di susun oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alah SWT atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah kepada keluarga dan para sehabatnya.
Kami jauh ari sempurna, karena ini masih dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun senantiasan kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi kami dan pihak lainnya yang berkepentingan pada
umumnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
2.3.4 Pendidikan Hindia Belanda Sejak 1900................................................. 25
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
5
4) Untuk mengetahui dan memahami keberlangsungan pendidikan Indonesia
pada tahun 1945-1950.
1.4 Manfaat
6
BAB II
PEMBAHASAN
1) Faktor Politis, dimana terjadi peperangan antara kerajaan India di bagian selatan.
Bangsa Aria dari utara mendesak kerajaan dan penduduk selatan, sehingga
penduduk diselatan pindah mencari tempat baru, dan sampai di Indoesia oleh
karena itu peradaban yang masuk ke Indonesia dipengaruhi oleh bangsa India dari
bagian selatan.
Agama Hindu di India terbagi menjadi dua golongan besar yaitu, Brahmanisme
dan Sywaisme. Hinduisme yang datang di Indonesia adalah Syiwaisme, yang
dibawa oleh seorang Brahmana yang bernama Agastya. Syiwaisme berpandangan
bahwa :
7
b. Syiwa adalah pencipta dan perusak alam, segala sesuatu yang berasal dari
Syiwa akan kembali kepada syiwa
c. Manusia hidup dalam rangkaian reinkarnasi, dan merupakan suatu
penderitaan (samsara), yang ditentukan oleh perbuatan manusia sbelumnya.
d. Tujuan hidup adalah mencapai “moksa”, suatu keadaan dimana manusia
terlepas dari samsara dan manusia hidup dalam keabadian yang menyatu
dengan syiwa.
Agama Budha adalah agama yang disebarkan oleh Sidharta Gautama di India,
yang kemudian memecah menjadi dua aliran yaitu, Mahayan dan Hinayana.
Sedangkan yang berkembang di Indonesia adalah Budha Hinayana. Menurut ajaran
budhanisme manusia hidup dalam penderitaan nafsu duniawi. Dimana manusia
dalam hidup ini berusaha untuk mengusir penderitaan dan mencari kebahagiaan
yang abadi yaitu nirwana, ada beberapa hal yang manusia lakukan untuk memcapai
nirwana yaitu, berpandangan yang benar, mengambil keputusan yang benar berkata
yang benar, bertindak yang benar, berkehidupan yang benar, berdayaupaya yang
benar, melakukan meditasi yang benar dan konsentrasi kepada hal-hal yang benar.
8
Hindu. Pendidikan pada zaman Hindu lebih tepat dikatakan sebagai "Perguruan",
dimana para murid berguru kepada para cerdik cendekia. Kemudian lembaga
pendidikan dikenal dengan nama Pesantren (Pecatrikan: tempat santri menuntut
ilmu). Jadi berbeda sekali dengan sekolah yang kita kenal sekarang.
Beberapa sifat dan ciri pendidikan yang menonjol pada masa hindu/budha
yaitu adalah :
9
1) Informal, karena pendidikan masih bersatu dengan proses kehidupan
2) Berpusat pada religi, karena kehidupan atas dasar kepercayaan dan
keagamaan menguasai segala-galanya.
3) Penghormatan yang tinggi terhadap guru, karena gurunya adalah kaum
Brahmana (kasta tertinggi dalam masyarakat Hindu), dan tidak memperoleh
imbalan gaji. Sehingga menjadi guru semata-mata karena kewajiban
sebagai Pandita/Brahmana yang didasarkan kepada perasaan tulus,
mengabdi tanpa pamrih (tanpa memikirkan imbalan dunia)
4) Aristokratis, artinya pendidikan hanya diikuti oleh segolongan masyarakat
saja, yaitu golongan Brahmana, pendeta, dan golongan Ksatria dan
golongan keturunan raja-raja. Dalam agama dikenal penggolongan
berdasarkan kasta, namun di Indonesia perbedaan tidak begitu tajam dan
menonjol. Yang menonjol adalah antara golongan raja-raja dan rakyat jelata.
Ada beberapa tempat ketika zaman hindu/budha yang bisa dijadikan sebagai
tempat lembaga pendidikan, yaitu
10
adalah agama Budha dan Hindu, seperti dapat kita lihat dari relief-relief
yang tertulis di Candi Borobudur (Budha) dan Candi Prambanan (Hindu)
2) Pura Pura adalah merupakan tempat yang berada di sekitar istana. Tempat
ini diperuntukkan bagi putra-putri raja belajar. Mereka diberi pelajaran yang
berkaitan dengan hidup sopan santun sebagai keturunan raja yang berbeda
dengan masyarakat biasa. Mereka belajar tentang bagaimana mengatur
negara, ilmu bela diri baik secara fisik maupun secara batiniah.
