Anda di halaman 1dari 16

HINDU DAN BUDHA DIINDONESIA

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK PADA


MATAKULIAH SOSIOLOGI AGAMA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI
DINDA VINATA NIM 0309211016
GABE ERDIANA SAGALA NIM 0309212039
ISMAIL AULA SIREGAR NIM 0309211003
NATASYA OLIVIA NINGRUM NIM 0309212029
SERLI HANDAYANI BR SURBAKTI NIM 0309211009
TIARA RAHMDADHANI LUBIS NIM 0309211010

DOSEN PENGAMPU:
Dr. ZULFIANA HERNI, MA

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DA KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji Bagi Allah swt yang telah melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah ini, dengan bentuk dan isinya yang sederhana ini dengan
judul “Hindu dan Budha di Indonesia”, Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw, yang membawa dan menerangi hati nurani kita,
menjadi cahaya bagi segala perbuatan muliah. Dan Insya Allah kita semua termasuk umat Nabi
Muhammad Saw, hingga akhir zaman. semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat
bagi banyak orang sehingga dapat dijadikan sebagai acuan bahan pembelajaran dalam kegiatan
belajar mengajar.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan Terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
Sosiologi Agama yaitu, ibu Dr. Zulfiana Herni, MA. yang telah memberikan kami tugas ini
sehingga dengan adanya tugas ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi kami..
Demikianlah kata pengantar dari kami, dalam hal ini kami sebagai pemakalah menerima
kritik dan saranya bagi para pembaca agar kami dapat mengoptimalkan dan memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang tidak sengaja kami buat. Sekian dan Terimakasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, 07 Juni 2023

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2
A. Awal Mula Masuknya Agama Hindu Budha ke Indonesia ......................................... 2
B. Perbedaan Agama dan Kelompok Sosial antara Hindu dan Budha ............................ 4
C. Budaya Ngaben dan Nyabung Ayam dalam Sosial Hindu .......................................... 6
D. Budaya Nyepi Waisak dan dan Galungan dalam Sosial Hindu dan Budha ................. 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal dengan wilayahnya yang strategis dalam bidang berdagangan dan
pelayaran yang kemudian memberikan dampak yang banyak bagi kehidupan masyarakatnya.
Pengaruh letak geografis Indonesia salah satunya menimbulkan banyaknya sumber daya alam
yang memiliki kualitas yang baik sehingga orang bangsa asing datang ke Indoenesia untuk
mmperoleh Sumber Daya Alam yang dihasilkan oleh Indonesia. Tak lain dan tak bukan
Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia juga bertujuan untuk memperoleh Rempah-
rempah milik Indonesia. Agama Hindu Budha masuk ke Indonesia diperkirakan awal Masehi
masuk agama Hindu Budha ke Indonesia didukung oleh beberapa teori yang pertama teori
Brahmana di mana menjelaskan bahwasanya agama Hindu Budha masuk dibawa oleh kaum
Brahmana yang datang ke Indonesia yang. kedua Teori Ksatria yang di mana Teori ini
dikemukakan bahwasanya para Ksatria itu datang ke Indonesia yang berpetualang dari negara
asalnya dari golongan ksatria yang kemudian teori Waisya dimana agama Hindu Budha masuk
agama Indonesia dibawa oleh pedagang selanjutnya teori Sudra dikemukakan bahwasanya
agama Hindu Buddha dibawa oleh kaum Sudra yang datang ke nusantara untuk memperbaiki
nasibnya Teori arus balik sendiri itu dibawa oleh orang Indonesia yang datang dari wilayah
agama Hindu Budha ke Indonesia jelaskan lebih jelas terkait kebudayaan dan masuknya agama
Hindu Budha ke Indonesia
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Awal Mula Masuknya Agama Hindu Budha ke Indonesia?
2. Apa yang menjadi Perbedaan Agama dan Kelompok Sosial antara Hindu dan Budha?
3. Bagaimana Budaya Ngaben dan Nyabung Ayam dalam Sosial Hindu?
4. Bagaimana Budaya Nyepi Waisak dan dan Galungan dalam Sosial Hindu dan Budha?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Memenuhi tugas pada matakuliah Sosiologi Agama
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Awal Mula Masuknya Agama Hindu Budha ke Indonesia
3. Untuk Mengatahui Apa yang menjadi Perbedaan Agama dan Kelompok Sosial antara
Hindu dan Budha
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Budaya Ngaben dan Nyabung Ayam dalam Sosial Hindu
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Budaya Nyepi Waisak dan dan Galungan dalam Sosial
Hindu dan Budha
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Mula Masuknya Agama Hindu Budha ke Indonesia
Indonesia dikenal dengan wilayahnya yang strategis dalam bidang berdagangan dan
pelayaran yang kemudian memberikan dampak yang banyak bagi kehidupan masyarakatnya.
Pengaruh letak geografis Indonesia salah satunya menimbulkan banyaknya sumber daya alam
yang memiliki kualitas yang baik sehingga orang bangsa asing datang ke Indoenesia untuk
mmperoleh Sumber Daya Alam yang dihasilkan oleh Indonesia. Tak lain dan tak bukan
Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia juga bertujuan untuk memperoleh Rempah-
rempah milik Indonesia. Sebelum masuknya Agama hindu Budha ke Indonesia Masyarakat
Indonesia diketahui menganut sistem Animisme dan Dinamisme. Agama Hindu Budha tersebar
ke Indonesia yang dari Indoa melalui jalur pelayaran yang dimulai sejak awal Masehi. Akan
tetapi Pelayaran di Indonesia awalnya dilakukan hanya sebagai lalu lintas utama penghubung
antarpulau tetapi kemudian hal tersebut mendorong adanya aktivitas perdagangan. Pelayaran
perdagangan tersebut akhirnya dilakukan bukan hanya di Indonesia saja. Hal ini disebabkan
karena Setelah ditemukan jalur melalui laut antara Romawi dan Cina maka perlayaran dan
perdagangan Asia semakin ramai. Sehingga wilayah yang dilalui jalur perlayaran dan
perdagangan tersebut ikut aktif dalam perdagangan. Indonesia sebagai wilayah yang strategis
menjalin hubungan dengan Cina dan India. Wilayah Indonesia yang berada di sebelah Timur
India menyebabkan para pelaut India lebih mudah mencapai Indonesia dan terbentuklah
perdagangan antara India dan Indonesia.
Masuknya Agama Hindu dan Budha didukung oleh beberapa Teori Masuknya ke
Indonesia diantaranya:
1. Teori Brahman
Teori Brahmana dipelopori oleh Dr. FDK Bosch dan J.C. van Leur, berpendapat
bahwa pembawa dan penyebar kebudayaan Hindu ke Indonesia adalah oleh golongan
Brahmana (pendeta). Teori ini bertolak dari anggapan bahwa semua prasasti tertua di
Indonesia tertulis dalam bahasa Sanskerta, bahasa mana dipahami oleh kaum Brahmana
(pendeta). Teori tersebut sesuai dengan pendapat J.C. van Leur bahwa Hinduisasi di
Kepulauan Indonesia disebabkan oleh peranan kaum Brahmana. Pendapat van Leur
didasarkan atas temuan-temuan prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf

2
Pallawa. Bahasa dan huruf tersebut hanya dikuasai oleh kaum Brahmana. Selain itu,
adanya kepentingan dari para penguasa untuk mengundang para Brahmana India. Mereka
diundang ke Asia Tenggara untuk keperluan upacara keagamaan. Seperti pelaksanaan
upacara inisiasi yang dilakukan oleh para kepala suku agar mereka menjadi golongan
ksatria. Pandangan ini sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Paul Wheatly
bahwa para penguasa lokal di Asia Tenggara sangat berkepentingan dengan kebudayaan
India guna mengangkat status sosial mereka 1
2. Teori Ksatria
Ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai proses
penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dilakukan oleh golongan ksatria,
yaitu sebagai berikut.
a. C.C Berg C.C. Berg
Mengemukakan bahwa golongan yang turut menyebarkan kebudayaan Hindu-
Buddha di Indonesia adalah para petualang yang sebagian besar berasal dari
golongan Ksatria. Para Ksatria ini ada yang terlibat konflik dalam masalah
perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para Ksatria ini
sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku yang
bertikai.
b. Mookerji
Dia mengatakan bahwa golongan Ksatria (tentara) dari India yang membawa
pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia. 2
3. Teori Waisya
Teori ini dikemukakan oleh Krom yang mengatakan bahwa agama Hindu masuk ke
Indonesia dibawa oleh para pedagang, mengingat bahwa sejak tahun 500 SM, Nusantara
telah menjadi jalur perdagangan antara India dan Cina. Dalam perjalanan perdagangan
inilah diperkirakan para pedagang India itu singgah di Indonesia dan menyebarkan agama
Hindu.3
4. Teori Sudra

1
Restu Gunawan, dkk. 2017. Sejarah Indonesia. (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) h.83
2
Tarunasena. 2009. Memahami Sejarah. (Jakarta: PUSAT Perbukuan Dapertemen pendidikan Nasional)
h.3-4
3
Wardaya.2009. Sejarah. (Jakarta: Pusat perbukuan Dapertemen Pendidikan Nasional) h.7

