau
mistisisme Islam. Suluk ditulis dalam bahasa Jawa, Melayu, atau daerah lain, dengan
menggunakan aksara Arab, Pegon, atau daerah lain. Suluk bersifat filosofis, spiritual,
dan mendalam. Suluk dapat berisi tentang konsep-konsep tasawuf, seperti maqamat,
ahwal, fana, baqa, atau zikir. Beberapa contoh suluk bersejarah di Indonesia adalah
Suluk Wujil, Suluk Malang Sumirang, Suluk Gayatri, dan Suluk Linglung.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pengaruh Hindu-Buddha dalam Bidang Kesenian (25 April 2022). Diakses pada 26
Februari 2024 dari
https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/25/181134969/pengaruh-hindu-buddha-
dalam-bidang-kesenian
Cara Penyebaran Islam di Indonesia dan Sejarah Perkembangannya (19 Januari 2024).
Diakses pada 26 Februari 2024 dari
https://tirto.id/cara-penyebaran-islam-di-indonesia-proses-sejarah-perkembangannya-
gh85
Pengaruh Islam di Indonesia (4 Maret 2020). Diakses pada 26 Februari 2024 dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/04/153000769/pengaruh-islam-di-
indonesia
Jejak Seni Arca dan Ragam Hias Peradaban Hindu-Buddha di Indonesia(8 Juli 2020).
Diakses pada 26 Februari 2024 dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/08/154742969/jejak-seni-arca-dan-ragam-
hias-peradaban-hindu-buddha-di-indonesia
6 Saluran Penyebaran Islam di Nusantara (23 Oktober 2022). Diakses pada 26 Februari
2024 dari
https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/23/170000079/6-saluran-penyebaran-
islam-di-nusantara