Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH SEJARAH

TEORI MASUKNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU


DAN BUDDHA DI INDONESIA

DI SUSUN OLEH:
X IPS 3
KELOMPOK 2
Nama : Anggun Pratiwi
Azzahra Julia Nadina
Tian Yolanda Puspita Sari
Manisa Maharani
M. Ferdiansyah
Dasril Mahendra
Guru : Jasnita, S.Pd.,M.Pd

Tahun Pelajaran 2018/2019


MAN 1 PALEMBANG
i
KATA PENGANTAR

Ucapan puji-puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT.


Hanya kepada-Nya lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami
bersyukur, kami meminta ampunan dan kami meminta pertolongan.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-
satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan judul “Sejarah Perkembangan Islam
di Indonesia” dengan lancar. Kami pun menyadari dengan sepenuh hati
bahwa tetap terdapat kekurangan pada makalah kami ini.

Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun
dari setiap pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah
berikutnya. Kami juga berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk
kami supaya kami lebih mengutamakan kualitas makalah di masa yang
selanjutnya.

Palembang, 19 Februari 2019


 

Penyusun
ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................

Daftar Isi..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................

1.1 Latar Belakang .................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................


1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................
2.1 Penjelasan Rumusan Masalah.........................................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................................
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
3.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini berasal
dari India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita
membandingkan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan
kemiripan itu. Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan yang kita miliki
masih sangat sederhana. Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi
atau keraton. Tata kota di pusat kerajaan juga dipengaruhi kebudayaan hindu.
Demikian pula dalam hal kebudayaan yang lain seperti peribadatan dan kesastraan.
Candi Prambanan merupakan salah satu peninggalan agama hindu yang ada di
Jawa Tengah. Sedangkan Borobudur adalah merupakan candi peninggalan agama
budha. Agama hindu dan budha masuk di berbagai tempat di Indonesia melalui
berbagai jalur, antara lain pendidikan, perdagangan, dan lain-lain. Agama budha
berkembang lebih dahulu, bahkan untuk beberapa waktu, Indonesia (sriwijaya)
pernah menjad pusat pendidikan dan pengetahuan agama budha yang bertaraf
internasional.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimanakan Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dari Kebudayaan
Hindu-Buddha di Nusantara?
2. Mengapa Teori Brahmana tidak Terdapat Bukti yang Menunjukkan Bahwa
Bangsa Nusantara di Taklukan oleh Bangsa India?
3. Siapakah Pendiri Teori Waisya?
4. Bagaimanakah Daerah-daerah yang di Pengaruhi Agama Hindu atau Buddha
Berada pada Penyebaran Wilayah Jalur Pelayaran Internasional?
5. Di Manakah Letak Penyebaran Agama dan Kebudayaan Hindu dan Buddha
di Indonesia?
6. Apakah Alasan Wilayah Maluku, Papua dan Sebagian Wilayah Nusa
Tenggara Tidak Mendapat Pengaruh Agama Hindu dan Buddha?
7. Siapakah Tokoh-tokoh Penyebaran Masuk dan Berkembangnya Agama
Hindu dan Buddha di Indonesia?
2
1.3 TUJUAN PENULISAN
 Menganalisis berbagai teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan
Hindu Buddha ke Indonesia
 Mengolah Informasi dan Proses Masuknya Agama dan Kebudayaan Hindu dan
Buddha ke Indonesia serta Pengaruh pada kehidupan Masyarakat Indonesia
masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan.
1.4 MANFAAT PENULISAN
 Memperluas wawasan tentang masuk dan berkembangnya Hindu Buddha di
Indonesia
 Sebagai sumber belajar bagi siswa
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Hindu-Buddha di


Nusantara
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha dari India,
ke Nusantara terjadi karena adanya hubungan antara bangsa Nusantara, India, dan
bangsa-bangsa lainnya di kawasan Asia Selatan, Timur, dan Tenggara. Hubungan
tersebut menjadi melalui kegiatan politik dan diplomasi, pelayaran dan perdagangan,
pendidikan, dan kebudayaan. Melalui lalu lintas tersebut, terjadi pertukaran barang,
pengalaman, dan kebudayaan Hindu dan Buddha.
Catatan awal abad Masehi mengenai kedatangan orang-orang Hindu dan
Buddha dari India ke Nusantara tidak diketahui dengan pasti. Adapun hubungan
antara India, Cina, dan Nusantara berasal dari catatan orang Cina pada abad ke-5
masehi.
Menurut catatan tersebut, Agama Buddha yang masuk ke Nusantara tidak
hanya berasal dari India, tetapi juga dari Cina. Sejak awal abad Masehi, Cina mulai
mengembangkan kekuasaannya ke wilayah Asia Tenggara dan membentuk
kerajaan yang berakiblat ke Cina yang paling awal menyebut dan mengenal Jawa
ialah Fa Hsien. Ia menetap selama 12 tahun di India. Ketika dalam perjalanan
pulang ke Cina, Fa Hsien beserta rombongan yang berjumlah 100 orang, singgah di
Jawa. Mereka singgah selama lima bulan sejak Desember 412 sampai Mei 413.
Hubungan pelayaran dan perdagangan antara Jawa, Sumatera, Kanton
(Cina), Sri Lanka, dan Kashmir (India) dicatat pula oleh Gunawarmma. Ia adalah
seorang pangeran dari Kashmir yang pernah tinggal lama di Jawa Pada 422, ia
menyebarkan Buddhisme sebelum berlayar ke Cina. Catatan singkat dari
Gunawarmman ini menunjukkan bawah pengaruh kebudayaan India atau Cina bisa
masuk melalui hubungan pelayaran dan perdagangan antara Nusantara (Jawa) dan
negeri-negeri di Asia Tenggara, Timur, dan Selatan.
Setelah banyaknya golongan Brahmana Hindu dan Biksu Buddha (baik dari
India, Sri Lanka, maupun Cina) menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu-
Buddha di Nusantara, terbentuklah masyarakat intelektual atau terpelajar. Kelompok
4
ini kemudian menyebarkan agama dan kebudayaan tersebut ke masyarakat
setempat. Kelompok inilah yang paling sering berhubungan dengan pusat-pusat
penyebaran Hindu dan Buddha di Asia Tenggara dan India.