3) Pertapaan, pertapaan dikatakan lembaga pendidikan, karena orang yang
bertapa dianggap telah memiliki pengetahuan kebatinan yang sangat tinggi
Karena itu para pertapa menjadi tempat bertanya tentang segala hal terutama
berkaitan dengan hal-hal yang gaib
4) Keluarga, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keluarga merupakan suatu
lembaga pendidikan Dalam keluargalah akan terjadi partisipasi dan imitasi
dalam menyelesaikan pekerjaan orang tua yang dilakukan anak-anak dan
anggota keluarga lainnya.
11
2.2 Pendidikan Zaman Islam
1) Islam Masuk ke Indonesia melalui Persia, Bukti dari pendapat ini ialah
sebutan ejaan tulisan Arab seperti jabar, jeer, dan pees (pjes) merupakan
bahasa Iran, sedangkan dalam bahasa Arab adalah fatah, kasroh dan dhomah
Di Indonesia ditemukan huruf sin yang tidak bergigi merupakan pengaruh
Iran, sebab huruf sin Arab adalah bergigi. Bulan Muharam merupakan
wafatnya Husen di Karballa, di Iran diperingati dengan mengadakan
upacara mengarak peti mati pada bulan Muharam ditemukan di
Minangkabau dan Aceh. Di Minagkabau bulan Muharam disebut juga bulan
Tabut (peti mati bahasa Persia), sedangkan di Aceh bulan itu disebut juga
bulan Asan Usen. Pendapat ini dikemukakan oleh Prof. Dr. P.A Hoesien
Djajadiningrat.
2) Islam Masuk ke Indonesia melalui Gujarat, Pendapat ini dibuktikan dengan
ditemukannya salah satu makam raja Islam Malikul Saleh yang meninggal
tahun 1927 M. Batu nisan di atas makam itu bertuliskan ayat-ayat Qur'an
dengan huruf Arab dan bentuknya sama dengan batu nisan yang ada di
Gujarat, yaitu ukiran-ukiran yang bercorak Hindu gaya Gujarat.
Berdasarkan bukti tersebut para ahli sejarah berpendapat bahwa agama
Islam yang mula-mula masuk ke Indonesia tidak langsung dibawa oleh
orang-orang yang datang dari Mekah, melainkan agama Islam itu mungkin
sekali datang melalui Gujarat, dan dibawa oleh para pedagang. Pendapat ini
dikemukakan oleh Dr. R.M. Soetjipto Wirjsoeparto.
3) Islam Masuk ke Indonesia melalui Mesir dan Mekkah, Agama Islam masuk
ke Indonesia bukan melalui Persia maupun Gujarat (India), melainkan
langsung dari Mekah dan melalui Mesir. Pendapat ini dikemukakan oleh
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) Adapun alasan-alasan yang
dikemukakan HAMKA adalah schahai berikut :
a. Ibnu Batutah seorang pengembara Muslim dari Magribi (Marokko)
dalam buku perjalanannya telah menyaksikan bahwa Raja Samudra
12
Pasai bermazhab Syafi'i. Mazhab Syafi'i yang terbesar pada waktu
itu ialah di Mesir, dan raja-raja tersebut selalu mengikuti
musyawarah ulama-ulama Syafi'i yang ada dalam kerajaannya
b. Gelar yang dipakai oleh raja-raja Pasai ialah gelar raja-raja Mesir,
yaitu Al Malik, yang tidak terdapat di Persia maupun di India.
Adapun gelar raja Persia dan India adalah gelar Syak yang baru
dipakai oleh raja-raja Malaka pada permulaan abad XV
c. Di Persia mazhab yang berpengaruh adalah Syah, dan di India
adalah mazhab Hanafiah. Kenyataannya di Indonesia mazhab Syiah
dan Hanafiah tidak banyak penganutnya, dan sampai sekarang
mazhab Syafi'ilah yang menguasai wilayah Indonesia ini
d. Sebelum Ibnu Batutah melawat ke Samudra Pasai sudah ada seorang
ulama Indonesia yang mengajar ilmu tasawuf di Aden, Arab, yang
namanya Syekh Abu Mas'ud Abdullah bin Mas'ud al Jawi Ini
menjadi bukti hubungan mencari ilmu pengetahuan Islam langsung
ke tanah Arab, bukan dari Malabar, Gujarat
e. Orang mengemukakan alasan, bahwa pengaruh India dapat
dibuktikan pada baru-batu nisan kuburan tua di Gresik dan Pasai.
Jika orang Islam Indonesia membeli batu nisan dari Gujarat karena
bagus bentuknya, bukanlah berarti bahwa mereka mempelajari
Islam dari Gujarat
f. Orang mengemukakan bahwa tasawuf dari India dan Persia sangat
besar pengaruhnya di Indonesia, karena itu Islam di Indonesia lain
dengan Islam di Arah, Menurut HAMKA bahwa corak berpikir
pemeluk Islam di seluruh dunia pada waktu itu baik di Asia
Tenggara, India, Persia, Arab. Syam, Baghdad, Mesir, semuanya
adalah corak tasawuf, yang sebagian besar ajarannya telah terlepas
atau menyeleweng dari ajaran Muhammad.
