Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH HINDU – BUDDHA DALAM KEBUDAYAAN INDONESIA

MELIPUTI TUJUH UNSUR BUDAYA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Sejarah Sosial Dan Budaya

Dosen Pengampu:
Umi Kholisya, S.Pd., M.Pd M.Hum.

Oleh:
Kelompok 1

Andi Kurniawan NPM. 202015500004


Tito Alviyanto NPM. 202015500107
Nur Annisa NPM. 202015500379
Reynalda Desica NPM. 202015570364
Daksa Rama Adhikara NPM. 202215570005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

I
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah sejarah sosial dan budayai ini dengan baik dan tepat
waktu. Dalam pembuatan tugas makalah ini, kami mendapatkan pembahasan tentang
pengaruh hindu dan budha dalam kebudayaan indonesia

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Umi Kholisya, S.Pd., M.Pd M.Hum.

Selaku Dosen pada mata kuliah sosial dan budaya yang telah memberikan tugas ini
Sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
kami harapkan demi kemajuan penulis selanjutnya dan semoga makalah ini berguna
bagi pembaca.

Wassalamu’ alaikumWr. Wb

Jakarta, 7 April 2023

1
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................... I
KATA PENGANTAR ............................................................................... 1
DAFTAR ISI .............................................................................................. 2
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.4 Tujuan Penulisan ................................................................................... 4
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Masuknya Hindu-Buddha di Nusantara ................................................ 5
2.2 Kebudayaan Hindu-Buddha Mempengaruhi Budaya Indonesia ........... 7
2.3 Kebudayaan Hindu-Buddha Dalam Tujuh Unsur Kebudayaan ............ 9
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi,
perdagangan beralih ke jalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina
dan India tentunya akan melewati selat Malaka. Kerajaan-kerajaan di Nusantara kemudian
ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut. Akibat hubungan dagang tersebut, maka
terjadilah kontak/hubungan antara Kerajaan di Nusantara dengan India, dan Cina. Hal inilah
yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke Nusantara
pada saat itu.
Mengenai siapa yang sebenarnya membawa atau menyebarkan agama Hindu - Budha
ke Indonesia, tidak sepenuhnya dapat diketahui secara pasti, walaupun demikian, para ahli
memberikan pendapat tentang proses masuknya agama Hindu - Buddha atau kebudayaan
India ke Indonesia. Masuknya agama Hindu ke Indonesia memliki perbedaan pendapat yang
cukup banyak, adanya lima teori yang dipercaya sebagai awal mula masuknya Hindu ke
Nusantara menjadi bukti akan perbedaan pendapat tersebut.
Namun ada satu teori yang paling dipercayai yaitu Hindu dibawa oleh kaum Brahmana
yang tidak kolot atas undangan raja dan orang Indonesia yang belajar ke India. Dengan adanya
penyebaran agama Hindu tersebut maka mendorong orang-orang Indonesia untuk menambah
ilmunya mempelajari agama Hindu di India sekaligus berziarah ke tempat tempat suci. dan
sekembalinya dari India tersebut, maka orang-orang tersebut dapat menyebarkan agama Hindu
dengan bahasa mereka sendiri, dengan demikian ajaran agama Hindu akan lebih cepat dan
mudah berakulturasi di Tanah Nusantara pada saat itu.
Kebudayaan tersebut kemudian mengalami proses akulturasi bersama dengan
kebudayaan yang sudah ada di tanah Nusantara pada saat itu. Akulturasi sendiri adalah
fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai
kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-
menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari
salah satu kelompok atau kedua-duanya (Harsoyo). kebudayaan Hindu - Buddha yang masuk
ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan
budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan
kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu - Buddha.
Menurut Koentjaraningrat kebudayaan memiliki tujuh unsur universal yang membuatnya
dapat dikatakan sebagai kebudayaan. Ketujuh unsur tersebut antara lain adalah 1) sistem religi
dan upacara keagamaan, 2) sistem dan organisasi kemasyarakatan, 3) sistem pengetahuan, 4)
bahasa, 5) kesenian, 6) sistem mata pencaharian hidup, dan 7) sistem teknologi dan peralatan.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana masuknya kebudayaan hindu dan buddha di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh kebudayaan hindu dan buddha mempengaruhi kebudayaan
di Indonesia?
3. Bagaimana wujud kebudayaan hindu dan buddha di Indonesia dalam tujuh unsur
kebudayan menurut Koentjaraningrat?