3
Teori ini dikemukakan oleh banyak orang. Intinya adalah bahwa agama Hindu dibawa
oleh kaum sudra yang datang di Nusantara untuk memperbaiki nasib.
5. Teori Arus Balik
Teori yang dinamakan teori Arus Balik. Teori ini lebih menekankan pada peranan bangsa
Indonesia sendiri dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.
Artinya, orang-orang di Kepulauan Indonesia terutama para tokohnya yang pergi ke
India. Di India mereka belajar hal ihwal agama dan kebudayaan Hindu-Buddha. Setelah
kembali mereka mengajarkan dan menyebarkan ajaran agama itu kepada masyarakatnya.
Kedatangan mereka disambut baik oleh tokoh masyarakat.4
6. Teori Nasional
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch yang mengatakan bahwa dalam proses
penyebaran agama Hindu ini, bangsa Indonesia berperan sangat aktif. Setelah dinobatkan
sebagai seorang Hindu, mereka kemudian giat menyebarkan agama Hindu dan segala
aktivitasnya. Pendapatnya ini didasarkan pada temuan adanya unsur-unsur budaya India
dalam budaya Indonesia. Menurutnya, pada masa itu telah terbentuk golongan
cendekiawan yang disebut "Clerk". Proses akulturasi antara budaya Indonesia dan India
disebutnya sebagai proses penyuburan. Hal-hal yang dilakukan para brahmana di
Indonesia dalam rangka penghinduan, antara lain,
a. Abhiseka, yaitu upacara penobatan raja,
b. Vratyastoma, yaitu upacara pencucian diri (pemberian kasta),
c. Kulapanjika, yaitu memberikan silsilah raja, dan
d. Castra, yaitu cara membuat mantra.5
B. Perbedaan Agama dan Kelompok Sosial antara Hindu dan Budha
1. Perbedaan Agama Antara Hindu dan Budha
Kedatangan pedagang India ke Indonesia membawa pengaruh yang besar
terhadap kebudayaan di Indonesia. Interaksi penduduk dengan pedagang saling
mempengaruhi. Dari kebiasaan yang dibawa oleh para Brahmana ini maka muncullah
pendeta Hindu di Indonesia. Pendeta pendeta ini suatu saat pergi ke India untuk
memperdalam pengetahuan tentang agama Hindu. Dengan bahasa sendiri, akhirnya

4
Restu Gunawan, dkk. Opcit 84
5
Wardaya. Ibid h.8

4
agama Hindu dikembangkan di Indonesia. Bangunan budaya Hindu berupa candi,
merupakan tempat pemujaan dan menyimpan abu jenazah. Demikian halnya dengan
perkembangan agama Buddha, yang semula diajarkan oleh Buddha Gautama di India,
berkembang menyertai jalur pelayaran pedagang India ke Indonesia akhirnya dianut di
kerajaan kerajaan di Indonesia. Di Kerajaan Sriwijaya, agama Buddha berkembang pesat,
bahkan di kerajaan ini didinkan perguruan tinggi yang khusus mempelajari agama
Buddha dan bahasa Sanskerta. Kerajaan Sriwijaya juga mengadakan kerja sama dengan
perguruan ting Nalanda di india. Dengan kerja sama tu maka mahasiswa Indonesia yang
belajar di perguruan tinggi itu mendapat jaminan tempat tinggal selama mereka belajar di
India. Setelah mereka selesai maka akan mengembangkan ajaran agama Buddha di
Indonesia.
Peninggalan budaya Hindu dapat dilihat pada prasasti-prasasti, bangunan Candi
Rara Jonggrang komplek Candi Dieng, dan Candi Panataran, sedangkan peninggalan
Buddha dapat ditemukan di Candi Borobudur, candi Mendut, candi Pawon, candi ratu
Boko, candi banyunibo, candi muara Takus, candi Sewu, candi muara jambi, candi Bahal,
dll. perbedaan antara agama Hindu dan agama Buddha diantaranya adalah pertama,
Hindu mengenal sistem kasta, sementara Buddha tidak mengenal sistem kasta. Kedua,
Hindu memiliki 3 dewa, sedangkan Buddha hanya mengenal Sidharta Gautama. Ketiga,
Hindu menggunakan kitab Weda, sedangkan Buddha menggunakan kitab Tripitaka.6
2. Perbedaan kelompok Sosial Antara Hindu dan Budha
Kelompok sosial Hindu, Strata sosial Hindu mengakui keberadaan kasta sosial
seperti kasta Brahmana, Ksatria, Waisya dan kasta Sudra. Keempat strata sosial ini
berstatus tertutup. Dalam perkembangannya ke daerah lain seperti nusantara terutama
setelah adanya kerajaan-kerajaan besar secara tidak langsung seperti kerajaan Hindu-
Budha di daerah ini juga mengadopsi adanya kasta sosial dalam ranah kerajaan tersebut.
Secara historis, masyarakat telah mengenali stratifikasi sosial berdasarkan kedekatan
mereka dengan raja dan keluarga kerajaan. Tingkatan- tingkatan tersebut disusun menjadi
tiga tingkatan, yaitu: Tingkat tertinggi. ningrat atau perwagse (bangsawan kelas satu),
triwangse (bangsawan kelas dua) dan jajar karang (rakyat biasa). Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Dua kelompok pertama disebut pemenak atau menak Lapisan