13
2.2.2 Inti Ajaran Islam
1) Islam sebagai Agama Tauhid, Inti ajaran Islam adalah tauhid, yaitu suatu
keyakinan bahwa Tuhan itu Esa segala-galanya. Allah merupakan satu-
satunya Tuhan pencipta, penguasa, dan pemelihara alam semesta. Allah itu
Esa segala-galanya, Esa dalam zatNya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam
wujud-Nya, Esa dalam perbuatannya. Allah tempat meminta makhluk-Nya,
Allah tidak beranak (melahirkan) dan tidak diberanakkan (dilahirkan), tidak
sesuatupun yang mampu menyamai-Nya.
2) Manusia adalah sama di sisi Allah, Agama Islam mengajarkan persamaan
dan persaudaraan di antara sesama manusia. Agama yang tidak
membedakan antara golongan bangsawan dan rakyat jelata. Semua manusia
adalah sama-sama hamba Allah, yang dipandang lebih di antara sesamanya
hanyalah karena taqwanya kepada Allah. Ajaran Islam mengemukakan
bahwa seseorang baru dikatakan iman dan taqwa kepada Allah, apabila ia
mencintai orang lain sebagaimana ia mencintai terhadap dirinya sendiri.
3) Iman, Islam dan Ikhsan, Iman,
a. Iman, yang dimaksud dengan iman adalah mempercayai akan adanya Allah
Yang Maha Esa dan Maha Kuasa, mempercayai Malaikat-Malaikat Allah,
mempercayai kitab yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, mempercayai
akan adanya Rasul-Rasul Allah sejak Nabi Adam sampai Rasul terakhir
yaitu Muhammad, dan percaya akan adanya hari akhir dan pembalasan, lalu
yang terakhir percaya akan adanya qodar baik hal yang baik maupun yang
tidak baik.
b. Islam, yang dimaksud dengan Islam ialah mengabdikan dan menyerahkan
diri kepada Allah dan tidak menserikatkan-Nya dengan apapun dan
siapapun, melaksanakan shalat, mengeluarkan zakat, melaksanakan puasa
pada bulan ramadhan, dan melakukan ibadah haji bagi mereka yang mampu
untuk melaksanakannya.
c. Ikhsan, yang dimaksud dengan ikhsan ialah bahwa manusia mengabdikan
diri atau menyerahkan kepada Allah seperti kita melihat Allah, seperti kita
berhadapan dengan Allah. Namun apabila kita tidak pernah melihat Allah
14
secara fisik, sebetulnya Allah Maha Melihat kepada kita. Allah Maha
Mengetahui dan Maha Melihat terhadap apa yang diperbuat manusia, baik
yang lahir maupun yang batin. Semua amal perbuatan manusia akan
mendapat balasan di hari kemudian di akhirat sesuai dengan amal
perbuatannya. Oleh karena itu berkaitan dengan ikhsan ini manusia
diperintahkan oleh Allah untuk berbuat amal saleh, manusia harus berbuat
baik terhadap Tuhan, manusia berbuat baik sesama manusia dan manusia
harus berbuat baik dengan lingkungannya. Jadi ikhsan ini merupakan
manifestasi dari iman dan Islam dalam berperilaku kehidupan sehari-hari
yang dihadapi manusia
2.2.3 Pendidikan
15
sangat lemah, dimana Bintaro menjadi ibu kotanya Dengan demikian
pengembangan pendidikan Islam lebih leluasa lagi, dan dari sinilah Islam
menyebar ke seluruh pelosok Pulau Jawa. Raden Patah mengorganisir para
wali untuk mengembangkan pendidikan Islam di daerah tertentu. misalnya
Sunan Giri bertugas untuk mengembangkan pendidikan Islam di Surabaya
dan Madura, bahkan sampai ke Makasar dan Ambon Sunan Gunung Jati
bertugas untuk mengembangpan pendidikan dan ajaran Islam di Jawa Barat,
beliau mendirikan kerajaan di Cirebon dan Banten, sehingga Pajajaran
dengan pelabuhannya Sunda Kelapa dapat ditaklukkan, kemudian di dirikan
Jayakarta pada tanggal 22 Juni 1927, yang sampai sekarang menjadi Jakarta.
2) Dasar dan Tujuan Pendidikan
a. Memiliki pengetahuan praktis yang sangat berguna untuk hidup di dunia
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
b. Memiliki pengetahuan keagamaan yang bersumber dari Al-Qur'an, Sunnah,
Ijma, Qiyas, karena Islam yang berkembang pada waktu adalah mazhab
Syafi'i dan Al-Gazali.
c. Menjadi manusia yang menjalankan ajaran Islam, manusia yang
mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah
3) Lembaga-Lembaga Pendidikan
4) Metode Pendidikan
16
b. Metode Halaqah, metode ini dilakukan secara klasikal, diberikan oleh Kyai
kepada guru-guru dan santi-santri yang pandai.
