Oleh :
Teta Hoiriah
0614 3040 1242
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia
Plastik biodegradable adalah plastik yang berasal dari bahan alam dan
dapat diuraikan oleh mikroorganisme menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Plastik berbahan dasar pati aman bagi lingkungan. Untuk mendapatkan produk
bioplastik, pati ditambahkan dengan plastisizer gliserol dan sorbitol sehingga
diperoleh produk plastik yang lebih fleksible dan elastis. Penelitian ini
memanfaatkan pati umbi beracun, yakni singkong karet (Manihot glazovii)
sebagai bahan baku. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
komposisi gliserol dan sorbitol yang digunakan terhadap kualitas plastik
biodegradable yang dihasilkan.
Hasil yang diperoleh berupa produk plastik berbentuk lembaran tipis dan
wadah minum yang dicetak dengan mold. Produk yang dihasilkan akan diuji sifat
mekaniknya seperti kekuatan tarik, pemanjangan saat putus, dan degradasi.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir yang berjudul
Pembuatan Plastik Biodegradable dari Pati Singkong Karet (Manihot
glaziovii) dengan Plasticizer Gliserol dan Sorbitol tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa proposal Tugas Akhir sangat sederhana dan
masih terdapat kesalahan dan kekeliruan didalamnya karena keterbatasan penulis
sebagai manusia biasa, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan di masa yang akan
datang.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbagai pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan selama
menyelesaikan proposal ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Judul
Sampah plastik rata-rata memiliki porsi sekitar 10% dari total volume
sampah. Sampah plastik itu sangat sedikit yang dapat didaur ulang. Membakar
plastik pun bukan pilihan baik. Plastik yang tidak sempurna terbakar di bawah
800°C akan membentuk dioksin. Senyawa inilah yang berbahaya. Untuk itu perlu
adanya inovasi dalam pembuatan plastik yang ramah lingkungan. Menurut Syarief
(1988) ada lima syarat yang dibutuhkan kemasan yaitu penampilan, perlindungan,
fungsi, bahan dan biaya, serta penanganan limbah kemasan.
1
Berdasarkan bahan baku yang dipakai plastik biodegradasi dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok dengan bahan baku petrokimia dan kelompok dengan
bahan baku produk tanaman seperti pati dan selulosa (Firdaus Feris dkk, 2004).
Plastik berbahan dasar pati aman bagi lingkungan. Plastik dengan bahan
baku berupa polimer sintetis membutuhkan waktu sekitar 50 tahun agar dapat
terdekomposisi secara alamiah, sementara plastik biodegradable dapat
terdekomposisi 10 hingga 20 kali lebih cepat (Huda, 2007).
Pati adalah polisakarida yang terdiri dari amylose D-glukan linier dan
amilopektin yang bercabang banyak. Pati merupakan bahan baku yang paling
menjanjikan dalam pembuatan plastik pada masa yang akan datang karena selalu
tersedia dalam jumlah besar dan harganya murah (Chivrac dkk, 2010). Plastik
yang terbuat dari pati bersifat isotropik, tidak berbau, tidak berasa, tidak beracun
dan biodegradable (Flores dkk., 2007). Plastik ini biasanya juga mempunyai
kekuatan mekanik yang tinggi dan dapat berfungsi sebagai penghalang gas,
terutama oksigen, karbon dioksida dan lemak (Chang dkk, 2006).
Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan plastik biodegradable dengan
memanfaatkan umbi beracun seperti singkong karet (Manihot glazovii) sebagai
bahan baku. Singkong karet merupakan tanaman yang kurang dimanfaatkan
dikarenakan racun HCN yang terdapat pada singkong karet tersebut. Singkong
karet memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yaitu 98,47 % dibandingkan
dengan jenis umbi-umbian lain (Pranamuda, 2003). Oleh karena itu singkong
karet dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan plastik biodegradable
karena karbohidrat pada singkong karet dapat diambil patinya.
2
Plastik biodegradable ini terbuat dari pati umbi singkong karet (Manihot
glaziovii) dengan menambahkan bahan seperti asam asetat, gliserol, sorbitol dan
aquadest. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah di
mana belum di ketahui komposisi optimum untuk menghasilkan plastik yang
sesuai dengan standar mutu yang ada. ( ISO 14851, 14852, dan 14855 )
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plastik
Plastik adalah polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu sama
lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer".
Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik, namun ada beberapa
polimer alami yang termasuk plastik. Plastik terbentuk dari kondensasi organic
atau penambahan polimer dan bisa juga terbentuk dengan menggunakan zat lain
untuk menghasilkan plastik yang ekonomis (Azizah, 2009 dalam Ningsih
SW,2010).