Gambar 3.1
Kartagosa, Peninggalan Kerajaan Bali yang bercorak Hindu.
Pada awalnya, hanya golongan elit seperti raja beserta keluarganya dan
orang-orang kaya yang mendapat kesempatan untuk belajar agama dan
kebudayaan India. Pada perkembangan berikutnya, setelah hubungan Nusantara
dan negara-negara sekitarnya semakin lancar, golongan lain pun mendapat
kesempatan mengenal bahasa sanskerta, kitab-kita Agama Hindu dan Buddha,
serta kebudayaan India lainnya. Melalui tahap seperti ini, kebudayaan India secara
bertahap menyebar dan memengaruhi kebudayaan Nusantara. Sejak saat itu,
penganut Hindu dan Buddha mulai banyak jumlahnya di Nusantara. Dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan India telah memengaruhi kebudayaan Nusantara
sampai sekarang.
2.2 Teori Brahmana tidak dapat Terbukti yang menunjukkan bahwa bangsa
Nusantara di Taklukan oleh Bangsa India.
Ada lima teori yang membahas masuknya pengaruh Hindu dan Buddha ke
Nusantara.
5
a. Teori Brahmana

Teori ini dikemukakan oleh Van Leur sebagai reaksi terhadap kedua Teori Ksatria
dan Teori Waisya. Menurutnya, tidak terdapat bukti yang menunjukkan bahwa
bangsa Nusantara ditaklukan oleh bangsa India. Menurutnya, penyebaran pengaruh
dari Hindu dan Buddha dari golongan brahmana yang datang atas undangan bangsa
Nusantara untuk menyebarkan agama Hindu dan Buddha. Saat itu, kontak
penguasa Nusantara dengan penguasa India terjadi berkat hubungan dagang.

b. Teori Ksatria

Teori ini mengatakan bahwa Nusantara pernah dijajah bangsa India. Golongan yang
melakukannya ialah golongan Ksatria. Melalui proses tersebut, pengaruh Hindu
masuk ke Nusantara. Teori ini dikenal dengan teori Ksatria. Teori ini didukung oleh
J.L. Moens, C.C. Berg, dan Mookerji.
Pendukung teori Ksatria, yaitu:
a. C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria turut menyebarkan
kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat
6
konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan
oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu
kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan
itu, ada di antara mereka yang dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku
atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah
menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi.
Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.
b. Mookerji mengatakan bahwa golongan ksatria dari Indialah yang membawa
pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya
membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah kerajaan.
c. J.L. Moens menjelaskan bahwa proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di
Indonesia pada awal abad ke-5 ada kaitannya dengan situasi yang terjadi di India
pada abad yang sama. Sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di
India Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami
kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.

2.3 Pendiri Teori Waisya

c. Teori Waisya

Masih berkaitan dengan teori Ksatria, teori ini berkaitan dengan peranan pedagang
dalam menyebarkan kebudayaan India di Nusantara, kemudian diikuti dengan
proses perkawinan pedagang India dan perempuan Nusantara. Teori ini banyak
dianut oleh para ahli. Namun, hal itu masih mengecilkan peranan pedagang
Nusantara. Teori Waisya dikemukakan oleh N.J. Krom.
7
Kelebihan teori Waisya:
Banyaknya sumber daya alam di Indonesia membuat para Waisya (kelompok
pedagang) tertarik untuk bertransaksi jual beli di Indonesia. Pada saat itu,
kebanyakan pedagang yang datang ke Indonesia berasal dari India yang merupakan
pusat agama hindu, sehingga ketika mereka berdagang, mereka juga menyebarkan
ajaran agama Hindu dan Buddha.

Kelemahan teori Waisya:


Para pedagang yang termasuk dalam kasta Waisya tidak menguasai bahasa
Sanskerta dan huruf Pallawa yang umumnya hanya dikuasai oleh kasta Brahmana.