1.3 Tujuan Penulisan

A. Untuk mengetahui sebab terjadinya akulturasi budaya hindu dan buddha


Indonesia
B. Untuk mengetahui 7 unsur kebudayaan hindu dan buddha di Indonesia
C. Memahami sejarah masuknya kebudayaan hindu dan buddha

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masuknya Hindu - Buddha di Nusantara


Dahulu, jauh sebelum datang dan masuknya pengaruh bangsa Eropa ke Nusantara, sudah ada
orang-orang dari belahan dunia lain yang lebih dulu sampai ke Nusantara. Orang-orang ini
adalah para pedagang dari Negeri India dan Tiongkok. Mereka masuk melalui jalur
perdagangan. Mulai dari sana, pengaruh dari kebudayaan India dan Tiongkok kemudian
merekah. Ajaran, serta kepercayaan spiritual mereka mulai mempengaruhi masyarakat
Nusantara yang pada saat itu masih menganut kepercayaan Animisme, Dinamisme, dan
Totemnisme. Ajaran serta kepercayaan spiritual itulah yang nantinya masuk sebagai agama
Hindu-Buddha.
Menurut para sejarawan, mereka meyakini bahwa cara masuk dan proses penyebaran
agama Hindu-Buddha di Indonesia terbagi menjadi dua yang kemudian terbagi lagi menjadi
lima teori yang dipercayai sebagai landasan penyebaraannya, dua cara. Pertama, masyarakat
Nusantara Berperan Pasif dimana Orang-orang dari India dan Tiongkok datang ke Nusantara,
kemudian menyebarkan agama Hindu-Buddha kepada masyarakat lokal. Kedua, Masyarakat
Nusantara Berperan Aktif dimana, masyarakat Nusantara yang lebih dulu datang dan belajar
langsung ke India dan China untuk mempelajari agama tersebut secara mendalam kemudian
kembali ke Nusantara sebagai penyebar agama tersebut. Kedua cara tersebut kemudian
berkembang menjadi lima teori masuknya Hindu dan Budha di Tanah Nusantara.
Proses masuknya agama Hindu - Buddha di Indonesia dapat dijelaskan dari beberapa
teori yang dikemukakan oleh para ahli. Teori–teori tersebut antara lain adalah : Teori
Brahmana, Teori Ksatria, Teori Waysa, Teori Sudra dan Teori Arus balik. Kemudian dari
teori-teori inilah, kemudian dapat di pahami bagaimana perkembangan agama Hindu-Buddha
bisa mengalami perkembangan dengan sangat pesat di dalam kehidupan masyarakat
Nusantara pada masa itu. Berikut adalah pemaparan dari kelima teori tersebut.

2.1.1 Teori Brahmana


Teori ini dikemukakan oleh Jc. Van Leur yang mengatakan bahwa kebudayaan Hindu-Budha
dari India menyebar melalui golongan Brahmana. Pendapatnya akan hal itu didasarkan pada
pengamatan terhadap adanya sisa-sisa peninggalan dari kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu-Buddha di Indonesia, terutama pada peninggalan berbentuk prasasti yang
menggunakan bahasa Sansekerta dan ditulis dengan huruf Pallawa yang mana kedua hal
tersebut hanya dikuasai secara sempurna oleh golongan Brahmana dikenal menguasai bahasa
Sansekerta dan huruf Pallawa, sehingga jelas bahwa ada peran dari orang-orang Brahmana
dalam masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia.
Van Leur juga mengajukan keberatan terhadap teori ksatria. Keberatan pertama
adalah mengenai kolonisasi. Suatu kolonisasi yang melibatkan penaklukan oleh golongan
ksatria tentunya akan dicatat sebagai suatu kemenangan. Namun, catatan itu tidak ditemukan
dalam sumber-sumber tertulis di India. Di Indonesia pun tidak ditemukan prasasti-prasasti
sebagai bukti adanya penaklukan. Selain itu, suatu kolonisasi selalu disertai oleh pemindahan