5) Ciri-Ciri Pendidikan
17
bertahan lama, karena pada akhirnya Belanda dapat mengusirnya, dan kemudian
mengambil alih harta kekayaan Gereja Katholik, termasuk lembaga pendidikannya,
dan diserahkan kepada misi zending Protestan.
a. Pendidikan Dasar
Sekolah-sekolah yang diselenggarakan VOC bercorak keagamaan. Sekolah
yang pertama di dirikan di Batavia dengan nama Batavische School pada
18
tahun 1617, dan pada tahun 1630 didirikan Burgerschool (sekolah warga
negara). Sekolah-sekolah tersebut merupakan pendidikan dasar dengan
tujuan untuk mendidik budi pekerti.
b. Sekolah Latin
Bahasa latin pada abad ke-17 di Eropa merupakan bahasa ilmiah, sehingga
muncul gagasan untuk mendirikan sekolah Latin di Batavia. Sekolah itu
dibuka pada tahun 1642, namun pada tahun 1651 mulai menyusut shingga
pada tahun 1656 ditutup. Pada tahun 1666 sekolah Latin di buka kembali,
namun hanya bertahan selama empat tahun dan akhirnya ditutup kembali.
c. Seminarium Theologica
VOC menganggap perlu untuk membuka seminarium untuk mendidik
calon-calon pendeta. Pendeta memiliki fungi ganda, yaitu sebagai ulama
dan sebagai guru. Sekolah ini di dirikan pada taun 1745. Muria-muridnya
disramakan dan belajar selama lima setengah jam sehari. sekolah dibagi
menjadi 4 kelas, dimana pada kelas; diberikan pelajaran membaca dan
menulls banasa Belanda, Melayu, Portugis, dan dasar-dasar agama Kristen.
Pada kelas II ditamban dengan banasa latin, dan pada kelas III ditambakan
bahasa Yunani dan Yahudi, Fisaia, Seka, in purbakala, dan kolas IV
merupakan pendalaman yang dilakukan olen Kepala Sekolah sendiri.
d. Akademi Pelayaran Academie der Merine)
Sokoliah imi di dirikan pada tahun 1743 dengan maksud untuk calon
perwira pelayaa sachings liya tida lama arena pada tahun 1755 diutp, dengan
alasan peminanya
19
akal, manusia tidak lagi merasa diawasi, dipengaruhi, dan ditentukan oleh
kemauan-kemauan atau dogma-dogma di luar dirinya, seperti kekuasaan Gereja.
Dogma- dogma Gereja yang yang irasionalnya tidak bisa dikritik, apalagi dibantah.
Seperti misalnya Galileo Galilei membantah dogma geocentris mempertahankan
teori heliocentris bernasib mengerikan harus berhadapan dengan tiang guletin.
20
penduduk pribumi dan menghapus perbudakan. Namun terhadap hal ini ia tidak
banyak memperhatikannya makan ia memerintah dengan tangan besi sehingga
banyak penduduk yang menderita daripada yang diperbaiki nasibnya. Hal ini
terbukti dengan melaksanakan sistem rodi (kerja paksa) dalam membuat jalan raya
dari Anyer sampai Pasuruan (Jawa Timur).
2) Ciri Persekolahan
Ada beberapa ciri persekolahan yang berlangsung pada zaman pemerintahan Hindia
Belanda, yaitu :
21
c) Golongan Bumi putra merupakan warga masyarakat kelas tiga.
Belanda masih membuat penggolongan terhadap Bumi Putra ini
menjadi golongan bangsawan dan golongan rakyat jelata.
b. Sekolah bersifat sekuler. Sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah harus bebas dari pelajaran agama apapun jadi tidak diberikan
ajaran/pelajaran agama di sekolah negeri hal ini sebagai pengaruh nyata dari
aufklarung.
c. Sekolah lebih banyak didasarkan kepada kebudayaan Barat daripada
didasarkan atas kebudayaan Indonesia.
d. Sekolah pemerintah kurang memperhatikan pelajaran keterampilan khusus
yang sangat bermanfaat sebagai bekal untuk hidup setelah keluar dari
sekolah. Sekolah cendeintelektualistis dan verbalistis.
e. Sekolah pemerintah kurang memperhatikan pendidikan kaum wanita,
terutama untuk kaum Bumi putra kolonial masih menganggap bahwa wanita
Bumi Putra tidak mendapatkan pendidikan, terutama pendidikan yang lebih
tinggi. Jadi, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan bagi kaum wanita
sangat kurang karena disamping pandangan penjajahan karena budaya
keraton dan bangsawan yang menganggap wanita memiliki pendudukan
rendah dibandingkan kaum pria.