Bantahan para ahli terhadap teori waiya:


• Motif mereka datang sekedar untuk berdagang bukan untuk menyebarkan
agama Hindu sehingga hubungan yang terbentuk antara penduduk setempat
bahkan pada raja dengan para saudagar (pedagang India) hanya seputar
perdagangan dan tidak akan membawa perubahan besar terhadap penyebaran
agama Hindu.
• Mereka lebih banyak menetap di daerah pantai untuk memudahkan kegiatan
perdagangannya. Mereka datang ke Indonesia untuk berdagang dan jika mereka
singgah mungkin hanya sekedar mencari perbekalan untuk perjalanan mereka
selanjutnya atau untuk menunggu angin yang baik yang akan membawa mereka
melanjutkan perjalanan. Sementara itu kerajaan Hindu di Indonesia lebih banyak
terletak di daerah pedalaman seperti Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.
Sehingga, penyebarluasan agama Hindu tidak mungkin dilakukan oleh kaum Waisya
yang menjadi pedagang.
• Meskipun ada perkampungan para pedagang India di Indonesia tetapi
kedudukan mereka tidak berbeda dengan rakyat biasa di tempat itu, mereka yang
tinggal menetap sebagaian besar hanyalah pedagang-pedagang keliling sehingga
kehidupan ekonomi mereka tidak jauh berbeda dengan penduduk setempat.
Sehingga pengaruh budaya yang mereka bawa tidaklah membawa perubahan besar
dalam tatanegara dan kehidupan keagamaan masyarakat setempat.
• Kaum Waisya tidak mempunyai tugas untuk menyebarkan agama Hindu
sebab yang bertugas menyebarkan agama Hindu adalah Brahmana. Lagi pula para
8
pedagang tidak menguasai secara mendalam ajaran agama Hindu dikarenakan
mereka tidak memahami bahasa Sansekerta sebagai pedoman untuk membaca
kitab suci Weda.
• Tulisan dalam prasasti dan bangunan keagamaan Hindu yang ditemukan di
Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yang hanya digunakan oleh Kaum
Brahmana dalam kitab-kitab Weda dan upacara keagamaan

Peta 3.1
Peta jalur penyebaran Agama Hindu dan Buddha

Peta 3.2
9
Penyebaran Agama Hindu dan Buddha KeAsia Timur dan Asia Tenggara
d. Teori Arus Balik

Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch. Menurut teori ini, orang Nusantara belajar
agama Hindu dan Buddha dan pergi berziarah ke India. Kemudian mereka
menyebarkan agama tersebut setelah kembali ke Nusantara.
Teori ini berisi dua cara bagaimana Hindu-Budha masuk ke Indonesia :
1. Para Brahmana di undang ke Indonesia untuk mengajarkan Hindu kepada
orang Indonesia.
2. Para raja Indonesia pergi ke India untuk mempelajari agama Hindu kemudian
kembali ke Indonesia untuk menyebarkannya.
10
e. Teori Sudra

Teori Sudra (dikemukakan oleh Van Feber)

Inti dari teori ini adalah bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu ke
Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra.

Pendapat dari Van Feber adalah bahwa:

 Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar) menginginkan kehidupan yang


lebih baik daripada mereka tinggal menetap di India sebagai pekerja kasar
bahkan tak jarang mereka dijadikan sebagai budak para majikan sehingga
mereka pergi ke daerah lain bahkan ada yang sampai ke Indonesia.

 Orang berkasta sudra yang berada pada kasta terendah di India tidak jarang
dianggap sebagai orang buangan sehingga mereka meninggalkan daerahnya
pergi ke daerah lain bahkan keluar dari India hingga ada yang sampai ke
Indonesia agar mereka mendapat kedudukan yang lebih baik dan lebih
dihargai.
11
Bantahan ahli terhadap teori ini adalah sebagai berikut.

 Golongan Sudra tidak menguasai seluk beluk ajaran agama Hindu sebab
mereka tidak menguasai bahasa Sansekerta yang digunakan dalam Kitab
Suci Weda (terdapat aturan dan ajaran agama Hindu). Terlebih tidak
sembarang orang dapat menyentuhnya, membaca dan mengetahui isinya.

 Tujuan utama golongan Sudra meninggalkan India adalah untuk mendapat


penghidupan dan kedudukan yang lebih baik (memperbaiki keadaan/kondisi
mereka). Sehingga jika mereka ke tempat lain pasti hanya untuk mewujudkan
tujuan utama mereka bukan untuk menyebarkan agama Hindu.

 Dalam sistem kasta posisi kaum sudra ada pada kasta terendah sehingga
tidak mungkin mereka mau menyebarkan agama Hindu yang merupakan milik
kaum brahmana, kasta diatasnya. Jika mereka menyebarkan agama Hindu
berarti akan lebih mengagungkan posisi kasta brahmana, kasta yang telah
menempatkan mereka pada kasta terendah.
2.4 Daerah yang di Pengaruhi Agama Hindu dan Buddha berada pada
Penyebaran Wilayah Jalur Pelayaran Internasional

