Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH METALURGI

PEMANFAATAN LIMBAH GALVANIZING

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Faiz Izzatillah 3334170093
Laila Chusnul Chotimah 3334170043
Tamara Emylia Suci Nurarista 3334170084
Slamet Tribudi Prakoso 3334170004
Fajri Refani Hadi 3334160050
Yumna Anbar Muna 3334170069
Rachmat Suryana 3334170019

TEKNIK METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON
2020
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Galvanizing ........................................................................................2

2.2 Pemanfaatan Limbah Galvanizing................................................................3

2.2.1 Pengolahan Seng Dross menjadi Seng Asetat ...........................3

2.2.2 Pengolahan Zinc Ash menjadi ZnO ...........................................5

2.2.3 Pengolahan Limbah Galvanis dengan Arang Sabut Kelapa ......6

2.2.4 Pengolahan Limbah Galvanis dengan Metode

Solidifikasi .......7

2.2.5 Pengolahan Limbah Galvanis dengan Metode Flotasi-Filtrasi..8

BAB III KESIMPULAN............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Kegiatan industri pelapisan logam mempunyai potensi menimbulkan


pencemaran lingkungan hidup. Salah satu industri yang berkembang pesat dan
merupakan penghasil limbah logam berat yaitu industri pelapisan logam dengan
seng atau sering disebut industri galvanis. Proses galvanisasi dapat ditemukan
hampir di setiap aplikasi dan industri penting berbahan besi dan baja, misal pada
industri peralatan listrik dan air, pemrosesan kimia, bahan baku kertas, otomotif
dan transportasi. Proses produksi industri galvanis menghasilkan sisa produk atau
limbah.
Limbah industri galvanis dapat menimbulkan masalah karena adanya
limbah logam Fe, Zn, Ni, Mn. Berdasarkan hasil uji karakteristik air limbah di
laboratorium, air limbah industri galvanis memiliki kandungan antara lain
Mangan (Mn) sebesar 1,66 mg/l, Besi (Fe) sebesar 140,84 mg/l, Nikel (Ni)
sebesar 0,177 mg/l, Seng (Zn) sebesar 66,42 mg/l dan warna 10.000 mg/l PtCo.
Limbah industri yang dihasilkan dari industri galvanis berupa abu seng dan seng
dross. Abu seng mengandung seng dan besi yang berasal dari endapan pada
proses pelapisan logam, sedangkan seng dross mengandung seng berupa partikel
yang mengapung pada bak proses pelapisan seng. Seng dross adalah by product
dari proses hot-dip galvanizing dan mempunyai kandungan seng yang cukup
tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan pemanfaatan terhadap limbah hasil industri
galvanis ini sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan memiliki
nilai ekonomis.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Galvanizing
Proses galvanizing merupakan salah satu proses untuk mendapatkan
ketahanan bahan-bahan besi agar lebih tahan terhadap korosi, ini terjadi karena
pada besi diberi lapisan seng, sehingga besi terlindung dari kontak langsung
dengan udara dan bahan-bahan penyebab korosi. Pelapisan secara Hot Dip
Galvanizing (pelapisan secara celup panas) adalah suatu proses pelapisan dimana
logam pelapisnya dipanaskan terlebih dahulu hingga mencair, kemudian logam
yang akan dilapisi yang biasa disebut logam dasar dicelupkan ke dalam bak
galvanis yang telah berisi seng cair, selanjutnya benda kerja untuk beberapa saat
tetap dalam bak galvaniz agar terbentuk lapisan seng. Semua proses galvanizing
terdiri dari empat tahap utama, yaitu surface preparation, pre-fluxing,
galvanizing, dan finishing.

