Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Peningkatan jumlah tenaga kerja dalam sektor industri tentu saja membawa dampak

terhadap keadaan sosial masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari adanya perkembangan
industri berupa dampak positif dan dampak negatif. Salah satu contoh dampak negatif yang
ditimbulkan adalah penurunan kondisi kesehatan dan keselamatan para pekerja dikarenakan
keadaan pekerja dilapangan atau di dunia industri belum dilindungi sistem pencegahan dan
penanggulangan bahaya dunia industri terhadap keselamatan jiwa baik secara langsung
maupun dalam jangka waktu yang lama.
Perlindungan tenaga kerja diatur dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja: bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktifitas
nasional. Menghadapi tuntunan perlindungan terhadap tenaga kerja perlu kiranya pelaksanaan
dan pengawasan K3 dari pihak manajemen perusahaan ditempat kerja guna meningkatkan
produktifitas perusahaan, sehubungan dengan itu perlu adanya budaya K3 ditempat kerja.
Penerapan budaya K3 harus dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan K3 yang
melibatkan seluruh aktifitas perusahaan melalui jalur pendidikan dan pelatihan K3 untuk
meningkatkan pengaruh dan pemahaman K3 dari semua aktifitas perusahaan, serta
melaksanakan sosialisasi pada semua tenaga kerja agar dapat meningkatkan produktifitas
perusahaan serta memperkecil angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sampai zero
accident. (Undang-undang No. 01 1970 tentang keselamatan kerja)
Tingkat penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sangat berpengaruh pada tingkat
keselamatan kerja, dimana semakin rendah frekuensi penggunaan APD, semakin besar
kesempatan terjadinya kecelakaan kerja.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 8/MEN/VII/2010
pasal 1 (1) yang berbunyi Alat Pelindung Diri di definisikan sebagai alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh
tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Maka diwajibkan oleh setiap pengusaha agar
menyediakan APD bagi pekerja di tempat kerja. Pengusaha wajib memberikan APD secara
Cuma Cuma kepada karyawan, begitu juga karyawan wajib menggunakan APD sesuai jenis

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

pekerjaan. Penggunaan APD merupakan suatu keharusan bagi tenaga kerja yang bekerja
ditempat kerja sesuai prosedur tata cara penggunaan APD yang benar menurut fungsi dan jenis
pekerjaan masing masing.
Untuk itu diperlukan suatu sistem penanggulangan bahaya yang disebut dengan
kesehatan dan keselamatan kerja, dan salah satu indikator penting pelaksanaannya adalah
penerapan alat pelindung kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja merupakan kelengkapan yang harus dipakai
pada saat melakukan pekerjaan yang disesuaikan dengan bahaya, resiko, dan untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang-orang disekitarnya. Kewajiban untuk menggunakan
APD ini, telah menjadi kesepakatan bersama dengan Pemerintah melalui Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi.
Salah satu perusahaan yang mempunyai K3 dan telah melakukan sistem penerapan APD
di Indonesia adalah PT Indah Kiat Pulp and Paper (PT IKPP). Perusahan ini bergerak sebagai
penyedia teknologi untuk proses pembuatan kertas. Proses produksi PT IKPP Serang Mill
terdiri dari stock preparation, paper machine dan finishing converting. Untuk mengurangi
angka kecelakaan, perusahaan ini menerapkan APD kepada tenaga kerjanya, untuk
mengantisipasi dan mengurangi angka kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh lingkungan
kerja yang tidak aman (unsafecondition).

1.2

Maksud dan Tujuan


Maksud dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah mengevaluasi sistem penerapan Alat

Pelindung Diri (APD) pada unit paper production PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill.
Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek di PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill :
A. Memastikan sistem penerapan APD di PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill telah
seseuai

dengan

Peraturan

Menteri

Tenaga

Kerja

dan

Transmigrasi

No.

Per.08/Men/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri.


B. Memastikan sistem penerapan APD di PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill telah
sesuai dengan SOP yang digunakan.
C. Memberikan masukan kepada PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill tentang
sistem penerapan APD agar menjadi lebih baik.
D. Memastikan kesesuaian APD dengan jenis pekerjaan.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

1.3

Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang akan dibahas :
A. Mempelajari proses produksi dan peraturan keselamatan yang terkait.
B. Mempelajari faktor penyebab kecelakaan di lingkungan unit produksi.
C. Meninjau dan mengevaluasi penerapan alat pelindung diri pada unit paper production
di PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill serta membandingkan peraturan yang
terdapat di PT Indah Kiat Pulp and Paper dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri.