3) Jenis-jenis Sekolah
a. Sekolah untuk orang Eropa
a) Sekolah Dasar, Sekolah dasar yang pertama untuk orang Eropa dibuka pada
24 Februari 1817 di Batavia dan pada tahun 1820 dikembangkan di Cirebon,
Semarang, Surakarta, Surabaya, dan Gresik. Sekolah tersebut bernama ELS
(Eropesche Lagere School).
b) Sekolah Lanjutan, untuk orang Eropa badu didirikan pada tahun 1860
dengan mendirikan Gymnasium (sekolah menengah) atas perintah Raja
Willem III, nama sekolah tersebut bernama Gynasium Willem III di
Batavia. Selanjutnya Gynasium ini dirubah namanya menjadi HBS (Hogere
22
Burger School) dengan lama pendidikan 5 tahun, yang didirikan pada tahun
1875 di Surabaya dan pada tahun 1877 di Semarang.
23
c) Sekolah Lanjutan, untuk Bumi putra pada abad ke-19 belum didirikan,
pada abad ke-20 yaitu pada tahun 1914 berdiri MULO dan pada tahun
1919 AMS.
c. Sekolah Kejuruan
Pada abad ke-19 pemerintah Hindia Belanda tidak mendirikan sekolah kejuruan
untuk Bumi Putra. Pada mulanya sekolah-sekolah ini didirikan oleh swasta.
24
2.3.4 Pendidikan Hindia Belanda Sejak 1990
1) Lahirnya Politik Etis, Sejak permulaan abad ke-20 di seluruh dunia terjadi
perubahan-perubahan, terutama dalam bidang politik, ekonomi, dan bidang
ideologi, serta perkembangan pengetahuan, demikian pula di Indonesia.
Bangsa Belanda yang mencetuskan ide atau gagasan tersebut ialah Van de
Venter dengan mottonya de Eereschuld (hutan kehormatan). Politik etis ini
ditujukan demi kepentingan Bumi Putra dengan cara memajukan penduduk asli
dengan cara Barat (pendidikan Barat). Selogan yang terkenal dari politik etis ini
adalah : Edukasi, Irigasi, dan Imigrasi. Munculnya politik etis pemerintah kolonial
Belanda berusaha memperbaiki pendidikan untuk Bumi Putra, terutama dalam
waktu sekitar 20 tahun sejak 1900.
25
a. Pendidikan dan pengetahuan Barat diterapkan sebanyak mungkin bagi
golongan Bumi Putra, sehingga diharapkan bahasa Belanda dapat dijadikan
bahasa pengantar setiap jenis sekolah.
b. Pendidikan rendah bagi golongan Bumi Putra disesuaikan dengan
kebutuhan mereka.
26
2) Sekolah Bumi Putra (Inlandscheschool) Kelasa satu (Eerste Klasse),
terdiri dari 2 macam :
Sekolah Cina Belanda (HCS : Holandch Chinee School), yaitu
sekolah rendah untuk anak-anak keturunan Cina yang didirikan
pada tahun 1908 dan lama pendidikannya 7 tahun.
Sekolah Bumi Putra Belanda (HIS : Holandsch Inland School), yaitu
sekolah rendah untuk golongan penduduk Indonesia asli, terutama
dari golongan bangsawan, tokoh terkemuka, pegawai negeri.
Didirikan pada tahun 1914 dan lama pendidikannya 7 tahun.
b) Sekolah Rendah dengan bahasa pengantar bahasa Daerah
1) Sekolah Bumi Putra Kelas Dua (Inlandsche School Tweede Klasse)
yang disediakan bagi Bumi Putra. Lama sekolah 5 tahun.
2) Sekolah Desa (Volksschool) bagi anak Bumi Putra, didirikan pada tahun
1907 dan lama sekolah 3 tahun.
3) Sekolah Lanjutan (Vervolgschool) lanjutan dasar sekolah desa,
diperuntukkan bagi Bumi Putra. Didirikan pada tahun 1914 dan lama
sekolah 2 tahun.
c) Sekolah Peralihan (Schakeschool), sekolah peralihan dari sekolah desa ke
sekolah dasar berbahasa pengantar bahasa Belanda yang diperuntukkan bagi
Bumi Putra dan lama sekolah 5 tahun.
27
menjadi 2 jurusan yaitu : Bagian A, jurusan pengetahuan Kebudayaan (A1
: Sastra Timur, A2 : Klasik Barat). Bagian B, jurusan pengetahuan Alam.
c) HBS (Hogere Burger School) merupakan sekolah tinggi warga negara,
sebagai kelanjutan dari ELS yang disediakan untuk golongan Eropa,
bangsawan Bumi Putra, atau tokoh-tokoh terkemuka. Bahasa pengantar
bahasa Belanda, berorientasi ke Eropa Barat Belanda). Didirikan pada tahun
1860 dan lama pendidikan 3 tahun.
