Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

“PENGOLAHAN LIMBAH CAIR SECARA KIMIA”

Disusun Oleh :
FENNY PUTRI 2018312009P
WAHYU FEBRIANSYAH 2018312012P

Dosen Pembimbing
RULLY MASRIATINI, S.T., M.T.

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG


JURUSAN TEKNIK KIMIA
2018/2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ............................................................................................................... iii
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
A. Latar belakang ................................................................................................................ 1
B. Tujuan .............................................................................................................................. 1
C. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
BAB II .......................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 3
A. Prinsip .............................................................................................................................. 3
B. MACAM-MACAM PENGOLAHAN AIR SECARA KIMIA .................................... 5
1. Netralisasi dengan basa atau asam ............................................................................ 5
2. Presipitasi ..................................................................................................................... 8
3. Koagulasi dan flokulasi ............................................................................................... 9
4. Adsorpsi ..................................................................................................................... 14
5. Penukar Ion ............................................................................................................... 17
6. Dialisis ........................................................................................................................ 18
7. Perpindahan oksigen dan pencampuran................................................................. 18
8. Ozonisasi .................................................................................................................... 19
9. Khlorin dioksida ........................................................................................................ 19
10. Penghilangan ammonia......................................................................................... 19
BAB III ....................................................................................................................................... 20
PENUTUP .................................................................................................................................. 20
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 20
B. Kritik dan Saran............................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 21

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah
memberikan rahmat serta karuniaNya kepada kita semua sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu dengan judul “Pengolahan Limbah Cair
Secara Kimia”.

Makalah ini disusun sedemikian rupa agar dosen dan teman-teman mahasiswa
dapat dengan mudah memahami isi dari Makalah ini. Harapan saya semoga Makalah ini
dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Walaupun komposisi Makalah ini masih jauh dari unsur kesempurnaan, terutama
dari penyajian kelengkapan materi. Oleh karena itu, saran tak lupa saya nantikan demi
kesempurnaan Makalah ini.

Dengan selesainya Makalah ini, saya menghaturkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan Makalah ini
dari awal sampai akhir.

Palembang, Januari 2019

Penyusun

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah berbahaya dan beracun
adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, atau membahayakan
lingkungan hidup manusia serta makhluk hidup

Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah adalah air
yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan industri yaitu campuran
air dan padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga merupakan air buangan dari hasil
proses yang dibuang ke dalam lingkungan. Berdasarkan sifat fisiknya limbah dapat
dikategorikan atas limbah padat, cair, dan gas.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian


lingkungan. Berbagai teknik pengolahan air limbah untuk menyisihkan bahan polutannya
telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang
telah dikembangkan tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga metode pengolahan,
yaitu pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia, dan pengolahan secara biologi.
Pada makalah ini akan membahas mengenai penolahan limbah cair secara kimia.

B. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui prinsip pengolahan limbah cair secara kimia.


2. Untuk membahas mengenai macam-macam proses pengolahan limbah cair secara
kimia.

1
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah prinsip pengolahan limbah cair secara kimia ?
2. Apa saja macam-macam pengolahan limbah secara kimia ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip
Prinsip yang digunakan untuk mengolah limbah cair secara kimia adalah
menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahan pencemar
yang dikandung air limbah, kemudian memisahkannya (mengendapkan atau
mengapungkan). Kekeruhan dalam air limbah dapat dihilangkan melalui
penambahan atau pembubuhan sejenis bahan kimia yang disebut flokulan. Pada
umumnya bahan seperti aluminium sulfat (tawas), fero sulfat, poli amonium
khlorida atau poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai flokulan. Untuk
menentukan dosis yang optimal, flokulan yang sesuai dan pH yang akan
digunakan dalam proses pengolahan air limbah, secara sederhana dapat dilakukan
dalam laboratorium dengan menggunakan test yang merupakan model sederhana
dari proses koagulasi. Dalam pengolahan limbah cara ini, hal yang penting harus
diketahui adalah jenis dan jumlah polutan yang dihasilkan dari proses produksi.
Umumnya zat pencemar industri kain terdiri dari tiga jenis yaitu padatan terlarut,
padatan koloidal, dan padatan tersuspensi.
Terdapat 3 (tiga) tahapan penting yang diperlukan dalam proses koagulasi
yaitu : tahap pembentukan inti endapan, tahap flokulasi, dan tahap pemisahan flok
dengan cairan.