5
segala unsur masyarakat dari tanah asal.

2.1.2 Teori Ksatria


Teori Ksatria adalah sebuah teori dimana penyebaran ajaran agama Hindu-Buddha berawal
dari kasta bangsawan kerajaan yang datang dan menyebarkan ajaran keagamaan melalui
penaklukan wilayah. Dalam teori Ksatria, Ada tiga pendapat mengenai proses penyebaran
kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan oleh golongan ksatria.
Pertama, Pendapat dari C.C Berg yang menjelaskan bahwa golongan ksatria yang
turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang
terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan
oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau
suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka
yang kemudian dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang
dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-
Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi.
Selanjutnya ada pendapat dari Mookerji, ia juga mengatakan bahwa golongan ksatria
dari India yang sejatinya telah membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia.
Kemudian, para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni di Nusantara yang
nantinya akan berkembang pesat dan berubah menjadi sebuah kerajaan.
Pendapat J.L Moens J.L. Moens mencoba menghubungkan proses terbentuknya
kerajaan- kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 dengan situasi yang terjadi di India pada
abad yang sama. Ternyata sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India
Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu
nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.

2.1.3 Teori Waisya


Dilansir dari buku Sejarah Politik dan Kekuasaan (2019) oleh Tappil Rambe dan teman-
teman, mereka menuliskan bahwa hipotesis ini dikemukakan oleh N.J Krom yang kemudian
menyebutkan bahwa proses masuknya kebudayaan, dan ajaran agama Hindu adalah melalui
hubungan dagang antara orang-orang India dan Nusantara pada saat itu. Itu berarti bahwa
kaum pedagang atau kaum Waisya India yang dapat dikatan telah menyebarkan ajaran dan
kebudayaan Hindu disini.
Para pedagang tersebut bergerak dan bermobilitas menggunakan kapal-kapal dan
mengikuti angin musim. Jika angin musim tidak memungkinkan mereka untuk Kembali
berlayar, dalam kurung waktu tertentu mereka akan memutuskan untuk menetap di
Nusantara. Selama para pedagang India tersebut menetap di Nusantara, mereka kemudian
memanfaatkannya dengan menyebarkan agama Hindu-Buddha.

2.1.4 Teori Sudra


Teori ini disampaikan Von Van Faber. ia yang mengatakan bahwa setelah peperangan yang
terjadi di India pada saat itu menyebabkan banyak golongan Sudra menjadi kaum yang bisa
dibilang buangan.  Kemudian mereka meninggalkan India dan mengikuti kaum Waisya dan
diduga golongan Sudra juga yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu-Buddha ke

6
Nusantara. Karena pada saat itu jumlah dari mereka, yaitu kaum Sudra memang sangat besar
dan banyak.

2.1.5 Teori Arus Balik


Teori ini menyebutkan bahwa banyak pemuda dari negeri Nusantara yang belajar agama
Hindu-Buddha dengan pergi mendatangi langsung India. Setelah mereka memperoleh ilmu
yang banyak, mereka kemudian kembali ke Nusantara untuk menyebarkannya. Pendapat ini
menjelaskan bahwa adanya juga peran aktif dari orang-orang Nusantara itu sendiri yang
berupaya untuk mengembangkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Pendapat mengenai
keaktifan orang-orang Nusantara ini diungkap oleh F.D.K Bosch yang kemudia dikenal
dengan nama Teori Arus Balik.