Plastik adalah senyawa polimer dengan struktur kaku yang terbentuk dari
polimerisasi monomer hidrokarbon yang membentuk rantai panjang. Plastik
mempunyai titik didih dan titik leleh yang beragam, hal ini berdasarkan
pada monomer pembentukannya. Monomer yang sering digunakan dalam
pembuatan plastik adalah propena (C3H6), etena (C2H4), vinil khlorida (CH2),
nylon, karbonat (CO3), dan styrene (C8H8).
Istilah plastik dan polimer seringkali dipakai secara sinonim. Namun tidak
berarti semua polimer adalah plastik. Plastik merupakan polimer yang dapat
dicetakmenjadi berbagai bentuk yang berbeda.
Sifat – sifat plastik sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) ditunjukan pada
tabel dibawah ini.
Tabel 1. Sifat Mekanik Plastik Sesuai SNI
4
2.1.1 Penggolongan Plastik
Plastik dapat digolongkan berdasarkan :
1. Sifat Fisiknya terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Polimer Termoplastik
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan
terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi lunak dan
didinginkan akan mengeras.
Proses tersebut dapat terjadi berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam
berbagai bentuk melalui cetakan yang berbeda untuk mendapatkan produk
polimer yang baru. Polimer yang termasuk polimer termoplastik adalah plastik
(Choirunniza, 2015).
Polimer termoplastik memiliki sifat-sifat khusus sebagai berikut :
1. Berat molekul kecil.
2. Tidak tahan terhadap panas.
3. Jika dipanaskan akan melunak, jika didinginkan akan mengeras.
4. Mudah untuk diregangkan/ fleksibel.
5. Titik leleh rendah.
6. Dapat dibentuk ulang (daur ulang).
7. Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
8. Memiliki struktur molekul linear/bercabang.
Contoh plastik termoplastik sebagai berikut :
1. Polietilena (PE)
Contoh : botol plastik, mainan, bahancetakan, ember, drum, pipa saluran,
isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan jas hujan.
2. Polivinilklorida (PVC)
Contoh : pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit sintetis, ubin plastik,
piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu, sarung tangan dan
botol detergen.
5
3. Polipropena (PP)
Contoh : karung, tali, botol minuman, serat, bak air, insulator, kursi
plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci, pembungkus tekstil
dan permadani.
4. Polistirena
Contoh : insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju, dll.
b. Polimer Termosetting
Polimer termosetting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap
panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak meleleh sehingga tidak
dapat dibentuk ulang kembali.
Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada
saat pembuatan). Bilapolimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung
atau diperbaiki lagi.
Polimer termosetting memiliki ikatan-ikatan silang yang mudah dibentuk
pada waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dankeras.
Semakin banyak ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan mudah
patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan menyebabkan
rusak atau lepasnya ikatan silang antar rantai polimer (Choirunniza, 2015).
Sifat polimer termosetting sebagai berikut :
1. Keras dan kaku (tidak fleksibel).
2. Jika dipanaskan akan mengeras.
3. Tidak dapat dibentuk ulang (suka didaur ulang).
4. Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
5. Jika dipanaskan akan meleleh.
6. Tahan terhadap asam basa.
7. Mempunyai ikatan silang antar rantai molekul.
Contoh plastik termosetting adalah bakelit atau asbak, fitting lampu listrik, steker
listrik, peralatan fotografi, radio dan perekat plywood.
6
2. Kinerja dan penggunaanya
a. Plastik komoditas
1. Sifat mekanik tidak terlalu bagus
2. Tidak tahan panas
Contohnya: PE, PS, ABS, PMMA, SAN
Aplikasi: barang-barang elektronik, pembungkus makanan, botol minuman
b. Plastik teknik
1. Tahan panas, temperatur operasi di atas 100 °C
2. Sifat mekanik bagus
Contohnya: PA, POM, PC, PBT
Aplikasi: komponen otomotif dan elektronik
c. Plastik teknik khusus
1. Temperatur operasi di atas 150 °C
2. Sifat mekanik sangat bagus (kekuatan tarik di atas 500 Kgf/cm²)
Contohnya: PSF, PES, PAI, PAR
Aplikasi: komponen pesawat.
3. Berdasarkan jumlah rantai karbonnya
a. 1 - 4 Gas (LPG, LNG)
b. 5 - 11 Cair (bensin)
c. 9 - 16 Cairan dengan viskositas rendah
d. 16 - 25 Cairan dengan viskositas tinggi (oli, gemuk)
e. 25 - 30 Padat (parafin, lilin)
f. 1000 - 3000 Plastik (polistiren, polietilen, dan lainnya.)