1. Tahap Pembentukan Inti Endapan


Pada tahap ini diperlukan zat koagulan yang berfungsi untuk
penggabungan antara koagulan dengan polutan yang ada dalam air limbah. Agar
penggabungan dapat berlangsung diperlukan pengadukan dan pengaturan pH
limbah. Pengadukan dilakukan pada kecepatan 60-100 rpm selama 1-3 menit;
pengaturan pH tergantug dari jenis koagunlan yang digunakan, misalnya untuk :
Alum pH 6- 8, Fero Sulfat pH 8-11, Feri Sulfat pH 5-9, dan PAC pH 6-9,3.

3
2. Tahap Flokulasi
Pada tahap ini terjadi penggabungan inti inti endapan sehingga menjadi
molekul yang lebih besar, pada tahap ini dilakukan pengadukan lambat dengan
kecepatan 40-50 rpm selama 15-30 menit. Untuk mempercepat terbentuknya flok
dapat ditambahkan flokulan misalnya polielektrolit. Polielektrolit digunakan
secara luas, baik untuk pengolahan air proses maupun untuk pengolahan air
limbah industri. Polielektrolit dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu nonionik,
kationik dan anionik; biasanya bersifat larut air. Sifat yang menguntungkan dari
penggunaan polielektrolit adalah : volume lumpur yang terbentuk relatif lebih
kecil, mempunyai kemampuan untuk menghilangkan warna, dan efisien untuk
proses pemisahan air dari lumpur( d e w a t e r i n g ) .

3. Tahap Pemisahan Flok dengan Cairan Flok


Tahap Pemisahan Flok dengan Cairan Flok yang terbentuk selanjutnya
harus dipisahkan dengan cairannya, yaitu dengan cara pengendapan atau
pengapungan. Bila flok yang terbentuk dipisahkan dengan cara pengendapan,
maka dapat digunakan alat klarifier, sedangkan bila flok yang terjadi diapungkan
dengan menggunakan gelembung udara, maka flok dapat diambil dengan
menggunakan skimmer. Image Klarifier berfungsi sebagai tempat pemisahan flok
dari cairannya. Dalam klarifier diharapkan lumpur benar- benar dapat diendapkan
sehingga tidak terbawa oleh aliran air limbah yang keluar dari klarifier, untuk itu
diperlukan perencanaan pembuatan klarifier yang akurat. Kedalaman klarifier
dipengaruhi oleh diameter klarifier yang bersangkutan. Misalkan dibuat klarifier
dengan diameter lebih kecil dari 12m, diperlukan kedalaman air dalam klarifirer
minimal sebesar 3,0 m.
Proses pengolahan kimia digunakan dalam instalasi air bersih dan IPAL.
Pengolahan secara kimia pada IPAL biasanya digunakan untuk netralisasi limbah
asam maupun basa, memperbaiki proses pemisahan lumpur, memisahkan padatan
yang tak terlarut, mengurangi konsentrasi minyak dan lemak, meningkatkan
efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi, serta mengoksidasi warna dan racun.

4
Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani
hampir seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yang beracun
atau toksik, dan tidak tergantung pada perubahan konsentrasi. Namun, pengolahan
kimia dapat meningkatkan jumlah garam pada effluent dan meningkatkan jumlah
lumpur.

Tujuan pengolahan air secara kimia :


a. Menetralisasi efluen
b. Miningkatkan kerja separasi solid dan penghilangan bahan-bahan organik
c. Memflokulasi zat-zat anorganik terlarut
d. Menghilangkan konsentrasi sisa lemak dan minyak
e. Meningkatkan kinerja proses flokulasi dan filtrasi
f. Mengoksidasi zat-zat pewarnaan atau bahan beracun yang tidak dapat
mengurai.

