Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah
memberikan rahmat serta karuniaNya kepada kita semua sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu dengan judul “Sejarah Pendidikan
di Indonesia”.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial,
munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang
terutama mengandalkan perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa
(terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan
oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan
abad ke-20; Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
(1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa
pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai
sekarang.
1
4. Bagaimana pendidikan di Indonesia pada masa Islam?
1.3 Tujuan
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4 Manfaat
Makalah ini ditulis dengan tujuan agar dapat memberikan gambaran umum
kepada masyarakat luas tentang sejarah pendidikan di Indonesia, sehingga
pendidikan dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran. Selain itu juga
diharapkan dapat menambah kepustakaan tentang pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menjadi murid-muridnya adalah para anak raja dan bangsawan; kedua adalah guru
(perguruan) pertapa, di sini yang menjadi murid-muridnya berasal dari kalangan
rakyat jelata. Namun demikian para guru pertapa juga biasanya selektif dalam
menerima seseorang untuk menjadi muridnya. Ini antara lain merupakan implikasi
dari feodalisme yang berkembang saat itu.
Tujuan pendidikan pada umumnya adalah agar para peserta di didik menjadi
penganut agama yang taat, mampu hidup bermasyarakat sesuai tatanan masyarakat
yang berlaku saat itu, mampu membela diri dan membela negara. Kurikulum
pendidikannya meliputi agama, bahasa sansekerta termasuk membaca dan menulis
(huruf Palawa), kesusasteraan, keterampilan memahat atau membuat candi, dan
bela diri (ilmu berperang). Sesuai dengan jenis lembaga pendidikannya
(perguruan), maka metode atau cara-cara pendidikannya pun adalah “Sistem Guru
Kula”. Dalam sistem ini murid tinggal bersama guru di rumah guru atau asrama,
murid mengabdi dan sekaligus belajar kepada guru.
4
Sriwijaya antara tahun 670 dan 692, ia menyebutkan betapa mashurnya Sriwijaya
sebagai pusat agama Budha.
Bukti lain majunya pendidikan pada masa itu antara lain pada candi
Borobudur terdapat arca “Dhayani Budha” yang bersikap “Dama Cakra Madya”
yang kedua tangannya bersilang di dada yang merupakan symbol atau motto
“bahwa setiap orang hidup itu haruslah belajar” kawi nagarq kartanegaradan juga
terdapat Candi Mendut, dan Kalasan yang merupakan pusat-pusat pendidikan
agama Budha. Perhatikan hasil sastra yang ditulis para empu (pujangga) yang
bermutu tinggi. Contoh: Pararaton, Negara Kertagama, Arjuna Wiwaha, dan
Baratayuda. Para pujangga yang terkenal antara lain Empu Kanwa, Empu Seddah,
Empu Panuluh, dan Empu Prapanca. Pada kitab yang dikarang Empu Prapanca
yang menyatakan “bahwa setiap perjalanan hayam wuruk kedaerah-daerah selalu
menyempatkan diri kesekolah-sekolah untuk melihat kegiatan belajar mengajar
dilembaga pendidikan tersebut.
5
2.2 Pendidikan Pada Masa Islam
Pendidikan berlandaskan ajaran Islam dimulai sejak datangnya para
saudagar asal Gujarat India ke Nusantara pada abad ke-13. Di pulau Jawa, pusat
penyebaran Islam membentang mulai Banten, Cirebon, Demak hingga ke Gresik.
Lama kelamaan, bersamaan dengan pudarnya kerajaan-kerajaan Hindu, ajaran
Islam makin berkembang dengan baik di pesisir maupun di pedalaman pulau-pulau
Jawa dan Sumatera.
Pada masa itu ada 2 tipe guru, pertama adalah guru untuk kalangan keraton
dan bangsawan yang di undang atau tinggal di lingkungan keratin untuk mengajar
putra raja dan ksatria lainnya. Yang kedua, guru pertama yang menyendiri bertapa
sambil belajar, serta meneladani ilmu-ilmu ketuhanan dan ilmu lainnya, muridnya
berasal dari kalangan bangsawan.
A. Pendidikan di Langgar
Pengajian Al-Qur’an pada pendidikan Langgar ini dapat dibedakan atas dua
tingkatan yaitu :
6
1. Tingkatan rendah, yaitu merupakan tingkatan pemula, yaitu di mulai dengan
sampai bisa membacanya yang diadakan pada tiap-tiap kampung.