2.2 Kebudayaan Hindu - Buddha Mempengaruhi Budaya Indonesia


Bangsa Indonesia yang sebelumnya telah memiliki kebudayaan berdasarkan pada
kepercayaan Animisme, Dinamisme, dan Totemisme, tidak lantas begitu saja langsung
menerima budaya-budaya baru tersebut. Kebudayaan yang datang dari India tentu saja
mengalami proses-proses penyesuaian kembali dengan kebudayaan asli masyarakat
Nusantara pada saat itu. Proses tersebut biasa kita kenal dengan akulturasi.
Akulturasi adalah suatu proses adopsi budaya baru dengan mengadopsi nilai-nilainya,
sikap, dan kebiasaannya. Akulturasi sendiri adalah suatu istilah yang biasa digunakan untuk
menggambarkan apa yang terjadi di saat orang yang berasal dari suatu budaya masuk ke
dalam budaya yang berbeda. Kebudayaan Hindu - Buddha yang masuk ke tanah Nusantara
pada masa itu tidak diterima seperti apa adanya, tetapi kemudian diolah lagi, ditelaah dan
disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Nusantara pada saat itu, yaitu Budaya
berlandaskan kepercayaan Animisme, Dinamisme, dan Totemisme.
Budaya tersebut kemudian berpadu dengan kebudayaan asli dan pengaruh kebudayaan
Hindu-Buddha di Indonesia ini dapat kita lihat dari peninggalan-peninggalan sejarah dalam
berbagai bidang dan sektor-sektor kehidupan kita, yang antara lain adalah seperti berikut.

2.2.1 Bidang Keagamaan


Sebelum ajaran dan kebudayaan Hindu-Buddha datang, tanah Nusantara pada kala itu tengah
berkembang kepercayaan berupa pemujaan terhadap hal-hal bersifat spritualisme dasar
seperti kepercayaan kepada roh-roh dari nenek moyang, benda-benda sakral, dan hewan-
hewan yang dianggap memiliki kekuatan mistik. Kepercayaan itu bersifat animisme,
dinamisme, dan totemisme, sebuah kepercayaan kuno yang kita kenal sekarang.
Animisme merupakan suatu kepercayaan terhadap suatu benda yang dianggap
memiliki roh atau jiwa. Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda
memiliki kekuatan gaib. Totemisme adalah kepercayaan kepada terhadap hewan-hewan yang
dianggap memiliki kekuatan magis dan mistik.
Dengan masuknya kebudayaan Hindu-Buddha kedalam masyarakat Nusantara pada
saat itu, masyarakat secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, hal
tersebut kemungkina karena kepercayaan dan ajaran Hindu dan Buddha kurang lebih
memiliki kesamaan dengan tiga kepercayaan awal di Nusantara, sehingga penenyesuaiannya

7
tidak terlalu lama dan penerimaannya sangat cepat.

2.2.2 Bidang Politik


Sistem pemerintahan dengan bentuk kerajaan dipercayai berawal dengan dikenalkannya
sistem tersebut oleh orang-orang India. Dalam sistem pemerintahan ini, kelompok-kelompok
kecil masyarakat kemudian bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. lalu Kepala suku
yang dinilai terbaik dan terkuat akan dianugerahi kekuasaan tertinggi dan berhak atas tampuk
pemimpin kerajaan.
Kemudian, para pemimpin di masa mendatang akan ditentukan secara turun-temurun
berdasarkan hubungan darah dan hak waris sesuai dengan peraturan hukum kasta ala ajaran
dan kepercayaan Hindu. Oleh karena itu, kemudian lahir pula kerajaan-kerajaan besar yang
akan mengusai tanah-tanah Nusantara, seperti Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Majapahit dan
kerajaan bercorak Hindu-Buddha lainnya.