B. MACAM-MACAM PENGOLAHAN AIR SECARA KIMIA


Pengolahan secara kimia (chemical treatment) melibatkan beberapa proses kimia,
yaitu :

1. Netralisasi dengan basa atau asam


Limbah cair dari industri pada umumnya bersifat alkali atau asam
sehingga diperlukan proses kimia netralisasi limbah cair. Limbah cair yang
bersifat basa, maka proses netralisasi dilakukan dengan penambahan HCl, atau
asam sulfat, atau gas CO2 sehingga dicapai nilai pH antara 6,50-8,50. Jika gas
karbondioksida tidak tersedia, maka netralisasi dilakukan dengan menggunakan
asam sulfat karena harganya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan asam
asam khlorida. Reaksi kimia netralisasi berlangsung cepat, diperlukan
pengadukan, dilengkapi dengan sensor nilai pH, dan alat pengendali penambahan
asam. Limbah cair yang bersifat asam dinetralkan dengan penambahan bahan
kimia air kapur atau Ca(OH)2, kostik soda atau NaOH, soda abu atau Na2CO3.

5
Netralisasi adalah reaksi antara asam dan basa menghasilkan air dan
garam. Dalam pengolahan air limbah, pH diatur antara 6,0 – 9,5. Di luar kisaran
pH tersebut, air limbah akan bersifat racun bagi kehidupan air, termasuk bakteri.
Jenis bahan kimia yang ditambahkan tergantung pada jenis dan jumlah air limbah
serta kondisi lingkungan setempat. Netralisasi air limbah yang bersifat asam dapat
menambahkan Ca(OH)2 atau NaOH, sedangkan bersifat basa dapat
menambahkan H2SO4, HCl, HNO3, H3PO4, atau CO2 yang bersumber dari flue
gas.
Netralisasi dapat dilakukan dengan dua system, yaitu: batch atau continue,
tergantung pada aliran air limbah. Netralsasi system batch biasanya digunakan
jika aliran sedikit dan kualitas air buangan cukup tinggi. Netralisasi system
continue digunakan jika laju aliran besar sehingga perlu dilengkapi dengan alat
kontrol otomatis.

Adapun macam-macam dari proses netralisasi adalah :


a. Mengalirkan air limbah yang bersifat asam pada media batu kapur
Ini merupakan sistem aliran ke bawah atau ke atas. Dimana maximum
kecepatan hydrolik untuk sistem aliran ke bawah adalah 1 gal / (min, ft2)
(4,07.10-2 m3/min, m2). Konsentrasi asam dibatasi hingga 0,6 % H2SO4 jika
H2SO4 ada dan melapisi butiran kapur dengan bahan CaSO4 & CO2. Kecepatan
hydrolik loading dapat bertambah dengan sistem aliran ke atas karena hasil dari
reaksi dijaga sebelum adanya pengendapan. Sistem ini dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :

6
b. Mencampur Air Limbah yang bersifat asam dengan bahan-bahan yang
bersifat basa

Jenis netralisasi ini tergantung dari macam-macam bahan basa yang


digunakan Magnesium adalah bahan basa yang sangat reaktif dalam asam kuat
dan digunakan pada pH di bawah 4,2.

Netralisasi dengan menggunakan bahan basa dapat didefinisikan


berdasarkan faktor titrasi dalam 1 gram sampel dengan HCl yang dididihkan
selama 15 menit kemudian dititrasi lagi dengan 0,5 N NaOH dengan
menggunakan phenolpthalen sebagai buffer. Mencampurkan bahan-bahan basa
dapat dilakukan dengan pemanasan maupun pengadukan secara fisik. Untuk
bahan yang sangat reaktif, reaksi terjadi secara lengkap selama 10 menit. Bahan-
bahan basa lainya yang dapat digunakan sebagai netralisasi adalah NaOH,
Na2CO3 atau NH4OH.