28
e) Pendidikan Pertanian (Landbouw Onderwijs). Lulusan sekolah ini selain
untuk keperluan penduduk asli yang agraris, juga untuk keperluan
perusahaan-perusahaan perkebunan Eropa yang mempergunakan pekerja
dan pengawas Bumi Putra. Sekolah ini di dirikan pada tahun 1903 yang
menerima lulusan sekolah dasar berbahasa pengantar bahasa Belanda. Pada
tahun 1911 berdiri Sekolah Pertanian Menengah Atas (Middelbaar
Landbouwsschool) yang menerima lulusan MULO dan HBS, lama belajar
3 tahun.
f) Pendidikan Kejuruan Kewanitaan (Meisjes Valkonderwijs). Merupakan
pendidikan kejuruan temuda yang dipengaruhi oleh gagasan RA Kartini.
Dipelopori oleh usaha swata tahun 1918 di dirikan Sekolah Kepandaian
Putri (Lagere Nijverheinschool Voor Meisjes). Lama belajar 3 tahun
menerima lulusan HIS, HCS dan Schakelschool.
g) Pendidikan Keguruan (Kweekschool). Sekolah ini sudah berdiri lama sejak
pertengahan abad ke 19 (1852) di Surakarta. Pada abad ke-20 sesuai
dengan perkembangan dan kemajuan di bidang pendidikan, pendidikan
guru juga mengalami perubahan seperti berikut:
Normaalschool, merupakan sekolah guru dengan lama pendidikan 4
tahun. menerima lulusan sekolah dasar lima tahun berbahasa pengantar
bahasa daerah.
Kweekschool, adalah sekolah guru 4 tahun menerim lulusan sekolah
dasar, berbahasa pengantar bahasa Belanda.
Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK), sekolah guru 4 tahun,
berbahasa pengantar Belanda, bertujuan menghasilkan guru untuk
HIS/ICS.
29
tinggi baik melalui swasta maupun pemerintah. Pengabil inisiatif adalah
kalangan Indo Eropa pada mulanya, namun kemudian didukung oleh orang-
orang Indonesia dan orang Belanda pengikut Van Deventer (Etische Koers).
a) Pendidikan Tinggi Kedokteran, Lembaga ini merupakan pengembangan
dari Sekolah Dokter Jawa yang sudah berdiri sejak 1815, lama belajar 2
tahun dan hanya berasal dari lulusan Sekolah Dasar 5 tahun. Pada tahun
1902 Sekolah Jawa dirubah menjadi STOVIA (School Tot Opleiding Van
Indische Artsen) yang menerima lulusan ELS, dan berbahasa pengantar
bahasa Belanda, dengan lama belajar 7 tahun. Di samping STOVIA di
Jakarta, di Surabaya pada tahun 1913 di dirikan NIAS (Nederlansch
Indische Artsenschool), dengan syarat dan lama belajar sama seperti di
STOVIA Baru pada tahun 1927 di Jakarta didirikan Sekolah Tinggi
Kedokteran (Geneeskundige Hogerschool), lama belajar 6 tahun setelah
lulus AMS atau HBS.
b) Pendidikan Tinggi Hukum, sudah dimulai sejak didirikan Sekolah Humum
(Rechtsshool) pada tahun 1909 di Jakarta. Lama pendidikan selama 3 tahun,
berbahasa Belanda, dan menerima lulusa ELS. Baru pada tahun 1924,
sekolah hukum yang berkedudukan di Jakarta dijadikan Sekolah Hukum
Tinggi (Rachts Hogeschool), menerima lulusan AMS dan HBS, dan lama
belajarnya 5 tahun.
c) Pendidikan Tinggi Teknik, yang betul memenuhi syarat sebagai perguruan
tinggi ialah tahun 1920, dengan di dirikannya Sekolah Teknik di Bandung
atas prakarsa lembaga Koninklijk Institut Voor Indische Ambtrenaren.
Menerima lulusan AMS, HBS, dan lama belajarnya 5 tahun.
30
c. Pendidikan didasarkan atas kebudayaan Eropa, tidak atas dasar kebudayaan
Indonesia
d. Pendidikan bersifat intelektual verbalistis.
1) Muhammadiyah
a. Situasi yang mendorong lahirnya Muhammadiyah
a) Situasi Politik
Pada tahun 1848 di negeri Belanda terjadi perubahan politik dengan menganut
faham liberalisme. Dengan liberalismenya Belanda berusaha untuk memperbaiki
kehidupan bangsa Indonesia, melalui "Ethischool Koers" sebagai gagasan dari Van
Deventer, yang mencakup: Edukasi, irigasi, dan transmigrasi. Bagaimanapun
Belanda adalah penjajah, bahwa dengan adanya pembaharuan politik tidak berarti
mereka akan memerdekakan Indonesia, bagaimanapun Belanda bertujuan untuk
menegakkan kolonialisme, hanya caranya yang berbeda. Sejak tahun 1900,
memang Belanda berusaha memperbanyak usaha pendidikan, namun di balik itu
dengan menggiatkan usaha pendidikan, memberi peluang yang sangat besar kepada
lembaga-lembaga keagamaan seperti Zending dan Misinaris untuk mengkristenkan
bangsa Indonesia melalui pendidikan. Hal ini memungkinkan dengan diangkatnya
AWF Indenburg menjadi Gubernur Jenderal, dimana ia menjalankan politik
pengkristenan yang lebih dikenal dengan "Kerstening politik Van der Heer
Idenburg" (Solichin Salam, 1965).