2.2.3 Bidang Sosial Budaya


Masuknya ajaran serta kebudayaan Hindu ke tanah Nusantara pada kala itu, menjadikan
masyarakat Nusantara kemudian mengenal aturan kasta, Kasta dalam Hindu berarti tangga
atau tingkatan. Tingkatan itu kemudian terbagi menjadi empat yaitu Brahmana, Ksatria,
Weisya dan Sudra.
Pertama, Kasta Brahmana adalah kaum pendeta dan para sarjana, orang-orang ini
berkecimpung langsung dalam pengamalan ajaran Hindu, lalu yang kedua adalah Kasta
Ksatria yang adalah kaum para prajurit tingkat atas, pejabat dan bangsawan, ketiga ada Kasta
Waisya yang merupakan pedagang petani, pemilik tanah dan prajurit biasa. Dan terakhir ada
Kasta Sudra yakni rakyat jelata dan pekerja kasar.
Namun, unsur budaya Nusantara yang lama juga masih tampak dominan dalam semua
lapisan masyarakat. Sistem kasta yang berlaku di sini tentunya berbeda dengan kasta yang
ada di India, baik ciri-ciri maupun wujudnya.

2.2.4 Bidang Pendidikan, Sastra dan Bahasa


Pada masa Hindu – Buddha, marak berdirinya lembaga-lembaga pendidikan semacam asrama
atau padepokan yang mana hal tersebut merupakan salah satu bukti pengaruh dari
kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Lembaga pendidikan tersebut mempelajari satu
bidang saja, yaitu mengajarkan pendidikan serta pengamalan ajaran-ajaran keagamaan.
Kemudian, pengaruh ajaran-ajaran dan kebudayaan Hindu-Buddha pada bahasa juga
mulai dikenal. Digunakannya bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa oleh masyarakat
Nusantara. Pada masa kerajaan Hindu – Buddha. seni sastra dan bahasa juga kemudian sangat
berkembang hingga masa kejayaan kerajaan Hindu – Buddha. Salah satu contohnya seperti
tulisan-tulisan yang bersifat spiritual seperti mantra, cerita dan epos keagamaan yang berasal
dari India yang kemudian diceritakan ulang dengan penokohan lokal.

2.2.5 Bidang Arsitektur


Punden berundak merupakan salah satu arsitektur Zaman Megalitikum. Arsitektur tersebut
berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita
memperhatikan, Candi Borobudur sebenarnya mengambil bentuk bangunan punden berundak

8
agama Buddha Mahayana. Pada Candi Sukuh dan candi-candi di lereng Pegunungan
Penanggungan, pengaruh unsur budaya India sudah tidak begitu kuat. Candi candi tersebut
hanyalah punden berundak.

2.3 Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia Dalam Tujuh Unsur Kebudayan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya dapat diartikan sebagai sebuah pikiran, adat
istiadat, dan sesuatu yang berkembang, menjadi kebiasaan yang sulit diubah. Dalam
kehidupan sehari-hari, orang biasanya mengaitkan budaya dengan tradisi. Budaya adalah
suatu konsep atau nilai-nilai yang dapat membangkitkan minat dan berkenaan dengan cara
manusia menjalani kehidupan mereka seperti, belajar berpikir, merasa, mempercayai, dan
mengusahakan apa yang patut menurut budaya.
Sebuah budaya biasanya terdiri dari beberapa unsur yang membuatnya memiliki
sistem yang terorganisir. Dalam hal ini, Menurut Koentjaraningrat, mengutip dari Kluckhohn,
bahwasannya terdapat tujuh unsur yang membuat sebuah kebudayaan memiliki nilai-nilai
budaya. Tujuh unsur kebudayaan tersebut adalah : sistem religi, sistem organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian, sistem
teknologi dan peralatan.