6
Indratno, T. Ferry. 2007. Sejarah Untuk SMA/MA kelas XII IPA. (Jawa Timur: GRASINDO). h. 10

5
sosial ini dapat dipastikan dari peninggalan kerajaan-kerajaan yang pernah ada di
Lombok dengan latur budaya agama Hindu dikenal dengan sistem kasta yang
dimilikinya. Jika pada jamannya lapisan sosial ini bekerja secara efektif di seluruh sistem
sosial yang bekerja di masyarakat, kini lapisan tersebut tidak lagi seketat dan sekuku
dulu. Hanya sedikit yang tersisa, seperti gelar di depan nama dan prosesi dalam adat
pernikahan. Selebihnya, acuan posisi sosial telah banyak bergeser seiring dengan
perubahan zaman yang lebih egalites. demokratis dan berbasis penghargaan sosial
berdasarkan merit sistem (pendidikan, keahlian, peran sosial dan sebagainya).7
Dalam kelompok sosial Budha, Tidak Mengahui Sistem Kasta. dibolehkan
perkawinan antar kasta. Atau kawin keluar kasta (karena sistem perkawinan yang dianut
dalam sistem sosial yang berlandaskan pada kasta adalah sistem perkawinan endogam
kasta). Megasthenes menggambarkan masyarakat Magadha terbagi menjadi tujuh lapisan
yakni, paling tinggi kaum filosuf dan brahmana, yang berkewajiban menjalankan dan
memimpin upacara korban pribadi maupun massal, dan umumnya ahli astrologi,
menentukan hari-hari baik untuk melakukan sesuatu pekerjaan atau upacara keagamaan.
Jika ramalan mereka tidak tepat maka mereka akan diusir. Golongan ini, jika memiliki
ketrampilan lain seperti ahli sastra ia biasanya diangkat menjadi penasehat raja. Dan
sering dianugrahi hadiah oleh raja bersangkutan.8
C. Budaya Ngaben dan Nyabung Ayam dalam Sosial Hindu
1. budaya Ngaben
Ngaben adalah nama upacara pembakaran mayat yang dilakukan umat Hindu di
Bali. Upacara tersebut dilakukan untuk mensucikan roh orang yang meninggal menuju
tempat peristirahatan terakhirnya. Upacara Ngaben juga dimaksudkan untuk
menunjukkan rasa hormat, sayang, dan status sosial dari keluarga yang ditinggalkan.
Dalam kepercayaan Umat Hindu, upacara Ngaben akan membebaskan arwah dari
perbuatan- perbuatannya di dunia dan mengantarkannya ke surga untuk kemudian
bereinkarnasi. Ngaben biasanya dilakukan lama setelah seseorang meninggal, karena
membutuhkan persiapan yang lama, tenaga yang banyak, dan biaya yang besar. Hari
pelaksanaan Ngaben dilakukan berdasarkan petunjuk pendeta.

7
Umam, khothibul Lalu. 2021. Pendidikan Toleransi Sasak Muslim Bali Hindu di Kota Mataram. (Serang:
Anggota IKAPI) h. 85-86
8
Arta, ketut Sedana, dkk. 2020. Sejarah Asia Selatan. (Jawa Tengah: Angkot IKAPI). h. 116.