2. Peta Penyebaran Agama dan Kebudayaan Hindu dan Buddha di Indonesia


Masuknya pengaruh Agama Hindu dan Buddha bersamaan dengan aktivitas
perdagangan internasional saat itu. Tidak mengherankan jika wilayah-wilayah yang
menjadi tempat persinggahan kapal pun ikut terpengaruh dengan agama Hindu dan
Buddha yang dibawa oleh para pedagang dari India dan Cina.
Pada masa tersebut, hubungan pelayaran dan perdagangan antara India dan
Cina menempuh pantai barat Sumatera, Selat Sunda, Laut Jawa dan Selat
Makassar. Oleh karena itu, pada awal abad ke-5 M, di wilayah Nusantara timbul
kerajaan-kerajaan Nusantara yang bercorak Hindu. Di antaranya, Tarumanegara,
Medan Kamulan, Kanjuruhan, dan Kutai. Adapun pengaruh Agama Buddha terlihat
pada kerajaan Holing (Kalingga).
12

Peta 3.3
Peta Lokasi Kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara
Persebaran agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha ini dapat terlihat
dalam peta 3.1. Berdasarkan peta tersebut terlihat, bahwa daerah-daerah yang
dipengaruhi agama Hindu dan Buddha berada pada penyebaran wilayah jalur
pelayaran dan perdagangan internasional saat itu.
Dengan demikian, persebaran agama Hindu dan Buddha bersamaan dengan
aktivitas perdagangan dan pelayaran para pedagang Asia. Semakin sering para
pedagang pribumi berinteraksi dengan para pedagang dari India di Asia Selatan dan
Cina di Asia Timur, lambat daun memengaruhi pola pikir masyarakat pribumi tentang
keagamaan.
Masyaraat pada saat itu masih menganut animisme dan dinamisme, mulai
tertarik dengan agama Hindu dan Buddha yang dibawa oleh para pedagang dari
India dan Cina. Di sela-sela perdagangan tersebut, masyarakat Nusantara menimba
ilmu keagamaan, khususnya Hindu dan Buddha dari para pedagang yang singgah di
wilayah mereka.
13
2.5 Dimanakah Letak Penyebaran Agama dan Kebudayaan Hindu dan Buddha
di Indonesia

a. Wilayah yang Dipengaruhi Unsur Hindu dan Buddha sampai abad ke-14

1) Persebaran Agama Hindu di Nusantara


Berdasarkan bukti-bukti yang ada, pengaruh Hindu masuk ke Nusantara
berlangsung pada abad ke-5 M. Buktinya , dari beberapa prasasti yang ditemukan ,
mempergunakan huruf Pallawa dari India Selatan. Di antaranya, kerajaan Kutai di
Kalimantan Timur dan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat yang dalam beberapa
prasastinya memakai huruf pallawa. Hal ini menandakan bahwa pengaruh agama
dan budaya hindu mulai dipakai di wilayah Nusantara. Agama hindu merupakan
agama yang kali pertama masuk ke wilayah Nusantara.
2) Persebaran Agama Buddha di Nusantara
Awal perkembangan agama Buddha di Nusantara dapat terlihat dari beberapa
patung Buddha yang ditemukan di beberapa tempat di Nusantara, seperti di daerah
14
sempaga (Sulawesi Selatan, Besuki (Jawa Timur), dan Sumatera Selatan

Gambar 3.3
Patung Buddha yang dipengaruhi budaya India, yaitu gaya amarawati.
Patung Buddha yang ditemukan tersebut mengenakan pakaian jubah yang
sederhana, menutup pundak sebelah kiri (seperti seorang pendeta). Gaya patung
Buddha ini serupa dengan kesenian Amarawati dari India Selatan. Gaya Amarawati
ini banyak memengaruhi seni patung Buddha di Nusantara.
2.6 Apakah alasan Wilayah Maluku, Papua, dan Sebagian Wilayah Nusa
Tenggara tidak mendapat pengaruh agama Hindu dan Buddha

b. Wilayah Nusantara yang Tidak Dipengaruhi Agama Hindu dan Buddha


Dari beberapa wilayah Nusantara yang tidak mendapat pengaruh agama Hindu dan
Buddha , yaitu wilayah Maluku, Papua, dan sebagian wilayah Nusa Tenggara.
Kemungkinan tidak masuknya pengaruh tersebut karena wilayah Indonesia bagian
timur dianggap terlalu jauh untuk dijangkau, wilayahnya sangat terpencil dan sarana
transportasi tidak ada. Selain itu, kawasan Indonesia amat luas dan terdiri atas
ribuan pulau yang terhampar dari barat sampai ke timur.
Alasannya berhubungan dengan sumber daya alam yang dimiliki di wilayah
tersebut, antara lain sebagai berikut.
1. Kalimantan mempunyai emas yang mendorong para pedagang India masuk.
15
2. Wilayah selat Sulawesi ke timur tidak cocok untuk budidaya lahan sawah basah,
teknologi waktu itu belum bisa mengembangkannya.