1.4

Metodologi Pelaksanaan Kerja Praktek


Metodologi yang digunakan dalam penyusunan laporan kerja ini adalah sebagai
berikut:
A. Metode data primer, yaitu data yang diperoleh langsung pada sumbernya seperti
data dari wawancara langsung dan observasi lapangan.
B. Metode data sekunder, yaitu melakukan studi literatur mengenai regulasi alat
pelindung diri disuatu industri sesuai dengan peraturan perundang undangan di
Indonesia.
C. Metode Analisis, yaitu metode yang dilakukan dengan menganalisa data yang
didapatkan lalu dibandingkan dengan literatur/standar baku mutu yang ada serta
informasi lainnya.
Tahapan Metodologi kerja praktek dapat dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Metodologi

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

1.5

Lokasi Kerja Peraktek


Pelaksanaan kerja praktek ini berlokasi di Jl. Raya Serang Km. 76, Desa Kragilan,

Serang 42184. Banten Indonesia

1.6

Pelaksanaan Kerja Praktek


Mulai

: 1 Juni 2015

Berakhir

: 31 Juli 2015

Jadwal kegiatan kerja praktek yang dilakukan di PT Indah Kiat Pulp and Paper
Serang Mill dapat dilihat pada tabel 1.1. Jadwal kegiatan kerja praktek pada bulan Juni dan
tabel 1.2. Jadwal kegiatan kerja praktek pada bulan Juli:

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Kerja Praktek Bulan Juni


JADWAL KEGIATAN KERJA PRAKTEK
Kegiatan Kerja Praktek

Bulan Juni
Minggu Pertama

Minggu Kedua

Minggu Ketiga

Minggu Keempat

Membantu membuat dokumen


OHSAS dan mencari literatur.
Membantu membuat dokumen
OHSAS,mencari literatur, dan
mencari data gambaran umum PT
Indah Kiat Pulp and Paper Serang
Mill.
Membantu membuat dokumen
OHSAS dan membuat laporan.
Membantu membuat dokumen
OHSAS dan membuat laporan.

Tabel 1.2 Jadwal Kegiatan Kerja Praktek Bulan Juli


JADWAL KEGIATAN KERJA PRAKTEK
Bulan Juni
Kegiatan Kerja Praktek
Minggu Pertama Minggu Kedua Minggu Ketiga

Minggu Keempat

Survey lapangan dan Mencari


data yang dibutuhkan :
Melakukan wawancara dengan
karyawan, Mengambil
dokumentasi, Jenis alat
pelindung diri apa yang di
berikan kepada
karyawan,Jumlah alat pelindung
diri (apakah diberikan untuk
semua karyawan atau tidak),
Data jumlah kecelakaan kerja
pada tahun 2014 - 2015.
Mencari data -data yang kurang
dan membuat laporan.

Pembuatan laporan

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

1.7

Sistematika Laporan Kerja Peraktek


A. BAB I Pendahuluan
Menjabarkan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup kerja praktek,
lokasi kerja praktek, sistemamtika serta waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek.
B. BAB II Gambaran Umum PT. Indah Kiat Pulp and Paper, Tbk Serang Mill
Menjelaskan tentang sejarah dan struktur organisasi beserta gambaran umum PT Indah
Kiat Pulp and Paper, Tbk Serang Mill.

C. BAB III Tinjauan Pustaka


Menguraikan mengenai referensi yang digunakan untuk melakukan evaluasi dalam
kerja praktek ini, yaitu berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang
meliputi Alat pelindung Diri (APD) pada karyawan atau pengguna.

D. BAB IV Hasil dan Pembahasan


Menguraikan analisa dan pembahasan tentang proses kerja di unit paper production
secara fisik diantaranya adalah kesehatan dan keselamatan kerja, kecelakaan kerja dan
fasilitas yang tersedia Alat Pelindung Diri (APD).

E. BAB V Kesimpulan dan Saran


Menguraikan kesimpulan dan saran atas pembahsan yang telah dilakukan sebagai
alternatif pertimbangan untuk perbaikan.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

BAB II
GAMBARAN UMUM PT INDAH KIAT PULP AND PAPER SERANG
MILL

2.1

Nama dan Lokasi PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) Serang Mill

Nama Instansi Penerima

: PT Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk Serang Mill

Lokasi Instansi Penerima

: Jl. Raya Serang Km. 76, Serang, Banten Indonesia.

2.2

Gambaran Umum Perusahaan PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill
PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk berdiri sejak tahun 1990 didirikan oleh Sutomo

Yamato,

seorang

pengusaha

kelahiran

Siantar-Sumatra

Utara

yang

bekerjasama

dengan perusahaan dari Taiwan. PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk merupakan salah satu
pabrik yang memproduksi kertas industri antara lain ivory, manila, art board, dupleks, gloss
coated, flutting medium, liner board, white kraft, dan tripleks.
PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk ini merupakan cabang dari Sinar Mas dimana untuk
di international khususnya di asia lebih terkenal dengan APP (Asian Pulp and Paper).
PT IKPP telah tampil sebagai sebuah produk dari suatu pengaruh dari yang maha besar sebagai
akibat dari perkembangan bisnis Indonesia pada tingkat pasar domestik dan internasional.
PT IKPP adalah anak perusahaan yang tak langsung dari asia pulp dan paper Co. Ltd,
perusahaan dari Singapura yang merupakan salah satu perusahaan pulp & paper terbesar dan
terintegrasi. Di asia perusahan ini terdaftar pada Bursa Efek New York dengan
kapitalisasi pasar kurang lebih US,$ 2,5 milyar. Pada bulan Juni 1990, perusahaan mengadakan
penawaran publik yang pertama akan sahamnya di Indonesia, dan pada saat ini terdaftar pada
Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

2.3
Mill

Sejarah Singkat Perusahaan PT Indah Kiat Pulp and Paper (PT IKPP) Serang

PT Indah Kiat Pulp and Paper (PT IKPP) merupakan bentuk perusahaan PMA
(Penanaman Modal Asing) yang didirikan atas joint venture sebuah perusahaa Indonesia
(PT Berkat Indah Agung) dan dua perusahaan Taiwan (Chung Hwa Pulp International
Coorporation dan Yuen Foung Yue Global Investment Coorporation). Di dalam prakteknya,