4. Berdasarkan sumbernya
a. Polimer alami : kayu, kulit binatang, kapas, karet alam, rambut
b. Polimer sintetis: tidak terdapat secara alami: nylon, poliester,
polipropilen, polistiren. Terdapat di alam tetapi dibuat oleh proses buatan:
karet sintetis
c. Polimer alami yang dimodifikasi: seluloid, cellophane (bahan
dasarnya dari selulosa tetapi telah mengalami modifikasi secara
radikal sehingga kehilangan sifat-sifat kimia dan fisika asalnya).
7
2.2 Plastik biodegradable
Plastik biodegradable berbahan dasar pati/amilum dapat didegradasi
bakteri Pseudomonas dan Bacillus memutus rantai polimer menjadi monomer-
monomernya. Senyawa-senyawa hasil degradasi polimer selain menghasilkan
karbon dioksida dan air, juga menghasilkan senyawa organik lain yaitu
asam organik dan aldehid yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Plastik
berbahan dasar pati/amilum aman bagi lingkungan. Sebagai perbandingan,
plastik tradisional membutuhkan waktu sekitar 50 tahun agar dapat
terdekomposisi alam, sementara plastik biodegradable dapat terdekomposisi 10
hingga 20 kali lebih cepat. Hasil degradasi plastik ini dapat digunakan sebagai
makanan hewan ternak atau sebagai pupuk kompos. Plastik biodegradable yang
terbakar tidak menghasilkan senyawa kimia berbahaya. Kualitas tanah akan
meningkat dengan adanya plastik biodegradable, karena hasil penguraian
mikroorganisme meningkatkan unsur hara dalam tanah.
Secara umum film plastik biodegradable diartikan sebagai film yang dapat
didaur ulang dan dapat dihancurkan secara alami. Griffin (1994), plastik
biodegradable adalah suatu bahan dalam kondisi tertentu, waktu
tertentu mengalami perubahan dalam struktur kimianya, yang mempengaruhi
sifat-sifat yang dimilikinya oleh pengaruh mikroorganisme (bakteri,
jamur, algae). Sedangkan Seal (1994), film plastik biodegradable adalah suatu
material polimer yang berubah kedalam senyawa berat molekul rendah dimana
paling sedikit satu tahap pada proses degradasinya melalui metabolisme
organisme secara alami.
Proyeksi kebutuhan plastik biodegradable hingga tahun 2010 yang
dikeluarkan Japan Biodegradable Plastic Society, di tahun 1999 produksi plastik
biodegradable hanya sebesar 2500 ton, yang merupakan 1/10.000 dari total
produksi bahan plastik sintetik. Pada tahun 2010, diproyeksikan produksi plastik
biodegradable mencapai 1.200.000 ton atau menjadi 1/10 dari total
produksi bahan plastik dunia. Industri plastik bioedegradable akan
berkembang menjadi industri besar di masa yang akan datang (Pranamuda,
2003).
8
Perkembangan terakhir di bidang teknologi pengemasan adalah suatu
kemasan yang bersifat antimikroba dan antioksidan. Keuntungan utama kemasan
tersebut adalah dapat bersifat seperti halnya bahan – bahan yang
mengandung antiseptik seperti sabun, cairan pencuci tangan yaitu berfungsi untuk
mematikan kontaminan mikroorganisme (kapang, jamur, bakteri) secara
langsung pada saat mikroba kontak dengan bahan kemasan, sebelum
mencapai bahan / produk pangan di dalamnya sehingga produk pangan
tersebut menjadi lebih awet (Firdaus, et al., 2008).
Teknologi kemasan plastik biodegradable adalah salah satu upaya
yang dilakukan untuk keluar dari permasalahan penggunaan kemasan plastik
yang non degradable (plastik konvensional), karena semakin berkurangnya
cadangan minyak bumi, kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan
serta resiko kesehatan. Indonesia sebagai negara yang kaya sumber
daya alam (hasil pertanian), potensial menghasilkan berbagai bahan
biopolimer, sehingga teknologi kemasan plastik mudah terurai mempunyai
prospek yang baik (Darni, 2008).
Berdasarkan bahan baku yang dipakai, plastik biodegradable
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok dengan bahan baku
petrokimia (non-renewable resources) dengan bahan aditif dari senyawa bio-
aktif yang bersifat biodegradable, dan kelompok kedua adalah dengan
keseluruhan bahan baku dari sumber daya alam terbarukan (renewable resources)
seperti dari bahan tanaman pati dan selulosa serta hewan seperti cangkang atau
dari mikroorganisme yang dimanfaatkan untuk mengakumulasi plastik yang
berasal dari sumber tertentu seperti lumpur aktif atau limbah cair yang kaya
akan bahan- bahan organik sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme
tersebut (Adam S dan Clark D, 2009).