Gambar 1. Proses Galvanizing

Pada proses hot dip galvanizing menghasilkan limbah yang diantaranya


adalah:
1. Limbah Berminyak (Residu dari Bak Degreasing)
Bak asam degreasing yang sudah digunakan mengandung asam klorida
yang sudah diencerkan atau asam fosfor, emulsifier atau pengembang,
3

dan inhibitor proteksi korosi. Limbah ini tergolong dalam hazardous


waste atau limbah yang berbahaya.
2. Limbah Bak Flux
Pada limbah ini, apabila tidak dilakukan penanganan atau pemulihan
maka bak flux yang diperkaya dengan besi dan kontaminasi lainnya
harus dibuang setelah penggunaan selama beberapa tahun dan harus
diperbaharui. Limbah bak flux adalah larutan asam garam yang
bergantung pada flux yang digunakan. Biasanya mengandung amonium
klodrida, seng klorida dan potasium klorida.
3. Seng Dross
Dikarenakan cairan seng berdifusi menuju permukaan dari bagian baja
untuk dilapisi, paduan besi seng dengan ketebalan yang berbeda
terbentuk dan dapat disebut dengan lapisan dross. Dalam masa waktu
tertentu, bak galvanizing juga akan diperkaya oleh dross yang dihasilkan
oleh produk galvanized. Limbah dross berakumulasi pada bagian dasar
dikarenakan memiliki spesific weight yang besar dan karena memiliki
konten tinggi dari material yang dapat digunakan kembali, dross dengan
konten seng antara 95 % dan 98 % biasanya diantarkan menuju
peleburan seng.

2.2 Pemanfaatan Limbah Proses Galvanizing


Beberapa penelitian telah dilakukan yang bertujuan untuk mengolah dan
memanfaatkan kembali limbah hasil proses galvanis. Penelitian tersebut
menggunakan metode yang berbeda dalam mengolah limbah hasil industri
galvanis. Metode-metode untuk pengolahan limbah tersebut antara lain sebagai
berikut.
2.2.1 Pengolahan Seng Dross menjadi Seng Asetat
Seng dross merupakan hasil samping dari industri pelapisan logam
(galvanis) dengan proses hot-dip dan mempunyai kandungan seng yang
cukup tinggi. Hasil samping ini dapat digunakan kembali sebagai bahan
baku seng asetat. Seng asetat dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan,
4

misalnya sebagai bahan tambahan makanan, suplemen, obat-obatan,


precursor, dan pelaga tenggorokan. Seng dross sebanyak 10% sampai
dengan 25% dari jumlah seng yang digunakan dalam pelapisan logam
tersebut. Produksi bersih dapat diterapkan untuk industri galvanis sistem
hot-dip, misalnya melalui proses perolehan atau pemanfaatan kembali
limbah seng dari seng dross. Proses perolehan seng melibatkan tahapan
proses pengendapan, pertukaran ion atau ekstraksi pelarut, dan elektrolisis
atau kristalisasi. Faktor yang mempengaruhi proses ini adalah pH, laju
pengadukan, dan suhu. Logam seng memiliki banyak keunggulan, antara
lain memiliki:
1. Daya energi tinggi
2. Dapat didaur ulang, aman, dan tidak menyisakan emisi
3. Digunakan untuk pelapisan logam
4. Digunakan dalam berbagai industri, seperti: industri karet, kosmetik,
obat-obatan, pelapis lantai, plastik, tinta, baterai, peralatan listrik, dll.
5. Logam seng bersifat relatif lunak
6. Sangat reaktif terhadap asam untuk menghasilkan garam seng
Pada pemanfaatan limbah industri galvanis ini untuk dibuat menjadi
seng asetat. Seng asetat dapat digunakan sebagai precursor. Dimana tahapan
yang digunakan untuk pemanfaatan limbah industri galvanis ini terbagi
menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Pengecilan seng dross
Seng dross dipanaskan menjadi bentuk lempengan, kemudian
lempengan digunting, dan selanjutnya seng dikecilkan ukurannya,
sehingga menghasilkan partikel kecil berukuran 100 mesh. Serbuk seng
kemudian disaring untuk memperoleh ukuran partikel seragam.
2. Proses ekstraksi
Partikel seng dross diekstraksi dengan asam asetat glasial melalui
pemanasan menggunakan sistem pendingin tegak. Hasil ekstraksi yang
diperoleh dipisahkan antara endapan kristal yang terbentuk dan cairan
dengan cara penyaringan. Proses ekstraksi seng dross dengan asam
5