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

perusahaan Taiwan bertindak sebagai penyedia teknologi untuk proses pembuatan kertas,
sedangkan perusahaan Indonesia bertindak sebagai penyedia akses.
PT IKPP didirikan oleh Eka Tjipta Widjaja di Tangerang pada tanggal 7 Desember
1976. Pada awalnya, di tahun 1977, perusahaan ini hanya memiliki dua buah paper machine
yang masing masing berkapasitas produksi 100 ton/hari. Pada April 1979, PT IKPP mulai
menghasilkan produk komersial, hingga pada bulan Juni 1982, PT IKPP menambah sebuah
paper machine lagi untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga meningkat menjadi 150
ton/hari.
Pada bulan Maret 1984, perusahaan ini mencapai kesuksesan dalam memproduksi
produk komersial. Kemudian bulan April 1988 dilakukan modifikasi dan reparasi mesin kertas
sehingga total produksi kertas menjadi 250 ton/hari. Pada bulan Januari 1986, grup Sinar Mas
membeli 67% total saham PT IKPP, sedangkan Chung Hwa Pulp International Coorporation
dan Yuen Foung Yue Global Investment Coorporation sebsar 23% dan 10%. Beberapa tahun
setelahnya, pada bulan Juni 1990, PT IKPP mulai mempublikasikan diri dengan melakukan
penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan harga US, $ 326
juta yang mewakili 13% total sahamnya.
Pada bulan Desember 1992, PT IKPP resmi mengakui sisi PT Sinar Dunia Makmur,
sebuah perusahaan industri kertas yang menjadi anggota manajemen PT Sinar Mas Group yang
berlokasi di Desa Kragilan, Serang Banten. Kemudian pada bulan Oktober 1996. PT IKPP
menambah dyer pada mesin pulper no 8 untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi
135.000 ton/tahun. Pada tahun 2006, saham kepemilikan PT IKPP dimiliki oleh 4 perusahaan,
antara lain PT Puri Nusa Eka Persada (57.25%), Chung Hwa Pulp Int (BUI), Co (16.11%),
Yuen Fuon Yue Invest Co (7.62%) dan publik (19.02%).
Saat ini, PT IKPP memiliki tiga pabrik yang terletak di lokasi yang berlainan, antara
lain pabrik pulp dan kertas terintegrasi yang berlokasi di Perawang-Riau, pabrik kertas industri
yang berlokasi di Serang-Banten, serta pabrik kertas budaya yang terletak di TangerangBanten. PT IKPP, Tbk. Tangerang memiliki kapasitas terkecil di antara dua pabrik lainnya
tetapi merupakan pabrik yang paling menguntungkan, sedangkan pabrik yang terletak di
Perawang merupakan Pabrik terbesar dengan kapasitas terbesar 500.000 ton/tahun dengan
proses terkomputerisasi.
PT IKPP Tangerang sendiri menempati daerah seluas 28 hektar. PT IKPP, Tbk.
Tangerang memiliki tiga mesin kertas Foudrinier, yang memiliki lebar trim 2,75 m dan total
kapasitas produksi sekitar 135.000 ton/tahun. Jenis kertas yang diproduksi di sini adalah kertas
budaya, antara lain kertas cetak, kertas fotokopi, kertas komputer, kertas duplikator, dll. Jenis
Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

kertas kertas tersebut menggunakan bahan baku pulp LBKP (pulp serat pendek) dan pulp
NBKP (pulp serat panjang). PT IKPP Tangerang menenerapkan Chain of Custody of Forest
Based Product (PEFC) sehingga bahan baku pulp yang digunakan dapat dilacak hingga hutan
asal kayunya.

2.4

Visi, Misi dan Tujuan PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) Serang Mill

Visi dari PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill :


PT IKPP Serang, Tbk merupakan perusahaan pertama di ASEAN yang telah
mendapatkan penghargaan dari BIR atas komitmennya untuk mendaur ulang kertas bekas
sebagai bahan baku produksi. Pencapaian ini tentu saja tidak lepas dari hasil penerapan visi
perusahaan yaitu:
Berdasarkan pernyataan tersebut, PT IKPP Serang berjuang untuk menjadi perusahaan
kertas nomor satu di abad dua puluh satu dengan standar internasional tertinggi di dunia dan
komitmen penuh untuk menyediakan nilai superior kepada para pelanggan, pemegang saham,
karyawan dan komunitas. Visi ini diraih dengan kerja keras, beberapa diantaranya dibuktikan
melalui keberhasilan meraih sertifikasi ISO 14001 (2004) untuk manajemen lingkungan, ISO
9001 (2008) untuk kertas dan converting, FDA (Food Drugs Administration), PEFC,
International Public Relations (2006) atas pemberdayakan masyarakat lokal, dan lainnya.

Misi dari PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill :

Meningkatkan pangsa pasar di dunia.

Menggunakan teknologi mutakhir dalam pengembangan produk baru serta penerapan


efisiensi pabrik.

Meningkatkan sumber daya manusia melalui pelatihan.

Mewujudkan komitmen usaha berkelanjutan disemua kegiatan operasional.