Plastik biodegradable dapat dihasilkan melalui beberapa cara, salah
satunya adalah biosintesis menggunakan bahan berpati atau berselulosa. Cara
pembuatan biodegradable plastik yang berbasiskan pati antara lain:
1. Mencampur pati dengan plastik konvensional (PE atau PP) dalam jumlah
kecil (10- 20%)
9
2. Mencampur pati dengan turunan hasil samping minyak bumi, seperti PCL,
dalam komposisi yang sama (50%)
3. Menggunakan proses ekstruksi untuk mencampur pati dengan bahan-
bahan seperti protein kedelai, gliserol, alginate, lignin, dan sebagainya
sebagai bahan plasticizer (Flieger et al., 2003).
10
2. Uji Ketahanan Terhadap Air
Uji ketahanan air ini diperlukan untuk mengetahui sifat bioplastik yang
dibuat sudah mendekati sifat plastik sintetis atau belum, karena konsumen
plastik memilih plastik dengan sifat yang sesuai keinginan, salah satunya
adalah tahan terhadap air (Darni dan Utami, 2010).
3. Biodegradabilitas
Biodegradasi adalah penyederhanaan sebagian atau penghancuran seluruh
bagian struktur molekul senyawa oleh reaksi-reaksi fisiologis yang dikatalisis oleh
mikroorganisme. Biodegradabilitas merupakan kata benda yang menunjukkan
kualitas yang digambarkan dengan kerentanan suatu senyawa (organik atau
anorganik) terhadap perubahan bahan akibat aktivitas-aktivitas mikroorganisme
(Madsen, 1997).
Biodegradasi adalah perubahan senyawa kimia menjadi komponen
yang lebih sederhana melalui bantuan mikroorganisme.
Dua batasan tentang biodegradasi adalah (1) Biodegradasi Tahap
Pertama (Primary Biodegradation), merupakan perubahan sebagian molekul
kimia menjadi komponen lain yang lebih sederhana; (2) Biodegradasi Tuntas
(UltimateBiodegradation), merupakan perubahan molekul kimia secara lengkap
sampaiterbentuk CO2, H2O dan senyawa organik lain (Ummah, 2013).
Metode yang digunakan adalah metode soil burial test yaitu dengan
metode penanaman sampel dalam tanah. Sampel berupa film bioplastik
ditanamkan pada tanah yang ditempatkan dalam pot dan diamati per-hari
terdegradasi secara sempurna. Proses degradasi film plastik dalam tanah.
Analisis biodegradasi film plastik dilakukan melalui pengamatan film secara
visual. Bagaimanapun, biodegradasi tidak sepenuhnya berarti bahwa material
biodegradable akan selalu terdegradasi. Berdasarkan standar European Union
tentang biodegradasi plastik, plastik biodegradable harus terdekomposisi menjadi
karbondioksida, air, dan substansi humus dalam waktu maksimal 6 sampai
9 bulan (Sanjaya dan Puspita, 2010).
11
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Plastik
Biodegradable
Dalam pembuatan plastik biodegradable ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan seperti:
1. Temperatur
Perlakuan suhu diperlukan untuk membentuk plastik biodegradable
yang utuh tanpa adanya perlakuan panas kemungkinan terjadinya interaksi
molekul sangatlah kecil sehingga pada saat plastik dikeringkan akan menjadi retak
dan berubah menjadi potongan-potongan kecil. Perlakuan panas diperlukan untuk
membuat plastik tergelatinisasi, sehingga terbentuk pasta pati yang merupakan
bentuk awal dari plastik. Kisaran suhu gelatinisasi pati rata-rata 64,5oC-70oC
(Kaplan dkk, 1994).
2. Konsentrasi Polimer
Konsentrasi pati ini sangat berpengaruh terutama pada sifat fisik plastik
yang dihasilkan dan juga menentukan sifat pasta yang dihasilkan. Menurut Kaplan
dkk (1994), semakin besar konsentrasi pati maka jumlahpolimer penyusun
matrik plastik semakin besar sehingga dihasilkan plastik yang tebal.
3. Plasticizer
Plasticizer ini merupakan bahan nonvolatile yang ditambah kedalam formula
plastik akan berpengaruh terhadap sifat mekanik dan fisik plastik yang terbentuk
karena akan mengurangi sifat intermolekul dan menurunkan ikatan hidrogen
internal. Plasticizer mempunyai titik didih tinggi dan penambahan plasticizer
diperlukan untuk mengatasi sifat rapuh plastik yang disebabkan oleh kekuatan
intermolekul ekstensif. Menurut Kaplan (1994), plasticizer yang sering digunakan
yakni gliserol dan sorbitol.
12
gliserin sehingga amilum menjadi bersifat termoplas (lebur dan dapat dibentuk
pada suhu tinggi, mengeras dan stabil pada suhu sedang)
2. Plastik PLA (asam polilaktat) adalah plastik transparan yang diproduksi dari
gula tebu atau glukosa. Sifat plastik PLA ini mirip dengan plastik petrokimia yang
konvensinal, seperti PE dan PP, sehingga dapat diproduksi dengan alat-alat pabrik
plastik standar yang sudah ada. Plastik PLA umumnya digunakan untuk membuat
kantong pembungkus, botol minuman dan cangkir.