asetat glasial menghasilkan garam seng berupa seng asetat dan gas
hidrogen sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
Zn + 2CH3COOH  Zn(CH3COO)2 + H2 .........................(1)
Pada proses ekstraksi seng dross dan asam asetat glasial dapat
menghasilkan kristal seng asetat atau tidak, tergantung pada suhu,
waktu, dan konsentrasi asam asetat glasial yang diterapkan. Pada kondisi
tertentu reaksi dapat menghasilkan seng asetat berbentuk kristal, pada
kondisi lain tidak dapat menghasilkan seng asetat dalam bentuk kristal.
Pada kondisi ini seng asetat berada dalam bentuk larutan. Kondisi proses
ekstraksi seng dross dan asam asetat glasial yang menghasilkan seng
asetat berbentuk kristal.
3. Tahap analisa hasil
Kristal seng asetat yang terbentuk dianalisis dengan menggunakan AAS
untuk mengetahui konsentrasi seng yang terdapat di dalam kristal seng
asetat. Selain itu, kristal seng asetat dikarakterisasi menggunakan XRD
untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi kristal seng asetat yang
terbentuk.
Pemanfaatan kembali limbah galvanizing untuk dijadikan bahan seng
asetat melalui proses ekstraksi ini mendapatkan kadar seng asetat dengan
kandungan seng mencapai 75,39% (Siti Agustina, dkk. 2014).

2.2.2 Pengolahan Zinc Ash menjadi ZnO


Industri galvanis dengan metode hot-dip menghasilkan limbah
industri, berupa abu seng dan seng dross. Abu seng (Zinc Ash) mengandung
seng dan besi yang berasal dari endapan pada proses pelapisan logam,
sedangkan seng dross mengandung seng berupa partikel yang mengapung
pada bak proses pelapisan seng. Seng oksida merupakan senyawa anorganik
dengan rumus ZnO. ZnO merupakan bubuk putih yang tidak larut dalam air,
dan secara luas digunakan sebagai aditif dalam berbagai bahan dan produk.
Penelitian yang dilakukan Iftitah (2010) adalah penelitian yang
melakukan pengolahan limbah galvanis menggunakan gliserol (tanpa
6

menggunakan asam), sehingga metode baru yang ditemukan ini merupakan


metode yang efisien (dari segi lingkungan, biaya, dan waktu pelaksanaan).
Penelitian ini dilakukan seperti Gambar 1. Hasil yang diperoleh
menunjukkan perubahan morfologi sebelum dan setelah treatment dimana
setelah treatment terbentuk morfologi yang hampir menyerupai morfologi
ZnO komersil dengan purity mencapai 99%.

Gambar 2. Diagram Alir Proses Pengolahan Zinc Ash menjadi ZnO

2.2.3 Pengolahan Limbah Galvanis dengan Arang Sabut Kelapa


Adsorpsi adalah proses akumulasi adsorbat pada permukaan
adsorben yang dihasilkan oleh gaya tarik menarik antara molekul adsorbat
dengan permukaan adsorben. Sabut kelapa yang biasanya dibuang begitu
saja dapat dimanfaatkan sebagai adsorben logam berat dalam limbah cair
industri pelapisan logam. Sabut kelapa digolongkan sebagai material lingo –
cellulosic yang merupakan polimer rantai lurus β – D glukosa. Sabut kelapa
dapat digunakan sebagai karbon aktif karena mengandung unsur karbon.
Salah satu industri yang berkembang pesat dan merupakan penghasil limbah
logam berat yaitu industri galvanis. Proses galvanisasi dapat ditemukan
hampir di setiap aplikasi dan industri penting berbahan besi dan baja.. Proses
produksi industri galvanis menghasilkan sisa produk atau limbah. Limbah
industri galvanis dapat menimbulkan masalah karena adanya limbah logam
Fe, Zn, Ni, Mn. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengolahan
7