Kepada para jamaaah dalam bidang yang berkenaan dengan aqidah, ibadah
dan akhlak. Sedangkan pengajian untuk anak-anak berpusat kepada pengajian Al-
Qur’an menitik beratkan kepada kemampuan membacanya dengan baik sesuai
dengan kaedah-kaedah bacaan dan juga diberi pendidikan keimanan ibadah dan
akhlak.
B. Pendidikan Pesantren
7
a. Tingkat dasar.
b. Menengah
c. Tinggi.
d. Takhassus.
- Kyai.
- Santri.
- Masjid.
- Pondok.
8
C. Pendidikan Madrasah
2. Sebagai Sekolah Dasar, dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan
membaca huruf Arab, Ilmu agama, bahasa Melayu, akhlak dan sejarah Islam.
2. Sebagai tempat sholat tarawih dan tempat membaca Al-Qur’an di bulan puasa.
4. Tempat menyerahkan zakat fitrah pada hari menjelang Idhul Fitri / bulan puasa
7. Letak madrasah harus berbeda dengan letak rumah, supaya orang segera dapat
mengetahui mana yang rumah atau meunasah dan mengetahui arah kiblat sholat.
9
antaranya adalah Franciscus Xaverius, berpendapat bahwa untuk memperluas
penyebaran agama Khatolik itu perlu sekali didirikan sekolah-sekolah.
Sekolah pertama didirikan VOC di Ambon pada tahun 1607. Sampai dengan
tahun 1627 di Ambon telah berdiri 16 sekolah, sedangkan di pulau-pulau lainnya
sekitar 18 sekolah. Kurikulum pendidikannya berisi pelajaran agama Protestan,
membaca dan menulis. Kurikulum pendidikan belum bersifat formal (belum
tertulis), dan lama pendidikannya pun tidak ditentukan dengan pasti. Murid-
muridnya berasal dari anak-anak pegawai, sedangkan anak-anak rakyat jelata tidak
diberi kesempatan untuk sekolah. Pada awalnya yang menjadi guru adalah orang
10
Belanda, kemudian digantikan oleh penduduk pribumi, yaitu mereka yang
sebelumnya telah dididik di Belanda.
11
sedangkan anak-anak rakyat jelata tidak diperkenankan. Penyelenggaraan
pendidikan bagi kalangan bumi putera yang dicanangkan sejak 1848 mengalami
hambatan karena kekurangan guru dan mengenai bahasa pengantarnya. Maka pada
tahun 1852 didirikanlah Kweekschool (sekolah guru) pertama di Surakarta, dan
menyusul di kota-kota lainnya. Sekolah ini pun hanyalah untuk anakanak golongan
priyai.
5) Pada tahun 1863 dan 1864 keluar kebijakan bahwa penduduk pribumi pun boleh
diterima bekerja untuk pegawai rendahan dan pegawai menengah di kantor- kantor
dengan syarat dapat lulus ujian. Syarat-syarat ini ditetapkan oleh putusan Raja pada
tgl. 10 September 1864. Demi kepentingan itu di Batavia didirikanlah semacam
sekolah menengah yang disempurnakan menjadi HBS (Hogere Burger School).
8) Tahun 1893 keluar kebijakan diferensiasi sekolah untuk Bumi Putera, yaitu
Sekolah Kelas I untuk golongan priyai, sedangkan Sekolah Kelas II untuk golongan
rakyat jelata.
9) Setelah dilaksanakannya Politik Etis, pada tahun 1907 Gubernur Jenderal Van
Heutsz mengeluarkan kebijakan tentang pendidikan Bumi Putera: pertama,
mendirikan Sekolah Desa yang diselenggarakan oleh Desa, bukan oleh
Gubernemen. Biaya dsb. menjadi tanggung jawab pemerintah desa; kedua,
memberi corak sifat ke-Belanda-an ada Sekolah Kelas I. Maka tahun 1914 Sekolah
Kelas I diubah menjadi HIS (Holands Inlandse School) 6 tahun dengan bahasa
pengantar bahasa Belanda. Sedangkan Sekolah Kelas II tetap bernama demikan
atau disebut Vervoleg School (sekolah sambungan) dan merupakan lanjutan dari
Sekolah Desa yang didirikan mulai tahun 1907. Akibat dari hal ini, maka anak-anak
pribumi mengalami perpecahan, golongan yang satu merasa lebih tinggi dari yang
lainnya.