c. Air limbah yang bersifat basa


Banyak bahan asam kuat yang efektif digunakan untuk menetralkan air
limbah yang bersifat basa, biasanya yang digunakan adalah sulfaric atau
hydrochloric acid. Asap gas yang terdri dari 14 % CO2 dapat digunakan untuk
netralisasi dengan melewatkan gelembung-gelembung gas melalui air limbah
CO2 ini terbentuk dari carbonik acid yang mana dapat bereaksi dengan basa.
Reaksi ini lambat tapi cukup untuk mendapatkan pH antara 7 hingga 8. Cara lain
yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan spray tower.
Adapun beberapa sistem yang digunakan untuk bangunan netralisasi ini adalah :
- Sistem Batch, yang digunakan untuk aliran air limbah hingga 380 m3/hari
- Sistem continouse, dengan pH control dimana dibutuhkan udara untuk
pengadukan dengan minimum aliran air 1-3 ft3/mm, ft2 atau 0,3-0,9
m3/mm, m2 pada kedalaman 9 ft (2,7 m)
Sistem pengadukan mekanis, dimana daya yang digunakan 0,2-0,4 hp/thausand
gal ( 0,04 - 0,08 kW/m3 ).

7
2. Presipitasi
Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara
penambahan bahan - bahan kimia terlarut yang menyebabkan terbentuknya
padatan – padatan. Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan untuk
menghilangkan logam berat, sufat, fluoride, dan fosfat. Senyawa kimia yang biasa
digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium klorida, magnesium
klorida, alumunium klorida, dan garam - garam besi.
Adanya complexing agent, misalnya NTA (Nitrilo Triacetic Acid) atau
EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid), menyebabkan presipitasi tidak dapat
terjadi. Oleh karena itu, kedua senyawa tersebut harus dihancurkan sebelum
proses presipitasi akhir dari seluruh aliran, dengan penambahan garam besi dan
polimer khusus atau gugus sulfida yang memiliki karakteristik pengendapan yang
baik
Pengendapan fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk
mencegah eutrophication dari permukaan. Presipitasi fosfat dari sewage dapat
dilakukan dengan beberapa metode, yaitu penambahan slaked lime, garam besi,
atau garam alumunium.
Metode presipitasi (pengendapan) merupakan salah satu metode
pengolahan limbah yang banyak digunakan untuk memisahkan logam berat dari
limbah cair. Dalam metode presipitasi kimia dilakukan penambahan sejumlah zat
kimia tertentu untuk mengubah senyawa yang mudah larut ke bentuk padatan
yang tak larut.
Presipitasi kimiawi dapat dipakai untuk mengolah limbah encer yang
mengandung bahan beracun, yang dapat diubah menjadi bentuk tak larut,
misalnya limbah yang mengandung arsen, cadmium, chrom, cuprum, plumbum,
hidrargyrum, nikel, argentum, dan zink.
Proses presipitasi tidak hanya melibatkan proses kimia saja , tetapi juga
melibatkan proses fisik . proses fisik yang ada antara lain adalah perubahan bentuk
padatan terlarut yang relatif berukuran kecil menjadi padatan tersuspensi yang
relatif berukuran besar sehingga mudah diendapkan. Faktor fisik lainya adalah
pengadukan untuk mempercepat proses presipitasi kimia .

8
Prinsip presipitasi kimia adalah mengubah senyawa Calcium H atau
Magnesium H dalam kondisi terlarut (nilai kelarutan besar) menjadi senyawa
Calcium Carbonat dan Magnesium Hidroksida yang terendapkan atau memiliki
nilai kelarutan kecil. Oleh karena itu, pemahaman terhadap nilai kelarutan
senyawa dalam air menjadi faktor penting.
Prinsip reaksi pada presipitasi kimia adalah reaksi oksidasi-reduksi yang
membutuhkan kondisi lingkungan (pH, waktu, temperatur, konsentrasi) tertentu.
Reaksi yang terjadi antara konstituen dalam air dengan bahan kimia yang
ditambahkan menghasilkan presipitat yang mudah diendapkan. Diagram alur dari
proses presipitasi kimia dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