6
Sebelum upacara dilaksanakan, terlebih dahulu jasad dibersihkan atau
dimandikan. Proses ini dipimpin oleh seorang pendeta. Setelah proses pemandian selesai,
jasad dipakaikan pakaian adat Bali. Semua anggota keluarga lalu berkumpul untuk
memberikan penghormatan terakhir dan berdoa bersama. Jasad lalu diusung berama-
ramai ke tempat upacara dengan menggunakan "bade/keranda". Seluruh anggota keluarga
dan masyarakat berbaris di depan bade. Jika iringan melewati persimpangan atau
pertigaan, maka bade akan diputar sebanyak tiga kali. Hal tersebut dipercaya agar si
arwah bingung dan tidak kembali lagi. Musik gamelan akan berbunyi mengiringi iring-
iringan. Pada sisi depan dan belakang bade terdapat kain putih yang mempunyai makna
sebagai jembatan penghubung arwah agar bisa sampai ketempat asalnya.
Sesampai di tempat upacara, jasad dimasukkan ke dalam replika lembu. Pendeta
kemudian membaca doa dan replika lembu dibakar sampai menjadi abu. Abu dari
pembakaran kemudian dimasukkan ke dalam buah kelapa gading untuk dihanyutkan ke
laut atau sungai yang dianggap suci.9 Ngaben dapat dilakukan beberapa waktu setelah
seseorang meninggal. Dapat pula sebelum proses pembakaran, jenazah di kubur dahulu
dan kelak digali kembali untuk dibakar. Dilakukannya pembakaran bergantung pada hari
yang baik untuk melakukan upacara ngaben atau hal-hal lain, seperti kesiapan kondisi
sosial dan ekonomi (Ensiklopedi Nasional Indonesia, entri "Ngaben").Upacara Ngaben
yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali merupakan suatu keyakinan. 10
2. Sabung Ayam
Judi, merupakan hal yang sering dilakukan oleh manusia, selain karena hobby,
juga ada yang menggunakannya sebagai sumber percarian kehidupan. Namun, seiring de-
ngan berjalannya waktu, judi mulai diberantas. Salah satunya yakni sabung ayam. Dahulu
kala sabung ayam tidak pernah dikenal umat Hindu. Sabung ayam merupakan pergeseran
budaya dimana yang semula adalah upacara adu antara dua kelapa, dimana upacara ini
terdapat dalam umat Hindu di Indonesia, khususnya di Bali. 11 Agama Bali juga meliputi
keyakinan agama Tabuh Rah, sabung ayam bersifat keagamaan di mana ayam jago
digunakan dalam adat keagamaan dengan memungkinkannya bertarung melawan ayam

9
Sugeng HR, 71.2013. Keajaiban Indonesia Yang Wajib Diketahui. (Jakarta Selatan: Anak Kita) h. 82.
10
Kusnanto, 2009. Keanekaragaman Suku dan Budaya Indonesia. (Semarang: ALPRIN) . h. 7.
11
I Gusti Putu Suana, 2022. Handbook Penyuluh dan Pendidik Agama Hindu 5.0 (Digitalisasi & Literasi
Hindu Bali) (Bali: NILACAKRA) h. 5.

7
jago lain dalam sebuah upacara sabung ayam keagamaan Bali, sebuah bentuk
persembahan hewan. Pertumpahan darah dalam Tabuh Rah diperlukan sebagai
pemurnian untuk menenangkan roh-roh jahat bhuta dan kala, dan dan untuk memohon
hasil panen yang baik. Ritual sabung ayam ini biasanya berlangsung di luar kuil dan juga
mengikuti ritual yang kuno dan kompleks sebagaimana tercantum dalam naskah lontar
suci.12
Semantara itu tidak ada tuntutan bagi kaum laki-laki di Bali. Laki-laki yang
kastanya lebih tinggi ataupun kasta-kasta lain mempunyai tradisi sabung ayam (Tajen).
Tajen / sabung ayam merupakan sebuah pertarungan antara dua ekor ayam. Ayam yang
keluar dari wilayah yang sudah diberi garis dianggap kalah. Bagi sebagian orang sabung
ayam disamakan sengan perjudian. Namun, bagi masyarakat Bali sabung ayam bukanlah
perihal dua ayam yang saling bertarung. Menurut Cliford gerrtz pada arena sabung ayam
di Bali yang terlihat bertarung memang ayamnya, namun makna sesungguhnya di balik
pertarungan ayam tersebut adalah pertarungan para pria. Awalnya sabung ayam ini
digunakan untuk ritual keagamaan. Namun raja-raja / kaum bangsawan di Bali
mempunyai hak istimewa untuk mengadakan sabung ayam tanpa adanya tujuan
kesakralan. Mereka mengadakan acara sabung ayam untuk kesenangan pribadi, seringkali
dengan tujuan bertaruh.13
D. Budaya Nyepi, Waisak dan dan Galungan dalam Sosial Hindu dan Budha
1. Budaya Nyepi
Hari suci adalah Hari Suci 'Nyepi'. Hari suci 'Nyepi' merupakan sebuah perayaan
Tahun Baru Hindu.(Tahun Baru Caka) yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu di Bali,
dengan suatu tradisi hening; tanpa suara, tanpa aktivitas, dan juga tanpa cahaya. Tradisi
perayaan Tahun Baru Hindu (Nyepi) yang dilaksanakan dengan keheningan tersebut,
menjadikan 'Nyepi' sangat kental dengan budaya Bali yang dikenal dan bahkan diakui
oleh dunia. Terdapat suatu pernyataan tentang 'Nyepi' dalam lirik lagu yang dibuat oleh
Grup Band asal Bali, bernama "Navicula" yaitu, "Saat semua semakin cepat, Bali berani
berhenti, dan menyepi".Lirik lagu tersebut menjelaskan bahwa diantara banyaknya
aktivitas yang terjadi di seluruh dunia, hanya Bali yang mampu menghentikan aktivitas