Tujuan dari PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill :

Penciptaan high value product.

Memenuhi kebutuhan pasar.

Menemukan pasar potensial baru.

Memenuhi standar spesifikasi konsumen.

Mempertahankan kualitas bersetandar internasional .

Mendapatkan sertifikasi dan pengakuan internasional atas produk PT IKPP.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

2.5

Mengurangi biaya produk.

Memastikan supply kertas ke konsumen lancar.

Memastikan supply bahan baku pulp lancar.

Mengembangkan kapasitas produksi pulp.

Melestarikan lingkungan.

Struktur Organisasi PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) Serang Mill
Struktur organisasi dari PT IKPP, Tbk. Tangerang berbentuk struktur organisasi

fungsional dimana pendelegasian tugas dari pimpinan ke bawahan dan tanggung jawab hasil
bawahan kepada pimpinan berjalan vertikal sesuai dengan tugas dan wewenang masing
masing. PT IKPP, Tbk. Serang dipimpin oleh seorang kepala pabrik, dibantu oleh Mill
Manager Office dan membawahi enam departemen. Tugas dan fungsi masingmasing terbagi
ke dalam sub sub organisasi sebagai berikut:

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT Indah Kiat Serang Mill

2.6

Produk Prusahaan
PT IKPP Serang, Tbk terhadap lingkungan dikomunikasikan melalui pesan bahwa

setiap tahunnya perusahaan telah membeli sebanyak satu juta ton serat daur ulang kertas dan
karton bekas. Sehingga, perusahaan mengklaim bahwa dengan membeli dan menggunakan
limbah kertas sebagai bahan dasar atau bahan baku utama produksi kertas, PT IKPP

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

Serang, Tbk terbukti secara signifikan mampu mengurangi jumlah sampah di tempat
pembuangan sampah akhir.
Produk PT IKPP Serang, Tbk memproduksi dan mengekspor kertas tulis dan cetak.
Hanya saja PT IKPP Serang, Tbk melengkapi produknya dengan mengonversi lembaran kertas
gelombang menjadi kardus baru bernilai ekonomis. Sejak tahun 1991 PT IKPP Serang, Tbk
telah menjadi salah satu industri pengolahan kertas di Kabupaten Serang-Banten. Para
konsumen berasal baik skala nasional maupun internasional.

2.7

Unit Produksi
Proses produksi PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill terdiri dari stock

preparation, paper machine and finishing converting, tahapan proses produksi di industri ini
dapat dilihat pada Gambar 2.2. dan Gambar 2.3:

Gambar 2.2. Diagram Alir Unit Pruduksi Kertas

Gambar 2.3. Diagram Alir Mesin Unit Produksi Kertas

A.

Stock Preparation
Pulp secara mekanis diolah menjadi bubur pulp kemudian di bentuk menjadi lembaran

melalui paper machine. Tahap ini menggunakan dua bahan baku, yaitu: LBKP (Laubholz
Bleached Kraft Pulp), NBKP (Nedelholz Bleached Kraft Pulp). Proses ini memiliki tiga tahap,
yaitu:
Proses Pembuburan (Pulping).
Proses penghancuran bahan baku lembaran puper (puper sheet) menjadi bubur kertas atau pulp
dalam suatu alat pulper .

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

10

Proses Penggilingan (Refining)


Refining adalah proses penggilingan serat dalam suatu alat yang disebut refiner sampai
didapatkan tingkat kehalusan tertentu untuk menghasilkan kekuatan ikatan serat yang
optimum. Sebelum masuk ke refiner, pulp dilewatkan pada HDC (High Density Cleaner)
sehingga kotoran berat seperti pasir, logam, gumpalan pulp dan lainnya akan terpisah.
Kemudian dikontrol konsistensi bubur kertas dengan alat CRC (Consistency Recording
Controller).
Proses Pencampuran (Mixing)
Merupakan proses pencampuran pulp berserat panjang dan pendek dalam sebuah alat yaitu
mixing chest. Tujuan pencampuran ini agar tensile strength (daya tahan kertas terhadap gaya
tarik yang bekerja pada kedua ujung kertas) dapat ditingkatkan.

B.

Paper Machine
Merupakan bagian yang bertanggung jawab terhadap pembuatan kertas. Di bagian ini

bubur kertas yang berasal dari Stock Preparation diolah sehingga dihasilkan lembaranlembaran kertas dalam bentuk jumbo-jumbo roll. Di bagian paper machine ini terbagi dalam
beberapa tahap, yaitu:
Pembersihan.
Dimulai saat pulp dari machine chest dialirkan ke stuff box yang berfungsi untuk mengatur
jumlah aliran bahan, kemudian diencerkan dengan white water dari silo pit dan dipompakan ke
centricleanner.
Penyaringan
Pulp dialirkan ke horizontal screen agar bubur kertas terpisah dari gumpalan serat dan kotoran
yang tertinggal. Gumpalan serat ini dibuang ke pack pulper.
Penyebaran
Bubur kertas dialirkan ke head box yang berfungsi untuk menyebarkan bubur secara merata
pada wire part, disini terdapat dandy roll yang berfungsi untuk mengurangi air.
Pengurangan Air
Air dari wire part diloloskan ke bawah sehingga terbentuk lembaran kertas yang masih basah
di atas permukaan wire.
Penekanan
Lembaran kertas digerakkan oleh felt yang berputar menuju press part, lembaran kertas
dilewatkan pada dua buah roll silinder yang berputar berlawanan.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

11

Pengeringan
Lembaran kertas dilewatkan di dryer part menggunakan pemanasan.
Surface Sizing
Pada lembaran kertas dilakukan external sizing dengan menambahkan surface sizing solution
(larutan kanji) secara merata. Lembaran kertas akan menjadi basah sehingga perlu dilakukan
pengeringan kembali.
Penggulungan
Merupakan proses akhir di Paper Machine, lembaran kertas dilewatkan paper roll yang
berfungsi untuk menggulung kertas menjadi rol-rol besar (jumbo roll).