3. Koagulasi dan flokulasi


Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel senyawa koloid dalam
limbah cair. Proses pengendapan dengan menambahkan bahan koagulan ke dalam
limbah cair sehingga terjadi endapan pada dasar tangki pengendapan. Flokulasi
adalah proses pengendapan pencemar dalam limbah cair dengan penambahan
bahan koagulan utama dan koagulan pendukung sehingga terjadi gumpalan
sebelum mencapai dasar tangki pengendap. Flokulasi dikenal pula sebagai
pencampuran (mixing), namun kecepatan pencampuran sangat lambat, dan tangki
flokulasi dilengkapi dengan pengaduk bentuk pedal, dan baffle atau sirip di
dinding tangki flokulasi. Limbah cair yang diberi koagulan dengan dosis tertentu
diaduk dalam tangki flokulasi kemudian pengaduk dimatikan dan didiamkan,
maka akan terbentuk endapan di bagian bawah. Nilai pH untuk koagulasi harus

9
diperhatikan, misal garam-garam besi bekerja pada nilai pH antara 4,50 sampai
5,50. Sebaliknya, garam alumunium bekerja pada nilai pH antara 5,50 sampai
6,30. Limbah cair pada perlakuan primer terdiri atas senyawa organik dalam
bentuk suspensi dan senyawa organik terlarut kemudian mengalir masuk ke dalam
tangkisedimentasi dan didiamkan selama 2 sampai 3 jam sehingga terbentuk air
limbah relatif bersih dengan campuran padatan dan limbah cair atau lumpur
primer (primary sludge).

Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang


tersuspensi koloid yang sangat halus didalam air limbah, menjadi gumpalan-
gumpalan yang dapat diendapkan, disaring, atau diapungkan. Air baku dari air
permukaan sering mengandung bahan-bahan yang tersusun oleh partikel koloid
yang tidak bisa diendapkan secara alamiah dalam waktu singkat. Partikel- partikel
koloid dibedakan berdasarkan ukuran. Jarak ukurannya antara 0,001 mikron (10-
6 mm) sampai 1 mikron (10-3 mm). Partikel yang ditemukan dalam kisaran ini
meliputi (1) partikel anorganik, seperti serat asbes, tanah liat, dan lanau/silt, (2)
presipitat koagulan, dan (3) partikel organik, seperti zat humat, virus, bakteri, dan
plankton. Dispersi koloid mempunyai sifat memendarkan cahaya. Sifat
pemendaran cahaya ini terukur sebagai satuan kekeruhan. Koloid merupakan
partikel yang tidak dapat mengendap secara alami karena adanya stabilitas
suspensi koloid. Stabilitas koloid terjadi karena gaya tarik van der Waal's dan gaya
tolak/repulsive elektrostatik serta gerak brown. Kestabilan koloid dapat dikurangi
dengan proses koagulasi (proses destabilisasi) melalui penambahan bahan kimia
dengan muatan berlawanan. Terjadinya muatan pada partikel menyebabkan antar
partikel yang berlawanan cenderung bergabung membentuk inti flok.

Untuk penghilangan zat-zat berbahaya dari air, salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah proses koagulasi dan flokulasi. Koagulasi dan flokulasi
merupakan proses yang terjadi secara berurutan untuk mentidakstabilkan partikel
tersuspensi, menyebabkan tumbukan partikel dan tumbuh menjadi flok.

Proses koagulasi selalui diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan


inti flok atau flok kecil menjadi flok yang berukuran besar. Tahap awal dimulai

10
dengan proses koagulasi, koagulasi melibatkan netralisasi dari muatan partikel
dengan penambahan elektrolit. Dalam hal ini bahan yang ditambahkan biasanya
disebut sebagai koagulan atau dengan jalan mengubah pH yang dapat
menghasilkan agregat/kumpulan partikel yang dapat dipisahkan. Hal ini dapat
terjadi karena elektrolit atau konsentrasi ion yang ditambahkan cukup untuk
mengurangi tekanan elektrostatis di antara kedua partikel. Agregat yang terbentuk
akan saling menempel dan menyebabkan terbentuknya partikel yang lebih besar
yang dinamakan mikroflok, dimana mikroflok ini tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Pengadukan cepat untuk mendispersikan koagulan dalam larutan dan
mendorong terjadinya tumbukan partikel sangat diperlukan untuk memperoleh
proses koagulasi yang bagus. Biasanya proses koagulasi ini membutuhkan waktu
sekitar 1-3 menit.