limbah adalah dengan adsorpsi. Adsorpsi adalah proses akumulasi adsorbat


pada permukaan adsorben yang dihasilkan oleh gaya tarik menarik antara
molekul adsorbat dengan permukaan adsorben.
Penelitian mengenai metode ini dilakukan oleh R, Ariyanto.,
Sudarno., M, Hardiwidodo (2015) yaitu dengan mempersiapkan arang aktif
dari sabut kelapa, pembuatan bahan baku menjadi arang dengan cara
pirolisis dimana sabut kelapa dipanaskan menggunakan furnace dengan
suhu 400°C selama 2 jam. Setelah itu arang sabut kelapa diaktifkan dengan
H2SO4 0,5 M dan 1 M selama 24 jam. Setelah 24 jam karbon yang telah
direndam, disaring dan dicuci sampai netral dan kemudian dikeringkan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengolahan limbah galvanis
dengan menggunakan metode adsorpsi pada percobaan batch memiliki
efisiensi penyerapan cukup tinggi. Selain itu dengan menggunakan metode
adsorpsi pada percobaan kontinyu memiliki efisiensi penyerapan pada debit
10 ml/menit untuk parameter besi (Fe) sebesar 97,58 %, seng (Zn) sebesar
95,83 %, dan warna sebesar 96,64 %, sedangkan pada debit 25 ml/menit
untuk parameter besi (Fe) sebesar 98,15 %, seng (Zn) sebesar 95,79 % dan
warna sebesar 96,64%.

2.2.4 Pengolahan Limbah Galvanis dengan Metode Solidifikasi


Pengolahan limbah galvanis dapat dilakukan dengan cara solidifikasi
logam berat Zn dan Cr. Proses ini menggunakan kalsium zeolit (Ca-zeolit)
dan polimer poliester tak jenuh. Limbah cair Zn dan Cr diserap
menggunakan Ca-zeolit kemudian Ca-zeolit yang telah jenuh dengan Zn dan
Cr dilakukan solidifikasi menggunakan polimer poliester tak jenuh. Zeolit
merupakan mineral yang terdiri atas kristal alumino silikat terhidrasi yang
mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensi.
Zeolit mempunyai sifat penukar ion, sorpsi, penyaring molekul (molecular
sieving), dan katalis sehingga memungkinkan untuk digunakan dalam
pengolahan limbah industri pelapisan logam. Proses penyerapan logam
berat Zn dan Cr dari limbah cair industri pelapisan logam dengan zeolit akan
8

menghasilkan zeolit jenuh. Untuk meningkatkan kapasitas serap zeolit


terhadap logam berat, maka zeolit akan dimodifikasi menjadi Ca-zeolit.
Kalsium zeolit jenuh logam berat Zn dan Cr kemudian disolidifikasi dengan
polimer poliester tak jenuh (unsaturated polyester). Polimer poliester tak
jenuh mempunyai umur panjang dan sifat kimia yang baik, serta sifat
fisikanya cukup memadai. Polimer poliester tak jenuh reaksinya eksotermis,
sehingga prosesnya lebih sederhana dan termasuk jenis resin termoset yang
mempunyai struktur tiga dimensi. Polimerisasi yang terjadi secara
eksotermis sehingga prosesnya murah, karena dapat dilakukan pada suhu
kamar (Martono, H & Wati, 2013).