2.7 Siapakah tokoh-tokoh penyebaran masuk dan berkembangnya agama


Hindu dan Buddha di Indonesia.
a. Tokoh-tokoh Penyebar Hindu Buddha di Indonesia
Kita memiliki banyak peninggalan sejarah kerajaan Buddha. Namun, catatan
sejarah tentang masa itu masih sangat kurang. Salah satu catatan sejarah yang
sangat penting untuk mengetahui sejarah kerajaan Buddha, khususnya Sriwijaya
adalah catatan sejarah I-Tsing. I-Tsing adalah seorang pendeta Buddha dari Cina.
Pada tahun 671, beliau pergi ke India untuk mempelajari ajaran Buddha. Beliau
singgah di Sriwijaya selama enam bulan untuk mempelajarai tata bahasa
Sansekerta. Ketika kembali dari India I-Tsing, tinggal di Sriwijaya untuk
menerjemahkan naskah-naskah Buddha berbahasa Sansekerta ke dalam bahasa
Cina.
Pada tahun 689, I-Tsing pulang ke Kanton. Beliau menjemput empat orang
pembantunya. Kemudian beliau kembali lagi ke Sriwijaya. Beliau menyelesaikan dua
buah karya tulis termasyhur, yaitu Catatan Ajaran Agama Buddha yang dikirim dari
Laut Selatan dan Catatan Pendetapendeta yang menuntut ilmu di India pada zaman
Dinasti Tang. Dalam kedua karya ini, I-Tsing menguraikan letak dan keadaan
Sriwijaya dan negara-negara Nusantara lainnya. Karya I-Tsing ini menjadi sumber
informasi penting tentang sejarah Nusantara abad ke-7, khususnya tentang
Sriwijaya.
Berikut beberapa tokoh pada masa kerajaan Buddha di Indonesia, yaitu
Balaputradewa, Sakyakirti, dan Kertanegara.
16
 Balaputradewa

Balaputradewa adalah raja Sriwijaya yang memerintah sekitar abad ke-9


atau ke-10 Masehi. Beliau berasal dari keluarga Syailendra, yang berkuasa di Pulau
Jawa mulai sekitar tahun 750. Ayah Balaputradewa bernama Samaragrawira dan
ibunya bernama Tara. Balaputradewa kemudian bergelar Sri Wirawairimathana.
Pada zaman pemerintahan Balaputradewa, Sriwijaya menjalin hubungan dagang
dengan kerajaan-kerajaan di Jawa, Semenanjung Malaya, dan Cina. Karena itu,
nama Balaputradewa juga dikenal di negeri lain. Di daerah Nalanda, India, nama
Balaputradewa terpahat pada prasasti di antara puing suatu wihara kuno. Di situ
tercantum Suwarnadwipa, sebutan lain bagi Pulau Sumatra atau Kerajaan Sriwijaya.
 Sakyakirti
Sakyakirti adalah seorang mahaguru agama Buddha yang ada di Kerajaan
Sriwijaya. Menurut kesaksian I-Tsing Sriwijaya telah menjadi pusat agama Buddha.
Di sana ada lebih dari seribu pendeta yang belajar agama Buddha. Diperkirakan di
Sriwijaya sudah berdiri sebuah perguruan Buddha. Perguruan ini mempunyai
hubungan baik dengan perguruan Buddha yang ada di Nalanda, India.
 Kertanegara
17
Patung Kertanegara
Kertanegara adalah raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Beliau adalah cicit
Ken Arok. Kertanegara memerintah tahun 1268-1292. Kertanegara bergelar
Maharajadhiraja Sri Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa. Kertanegara adalah
raja yang sangat terkenal baik dalam bidang politik maupun keagamaan. Dalam
bidang politik, Jayanegara dikenal sebagai raja yang menguasai ilmu
ketatanegaraan dan mempunyai gagasan memperluas wilayah kerajaannya.
Kertanegara menganut agama Buddha Tantrayana.
Tahun 1275 Kertanegara mengirim pasukan untuk menaklukkan Kerajaan Sriwijaya.
Pengiriman pasukan itu dikenal dengan ekspedisi Pamalayu. Ketika Kertanegara
memerintah, Kerajaan Singasari sempat menguasai Sumatera, Bakulapura
(Kalimantan Barat), Jawa Barat (Sunda), Madura, Bali, dan Gurun (bagian Indonesia
Timur).
Pemerintahan Kertanegara berakhir ketika diserang oleh Jayakatwang dari Gelang-
gelang. Setelah Kertanegara gugur, seluruh kerajaan Singasari dikuasai oleh
Jayakatwang.

b. Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Hindu


Agama Hindu berasal dari India. Agama Hindu sampai ke Indonesia dibawa
oleh para pedagang. Para pedagang dari India menyebarkan agama dan
kebudayaan mereka sambil berdagang. Namun, banyak ahli juga berpendapat
bahwa kaum brahmana yang telah membawa agama Hindu ke tanah air kita.
Berikut ini tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu, diantaranya: Aswawarman,
Mulawarman, Purnawarman, Airlangga, Jayabaya, Ken Arok, Raden Wijaya, Gajah
Mada, dan Hayam Wuruk.