Tahap selanjutnya dari proses koagulasi adalah proses flokulasi. Flokulasi


disebabkan oleh adanya penambahan sejumlah kecil bahan kimia yang disebut
sebagai flokulan (Rath & Singh, 1997). Mikroflok yang terbentuk pada saat proses
koagulasi sebagai akibat penetralan muatan, akan saling bertumbukan dengan
adanya pengadukan lambat. Tumbukan tersebut akan menyebabkan mikroflok
berikatan dan menghasilkan flok yang lebih besar. Pertumbuhan ukuran flok akan
terus berlanjut dengan penambahan flokulan atau polimer dengan bobot molekul
tinggi. Polimer tersebut menyebabkan terbentuknya jembatan, mengikat flok,
memperkuat ikatannya serta menambah berat flok sehingga meningkatkan rate
pengendapan flok. Waktu yang dibutuhkan untuk proses flokulasi berkisar antara
15-20 menit hingga 1 jam.

Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan


pengaduk lambat, (seperti terlihat pada gambar dibawah ini) . Pada bak pengaduk
cepat, dibubuhkan bahan kimia (disebut koagulan). Pengadukan cepat
dimaksudkan agar koagulan yang dibubuhkan dapat tercampur secara
merata/homogen. Pada bak pengaduk lambat, terjadi pembentukan flok yang
berukuran besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.

11
Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah
aluminium sulfat atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu,
seperti polielektrolit dibutuhkan untuk memproduksi flok yang cepat
mengendap. Faktor utama yang mempengaruhi koagulasi dan flokulasi air
adalah kekeruhan, padatan tersuspensi, temperatur, pH, komposisi dan
konsentrasi kation dan anion, durasi dan tingkat agitasi selama koagulasi dan
flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan, koagulan-pembantu. Beberapa
jenis koagulan beserta sifatnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Pemilihan koagulan dan kadarnya membutuhkan studi laboratorium atau


pilot plant (menggunakan jar test apparatus) untuk mendapatkan kondisi
optimum.

Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:

12
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan
alum, maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium
hidroksida.

Proses koagulasi-flokulasi dijelaskan secara sebagai berikut:

1. Partikel koloid tidak bisa mengendap karena bersifat stabil.

2. Kestabilan koloid dapat diganggu dengan penambahan koagulan dan

pengadukan cepat.

3. Partikel yang tidak stabil cenderung untuk saling berinteraksi dan bergabung

membentuk flok yang berukuran besar.

13
4. Adsorpsi
Adsorpsi adalah salah satu dari sifat koloid yang merupakan proses
penyerapan suatu partikel zat baik berupa ion, atom, atau molekul pada
permukaan zat lain. Adsorpsi terjadi karena adanya gaya tarik yang tidak
seimbang pada partikel zat yang berada pada permukaan absorben.

Gambar ilustrasi proses terjadinya adsorpsi dengan menggunakan karbon aktif.

14
Dalam sistem koloid, partikel-partikel fase terdispersi tersebar merata dalam
medium pendispersinya sebagai molekul-molekul yang sangat halus. Setiap partikel-
pertikel koloid mempunyei permukaan yang berbatasan dengan mediumnya. Permukaan
partikel ini mempunyai kemampuan adsorpsi sangat besar.

Apabila partikel koloid mengadsorpsi ion-ion yang ada di dalam medium


pendispersi, maka partikel-partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Adsorpsi
mengakibatkan partikel-partikel koloid menjadi bermuatan sejenis. Oleh karena itu,
partikel-partikel koloid saling berjauhan sehingga tidak terjadi penggumpalan. Hal inilah
yang membuat kolid stabil.

Atas dasar fenomena kejadiannya, adsorpsi juga dibedakan menjadi tiga macam.
Yang pertama disebut chemisorption, terjadi karena ikatan kimia (chemical bonding)
antara molekul zat terlarut (solute) dengan molekul adsorban. Adsorpsi ini bersifat sangat
eksotermis dan tidak dapat berbalik (irreversible). Yang kedua, adsorpsi fisika (physical
adsorption, terjadi karena gaya tarik molekul oleh gaya van der Waals dan yang ketiga
disebut ion exchange (pertukaran ion), terjadi karena gaya elektrostatis.