31
Dengan politik yang dijalankan Idenburg untuk memelihara agar penjajahan
Belanda tetap berlangsung di Indonesia, ia memandang perlu untuk mengkristenkan
bangsa Indonesia. Dalam rangka usahanya untuk mensukseskan politik
kolonialnya, pemerintah kolonial Belanda tidak hanya membantu dari segi moril,
akan tetapi juga materil dan finansil kepada Zending (Protestan) dan Missi
(Katholik). Bahkan pemerintah Belanda sengaja menyerahkan sebagian besar
usaha-usaha pendidikan kepada lembaga swasta tersebut. Dengan sengaja
pemerintah Belanda menggunakan kegiatan-kegiatan Zending dan Missi untuk
kepentingan kolonialnya.
b) Ekonomi Rakyat
Ajaran Islam telah tercampur dengan ajaran yang tidak bersumber dari Al-Qur'an
dan Sunnah Nabi. Masyarakat Islam hidup dalam kebekuan, dalam arti terjebak
pada ajaran-ajaran atau dogma-dogma agama yang kaku, tidak mampu beradaptasi
dengan situasi dan kondisi, ajaran Islam berkembang dalam suasana taklid buta.
Selain itu, merajarela perbuatan bid'ah, syirik, khurafat.
Hal tersebut antara lain disebabkan masih besarnya pengaruh ajaran mistik yang
tidak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Sisa-sisa pengaruh kepercayaan sebelum
Islam (Hinduisme, Budhisme, Animisme) masih kuat dalam kehidupan masyarakat.
32
Sehingga dengan demikian kehidupan masyarakat (Islam) sudah jauh menyimpang
dari tuntunan dan kemurnian cita-cita ajaran Islam. Kepercayaan hidup masyarakat
tidak didasarkan atas ajaran Tauhid sebagai landasan dan dasar pokok ajaran Islam.
Taman siswa didirikan oleh R.M. Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara)
dengan Ki Pronowidigo, Sutatmo Suryokusumo pada tanggal 3 Juli 1922
2) Dasar Pendidikan Taman Siswa, yaitu berdasrkan Kodrat Alam yang artinya
memberikan keyakinan akan adanya kekuatan kodrat pada manusia, lalu
33
berdasarkan kemerdekaan, kemerdekaan merupakan syrat pokok yang mutlak
adanya pada tiap usaha pendidikan, kebangsaan, kebudayaan dan kemanusiaan.
34
Landasan idiil pendidikan pada zaman Jepang disebut Hakko Ichiu, yaitu bangsa
Indonesia bekerjasama dengan bangsa Jepang dalam rangka mencapai kemakmuran
bersama Asia Raya. Tujuan pendidikan di Indonesia adalah menyediakan tenaga
sukarela dan prajurit-prajurit untuk membantu peperangan bagi kemenangan
Jepang dalam melawan tentara sekutu yaitu Inggris dan Amerika Serikat. Oleh
karena itu, para pelajar diharuskan mengikuti latihan fisik, latihan kemiliteran, dan
indoktrinasi yang ketat.
2) Sistem Persekolahan
a. Sekolah Rakyat 6 tahun (Kokumin Gakko), SMP 3 tahun (Koto Chu Gakko)
b. Sekolah Menengah Tinggi 3 tahun (Kogya Semmon Gakko). Pada zaman
Jepang didirikan Sekolah Pelayaran dan Sekolah Pelayaran Tinggi.
35
e. Diskriminasi menurut golongan penduduk, keturunan dan agama ditiadakan
sehingga semua lapisan masyarakat mendapat kesempatan yang sama dalam
bidang pendidikan.
f. Bangsa Indonesia dilatih dan dididik untuk memegang jabatan pimpinan
walaupun di bawah pengawasan orang-orang Jepang.
g. Sekolah-sekolah diseragamkan dan di negerikan, walaupun sekolah-sekolah
swasta seperti Muhammadiyah, Taman Siswa, dan sekolah-sekolah Missi-
Zending diizinkan terus berkembang tetapi di bawah pengaturan dan
diselenggarakan sesuai dengan sekolah negeri.
36
5. Memberi semangat kebangsaan kepada semua murid.
37
1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran
2. Memilih pengajaran yang akan diikuti adalah bebas
3. Mengajar adalah bebas, dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa
yang dilakukan terhadap itu menurut peraturan perundang-undangan.