C.

Finishing Converting
Di bagian Finishing Converting ini kertas siap dikirim ke konsumen dengan berbagai

ukuran jenis yaitu dalam bentuk roll dan bentuk sheet. Pada seksi ini terdiri dari beberapa tahap
yaitu pemotongan, penyortiran dan packing. Setelah pemotongan di mesin rewinder, roll di
packing dengan menggunakan wrapping paper. Kemudian dililit dengan plastik (strech film)
di mesin cyclop. Setelah itu dilakukan building yaitu penyusunan dari produksi kertas yang
sudah jadi di atas pallet kayu dan diikat agar saat pengangkutan tetap dalam kondisi baik.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

12

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

3.1.1 Kesehatan
Menurut Undang Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Bab I Pasal
1, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik mental, spiritual maupun sosial yang
mungkin setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan menurut
Undang - Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I Pasal 2, keadaan sehat
diartikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan.

3.1.2 Keselamatan Kerja


Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 RI Tentang Keselamatan, setiap tenaga
kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahtraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja adalah semua kondisi dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja, (OHSAS 18001:2007).
Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Edwin B. Flippo (1995), adalah
pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh dan bersifat (spesifik), penentuan
kebijakan pemerintah atas praktek-praktek perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan
melalui surat panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain.
Secara filosofis, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diartikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun rohani tenaga kerja, pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan
makmur. Sedangkan secara keilmuan K3 diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. (Forum, 2008, edisi no.11).
Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan seperti cacat
dan kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja dalam hubungannya dengan
perlindungan tenaga kerja adalah salah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja.
Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya akan membawa iklim yang aman dan

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

13

tenang dalam bekerja sehingga sangat membantu hubungan kerja dan manajemen. (Sumamur,
1992).
Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja
R.I. No. Kep. 463/MEN/1993, keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan
yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja /perusahaan selalu dalam
keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien. Konsep dasar mengenai keselamatan dan kesehatan kerja adalah perilaku yang tidak
aman karena kurangnya kesadaran pekerja dan kondisi lingkungan yang tidak aman. (Sai
Global, 2015).
3.1.3 Keamanan Kerja
Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana
kerja yang aman, baik berupa material maupun non-material.
A.

B.

Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya sebagai berikut :

Baju kerja

Helm

Kaca mata

Sarung tangan

Sepatu

Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat non-material adalah sebagai berikut:

Buku petunjuk penggunaan alat

Rambu-rambu dan isyarat bahaya

Himbauan-himbauan

Petugas keamanan

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa K3 adalah upaya perlindungan bagi tenaga
kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja
adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya.

3.1.4

Prinsip dan Tujuan K3


Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) bertujuan untuk menjamin kesempurnaan atau

kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya.
Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

14

Keselamatan kerja mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan perlindungan terhadap


tenaga kerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan sebagai akibat dari kondisi kerja yang
tidak aman dan atau tidak sehat. Sehingga syarat-syarat kesehatan, keselamatan, dan keamanan
kerja perlu ditetapkan sejak tahap perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bahan,
barang, produk teknis, dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
3.1.5 Sasaran K3
Sasaran dari kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah sebagai berikut:

Mencegah terjadinya kecelakaan.

Mencegah timbulnya penyakit akibat/pekerjaan.

Mencegah/mengurangi kematian.

Mencegah/mengurangi cacat tetap.

Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunanbangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi, dan lain-lain.

Meningkatkan produktifitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin


kehidupan produktifnya.

Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber produktif lainnya
sewaktu kerja, dsb.

Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan semangat kerja.

3.1.6 Kebijakan K3
Kebijakan K3 merupakan perwujudan dari komitmen pucuk pimpinan yang memuat
visi dan tujuan organisasi, komitmen dan tekad untuk melaksanakan keselamatan dan
kesehatan kerja, kerangka dan program kerja (Soehatman Ramli, 2010). Kebijakan K3 dari
suatu perusahaan merupakan pernyataan umum yang ditandatangani oleh pimpinan puncak
yang menyatakan komitmen dan kehendaknya untuk ikut serta dan bertanggung jawab terhadap
K3. Untuk dapat menginformasikan kebijakan terhadap seluruh personil di dalam perusahaan,
maka perlu dibuat suatu kebijakan yang jelas dimana di dalamnya menyatakan visi dan misi
organisasi di bidang K3.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

15

3.1.7 Program K3
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang
untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personil di tempat kerja agar tidak
menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/ taat pada
hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap
menuju keselamatan di tempat kerja (Rijuna Dewi, 2006). Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja
akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif
bila terjadi hal demikian (Rizky Argama 2006).