13
Standar telah dibangun atau dibawah pembangunan oleh badan Standar Nasional
Amerika (ASTM); Eropa (CEN); Jerman (DIN); Jepang (JIS) dan
Organisasi Standar Internasional (ISO) untuk mengevaluasi dan
mengkuantifikasi biodegradable dibawah kondisi lingkungan/pembuangan yang
berbeda seperti pengomposan, tanah, laut, Instalasi Pengolahan Air Limbah,
dan anaerobic digester.
Tidak ada pembedaan yang besar diantaranya. Standar ISO akan
membawa semua standar tersebut dan menyediakan standar yang diterima secara
global (Narayan, 1999).
American Society for Testing and Materials (ASTM) mengeluarkan
“Standar Spesifikasi untuk Plastik Dapat Dikompos” D6400-99. Standar ini
menetapkan kriteria (spesifikasi) untuk plastik dan produk yang dibuat dari
plastik untuk diberi label dapat dikompos. Standar tersebut menetapkan
apakah plastik dan produk yang terbuat dari plastik dapat dikompos, termasuk
biodegradasi pada tingkat yang sebanding dengan bahan yang diketahui dapat
dikompos. (Narayan,1999) Lembaga standarisasi internasional (ISO) telah
mengeluarkan metode standar pengujian sifat biodegradabilitas bahan plastik
sebagai berikut
a. ISO 14851 : Penentuan biodegradabilitas aerobik final dari bahan
plastik dalam media cair – Metode pengukuran
kebutuhan oksigen dalam respirometer tertutup;
b. ISO 14852 : Penentuan biodegradabilitas aerobik final dari bahan
plastik dalam media cair – Metode analisa karbondioksida
yang dihasilkan;
c. ISO 14855 : Penentuan biodegradabilitas aerobik final dan disintegrasi
dari bahan plastik dalam kondisi komposting terkendali –
Metode analisa karbondioksida yang dihasilkan.
14
2.4 Teknik – Teknik Pencetakan Plastik
a. Pencetakan proses injeksi
Cara pembuatan plastic model ini diawali dari pemanasan bahan palstik berupa
biji atau afalan (plastic bekas yang didaur ulang) didalam silinder sampai meleleh,
plastic yang meleleh itu kemudian di injeksikan atau disuntikan pada cetakan
yang lebih dingin, sehingga plastic mengeras.
2. Hembus Eksruksi
Pada proses hembus ekstruksi, maka bahan plastik diekstrusi terlebih
dahulu, kemudian dihembus oleh udara yang bertekanan pada cetakan,
didinginkan dan tahap akhir cetakan dibuka.
15
4. Botol Ko-ekstrusi
Cara ini merupakan pengembangan dari cetak hembus ekstrusi yang
berasal dari bidang ekstrusi film. Ko ekstrusi adalah suatu proses dimana
dua atau lebih ekstruder digabungkan dengan satu cekatan (die) untuk
menghasilkan film multilapis. Proses ini memungkinkan untuk
menghasilkan bahan dengan lapisan yang terdiri dari bahan yang mahal
dan diapit oleh dua lapisan bahan yang murah.
c. Thermofing
Proses thermofing adalah membentuk wadah dengan cetakan pada saat plastic
panas dan dalam keadaan lunak. Proses pemanasan dilakukan dengan
menggunakan radiasi infra merah atau heater, dan bahan plastik yang digunakan
adalah polietilen, polipropilen dan polistiren yang berupa lembaran atau sheet.
Dalam proses ini ada 3 macam teknik pencetakan, yaitu :
1. Vacuum forming
terdiri dari proses mengapit lembar plastik yang dipasang pada sebuah
rangka yang diletakkan pada kotak pencetak. Dengan cara menghisap
sampai udara hampa sehingga udara di luar akan mendorong lembar
plastik pada cetakan.
16
2. Thermoforming
mirip dengan teknik vakum, tapi pembentukan wadah menggunakan
tekanan dari bagian atas plastik.
3. Kombinasi keduanya
lembaran plastik yang panas dipress di antara dua lempeng, yang terdiri
dari lempeng cetakan jantan dan cetakan betina. Wadah yang dihasilkan
dari proses thermoforming di antaranya adalah kemasan yoghurt, mentega,
coklat dan biskuit.
e. Cetak Kompresi
Teknik ini merupakan metode tertua dalam pencetakan plastik, dan saat ini masih
digunakan untuk mencetak plastik termoset. Hasil cetak kompresi dapat berupa
tutup botol, jerigen dan lain-lain. Caranya adalah sebagai berikut :
17
2.5 Pati
Pati bukan merupakan senyawa homogen. Pati merupakan campuran dua
komponen polimer glukosa utama, yakni molekul rantai linier amilosa serta
molekul polimer glukosa bercabang amilopektin (Ren et al., 2009).