 Aswawarman
Aswawarman adalah raja Kutai kedua. Ia menggantikan Kudungga sebagai
raja. Sebelum masa pemerintahan Aswawarman, Kutai menganut kepercayaan
animisme. Ketika Asmawarman naik tahta, ajaran Hindu masuk ke Kutai. Kemudian
kerajaan ini menganut agama Hindu. Aswawarman dipandang sebagai pembentuk
dinasti raja yang beragama Hindu. Agama Hindu masuk de dalam sendi kehidupan
Kerajaan Kutai. Keturunan Aswawarman memakai nama-nama yang lazim
18
digunakan di India. Pengaruh Hindu juga tampak pada tatanan masyarakat, upacara
keagamaan, dan pola pemerintahan Kerajaan Kutai.
 Mulawarman
Mulawarman menggantikan Aswawarman sebagai raja Kutai. Mulawarman
menganut agama Hindu. Kemungkinan besar pada masa pemerintahan
Mulawarman telah ada orang Indonesia asli yang menjadi pendeta Hindu. Dengan
demikian upacara keagamaan tidak lagi dipimpin oleh Brahmana dari India.
Mulawarman mempunyai hubungan baik dengan kaum Brahmana. Hal ini dibuktikan
karena semua yupa dibuat oleh pendeta Hindu. Mereka membuatnya sebagai
ungkapan rasa terima kasih kepada Raja Mulawarman. Sanga raja telah melindungi
agama Hindu dan memberikan banyak hadiah kepada kaum brahmana. Agama
Hindu dapat berkembang pesat di seluruh wilayah Kerajaan Kutai.
Purnawarman

Prasasti Ciaruteun
Purnawarman merupakan raja Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara
merupakan kerajaan tertua kedua setelah Kerajaan Kutai. Purnawarman memeluk
agama Hindu yang menyembah Dewa Wisnu.
Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara banyak menceritakan
kebesaran Raja Purnawarman. Dalam Prasasti Ciaruteun terdapat jejak tapak kaki
seperti tapak kaki Wisnu dan dinyatakan sebagai tapak kaki Raja Purnawarman. Di
bawah kepemimpinan Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara dan rakyatnya
berjalan baik dan teratur. Bukti keberhasilan kepemimpinan ini tercermin dalam
Prasasti Tugu. Di prasasti itu diceritakan pembangunan saluran air untuk pengairan
dan pencegahan bajir.

19
 Airlangga

Patung Airlangga
Airlangga adalah Raja Kahuripan. Beliau memerintah pada tahun 1.019-1.049.
Airlangga sebenarnya putera raja Bali. Beliau dijadikan menantu oleh Raja
Darmawangsa. Ketika pernikahan berlangsung, Kerajaan Kahuripan diserang bala
tentara dari Wurawuri. Airlangga dan dibeberapa pengiringnya berhasil melarikan
diri.
Airlangga menyusun kekuatan untuk mengusir musuh. Usaha tersebut berhasil.
Bahkan, Airlangga berhasil memperkuat kerajaan Kahuripan dan memakmurkan
rakyatnya. Airlangga sebenarnya merupakan gelar yang diterima karena beliau
berhasil mengendalikan air sungai Brantas sehingga bermanfaat bagi rakyat.
Ketika sudah tua, Airlangga mengundurkan diri dari pemerintahan. Beliau pergi ke
gunung untuk menjadi petapa. Sebagai petapa beliau bergelar Jatiningrat. Urusan
pemerintahan diserahkan kepada dua orang puteranya. Namun kedua puteranya
bersaing memperebutkan kekuasaan. Airlangga memerintahkan Empu Baradah
untuk membagi kerajaan menjadi dua, yakni Panjalu (Kadiri) dan Jenggala. Sungai
Brantas menjadi batas kedua kerajaan baru itu.
Airlangga merupakan salah satu raja besar dalam sejarah Indonesia. Dalam patung-
patung lama, beliau sering digambarkan sebagai penjelmaan Wisnu yang
mengendarai garuda.
 Jayabaya
Jayabaya adalah raja terbesar dari Kerajaan Panjalu atau Kadiri. Beliau
memerintah tahun 1135-1157 M. Namanya selalu dikaitkan dengan Jangka
Jayabaya yang berisi ramalan-ramalan tentang nasib Pulau Jawa.

20
Keberhasilan dan kemasyhuran Raja Jayabaya dapat dilihat dari hasil sastra pada
masa pemerintahannya. Atas perintahnya, pujangga-pujangga keraton berhasil
menyusun kitab Bharatayudha. Kitab ini ditulis oleh Empu Sedah dan diselesaikan
oleh Empu Panuluh. Kitab Bharatayudha itu dimaksudkan untuk mengabadikan
kebesaran raja dan memperingati kemenangan-kemenangan Raja Jayabaya.
 Ken Arok