12
Kasmawati, dkk. 2022. Teori Sastra, (Padang Sumatera Barat: PT. Global Eksekutif Teknologi) h. 219.
13
Santo Saba Piliang, Borobudur Bukan Candi, (Bukel: 2020), h. 69.

8
tersebut dengan tradisi 'Nyepi' dan agama Hindu sebagai jiwanya, hingga melahirkan
budaya yang dikenal hingga ke mancanegara. Inilah salah satu bentuk agama yang
membungkus Budaya dan Tradisi menjadi satu.14
Nyepi merupakan hari raya dimana masyarakat Bali berpantang untuk bekerja,
menghidupkan api tidak bekerja dan tidak menikmati hiburan. Di hari raya Nyepi umat
hindu semua harus tenang, lengang. sunyi dan senyap Perayaan Nyepi merupakan
warisan budaya dan tradisi leluhur yang unik dan menarik yang sampai sekarang
berkembang, dijaga dilaksanakan dengan baik oleh umat Hindu dan dihormati oleh para
pemeluk agama lainnya sebagai wujud rasa toleransi.
Hari raya Nyepi tahun Saka, 1933 tahun 2011 ini jatuh pada tanggal 5 Maret
2011, sehari setelah Chaitra Amavasya atau Tilem Kasa- nga, bulan mati (Tilem) pada
bulan Chaitra, berdasar- kan perhitungan Surya-Chandra-Pramana yakni dengan
memadukan perhitungan matahari dan bulan. Pada saat ini kedudukan matahari tepat
berada di atas garis khatulistiwa yang mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia,
utamanya untuk mendekatkan diri mensyukuri karunia Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Pengasih.
2. Budaya waisak
Perayaan Waisak diadakan setiap Mei saat bulan purnama. Pusat perayaan
Waisak di Indonesia ada di Candi Borobudur. Banyak orang dari seluruh pelosok
Indonesia dan penjuru dunia hadir ke candi itu setiap Waisak. Perayaan di salah satu
tempat yang bergelar keajaiban dunia ini sangat fotogenik. Sinar bulan purnama yang
terang menambah daya tarik para fotografer amatir maupun profesional untuk meliput
acara besar ini. Acara dimulai sejak pagi, mulai dari prosesi dari Candi Mendut sampai
Borobudur. Dilanjutkan dengan berbagai upacara serta pembacaan sutra dan sambutan
para pemuka agama berbagai sekte dari berbagai daerah, bahkan dunia. Setelah itu,
diadakan pindapata, yaitu prosesi mengitari Candi Borobudur sebanyak tiga kali.
Akhirnya, acara ditutup dengan melepaskan ratusan lampion oleh umat dan pengunjung.
Sebelum melepaskan lampion, pelepas membuat "wish" terlebih dulu.15

14
I Made Dwi Susila Adnyana. 2020. Arak Bali Studi Tentang Minuman Tradisional Yang Substansial
(Sosioreligiuskultural) (Bali: Nilacakra Publishing House) h 15-16.
15
Enche Tjin, 2013. Travel Photography itu Mudah! (Jakarta: Bukune) h. 99.