Proses adsorpsi dengan menggunakan adsorben digunakan untuk memisahkan


senyawa pencemar dalam limbah cair. Proses adsorpsi adalah kumpulan senyawa kimia
dipermukaan adsorben, padat sebaliknya absorpsi adalah penetrasi kumpulan senyawa
kimia ke dalam senyawa padat. Jika kedua peristiwa terjadi simultan maka peristiwa ini
disebut adsorpsi. Karbon aktif digunakan sebagai adsorben untuk menghilangkan
kontaminan. Karbon aktif terbuat dari kayu, batu bara, lignit, tempurung kepala, dan
tulang ternak serta limbah sayuran kemudian dipanaskan tanpa adanya oksigen sehingga
terbentuk arang utuh.

Pengolahan air secara adsorpsi merupakan proses pemisahan air dari pengotornya
dengan cara penyerapan pengotor seperti partikel-partikel halus, kation-kation terlarut
atau bau yang terkandung dalam air. Media adsorpsi yang umum digunakan dalam
pengolahan air adalah karbon aktif atau mineral zeolit. Karbon aktif ataupun zeolit
memiliki sifat sebagai adsorben sehingga mampu menyerap partikel atau kation-kation
dan bau yang terlarut atau tercampur dalam air.

15
Skematika pengolahan air dengan mekanisme penyerapan atau adsorpsi dapat
dilihat pada gambar di bawah. Instalasi pengolahan terdiri dari dua tangki dengan ukuran
yang disesuaikan dengan kebutuhan. Tangki pertama merupakan tangki utama
pengolahan. Tangki ini diisi oleh adsorben sebagai media pengolah air. Tangki kedua
merupakan tangki untuk tempat menyimpan air hasil pengolahan, tempat air bersih.

Adsorpsi ialah pengumpulan zat terlarut di permukaan media dan merupakan jenis
adhesi yang terjadi pada zat padat atau zat cair yang kontak dengan zat lainnya. Proses
ini menghasilkan akumulasi konsentrasi zat tertentu di permukaan media setelah terjadi
kontak antarmuka atau bidang batas (paras, interface) cairan dengan cairan, cairan dengan
gas atau cairan dengan padatan dalam waktu tertentu. Contohnya antara lain
dehumidifikasi, yaitu pengeringan udara dengan desiccant (penyerap), pemisahan zat
yang tidak diinginkan dari udara atau air menggunakan karbon aktif, ion exchanger untuk
zat terlarut di dalam larutan dengan ion dari media exchanger. Artinya, pengolahan air
minum dengan karbon aktif hanyalah salah satu dari terapan adsorpsi.

Ahli pengolahan air membagi adsorpsi menjadi tiga langkah, yaitu


(1)makrotransport: perpindahan zat pencemar, disebut juga adsorbat (zat yang
diadsorpsi), di dalam air menuju permukaan adsorban; (2)mikrotransport: perpindahan
adsorbat menuju pori-pori di dalam adsorban; (3)sorpsi: pelekatan zat adsorbat ke dinding
pori-pori atau jaringan pembuluh kapiler mikroskopis.

16
5. Penukar Ion
Prinsip pertukaran ion adalah selektifitas, artinya ion yang mempunyai
koefisien selektifitas besar mampu menggantikan ion lain di resin yang koefisien
selektifitasnya lebih kecil.

Pertukaran ion dalam reaksi kimia dapat ditulis: nR-A+ + Bn+ Rn-Bn+ + nA+

Tipe resin yang digunakan dalam pertukaran ion :


1. Resin pertukaran kation (mengandung kation yang dapat dipertukarkan).
2. Resin pertukaran asam kuat.
3. Resin pertukaran asam lemah.

Resin pertukaran anion (mengandung anion yang dapat dipertukarkan)


1. Resin pertukaran basa kuat.
2. Resin pertukaran basa lemah.

17
6. Dialisis
Proses membran adalah proses pemisahan senyawa dari larutan yang
berisi senyawa dengan menggunakan membran permiabel selektif. Proses
membran terdiri atas proses dialisis, elektrodialisis, dan reverse osmosis. Dialisis
adalah proses pemisahan solute dari berbagai ionik atau ukuran molekul dalam
larutan oleh membran permiabel selektif.