Pati memiliki tingkat kristalinitas 15-45%. Pemanfaatan pati dalam
pembuatan plastik dikarenakan keunggulan-keunggulan yang dimiliki pati,
yakni sifatnya yang dapat diperbaharui, penahan yang baik untuk oksigen,
ketersediaan yang melimpah, harga murah dan mampu terdegradasi. Pati
memiliki stabilitas termal dan minimum interfance dengan sifat pencairan
yang cukup untuk membentuk produk dengan kualitas yang baik. Campuran
biopolimer hidrokarbon dan pati sering digunakan untuk menghasilkan
lembaran dan film berkualitas tinggi untuk kemasan. Pembuatan film 100%
pati sulit untuk diproses saat kondisi melting (Nolan-ITU, 2002).
Komposit atau campuran plastik berbasiskan pati memiliki sifat mekanis
yang lemah seperti kekuatan tarik, kekuatan mulur, kekakuan, perpanjangan
putus, stabilitas kelembaban yang rendah serta melepaskan molekul
pemlastis dalam jumlah kecil dari matriks pati (Zhang et al., 2007). Modifikasi
pati, penggunaan compatibilizer, reinforcement, serta perbaikan kondisi proses,
diharapkan mampu menjadikan pati sebagai material subtitusi plastik
konvensional.
Pati dalam pencampuran dengan polimer sintesis dapat meningkatkan
kemampuan biodegradasi dikarenakan terjadi peningkatan luasan permukaan
polimer sebagai akibat hidrolisis pati oleh mikroorganisme. Mikroorganisme
yang mengkonsumsi pati akan membentuk pori-pori dalam matrik
polimer dan memberikan gugus-gugus yang rentan untuk terdegradasi (Park et
al., 2002). Pati termoplastis dapat terdegradasi dengan adanya air, energi
mekanis, peningkatan suhu dan enzim (Idemat, 1998).
18
2.6 Singkong Karet
Ada Informasi spesies:
Singkong Karet (Manihot glaziovii M.A.)
Nama Umum : Singkong Karet
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot glaziovii M.A.
Gambar 1. Singkong Karet
19
Padahal singkong karet, jelas berbeda dengan batang karet (Hevea
brasiliensis). Yang dibudidayakan untuk disadap getah (lateks)nya. Meskipun
singkong karet juga bisa menghasilkan lateks seperti halnya batang karet, namun
tanaman ini lebih banyak tumbuh liar sebagai pagar kebun. Beda dengan
singkong biasa yang hanya tumbuh antara 1,5 s/d 3 m , maka singkong karet bisa
mencapai 10 m. Bentuk daun singkong karet sama dengan singkong biasa, hanya
ukurannya yang lebih besar.
Singkong karet tidak mampu menghasilkan umbi. Akar singkong karet memang
bisa sedikit mengembung, tetapi tidak sampai menjadi umbi yang berpati.
Varietas ini hasil singkongnya paling tinggi, dengan kandungan pati yang juga
tinggi. Namun, rasa singkongnya pahit dan kandungan HCNnya sangat tinggi.
2.7 Gliserol
20
sukrosa. Gliserol merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada lemak hewani
maupun lemak nabati sebagai ester gliseril pada asam palmitat dan oleat.
Gliseroladalah senyawa yang netral, dengan rasa manis tidak berwarna, cairan
kental dengan titik lebur 20°C dan memiliki titik didih yang tinggi yaitu 290°C.
Gliserol dapat larut sempurna dalam air dan alkohol, tetapi tidak dalam minyak.
Sebaliknya, banyak zat dapat lebih mudah larut dalam gliserol dibanding dalamair
maupun alkohol, oleh karena itu gliserol merupakan jenis pelarut yang baik.
Gliserol (1,2,3 propanetriol) merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak berbau
dan merupakan cairan kental yang memiliki rasa manis (Krochta dan Mulder,
1997).
Gliserol hadir dalam bentuk ester (gliserida) pada semua hewan, lemak
dan minyak nabati. Sifatnya yang mudah menyerap air dan kandungan energi
yang dimilikinya membuat gliserol banyak digunakan pada industri makanan,
farmasi maupun kosmetik. Gliserol dapat diperoleh secara komersil sebagai
produk sampingan ketika lemak dan minyak yang dihidrolisis untuk
menghasilkan asam lemak. Gliserol juga disintesis pada skala komersil dari
propylene (diperoleh dengan cracking minyak bumi), karena pasokan gliserol
alam tidak memadai.