12
10) Pada tahun 1930-an usaha perluasan pendidikan bagi Bumi Putera mengalami
hambatan. Surat Menteri Kolonial Belanda Colijn kepada Gubernur Jenderal de
Jonge pada 10 Oktober 1930 menyatakan bahwa perluasan sekolah negeri jajahan
terutama untuk kaum Bumi Putera akan sulit karena kekurangan dana.
Tilaar (1995) mengemukakan lima ciri pendidikan zaman kolonial Belanda, yaitu:
13
gekkoo” (sekolah rendah) lama belajarnya 6 tahun. Selanjutnya, ada “TYUU
Gakkoo” (sekolah menengah pertama) 3 tahun “Kootoogakkoo”. Sedang sekolah
pendidikan gurunya ialah Kyoin Yoogoi sho (sekolah guru B) lamanya 4 tahun dan
si han Gakkoo (sekolah guru atas).
- Kerja bakti; kinrohosi, cari iles-iles : nama jarak cari besi tua
• Keuntungan
A. Muhammadiyah
14
Muhammadiyah untuk menyebarkan agama, kemudian membuka dan
menyelenggarakan pendidikan, baik sebagai sarana untuk menerdaskan bangsa
yang dibodohi oleh pemerintah Belanda maupun sebagai sarana menyebarkan syiar
islam.
B. Taman Siswa
15
Siswa diberi nama National Onderwijs Instituut Taman siswa dengan Taman
Indriya sebagai tingkat terendah.
C. Pendidian Ma’arif
D. INS Kayutanam
Kayutanam adalah suatu kota kecil dekat Padang Panjang. Di sanalah pada
tahun 1926 didirikan Indonesische Nederlandche School (INS), yang kemudian
dikenal dengan INS Kayutanam. Pendirinya adalah Muhammad Syafei (1896-
1966) bersama Marah Soetan.
16
organisasi agama, Muhammadiyah di Yogyakarta dengan nama persatuan guru
hindia belanda (PGHB) yang diketuai oleh Karto Soebroto. Organisasi ini
merupakan dari guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan pemilik sekolah
kemudian Vereniging Inlands Personeel (VIPBOW), Perserikatan Pegawai
Pengadaian Hindia Belanda (PPPHB).
Pada tahun 1932 persatuan guru hindia belanda (PGHB) berubah menjadi
persatuan guru Indonesia (PGI). Perubahan nama ini suatu langka berani penuh
risiko, karena mengusung nama “Indonesia” di mana belanda tidak suka dengan
kata tersebut yang dianggap mengorbangkan semangat nasionalisme yang tinggi
serta dorongan untuk hidup merdeka menjadikan organisasi ini tetap eksis sampai
pemerintahan kolonial belanda berakhir.
Dari penjelasan diatas dapat dikatsakan bahwa peran guru pada masa
penjajahan sangat penting dan mempunyai nilai yang strategis dalam
membangkitkan semangat kebangsaan Indonesia menuju cita-cita kemerdekaan.
Dengan peran guru sebagai pengajar dan pendidik yang berhadapan langsung
dengan para siswa, maka guru bisa secara langsung menanamkan jiwa nasionalisme
dan menekankan arti penting sebuah kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
17
Belanda untuk mempengaruhi golongan guru dan memecah belah penduduk
Indonesia, bukan hanya dalam pendidikan, namun juga dalam kehidupan social-
ekonomi.
Pendidikan rendah atau bisa disebut sekolah dasar, di bagi menjadi 2 yaitu:
Sekolah kelas 1 untuk anak priyayi (bangsawan) dan anak pemerintah belanda
a. MULO (Meer Uit gebreid lager school), sekolah tersebut adalah kelanjutan dari
sekolah dasar yang berbasa pengantar bahasa Belanda. Lama belajarnya tiga sampai
empat tahun. Yang pertama didirikan pada tahun 1914.
c. HBS (Hoobere Burger School) atau sekolah warga Negara tinggi adalah sekolah
menengeh kelanjutan dari ELS yang disediakan untuk golongan Eropa, Didirikan
pada tahun 1860.
18
b. Sekolah pertukangan (Ambachtsschool) adalah sekolah pertukangan berbahasa
pengantar Belanda.