3.2

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja P2K3


Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di dalam Permenaker No.

PER-04/MEN/1987 Pasal 1 meruapakan badan pembantu di tempat kerja yang merupakan


wadah kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan K3. P2K3
ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau pengurus
yang bersangkutan. Tujuan pembentukan P2K3 harus dapat menjamin bahwa organisasi yang
akan dibentuk merupakan perwakilan seluruh komponen yang ada di tempat kerja.

3.3

Pengertian SMK3
Menurut PP No.50 tahun 2012, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan
konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen
yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan (Husjain
Djajaningrat, 2010).

3.4

Penerapan SMK3
Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang

terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh serta

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

16

menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.

3.5

Pengertian Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga

semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda (Permenaker No 03/Men/1998).
Menurut (OHSAS 18001:2007) dalam (Shariff, 1999), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian
tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta
benda atau kerugian waktu.
Berdasarkan UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, kecelakaan kerja adalah
suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses
yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia
maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No.3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak
berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau
wajar dilalui.
Lingkungan fisik kerja yang dimaksudkan dalam hal ini meliputi setiap faktor (kondisi
suhu udara, pencahayaan, kebisingan dan sebagainya) yang bisa memberikan pengaruh
signifikan terhadap efisiensi, keselamatan, kesehatan kenyamanan, maupun ketenangan orang
bekerja sehingga menghindarkan diri dari segala macam bentuk kesalahan manusiawi (human
errors) yang berakibat kecelakaan kerja (Hawkes, 1997: hal. 111-112).
3.5.1 Sebab Sebab Kecelakaan Kerja
Penyebab kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua :
A. Kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak melakukan
tindakan penyelamatan. Contohnya, pakaian kerja, penggunaan peralatan
pelindung diri, falsafah perusahaan, dan lain-lain.
B. Kecelakaan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan kerja yang tidak aman.
Contohnya, penerangan, sirkulasi udara, temperatur, kebisingan, getaran,
penggunaan indikator warna, tanda peringatan, sistem upah, jadwal kerja, dan lainlain (Rika Ampuh Hadiguna, 2009).
Di antara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi yang
memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja,
pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak
mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik.
Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

17

Di antara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan
sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan pelindung mesin
mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain.
Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi
kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini
mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih menggunakan
peralatan keselamatan.

3.5.2 Faktor - faktor Kecelakaan


Sebuah industri terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industri
mengatakan itu sebagai kecenderungan kecelakaan. Untuk mengukur kecenderungan
kecelakaan harus menggunakan data dari situasi yang menunjukkan tingkat risiko yang
ekuivalen. Begitupun, pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa, untuk
seseorang yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan mungkin hanya sedikit
yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang tak terjawab ialah apakah ada hubungan yang
signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan yang kecil atau salah satu kecelakaan
yang besar.
Pendekatan yang sering dilakukan oleh seorang manager untuk salah satu faktor
kecelakaan terhadap pekerja adalah dengan tidak membayar upahnya. Bagaimanapun jika
banyak pabrik yang melakukan hal diatas akan menyebabkan berkurangnya rata-rata
pendapatan, dan tidak membayar upah pekerja akan membuat pekerja malas melakukan
pekerjaannya dan terus membahayakan diri mereka ataupun pekerja yang lain. Ada
kemungkinan bahwa kejadian secara acak dari sebuah kecelakaan dapat membuat faktor-faktor
kecelakaan tersendiri.

3.5.3 Dampak Kecelakaan Kerja dan Jumlah Kecelakaan kerja


A. Terhadap Karyawan

Kecelakaan dapat mengakibatkan kesakitan atau cidera bahkan dapat mengakibatkan


cacat yang permanen atau cacat tetap.

Karyawan akan kehilangan waktu kerja karena ia harus menjalani perawatan baik oleh
perawat / paramedis perusahaan ataupun oleh dokter rumah sakit.

Karyawan akan berkurang pemasukkannya akibat kehilangan waktu kerja untuk


menjalani perawatan.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

18

B. Terhadap Perusahaan

Perusahaan akan kehilangan tenaga kerja yang sudah terlatih dan sudah mempunyai
ketrampilan.

Kehilangan uang untuk biaya kecelakaan baik biaya langsung ataupun biaya tidak
langsung. Besarnya biaya tidak langsung akan lebih besar dari pada biaya langsung.

Mengganti / memperbaiki peralatan yang rusak akibat kecelakaan.

C. Jumlah Kecelakaan Kerja


Berdasarkan data kecelakaan kerja di PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill selama
2 tahun 2014 2015, jumlah kecelakaan yang terjadi mengalami penurunan. Hal itu cukup
realistis karena perusahaan telah mengpenerapankan SMK3 dan menargetkan penurunan
jumlah kecelakaan kerja setiap tahunnya. Penurunan angka kecelakaan itu dapat terjadi
karena adanya kerja sama antara para karyawan dengan pembina keselamatan dan kesehatan
kerja (P2K3). Upaya sosialisasi dan pelatihan K3 serta patroli pemakaian alat pelindung diri
dan berbagai upaya pencegahan kecelakaan yang dilakukan seksi K3/safety.
3.6

Faktor di Lingkungan Kerja


Didalam lingkungan kerja potensi bahaya (Hazard), ialah suatu keadaan yang

memungkinkan atau dapat menimbulkan kecelakaan/kerugian berupa cidera, penyakit,


kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan (P2K3 Depnaker RI,
2000).
Sedangkan menurut (Syahab, 1997) bahaya adalah segala sesuatu atau kondisi yang
berpotensi pada suatu tempat kerja dimana dengan atau tanpa interkasi dengan variabel lain
dapat menyebabkan kematian, cidera atau kerugian lain. Faktor-faktor tersebut antara lain :
A. Faktor Fisika
1) Intensitas Kebisingan
a.