Candi Kidal
Ken Arok adalah pendiri kerajaan Singasari. Beliau juga menjadi cikal bakal
raja-raja Majapahit. Mula-mula Ken Arok mengabdi kepada Awuku Tunggul Ametung
di Tumapel. Tumapel termasuk wilayah kerajaan Kediri. Ken Arok jatuh cinta kepada
Ken Dedes, istri Tunggul Ametung. Ken Arok membunuh Tunggul Ametung.
Kemudian ia memperistri Ken Dedes dan menjadi penguasa di Tumapel.
Waktu itu di Kerajaan Kediri terjadi pertentangan antara raja dan kaum Brahmana.
Kaum Brahmana melarikan diri ke Tumapel dan mendapatkan perlindungan dari Ken
Arok. Kemudian, para brahmana menobatkan Ken Arok sebagai raja di Tumapel
pada tahun 1222. Setelah menjadi raja, Ken Arok bergelar Sri Ranggah Rajasa
Amurwabhumi. Nama kerajaannya adalah Singasari.
Berita pendirian Kerajaan Singasari membuat raja Kediri Kertajaya (Dandang
Gendis) marah. Kertajaya memimpin pasukan yang besar jumlahnya dari Kediri
untuk menyerang Singasari. Terjadilah pertempuran besar antara Kerajaan Kediri
melawan Singasari di desa Ganter. Ken Arok berhasil memenangkan pertempuran.
Sejak saat itu, wilayah Kerajaan Kediri dikuasai oleh Singasari.
Ken Arok tidak lama memerintah Singasari. Pada tahun 1227 beliau dibunuh oleh
suruhan Anusapati, anak tirinya.
 Raden Wijaya
Raden Wijaya adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Majapahit. Raden
Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana. Sebelum menjadi raja, adalah pemimpin
tentara Singasari. Dalam pertempuran melawan tentara Jayakatwang, pasukannya
kalah. Beliau melarikan diri ke desa Kudadu bersama para pengikutnya.
Selanjutnya, beliau menyingkir ke Madura dan minta bantuan Wiraraja, adipati
Sumenep. Atas saran Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada
Jayakatwang dan mengabdikan diri kepadanya.
Raden Wijaya diizinkan untuk membuka Hutan Tarik. Daerah inilah yang kemudian
berkembang menjadi pusat Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya menyusun kekuatan
untuk menyerang Jayakatwang. Saat itu datang pasukan Kubilai Khan dari Cina
dengan tujuan menghancurkan Kerajaan Singasari. Mereka tidak mengetahui bahwa
Kerajaan Singasari sudah hancur. Hal ini dimanfaatkan Raden Wijaya untuk
membalas dendam kepada Jayakatwang.
Raden Wijaya bekerjasama dengan pasukan Kubilai Khan. Dalam waktu singkat,
Kerajaan Kediri hancur dan Raja Jayakatwang terbunuh. Setelah itu, Raden Wijaya
bersama pasukannya menyerang pasukan Kubilai Khan. Pasukan Kubilai Khan
dapat dikalahkan dengan mudah. Pasukan Kubilai Khan banyak yang tewas,
sisanya melarikan diri. Setelah itu, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit.
Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 M. Beliau didarmakan (disemayamkan) di
Candi Siwa di Simping. Kedudukannya sebagai raja digantikan putranya, Kalagemet
yang bergelar Sri Jayanegara.
 Gajah Mada
Prasasti Gajah Mada
Gajah Mada adalah patih mangkubumi (maha patih) Kerajaan Majapahit.
Namanya mulai dikenal setelah beliau berhasil memadamkan pemberontakan Kuti.
Gajah Mada muncul sebagai seorang pemuka kerajaan sejak masa pemerintahan
Jayanegara (1309-1328). Kariernya dimulai dengan menjadi anggota pasukan
pengawal raja (Bahanyangkari). Mula-mula, beliau menjadi Bekel Bahanyangkari
(setingkat komandan pasukan). Kariernya terus menanjak pada masa Kerajaan
Majapahit dilanda beberapa pemberontakan, seperti pemberontakan Ragga Lawe
(1309), Lembu Sura (1311), Nambi (1316), dan Kuti (1319).
Pada tahun 1328 Raja Jayanegara wafat. Beliau digantikan oleh
Tribhuanatunggadewi. Sadeng melakukan pemberontakan. Pemberontakan Sadeng
dapat ditumpas oleh pasukan Gajah Mada. Atas jasanya, Gajah Mada diangkat
menjadi Maha Patih Majapahit pada tahun 1334. Pada upacara pengangkatannya,
beliau bersumpah untuk menaklukkan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan
Majapahit. Sumpah itu dikenal dengan Sumpah Palapa.
Gajah Mada tetap menjadi Patih mangkubumi ketika Hayam Wuruk naik tahta.
Beliau mendampingi Hayam Wuruk menjalankan pemerintahan. Pada masa inilah
Majapahit mengalami masa Kejayaan. Wilayah Majapahit meliputi hampir seluruh
Jawa, sebagian besar Pulau Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, dan
Indonesia bagian timur hingga Papua.
 Hayam Wuruk
Hayam Wuruk (1334-1389) adalah raja terbesar Majapahit. Beliau bergelar Sri
Rajasanagara. Beliau adalah Putra Ratu Tribhuanatunggadewi dan Kertawardana.
Di bawah pemerintahan beliau, Majapahit mengalami puncak kebesaran dan zaman
keemasan. Pada masa itu, Mahapatih Gajah Mada berhasil mempersatukan seluruh
Nusantara. Daerah kekuasaan Majapahit kurang lebih meliputi wilayah Indonesia
saat ini. Perdagangan dengan luar negeri, terutama Cina, mencapai kemajuan,
begitu pula bidang kesusastraan, seni pahat, seni bangun, kehakiman, dan agama.
Nama Hayam Wuruk terkenal dalam sejarah Indonesia karena dikisahkan dalam
kitab Negarakertagama yang disusun oleh Empu Prapanca. Peninggalan Majapahit
yang terkenal dari masa pemerintahan Hayam Wuruk antara lain himpunan kitab
sejarah Singsari dan Majapahit hasil karya Empu Prapanca, serta cerita sastra
Arjunawiwaha dan Sutasoma gubahan Empu Tantular. Salah satu peristiwa penting
ketika Hayam Wuruk berkuasa adalah kemenangan Majapahit dalam pertempuran
melawan Kerajaan Sunda (Pajajaran) tahun 1351. Perang tersebut dikenal dengan
sebutan Perang Bubat. Setelah Hayam Wuruk wafat (1389), Majapahit mengalami
kemerosotan.

c. Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Buddha

 Ratu Shima

Ratu ShimaRatu shima merupakan ratu yang memerintah di kerajaan


Kalingga. Ratu Shima lahir pada tahun 611 M, dan pada tahun 628M ia menikah
dengan Kartikeyasingha. Kartikeyasingha merupakan anak dari seorang Raja
Kalingga yang memerintah pada tahun 632M hingga 648M. Lalu mulai 648M hingga
674M Kartikeyasingha memerintah menjadi Raja Kalingga. Raja Kartikeyasingha
dan Ratu Shima mempunyai 2 orang anak yang bernama Parwati dan Narayana.
Inilah beberapa peristiwa yang terjadi dan dialami oleh Ratu Shima dalam masa
Buddha sebagai berikut:
Pada tahun 674M Ratu shima mengambil alih posisi dari Kartikeyasingha
sebagai raja hal ini karena pada tahun 674M Kartikeyasingha wafat. (Sri Maharani
Mahissasuramardini Satyaputikeswara merupakan gelar ratu Shima, beliau
memerintah menjadi raja mulai tahun 674M hingga 695M. Masa pemerintahan Ratu
Shima merupakan masa kejayaan untu Kerajaan Kalingga. Hal ini membuat Ratu
Shima menjadi seseorang yang sangat di homarti dan banyak dikagumi oleh banyak
orang. Pada masa pemerintahan Ratu Shima merupakan masa kejayaan semua
kebudayaan. Di Hyang merupakan wilayah yang berada di sekitar kerajaan Ratu
Shima, dimana tempat itu merupakan tempat bersatunya antara Hindu dan Buddha.
Ratu Shima dikenal sebagi sosok yang anggun, berwibawa, dan terkenal akan
ketegasannya dalam memerintah kerajaan. Semua kalangan sangat mencintai dan
menghormati Ratu Shima karena kebaikannya. Hingga berita tentang Ratu Shima
terdengar sampai ke Raja Ta-che di China.

 Kertanegara

KertanegaraKertanegara merupakan seorang raja yang berasal dari keturunan


raja-raja yang pernah memerintah di Singhasari. Kertanegara merupakan anak dari
raja keempat Singhasari yaitu Wisnuwardhana dengan Jayawardhani. Kertanegara
merupakan cicit dari Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Raja Kertanegara
merupakan seorang raja yang membawa kerajaan singosari menuju masa
kejayaannya. Inilah beberapa peristiwa yang dialami oleh Kertanegara dalam masa
Buddha sebagai berikut:

 Kertanegara merupakan seorang raja yang mempunyai ambisi untuk


menyatukan semua wilayah di Nusantara.
 Pada prasasti Mula Malurung pada tahun 1255M menjelaskan bahwa
kertanegara sebelum menjadi raja pernah diangka menjadi yuwaraja di Kadiri.
 Selain itu ia merupakan raja muda yang memerintah dengan bimbingan
ayahnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha dari
India ke Indonesia terjadi karena adanya hubungan antara bangsa Indonesia,
India,dan bangsa-bangsa lainnya di kawasan Asia Selatan ,Timur,dan
Tenggara.Hubungan tersebut tidak hanya terjadi melalui perdagangan tetapi juga
terjadi melalui kegiatan politik dan diplomasi,pelayaran,pendidikan,dan
kebudayaan.Melalui lalu lintas tersebut,terjadi pertukaran barang,pengalaman,dan
kebudayaan Hindu dan Buddha.
Pendapat mengenai proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-
Budha di Indonesia, yaitu hipotesis Waisya, Hipotesis Ksatria, Hipotesis Brahmana
dan teori Arus Balik. Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-
Budha membawa pengaruh besar di berbagai bidang. Kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti adanya pengaruh kebudayaan
Hindu-Budha di Indonesia. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang memiliki
kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Kerajaan-kerajaan itu antara lain : Kerajaan
Kutai, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sriwijaya, Mataram Kuno, Kerajaan
Singhasari, Kerajaan Majapahit. Masuknya kebudayaan India ke Indonesia telah
membawa pengaruh terhadap perkembangan kebudayaaan di Indonesia. Namun
kebudayaan asli Indonesia tidak begitu luntur. Kebudayaan yang datang dari India
mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan, maka terjadilah proses
akulturasi kebudayaan.

3.2 Saran
Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini berasal
dari India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita
membandingkan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan
kemiripan itu. Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan yang kita miliki
masih sangat sederhana. Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi
atau keraton.

DAFTAR PUSTAKA
http://sepengatahuanku.blogspot.com/2014/12/makalah-proses-masuknya-agama-
hindu-budha-ke-indonesia.html
http://hamsir-amunk.blogspot.com/2012/03/tokoh-tokoh-penyebar-hindu-buddha.html

Anda mungkin juga menyukai