Penggunaan gliserol dalam jumlah besar dapat menimbulkan rasa pahit.
Sifat fisik dari gliserol :
1. Merupakan cairan tidak berwarna
2. Tidak berbau
3. Cairan kental dengan rasa yang manis
4. Densitas 1,261
5. Titik lebur 18,2°C
6. Titik didih 290°C
Pada umumnya lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan
rasa dan bau yang tidak enak.
Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas.
Di samping itu dapat pula terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh
yang hasilnya akan menambah bau dan rasa yang tidak enak. Oksidasi asam
21
lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan terbentuk
aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tidak enak atau
tengik. Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak atau minyak adalah
suatu zat cair yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak manis. Gliserol
larut baik dalam air dan tidak larut dalam eter. Gliserol digunakan dalam industri
farmasi dan kosmetika sebagai bahan dalam preparat yang dihasilkan. Di samping
itu gliserol berguna bagi kita untuk sintesis lemak di dalam tubuh.
Dalam pembuatan bioplastik, gliserol mempunyai peranan yang cukup
penting. Gliserol merupakan salah satu agen pemplastis yang sering digunakan.
Hal ini karena gliserol merupakan bahan yang murah, sumbernya mudah
diperoleh, dapat diperbarui, dan juga akrab dengan lingkungan karena mudah
terdegradasi oleh alam. Pati yang merupakan polimer alam yang tidak mahal dan
terbaharukan yang hadir dalam bentuk butiran tidak dapat diproses menjadi
material termoplastik kerena kuatnya ikatan hidrogen intermolekular dan
intramolekular. Tetapi menjadi polimer yang biodegradable yang biasa disebut
thermoplastic starch. Material plastisaasi umumnya merupakan molekul kecil
yang larut dalam struktur yang amorf diantara moleku-molekul polimer yang lebih
besar. Material plastisasi memacu proses pencetakan, dan meningkatkan
fleksibilitas produk. Diperlukan komposisi pencampuran yang sempurna untuk
memperoleh distribusi homogen (Choirunniza, 2015).
22
Sorbitol dapat dibuat dari glukosa dengan proses hidrogenasi katalitik
bertekanan tinggi. Sorbitol umumnya digunakan sebagai bahan baku industri
barang konsumsi dan makanan seperti pasta gigi, permen, kosmetik, farmasi,
vitamin C, dan termasuk industri textil dan kulit (Sari,2014).
Pada pembuatan plastik biodegradable, sorbitol berperan sebagai plasticizer.
Penambahan plasticizer ini digunakan untuk meningkatkan sifat
plastisitasnya, yaitu sifat mekanik yang lunak, ulet, dan kuat. Dalam konsep
sederhana, plasticizer merupakan pelarut organik dengan titik didih tinggi yang
ditambahkan. ke dalam resin yang keras dan kaku sehingga akumulasi gaya
intermolekulpada rantai panjang akan menurun. Akibatnya kelenturan, pelunakan
dan pemanjangan resin akan bertambah. Oleh karenaitu, plastisasi akan
mempengaruhi sifat fisik dan mekanisme film seperti kekuatan tarik, elatisitas,
kekerasan dan sebagainya.
Sifat-sifat Fisika :
1. Specific gravity : 1.472 (-5oC)
2. Titik lebur : 93 oC (Metasable form) 97,5 oC (Stable form)
3. Titik didih : 296 oC
4. Kelarutan dalam air : 235 gr/100 gr H2O
5. Panas Pelarutan dalam air : 20,2 KJ/mol
6. Panas pembakaran : -3025,5 KJ/mol
Sifat-sifat Kimia :
1. Berbentuk kristal pada suhu kamar
2. Berwarna putih tidak berbau dan berasa manis
3. Larut dalam air, glycerol dan propylene glycol
4. Sedikit larut dalam metanol, etanol, asam asetat dan phenol
5. Tidak larut dalam sebagian besar pelarut organik
Prinsip proses plastisasi adalah dispersi molekul plasticizer ke dalam
polimer. Jika mempunyai gaya interaksi dengan polimer, proses dispersi akan
berlangsung dalam skala molekul dan terbentuk larutan polimer plasticizer.
23
Sifat fisik dan mekanik polimer–plasticizer ini merupakan fungsi distribusi dan
sifat komposisi plasticizer. Oleh karena itu, karakteristik polimer yang
terplastisasi dapat diketahui dengan melakukan variasi komposisi plasticizer.
2.9 Kitosan
Kitosan mempunyai potensi untuk dimanfaatkan pada berbagai jenis industri
maupun aplikasi pada bidang kesehatan. Salah satu contoh aplikasi kitosan yaitu
sebagai pengikat bahan-bahan untuk pembentukan alat-alat gelas, plastik, karet,
dan selulosa yang sering disebut dengan formulasi adesif khusus. Pemanfaatan
kitosan sebagai bahan tambahan pada pembuatan film plastik berfungsi untuk
memperbaiki transparasi film plastik yang dihasilkan (Joseph dkk, 2009).