Sumber Kebisingan
Sumber kebisingan di PT IKPP Serang disebabkan antara lain oleh mesin produksi

seperti deinking, stock preparation, paper machine, corrugator machine dan flexo. Lokasi
di mana mesin tersebut berada sangat bising. Tingkat kebisingan di pabrik IKPP Serang
sangat bervariasi tergantung dari proses produksi yang dilakukan di area kerja tersebut.
b.

Hasil Pengukuran Kebisingan


Berdasarkan dokumen safety mengetahui intesnsitas kebisingan IKPP Serang, seksi

safety melakukan pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter. Petugas safety
Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

19

yang melakukan pengukuran kebisingan harus mengisi formulir pengukuran kebisingan.


Data hasil pengukuran yang didapat, pengukuran intensitas kebisingan di Converting Plant1
Corrugator pada tanggal 16 Februari 2015 tingkat kebisingan diatas 85 dBA yang berlokasi
di C Flute Corrugator 2 Plant 1 95,6 dBA.
c.

Upaya Pengendalian Intesitas Kebisingan


Area yang memiliki intensitas kebisingan diatas 85 dBA, pekerja wajib menggunakan

ear plug dan pada area kerja dengan intensitas kebisingan yang lebih dari 85 dBA tersebut
juga telah dipasang rambu bahwa area tersebut adalah area bising dan semua tenaga kerja
yang ada di lokasi tersebut harung menggunakan ear plug.
2) Iklim Kerja
a.

Sumber Panas Yang Mempengarui Iklim Kerja


Iklim kerja di PT IKPP Serang sangat dipengaruhi oleh panas yang dihasilkan oleh

mesin karena terus-menerus beroperasi. Ketika masuk ke area paper machines (PM) belum
dirasakan panas, namun setelah mendekat ke paper machine baru dirasakan panas.
b.

Pengukuran Iklim Kerja


Pengukuran iklim kerja di PT IKPP Serang dilakukan oleh pihak ketiga. Pihak ketiga

melakukan pengukuran iklim kerja di lokasi yang telah ditentukan sesua area pengujian
iklim kerja yang dibuat oleh seksi safety. Beberapa bulan yang lalu PT IKPP membeli Heat
Stress Monitor sebagai alat ukur iklim kerja dan alat ini akan digunakan seksi safety untuk
mengukur iklim kerja dengan indeks suhu bola basah di area PT IKPP Serang.
c.

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Iklim Kerja


Apabila suhu di suatu ruangan kerja lebih rendah dari 21oC maka pekerja harus

menggunakan jaket dan jika suhu kerja lebih tingi dari 30oC lokasi kerja terutama yang
berada didalam ruangan diharuskan memiliki kipas angin, AC atau ventilasi yang cukup.
Tenaga kerja harus lebih banyak minum untuk mengurangi efek buruk dari suhu tinggi
ditempat kerja dan untuk menghindari terjadinya dehidrasi.

B. Faktor Kimia (Debu)


PT IKPP Serang sebagai pabrik penghasil kertas dan pulp, sudah pasti menghasilkan
debu yang bertebangan di udara. Debu tersebut merupakan debu-debu yang mengandung
partikel-partikel kertas. Cara mengurangi debu adalah dengan menyiram air diarea kerja.
Pada paper machine juga menggunakan air untuk mengendalikan bubur kertas yang akan
dicetak karena bubur kertas ini mempunyai ukuran seperti debu yang dikhawatirkan
bertebangan di udara.
Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

20

C. Faktor Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan
pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimaloptimalnya (Sumamur, 1987). PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang (PT IKPP)
mempunyai banyak karyawan yang diantaranya bekerja secara manual handling. Oleh
karena itu, PT IKPP Serang sering memberikan pelatihan dan safety induction mengenai
perilaku ergonomi agar para pekerja dapat mencapai produktivitas kerja yang setinggi
tingginya.
Jika perilaku ergonomi tidak diterapkan dengan baik, maka akan terdapat permasalahan
seperti gangguan kesehatan, baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu yang
panjang. Gangguan kesehatan yang kemungkinan besar terjadi pada pekerja adalah keluhan
otot. Keluhan ini akan meningkat seiring bertambahnya umur, jenis kelamin, faktor fisik
dan terdapat pula faktor lain. Mengingat gangguan kesehatan tersebut tidak bisa
disepelekan, maka dapat dilakukan penilaian untuk mengetahui seberapa besar dampak dan
seberapa besar pekerja mengalami keluhan otot dan pengaruhnya terhadap produktivitas
kerja.

3.7

Persyaratan Peraturan Perundang-Undangan


Penerapan SMK3 dan OHSAS 18001:2007 di PT IKPP Serang telah memenuhi

peraturan perundangan dan persyaratan K3. Peraturan perundangan tersebut selanjutnya


dijadikan acuan dalam penerapan dan pelaksanaan K3 di perusahaan.