2.2.5 Pengolahan Limbah Galvanis dengan Metode Flotasi-Filtrasi


Flotasi-filtrasi merupakan metode penyisihan limbah logam berat
dan anorganik. Metode ini merupakan gabungan antara proses flotasi dan
filtrasi. Proses ini membutuhkan bahan pengikat yang mampu mengikat
partikel-partikel logam pada limbah secara efektif. Salah satu metode yang
bisa dilakukan adalah deegan proses flotasi-filtrasi menggunakan zeolit alam
sebagai bahan pengikat untuk mengurangi kadar limbah logam berat (Fe,
Cu, dan Ni) dalam campuran limbah logam berat dan limbah anorganik
(NH3). Zeolit alam dipilih sebagai bahan pengikat karena distribusi diameter
dari pori-pori medianya cukup selektif untuk melakukan proses penyisihan
berdasarkan perbedaan ukuran, bentuk, dan polaritas dari molekul yang
disaring. Keuntungan lainnya adalah zeolit alam tersedia dalam jumlah yang
berlimpah di Indonesia, sehingga harganya lebih murah dan prosesnya
secara keseluruhan lebih ekonomis (Nurmalasari, Adinda. 2008).
Proses flotasi filtrasi ini berlangsung secara simultan. Mekanisme
penyisihan yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut. Limbah yang telah
berada dalam kolom flotasi filtrasi akan disemprotkan udara dari bagian
bawah kolom yang bertujuan untuk mengangkat buih ke bagian atas kolom.
Adanya udara yang disemprotkan juga dapat mengurangi terjadinya
membrane fouling. Zeolit sebagai bahan pengikat akan mengikat partikel
9

logam berat (Fe, Cu dan Ni) dan anorganik (amonia) lalu ikut keluar kolom
bersama buih yang terbentuk. Selain itu dari bagian bawah kolom juga
dialirkan ozon yang berfungsi sebagai oksidan kuat yang akan meningkatkan
kualitas air yang dihasilkan dari proses flotasi filtrasi. Pada saat yang
bersamaan proses filtrasi menggunakan membran pun berlangsung, pompa
vakum akan menyedot limbah melalui membran. Partikel yang berukuran
lebih besar dari membran akan tertahan dikolom dan terbawa bersama buih
(Nurmalasari, Adinda. 2008).
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Industri galvanizing adalah salah satu industri pelapisan logam yang
menghasilkan limbah yang masih dapat diolah kembali seperti seng dross.
2. Pengolahan limbah industri dapat dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya adalah menggunakan asam asetat, arang serabut kelapa, foltasi-
filtrasi, solidifikasi, dan menjadikan senyawa baru seng oksida.
10

DAFTAR PUSTAKA

Iftitah. 2010. Pengolahan Limbah Galvanis (Zinc Ash) Menjadi Seng Oksida
(ZnO) Menggunakan Senyawa Organik. Fakultas Tenik.

M. Peter. Handbook of Hot Dip Galvanizing. Wiley VCH. 2011

Martono, H. & Wati. 2013. Pengolahan Limbah Cair yang Mengandung Logam
Berat Seng dan Kromium dengan Kalsium Zeolit dan Imobilisasinya dengan
Polimer Poliester. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia V, FKIP, UNS
Surakarta.

Nurmalasari, Adinda. 2008. Pengolahan Limbah Campuran Logam Fe, Cu, Ni


dan Amonia Menggunakan Metode Flotasi-Filtrasi Dengan Zeolit Alam Lampung
Sebagai Bahan Pengikat. Departemen Teknik Kimia Fskultas Teknik Universitas
Indonesia.

R, Ariyanto., Sudarno., M, Hardiwidodo,.2015. Pengaruh Ukuran Media


Adsorben dan Konsentrasi Aktivator H2SO4 terhadap Efektifitas Penurunan
Logam Berat Besi (Fe), Seng (Zn), dan Warna Limbah Cair Industri Galvanis
Menggunakan Arang Serabut Kelapa. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro.

Siti Agustina, dkk. 2014. Perolehan Kembali Seng Dari Limbah Industri Galvanis
Sebagai Seng Asetat. Fakultas Teknologi Pertanian IPB: Bogor
https://www.researchgate.net/publication/315636483_Perolehan_Kembali_Seng_
Dari_Limbah_Industri_Galvanis_Sebagai_Seng_Asetat (diakses 26 April 2020;
01:02)

https://mecontech.com/wp-content/uploads/2018/02/Galvanization.pdf , diakses
pad 27 Maret 2020 pukul 20.10 WIB.

Anda mungkin juga menyukai