Besarnya nilai parameter standar yang dikehendaki untuk khitosan dalam dunia
perdagangan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Mutu Standar Kitosan
Sifat-sifat kitosan Nilai-nilai yang dikehendaki
Bentuk partikel butiran-bubuk
Kadar air(%w) <10
Kadar abu(%w) >2
Derajat deasetilasi (DD) >70
Viskositas(cP) Rendah <200
Viskositas(cP) Sedang 200–799
Viskositas(cP) Tinggi 800–2000
Paling tinggi >2000
Sumber: Ummah, 2013
Secara umum, kitin dengan derajat deasetilasi diatas 70% disebut sebagai
kitosan (Li dkk, 1997). Saat ini kitosan mempunyai banyak sekali kegunaan,
antara lain dalam bidang kesehatan, pengolahan air, membran, hidrogel, perekat,
antioksidan, dan pengemas makanan.
Kitosan tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut asam organik
dibawah pH 6 antara lain asam formiat, asam asetat,dan asam laktat. Kelarutan
kitosan dalam pelarut asam anorganik sangat terbatas, antara lain sedikit larut
dalam larutan HCl 1% tetapi tidak larut dalam asam sulfat dan asam phosphate
(Nadarajah, 2005).
24
2.10 Mold
Secara umum pengertian Plastic molding adalah Proses pembentukan
suatu benda atau produk dari material plastik dengan bentuk dan ukuran tertentu
yang mendapat perlakuan panas dan pemberian tekanan dengan menggunakan alat
bantu berupa cetakan atau Mold. Mold plastik pada prisipnya adalah suatu alat
(tool) yang digunakan untuk membuat komponen-komponen dari material plastik
dengan sarana mesin cetak plastik. Untuk mendapatkan produk yang sesuai
dengan sifat-sifat fisik yang diinginkan bentuk desain produk, luas penampang,
ketebalan, insert yang panjang, tuntutan ukuran(toleransi) yang harus dipenuhi
dan pemilihan material merupakan faktor yang berpengaruh.
a. Blowing Molding
b. Compression Molding
25
c. Extrusion molding
d. Transfer Molding
e. Injection Molding
26
Perubahan–perubahan ini hanya bersifat fisik, jadi bukan perubahan
kimiawi sehingga memungkinkan untuk mendaur ulang material sesuai dengan
kebutuhan.
27
BAB III
METODOLOGI
28
3.2.2 Bahan yang digunakan
1. Tepung Singkong Karet
2. Sorbitol
3. Gliserol
4. Kitosan
5. Asam Asetat
6. Aquadest
29
2. Mencampurkan suspensi pati dengan plasticizer sorbitol 45%, gliserol
5%; 15%; 30%; 45%, kitosan 1 gr dan asam asetat 1 mL
3. Melakukan pemanasan pada suhu 70-80oC dan dilakukan pengadukan
sampai campuran mengental menyerupai lem ± 1 jam
4. Mencetak lapisan lem pada alat cetak plastik dengan cara
menuangkannya ke dalam alat
5. Menunggu produk plastik biodegradable kering dalam alat cetak
6. Setelah kering, melepaskan lembaran plastik dari cetakannya dan
melanjutkan ke tahap pengujian plastic
30
3.6 Rancangan Biaya
A. Pembuatan Proposal : Rp. 100.000,00
B. Penelitian
1. Sewa Laboratorium @Rp. 250.000,00 : Rp. 250.000,00
2. Singkong Karet, Sorbitol, Gliserol, dan Kitosan : Rp. 250.000,00
3. Sewa Alat dan Bahan Kimia di Laboratorium : Rp. 150.000,00
4. Pembuatan Alat Cetak Plastik : Rp. 250.000,00
5. Teknisi : Rp. 50.000,00
C. Pembuatan Laporan Akhir
1. Kertas A4 70 gram 3 rim @Rp. 40.000,00 : Rp. 120.000,00
2. Tinta printer 4 botol @Rp. 30.000,00 : Rp. 120.000,00
3. CD 6 buah @5.000,00 : Rp. 30.000,00
4. Jilid laporan akhir 6 rangkap @Rp. 20.000,00 : Rp. 120.000,00
5. Penggandaan Laporan Akhir : Rp. 100.000,00
Total : Rp. 1.540.000,00
31
3.7 Kerangka Data Pengamatan
3.7.1 Hasil Analisa Pembuatan Plastik Biodegradable
32
3.8 Rencana Kegiatan
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2017 di Laboratorium Satuan
Operasi Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya. Adapun jadwal kegiatan
tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
33
DAFTAR PUSTAKA
34