2.3.1 Sistem Religi


Menurut Koentjaraningrat fungsi dari sistem religi ada karena sebagai sarana untuk
menjawab pertanyaan mengapa manusia kemudian percaya kepada adanya suatu entitas
dengan kekuatan dan kekuasaan diluar nalah mereka atau supranatural yang mereka anggap
lebih tinggi derajat dan posisinya. Entitas yang mereka anggap tinggi ini kemudian menjadi
tempat bersandar manusia saat mereka menghadapi suatu tantangan diluar kemampuan
mereka.
Dalam mengkaji sistem religi ini tidak bisa dilepaskan dari emosi keagamaan yang
merupakan perasaan dalam diri seseorang yang mendorong mereka untuk melakukan perilaku
religius. Sistem religius dalam suatu masyarakat akan menimbulkan kebudayaan seperti
tempat beribadah, waktu upacara keagamaan, alat untuk upacara keagamaan atau pemimpin
acara keagamaan.
Contoh dari unsur sistem religi pada kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
sejatinya sudah nampak jelas, keduanya sekarang adalah agama yang dianut oleh sebagian
kalangan di Indonesia, waktu peribadatan dan hari besar yang sudah teratur membuat unsur
ini sudah terpenuhi.

2.3.2 Sistem Kekerabatan dan Organisasi Kemasyarakatan


Unsur kebudayaan yang satu ini sangat berkaitan dengan bagaimana cara memahami
masyarakat dan bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui kelompok sosial. Sistem
kemasyarakat merupakan bentuk konkrit dari memahami bagaimana manusia membentuk
masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Tiap-tiap kelompok masyarakat diatur oleh
hukum dan norma-norma keadatan sesuai dengan nilai adat istiadat yang dijunjung pada
suatu masyarakat. Hal tersebut melahirkan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan
di dalam lingkungan di mana dia bisa hidup dan bergaul dengan masyarakat sekitar.

9
Salah satu contoh dari unsur sistem organisasi kemasyarakatan pada kebudayaan
Hindu-Buddha di Indonesia Adalah sistem kekerabatan berdasarkan Kasta. Sistem tersebut
sangat mempengaruhi pembagian kelas sosial hingga saat ini. Meskipun pada saat ini hanya
di daerah tertentu dan kelompok sosial tertentu saja yang masih menerapkannya. Selain itu,
ada juga Pecalang sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan. Pecalang adalah polisi
tradisional yang bertugas menjaga, mengamankan, menertibkan desa, wilayah, baik dalam
aktivitas sehari-hari maupun upacara adat atau keagamaan. Singkatnya, pecalang merupakan
polisi adat Bali dan mereka akan berbagi tugas dengan satpol PP atau Polisi Sektor Setempat.

2.3.3 Sistem Pengetahuan


Sistem pengetahuan dalam unsur kebudayaan berkaitan dengan perihal peralatan hidup dan
teknologi. Mengapa demikian? karena sistem pengetahuan adalah hal bersifat abstrak dan
berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan tidak ada batasnya, karena mencakup
pengetahuan manusia tentang berbagai unsur kehidupan.
Manusia tidak bisa membuat alat jika tidak mengetahui ciri-ciri bahan mentah yang
digunakan. Atau tidak bisa membuat bertahan hidup jika tidak mengetahui sumber daya alam
apa saja yang bisa dikonsumsi atau wilayah yang aman untuk ditinggali. Setiap kebudayaan
memiliki suatu himpunan pengetahuan alam, binatang, tumbuhan, benda, dan manusia
disekitarnya.
Salah satu contoh sistem pengetahuan pada masa Hindu-Buddha yakni dengan adanya
pengetahuan tentang sistem penanggalan. Tahun Saka, atau Kalender Saka, atau penanggalan
Saliwahana, adalah sebuah kalender yang berasal dari India. Kalender ini merupakan sebuah
penanggalan syamsiah-kamariah (candra-surya) atau kalender luni-solar. Era Saka dimulai
pada tahun 78 Masehi.