9
Peringatan Hari Waisak tahun ini diawali dengan prosesi ritual dengan mengarak
api suci yang diambil dari Mrapen Grobokan, Jawa Tengah, dan air suci dari Jumprit
Temanggung Prosesi itu berawal dari Candi Mendut ke Candi Borobudur diikuti mobil
berhias yang membawa lambang negara Pancasila, 50 bendera Merah Putih, 50 Panji
Budha, bendera Walubi (Perwakilan Umat Buddha Indonesia) dan barisan dari relic suci,
Kitab Suci Tri Pritaka, para Bhikkhu Sangha serta barisan umat dari delapan majelis.
Selain itu, barisan simapatisan dan kesenian tradisional seperti, reog, liang-liong, dan
barongsai juga mengiringi arak-arakan api dan air suci tersebut. Setibanya di Candi
Borobudur delapan majelis umat Budha melangsung- kan puja bakti di altarnya masing-
masing. Menjelang detik-detik Waisak pukul 14.34,18 WIB umat Budha secara bersama-
sama menyambutnya dengan suasana khidmat. Seterusnya, Bhikkhu Lama Padma Satya
membaca renungan Waisak yang berisi pesan-pesan moral dan refleksi kelahiran
Pangeran Siddharta Gautama yang meninggalkan istana dan kehidupan rumah tangga
untuk menjadi pertapa.
Sementara itu, Ketua Umum Walubi, Dra. Siti Hartati Murdaya, juga mengajak
segenap umat Buddha agar bersatu dengan prinsip Buddha Dharma yang benar la
menganjurkan umat Budha bisa menerapkan metoda non intervensi di antara sesama
anggota. Peringatan Hari waisak 2544/ 2000 itu dihadiri tidak kurang 100 ribu
pengunjung Sebagian di antaranya adalah simpatisan, warga sekitar dan wisatawan
domestik dan mancanegara. Khusus para peserta upacara Waisak itu sendiri juga dihadiri
sekitar 1.500 pendeta Budha dan 120 Bhikkhu dari dalam dan luar negeri seperti, Burma,
Thailand, Srilangka, Singapura, Jepang dan Kamboja Seusai rencana, dua hari sesudah
upacara ritual Waisak ini, umat Buddha akan melakukan bakti sosial antara lain, berupa
pengobatan gratis untuk penyakit umum, gigi, mata, operasi bibir sumbing serta donor
darah.16
3. Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan dilaksanakan per 6 bulan atau 210 hari. Masyarakat Bali
melaksanakan upacara yang harus memakai pakaian adat Bali. Menarik dari upacara yang
dilakukan, masyarakat juga selalu mewaspadai tindakan-tindakan yang bisa
menggagalkan upacara dengan cara menghadirkan Pecalang. Pecalang adalah polisi

16
Enche Tjin, 1998. Ikhlas beramal (Jakarta: Departemen Agama, ), h 50.

10
tradisional budaya Bali yang bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban wilayah
Bali.17 Berdasarkan penanggalan Bali-Jawa (Javano-Balinese Calender) yaitu pada hari
raya Budha kliwon wuku dungulan, umat Hindu di Indonesia, mengacu pada Hari
Galungan dan sepuluh hari setelahnya akan dilanjutkan dengan perayaan Hari Raya
Kuningan. Galungan dan Kuningan berlangsung selama sepuluh hari, sedangkan di India
upacara serupa dengan arti yang sama disebut dengan Hari Raya "Sradda wijaya dasami"
atau hari kemuliaan yang dirayakan selama sepuluh hari pula."
Hari raya Galungan dan Kuningan khususnya di kota Mataram ditandai dengan
berbagai macam atribut seperti penjor yang terbuat dari bambu. kemudian dipasang di
sekelilingnya dengan daun kelapa muda yang berwarna kuning, juga dapat dibuat dari
daun pohon tuak muda, sebagai hiasan setiap hari upacara umat Hindu di Kota Mataram.
Munculnya penjor di kota Mataram secara historis dikuasai oleh kerajaan Karang Asem
Bali, secara tidak langsung membawa tradisi, kepercayaan dan ritual keagamaan yang
diwariskan secara turun temurun."18 Dalam pengejawantahan sikap terhadap Tuhan,
Hindu Bali bahkan berbeda dengan Hindu di Jawa. Hindu di Jawa tidak merayakan Hari
Raya Galungan, karena Galungan merupakan legenda Bali sentris,235 Galungan berasal
dari bahasa sanskerta yang berarti kemenangan.
Jalinan antara agama Hindu dan kebudayaan Bali telah menjadi panduan bagi
sikap dan perilaku orang Bali. Dengannya orang Bali membentuk suatu keyakinan
melalui semangat religiositas sehingga melahirkan harmoni kehidupan yang
mengagumkan. Apapun wujud dari kebudayaan Bali sedapat mungkin "satu paket"
dengan atau dalam kerangka agama Hindu. Ini berarti kreasi budaya masyarakat Bali
tidak lepas dari kerangka agama (tatwa, hakikat kebenaran), igama (tata susila, etika),
ugama (upacara, yadnya). Karena memang sekali lagi agama Hindu di Bali berpilin
sangat erat dengan adat istiadat, kebudayaan, dan sistem kepercayaan warisan leluhur
(agama Bali/Tirta).19