Pancasila sebagai dasar Negara Federal Republik Indonesia Serikat (RIS), terdiri
atas rumusan sebagai berikut:
Setelah melalui proses yang sangat panjang antara lain melalui Kongres
Pendidikan Indonesia di Solo (1947) di bawah pimpinan Prof. Sunarya Kalapaking
yang bertujuan meninjau kembali berbagai masalah pendidikan/pengajaran, Usaha
Panitia Pembentukan Rencana Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran
(1948) yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara, serta Kongres Pendidikan di
Yogyakarta (1949), maka lahirlah UU No 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar
Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah untuk seluruh Indonesia yang diundangkan
pada tanggal 4 April 1950. UU ini diberlakukan untuk seluruh wilayah Negara
kesatuan II yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1950, melalui UU No. 12 Tahun
1954 tentang pernyataan berlakunya Undang-Undang No 4 Tahun 1950 dari
38
Republik Indonesia dahulu tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di
Sekolah untuk seluruh Indonesia. Beberapa pasal dalam UU No. 4 Tahun 1950
menyatakan:
39
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan untuk mengadakan pembaharuan
pendidikan dan pengajaran sebagai berikut:
40
g. Kewajiban sekolah lambat laun dijalankan dengan ketentuan, bahwa dengan
tempo yang sesingkat-singkatnya paling lama 10 tahun bisa berlaku dengan
sempurna dan merata (6 tahun sekolah untuk tiap-tiap anak Indonesia).
h. Pengajaran teknik dan ekonomi terutama pengajaran: pertanian, industri,
pelayaran dan perikanan hendaknya mendapat perhatian istimewa).
i. Pengajaran kesehatan dan olah raga hendaknya teratur sebaik-baiknya
hingga kemudian menghasilkan kecerdasan rakyat yang harmonis.
j. Di sekolah rendah tidak dipungut uang sekolah, untuk Sekolah Menengah
dan Perguruan Tinggi hendaknya diadakan aturan pembebasan biaya dan
tunjangannya yang luas, sehingga soal keuangan jangan menjadi halangan
bagi pelajar-pelajar yang kurang mampu. (Redja Mudyahardjo, 2002)
41
10) Keyakinan bahwa Negara memerlukan wara Negara yang rajin bekerja, tahu
pada kewajibannya, jujur dalam pikiran dan tindakannya.
1) Pendidikan Masyarakat
42
Dalam mengatasi kekurangan gedung sekolah, Pemerintah melakukan upaya-
upaya melalui cara berikut :
2) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi terdiri atas 2 macam, yaitu pendidikan tinggi republik dan
pendidikan tinggi di daerah penduduk Belanda. Pendidikan tinggi yang
diselanggarakan pada masa ini, antara lain :
43
(4) Sekolah Tinggi Islam Indonesia;
(5) Universitas Gajah Mada didirikan pada 19 Desember 1949.
g. Solo dan Klaten memiliki 4 jenis PT, yakni :
(1) Sekolah Tabib Tinggi (Perguruan Tinggi Kedokteran II) didirikan pada
Maret 1946 di Solo;
(2) Sekolah Tabib Tinggi (PT Kedokteran I) didirikan pada Maret 1946 di
Klaten;
(3) Sekolah Tinggi Farmasi; dan
(4) Sekolah Tinggi Pertanian, didirikan pada September 1946 di Klaten.
h. Setelah pengakuan kedaulatan tahun 1949, Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah
Tabib Tinggi, Sekolah Tinggi Pertanian dan Akademik Politik dimasukkan
ke dalam Universitas Gajah Mada. Akademik Polisi dipindahkan ke Jakarta
dengan nama Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
i. Pada tahun 1946 didirikan suatu “universitas darurat” (Nood Universiteit).
Pemerintah Belanda secara resmi mengganti nama universitas darurat
dengan Universiteit van Indonesie, Maret 1947.
44
kebudayaan, kementerian pembangunan, dan pemuda tidak lama lagi akan
membuka sekolah sekolah peralihan di Yogjakarta, Surabaya, Magelang, Madiun,
dan beberapa tempat lainnya jika dipandang perlu dan mungkin. Sekolah-sekolah
peralihan yang akan diadakan yaitu :
4) Kurikulum Pendidikan
Salah satu hasil dari Panitia Penyelidik Pengajaran, yang berkenaan dengan
kurikulum, menetapkan bahwa setiap rencana pelajaran (kurikulum) pada setiap
jenjang pendidikan sekolah hendaknya meningkatkan kesadaran bernegara dan
bermasyarakat, meningkatkan pendidikan jasmani, dan meningkatkan pendidikan
watak
45
Pekerti, Pendidikan Agama Kurikulum SMP 1947 mencakup 9 (Sembilan)
kelompok mata pelajaran, yang terdiri atas:
46
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
47
Sekolah yang pertama di dirikan di Batavia dengan nama Batavische School
pada tahun 1617, dan pada tahun 1630 didirikan Burgerschool (sekolah warga
negara).
Sekolah Dasar, Sekolah dasar yang pertama untuk orang Eropa dibuka pada
24 Februari 1817 di Batavia dan pada tahun 1820 dikembangkan di Cirebon,
Semarang, Surakarta, Surabaya, dan Gresik.
48
DAFTAR PUSTAKA
Robandi, B., & Syaripudin, T. (2023). Landasan Pendidikan. (D. Haryadi, Ed.)
Bandung: UPI Press.
49