2.3.4 Bahasa
Unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat selanjutnya adalah bahasa. Manusia dalam
memenuhi kebutuhan sosialnya dengan melakukan sebuah interaksi terhadap manusia
lainnya. berinteraksi atau berhubungan dengan sesama tentunya membutuhkan sebuah sarana
dan Bahasa menjadi salah satu sarana untuk memperlancar interaksi tersebut.
Bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa adalah bahasa yang umum digunakan masyarakat
India. Dalam sejarah bangsa Indonesia, keduanya juga pernah digunakan oleh masyarakat.
Terbukti dari penemuan prasasti berbahasa Sanskerta dan berhuruf Pallawa. Misalnya
prasasti seperti Prasasti Kutai (Mulawarman abad ke-4 Masehi), Prasasti Ciaruteun
(Purnawarman abad ke-5), dan Prasasti Canggal (masa Sanjaya abad ke-8).
Hal itu menunjukkan pengaruh bahasa dan tulisan India bermanfaat besar dalam
melukiskan kejadian penting di masa lalu, sehingga peristiwanya dapat diketahui pada masa
kini. Di Indonesia, huruf Pallawa dikembangkan di beberapa daerah, sehingga lahirlah huruf
Batak, huruf Kawi (Jawa kuno), dan huruf Bali. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia
juga memperkaya diri dengan istilah dalam bahasa Sansekerta, seperti Pancasila, Kartika Eka
Paksi, Dasa Dharma, serta Parasamya Purnakarya Nugraha.

2.3.5 Kesenian
Berikutnya adalah kesenian. Kesenian berawal dari aktivitas tradisional yang dilakukan oleh

10
masyarakat. Jenis kesenian yang saat ini kita kenal antara lain adalah seni musik, seni tari,
seni rupa, seni drama dan seni lainnya. Sebagai unsur kebudayaan, kesenian mampu
menunjukkan estetika atau keindahan kebudayaan suatu suku bangsa.
Dalam penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan, manusia lebih
mengarah pada teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni. deskripsi etnografi awal
tersebut juga meneliti perkembangan mengenai seni sastra, seni musik, seni tari, dan seni
drama dalam suatu masyarakat. Sehingga banyak benda atau artefak yang ditemukan seperti
patung, ukiran, dan hiasan.
Karya sastra India yang memengaruhi seni sastra di Indonesia berasal dari wiracarita
India, seperti kitab Mahabarata dan Ramayana. Adapun karya sastra yang mulai bermunculan
karena pengaruh sastra India, misalnya dalam masyarakat Jawa Kuno, dijumpai dalam bentuk
kakawin atau tembang Jawa Kuno. Dilihat dari isinya, kakawin ini tidak selalu
mencerminkan kebudayaan di India tetapi juga masyarakat setempat. Contohnya
Negarakertagama karya Empu Prapanca, Arjunawiwaha karya Empu Kanwa, serta
Baratayuda karya Empu Sedah dan Empu Panuluh,

2.3.6 Sistem Mata Pencaharian


Sistem Mata Pencaharian adalah sejumlah aktivitas ekonomi masyarakat yang kemudian
menjadi fokus kajian penting etnografi. Sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana suatu
kelompok masyarakat dapat beraktivitas guna mencukupi kebutuhan hidupnya. Para
antropolog memusatkan kajian pada sistem mata pencaharian tradisional karena sistem ini
dinilai sudah melekat cukup lama didalam kebudayaan suatu suku bangsa. Mata pencaharian
masyarakat pada masa Hindu-Buddha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ada bermacam-
macam seperti pengawal kerajaan, petani, pengrajin, pedagang, dan Nelayan.
Salah satu sistem mata pencaharian era Hindu-Buddha yang masih eksis hingga saat
ini adalah Pengrajin Tembikar. Salah satu pengrajin tembikar yang cukup tua usianya
ditemukan di Desa Tondowulan, Jombang. Sementara laki-laki membantu untuk mengambil
tanah dan membakar tembikar yang sudah jadi. Setiap perempuan membuat tembikar dengan
jenis yang berbeda. Misalnya, ada yang khusus membuat anglo atau cobek, tetapi juga ada
yang membuat padasan atau gentong. Tembikar yang dibuat pada umumnya alat-alat rumah
tangga yang digunakan sehari-hari.