17
Maulana Arafat Lubis dkk, 2021. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SD/MI Buku Ajar untuk
PGSD/PGMI (Yogyakarta: Samudra Biru)h 235.
18
Lalu Khothibul Umam, Pendidikan Toleransi Sasak Muslim Bali Hindu di Kota Mataram,(Banten:
Penerbit A-Empat,2021) h. 142.
19
Lalu Khothibul Umam, 2019. Merawat Pluralisme Merawat Indonesia (Potret Pendidikan Pluralisme
Agama Di Jembrana-Bali) ,(Yogyakarta: Deepublish) h. 88.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia dikenal dengan wilayah strategis dalam bidang perdagangan dan pelayaran
sehingga membuat pengaruh budaya luar masuk Indonesia itu dengan mudah sehingga
persebaran kebudayaan dari agama hindu budha itu menyebar luas ke Indonesia. Kebudayaan
yang dihasilkan oleh agama Hindu dan Budha yaitu budaya Ngaben, budaya nyabung ayam
,kemudian budaya Nyepi, waisak dan Galungan. Dalam kehidupan sosial masyarakat Agama
Hindu Budha memiliki kebudayaan yang tidak jauh berbeda, dilihat dari kelompok sosial agama
Hindu memiliki tingkatan dari kelompok sosial dimulai dari Brahmana, kasta, ksatria, kasta
waisya dan kasta Sudra keempat prata sosial ini berstatus tertutup yang kemudian, jika dalam
kehidupan kelompok sosial Budha sistem kasta dijalankan dengan tegas tidak diperbolehkan
perkawinan antara kasta jadi harus sesuai dengan kastanya sehingga golongan bawah dengan
golongan bawah dan golongan atas dan dengan golongan atas. Masuknya Indonesia agama
Hindu Budha ke Indonesia menurut beberapa pendapat terdapat beberapa teori yang pertama
teori Brahmana Teori Ksatria teori Waisya teori Sudra teori Arus Balik dan teori nasional
kebudayaan Hindu Budha sangatlah kental dan terjaga kelestariannya hingga saat ini hal ini
dibuktikan dengan pulau Jawa yang banyak penduduknya menurut agama Hindu dan Budha
agama Hindu di Bali

B. Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca agar membaca dengan seksama terkait hal hal
yang menyangkut dengan kebudayaan agama hindu dan budha sehingg hal ini dapat dijadikan
sebagai wawasan yang harus diingat. Bukan berarti hal ini diluar dari kebudayaan sendiri yang
namanya tolernsi harus tetap tertanam dalam diri.

12
DAFTAR PUSTAKA
Arafat Maulana Lubis dkk, 2021. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SD/MI Buku
Ajar untuk PGSD/PGMI (Yogyakarta: Samudra Biru)
Arta, ketut Sedana, dkk. 2020. Sejarah Asia Selatan. (Jawa Tengah: Angkot IKAPI)
Ferry .T Indratno, 2007. Sejarah Untuk SMA/MA kelas XII IPA. (Jawa Timur: GRASINDO).
Gunawan Restu, dkk. 2017. Sejarah Indonesia. (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan)
Gusti Putu Suana I, 2022. Handbook Penyuluh dan Pendidik Agama Hindu 5.0 (Digitalisasi &
Literasi Hindu Bali) (Bali: NILACAKRA)
Kasmawati, dkk. 2022. Teori Sastra, (Padang Sumatera Barat: PT. Global Eksekutif Teknologi)
Kusnanto, 2009. Keanekaragaman Suku dan Budaya Indonesia. (Semarang: ALPRIN)
Khothibul Lalu Umam, 2019. Merawat Pluralisme Merawat Indonesia (Potret Pendidikan
Pluralisme Agama Di Jembrana-Bali) ,(Yogyakarta: Deepublish)
khothibul Lalu Umam,. 2021. Pendidikan Toleransi Sasak Muslim Bali Hindu di Kota Mataram.
(Serang: Anggota IKAPI)
Made Dwi Susila Adnyana I. 2020. Arak Bali Studi Tentang Minuman Tradisional Yang
Substansial (Sosioreligiuskultural) (Bali: Nilacakra Publishing House)
Sugeng HR.2013. Keajaiban Indonesia Yang Wajib Diketahui. (Jakarta Selatan: Anak Kita)
Saba Piliang Santo, Borobudur Bukan Candi, (Bukel: 2020)
Tarunasena. 2009. Memahami Sejarah. (Jakarta: PUSAT Perbukuan Dapertemen pendidikan
Nasional)Wardaya.2009. Sejarah. (Jakarta: Pusat perbukuan Dapertemen Pendidikan
Nasional)
Tjin Enche, 2013. Travel Photography itu Mudah! (Jakarta: Bukune)
Tjin Enche, 1998. Ikhlas beramal (Jakarta: Departemen Agama)

13

Anda mungkin juga menyukai