7. Perpindahan oksigen dan pencampuran


Pada perlakuan lumpur aktif, lagon teraerasi, dan proses digesi diperlukan
adanya oksigen dalam proses aerobik dan proses pencampuran dengan hasil
padatan tersuspensi. Perpindahan oksigen dan proses pencampuran dilakukan
dengan aerasi dari alat kompresor. Sistem aerobik menggunakan bak terbuka yang
berisi limbah cair kemudian dipasok oksigen dalam udara untuk proses
metabolisme sehingga mampu mendegradasi senyawa organik dalam limbah cair
dengan nilai BOD yang tidak terlalu tinggi.

18
8. Ozonisasi
Pendekatan bioteknologi ramah lingkungan terhadap limbah pestisida dan
limbah senyawa organik lainnya merupakan pendekatan yang sangat dianjurkan
untuk diterapkan meskipun proses ozonisasi lebih lama jika dibandingkan dengan
proses kimia. Ozonisasi adalah salah satu pendekatan proses kimia untuk
mendegradasi limbah pestisida dalam limbah cair dan limbah senyawa organik
meskipun limbah pestisida merupakan residu yang permanen. Residu pestisida
organofosfor sangat sensitif terhadap ozonisasi misalnya parathion, malathion,
fosalon, dimefox, dan lain-lain. Tujuan ozonisasi adalah mengeliminasi bakteri
patogen dalam air maupun limbah cair.

9. Khlorin dioksida
Metode penambahan khlorin ke limbah cair untuk mengoksidasi senyawa
ammonia menjadi gas nitrogen dipengaruhi oleh: waktu kontak reaksi, suhu
reaksi, dan nilai pH reaksi. Kerugian dengan melakukan metode ini adalah:

1. Diperlukan sistem pengendalian nilai pH.

2. Diperlukan biaya operasi mahal karena jumlah larutan NaOH dan Khlorin
cukup besar dan mahal serta merupakan bahan berbahaya dan beracun.

3. Diperlukan deklorinasi.

4. Adanya senyawa karsinogen hidrokarbon terklorinasi.

5. Sangat peka terhadap perubahan suhu untuk menghilangkan senyawa


ammonia-nitrogen sampai konsentrasi 0,10 mg/L.

10. Penghilangan ammonia


Ammonia dihasilkan oleh dekomposisi senyawa organik terdapat dalam
limbah cair yang harus dihilangkan sebab ammonia bersifat toksik atau beracun
terhadap kehidupan ikan air tawar jika konsentrasi ammonia dalam air lebih dari
3 mg/L dan senyawa ammonia akan dioksidasi oleh mikroba menjadi nitrat
dengan menggunakan oksigen.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Prinsip yang digunakan untuk mengolah limbah cair secara kimia adalah
menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahan
pencemar yang dikandung air limbah, kemudian memisahkannya
(mengendapkan atau mengapungkan).
2. Macam-macam pengolahan air secara kimia dapat dilakukan dengan :
netralisasi dengan basa atau asam, presipitasi , koagulasi dan flokulasi,
adsorpsi, penukaran ion, dialisis, perpindahan oksigen dan
pencampuran,ozonisasi,khlorin dioksida, dan penghilangan ammonia.

B. Kritik dan Saran


Apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah dalam kata maupun
gambar ini kami mohon kritik dan sarannya demi penyempurnaan makalah ini
dimasa yang akan datang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Suprihatin (2002), Mengamankan Air Minum Isi Ulang, Institut Pertanian Bogor.

Kusnaedi (2010), Mengolah Air Kotor untuk Air Minum, Penebar Swadaya, Cetakan I,
Jakarta

Taboada, Peter. 2002. Water Treatment System for Dialysis. Spain: Millarada, 68-Villar
de Infesta.

Hammer Mark, J. Water and Wastewater Technologi. John Wiley & Sons, 1977. Chapter
11

Metcalf & Eddy. Wastewater Treatment and Reuse, Fourth Edition. Mc-Graw Hill Higher
Education, 2003. Chapter 5.

Sugiharto. Dasar – dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta : UI – Press, 1987.

21

Anda mungkin juga menyukai