2.3.7 Sistem Teknologi dan Peralatan


Manusia pada perjalanannya terus berusaha guna mempertahankan hidup. Oleh karena itu
manusia selalu membuat peralatan dan teknologi baru guna menunjang keperluan hidupnya.
Kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi dapat dilihat dari benda-benda yang
digunakan sebagai peralatan hidup masih sederhana hingga bangunan tempat mereka hidup.
Sehingga sistem peralatan hidup merupakan bahasan kebudayaan fisik.
Sistem teknologi dan peralatan peninggalan Hindu-Buddha yang masih bisa kita
jumpai adalah peralatan berupa alat-alat rumah tangga dan alat-alat pertanian seperti
tembikar, pacul, cangkul, dan lainnya. Adapun sistem peralatan menurut Koentjaraningrat di
antaranya adalah alat-alat produksi, senjata, wadah, alat untuk menyalakan api, pangan,

11
pakaian/perhiasan, tempat berlindung/rumah, dan alat-alat transportasi.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masuknya agama Hindu ke Indonesia memliki perbedaan pendapat yang cukup banyak,
dengan adanya lima teori yang dipercaya sebagai awal mula masuknya Hindu ke Nusantara
menjadi bukti akan perbedaan pendapat tersebut.
Kebudayaan tersebut kemudian mengalami proses akulturasi bersama dengan
kebudayaan yang sudah ada di tanah Nusantara pada saat itu. Akulturasi sendiri adalah
fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai
kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-
menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari
salah satu kelompok atau kedua-duanya.
Agar suatu kebudayaan dapat dikatakan berbudaya, harus terdapat unsur-unsur yang
bisa menjadi tolak ukur sebuah kebudayaan dapat dikatakan benar berbudaya. Menurut
Koentjaraningrat kebudayaan memiliki tujuh unsur universal yang membuatnya dapat
dikatakan sebagai kebudayaan. Ketujuh unsur tersebut antara lain adalah 1) sistem religi dan
upacara keagamaan, 2) sistem dan organisasi kemasyarakatan, 3) sistem pengetahuan, 4)
bahasa, 5) kesenian, 6) sistem mata pencaharian hidup, dan 7) sistem teknologi dan peralatan.
Dengan demikian kita bisa mengkaji apakah kebudayaan peninggalan Hindu-Buddha adalah
benar sebuah kebudayaan yang memiliki ketujuh unsur tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Tulisan :
Wardiah, Dessy. Kalpataru : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol. 5, No. 2.
Jakarta, 2019

Koentjaraningrat. Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.


1990

Kodiran. Pewarisan Budaya dan Kepribadian. Humaniora Volume 16, Nomor 1. Jakarta
2004.

Megawati, Erna. Unsur Budaya Hindu Pada Foklor Lutung Kasarung, Universitas
Indraprasta PGRI, 2019.

Kuntowijoyo, D. R. Pengantar ilmu sejarah. Bentang Pustaka, 2005.

Daldjoeni, Nathaniel. Geografi kesejarahan: Peradaban dunia. Vol. 1. Alumni, 1982.

Sumber Online :
Cicin Yulianti : www.detik.com/edu/detikpedia/d-6425133/7-unsur-kebudayaan-menurut-
para-ahli-antropologi
Serafica Gischa : https://www.kompas.com/skola/read/2023/01/24/220000369/7-unsur-
kebudayaan-menurut-koentjaraningrat?page=all
Vanya Karunia Putri : https://www.kompas.com/skola/read/2022/12/06/120000369/7-unsur-
yang-memengaruhi-percampuran-kebudayaan-hindu-buddha-di-indonesia?page=all
Serafica Gischa : https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/09/114942169/jejak-ekonomi-
peradaban-hindu-buddha-di-indonesia?page=all

14

Anda mungkin juga menyukai