2.7 Hubungan Antara PGHB, Boedi Oetomo serta Asuransi Bumi Putera
Pada kongres pertamanya di kota Magelang tanggal 12 Februari 1912,
terbentuklah kepengurusan besar PGHB. Bersama dengan kongres tersebut
dibentuklah perusahaan asuransi jiwa nasional yang pertama, Onderlinge
Levensverzekering Maatschappij P.G.H.B., disingkat O.L. Mij. PGHB yang
kemudian hari menjadi Asuransi Jiwa Bumipoetra (AJB Bumipoetra) 1912 sebagai
usaha memperjuangkan nasib anggotanya yang terdiri dari berbagai pangkat dan
latar belakang pendidikan yang berbeda.
19
usaha yang berwawasan sosial ekonomi, bahkan sebelum Sarekat Dagang Islam
lahir.
Perpecahan ini sangat buruk akibatnya bagi guru, antara lain martabat guru
menjadi turun dan mereka tidak kompak lagi dalam memperjuangkan statusnya.
20
2.8 Lahirnya PGRI dan Kongres PGRI
PGRI lahir tanggal 25 November 1945, hanya berselelang tiga bulan setelah
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Semangat dan suasana batin perjuangan
kemerdekaan Indonesia turut membidani lahirnya PGRI. Pada perkembangan
selanjutnya semangat kemerdekaan itu senantiasa mewarnai perjuangan PGRI.
Bertempat disekolah Guru Putri (SGP) Surakarta diselenggrakan Kongres I PGRI
dari tanggal 24-25 November 1945. Pada konngres itu disepakati berdirinya PGRI
sebagai wahana persatuan dan kesatuan segenap guru di seluruh Indonesia.
Pendirinya antara lain :
7. Anggota : Soetono
Sejarah pertumbuhan PGRI dari masa ke masa dapat di lacak dari hasil-hasil
kongres yang satu ke kongras berikutnya. Akan tampak bahwa PGRI sangat lekat
dengan situasi kehidupan politik pada zamanya, bahkan dapat di katakan bahwa
sejarah pertumbuhan PGRI tidak ubahnya dengan sejarah” politik bangsa”.
Kongres I PGRI di laksanakan di Surakarta (Solo), Jawa Tengah pada Tanggal 23-
25 November 1945, yang menghasilkan:
21
a. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.
Kongres ke II PGRI di adakan di Surakarta (Solo) Jawa Tengah pada Tanggal 21-
23 Desember 1946, yang menghasilkan :
Kongres ke III PGRI di adakan di Madiun Jawa Timur pada Tanggal 27-29 Februari
1948, menghasilkan :
a. Mulai terbir majalah PGPI (Guru sarana kemudian berubah menjadi Suara
Guru).
b. PGRI yang telah bersatu kembali, tetap AD/ART ke 1 dari kongres PGRI 1
22
b. Pendidikan Agama di sekolah mulai dibicarakan.
Kongres PGRI ke-6 diadakan di Malang pada tanggal 24-30 November 1952
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Pendidikan Indonesia di masa kerajaan terbagi atas dua yaitu kerajaan Hindu-
Budha dan kerajaan Islam
2. Pendidikan Indonesia di masa penjajahan bangsa barat 350 tahun lalu dimulai
pada masa pemerintahan Belanda
- non partai politik, bukan partai politik, tidak terkait dan atau mengikat diri pada
kekuatan organisasi/partai politik manapun.
5. PGRI bertujuan :
24
3.2 Saran
Dengan mengetahui sejarah pendidikan diharapkan calon pendidik dapat
memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang pendidikan Indonesia di
masa kerajaan, pendidikan Indonesia di masa penjajahan bangsa barat 350 tahun
lalu, pendidikan Indonesia zaman penjajahan Jepang dan pendidikan Indonesia
pada zaman kemerdekaan sehingga tujuan untuk menumbuhkembangkan potensi
kemanusiaan dapat dilakukan dengan tepat dan benar.
25
DAFTAR PUSTAKA
Sabarudin, M. 2015. Pola dan Kebijakan Pendidikan Islam Masa Awal dan
Sebelum Kemerdekaan. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati. Jurnal Tarbiya
Volume: 1 No: 1 - 2015 (139-174)
Uncha, “Perjuangan Guru Dimasa Penjajahan Dan Lahirnya PGRI”, April 2013
(http://deeuncha.blogspot.co.id/2013/04/perjuangan-guru-dimasa-penjajahan-
dan.html)
26