3.8

Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) mempunyai dasar hukum yang tercantum pada UU No.1

Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 Tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja, yang berbunyi
barang siapa akan memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
Menurut OSHAS atau Occupational Safety and Health Administration, personal
protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan
untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan
bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik,
mekanik dan lainnya.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

21

Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung diri
merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk
menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan
upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik kimia adalah sebagai
berikut:
Elimination,

merupakan

upaya

menghilangkan

bahaya

dari

sumbernya.

Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.


Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan pekerja.
Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan menerapkan instruksi kerja
atau penjadualan kerja untuk mengurangi paparan terhadap bahaya.
Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya dengan
menggunakan alat pelindung diri.

Gambar 3.1 Hiarki APD dalam OHSAS 18001 : 2007

APD adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk
menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya (Sabir, 2009).
APD adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja
untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah
disepakati oleh Permenkertrans RI Nomor.08/MEN/VII /2010 Tentang Alat Pelindung Diri.
Adapun jenis dari alat tersebut adalah:
Sabuk Keselamatan (Safety Herness)
Sepatu Karet (Rubber Boots)
Sarung Tangan (Gloves)

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

22

Masker (Respirator)

Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)


Sepatu pelindung (Safety Shoes)
Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Helm Pelindung Kepala (Safety Helment)
Pelindung wajah (Face Shield)
Baju Anti Panas atau Anti Api
Masker Kesehatan

3.9

Potensi Bahaya
Potensi bahaya (Hazard) ialah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat

menimbulkan kecelakaan/kerugian berupa cidera, penyakit, kerusakan atau kemampuan


melaksakan fungsi yang telah ditetapkan (P2K3 Depnaker RI, 2000). Bahaya merupakan
sumber energi, yakni segala sesuatu yang memiliki potensi untuk menyebabkan cidera pada
manusia, kerusakan pada equipment dan lingkungan sekitar (Bakhtiar, 2008). Sedangkan
menurut Syahab (1997) bahaya adalah segala sesuatu atau kondisi yang berpotensi pada suatu
tempat kerja dimana dengan atau tanpa interkasi dengan variabel lain dapat menyebabkan
kematian, cidera atau kerugian lain.

3.10

Pengawasan
Pengawasan lingkungan kerja adalah serangkaian pengawasan dari semua tindakan

yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan


peraturan perundang-undangan atas objek pengawasan lingkungan kerja.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

23

BAB IV
HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1

Unit Produksi
Unit proses terbagi 3 tahap antara lain adalah stock preparation, paper machine, dan

Finishing.
4.1.1 Stock Preparation
Bahan baku kertas secara mekanis diolah menjadi bubur kertas kemudian di bentuk
menjadi lembaran melalui paper machine. Tahap ini menggunakan dua bahan baku, yaitu:
LBKP (Laubholz Bleached Kraft Pulp), NBKP (Nedelholz Bleached Kraft Pulp). Proses ini
memiliki tiga tahap, yaitu:

Gambar 4.1 Mesin stock preparation

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

24

Tabel 4.1 Proses di Stock preparation berdasarkan tingkat resiko dan bahaya serta jenis APD
yang harus digunakan.
Unit Produksi

Deskripsi

Bahan Baku kertas yang


Stock Preparation terpilih diolah menjadi bubur
kertas.

Proses

Deskripsi

Pulping

Penghancuran bahan baku


lembaran kertas menjadi bubur
kertas.

Resiko dan Bahaya

Penggilingan Serat sampai


didapatkan tingkat kehalusan Telinga terganggu dan
untuk menghasilkan kekuatan luka gores pada tangan.
ikatan seart yang optimum

Penggilingan

Pencampuran bubur serat


panjang dan serat pendek.

Pencampuran

APD

Keterangan

Karena karyawan
yang bekerja
ditingkat
kebisingannya
melebih 85 dBA dan
tidak menggunakan
Masker kesehatan, APD dengan jenis
Sepatu safety, Ear ear plug , sehingga
plug dan Sarung dapat mengakibatkan
tangan kain.
gangguan terhadap
pendengaran. Dan
karyawan yang tidak
menggunakan sarung
tangan sehingga
mengakibatkan luka
gores.

A. Proses Pembuburan (Pulping)


Proses penghancuran bahan baku lembaran kertas (puper sheet) menjadi bubur kertas
atau pulp dalam suatu alat pulper.
B. Proses Penggilingan (Refining)
Refining adalah proses penggilingan serat dalam suatu alat yang disebut refiner sampai
didapatkan tingkat kehalusan tertentu untuk menghasilkan kekuatan ikatan serat yang
optimum. Sebelum masuk ke refiner, pulp dilewatkan pada HDC (High Density
Cleaner) sehingga kotoran berat seperti pasir, logam, gumpalan pulp dan lainnya akan
terpisah. Kemudian dikontrol konsistensi bubur pulp dengan alat CRC (Consistency
Recording Controller).
C. Proses Pencampuran (Mixing)
Merupakan proses pencampuran pulp berserat panjang dan pendek dalam sebuah alat
yaitu mixing chest. Tujuan pencampuran ini agar tensile strength (daya tahan kertas
terhadap gaya tarik yang bekerja pada kedua ujung kertas) dapat ditingkatkan.

4.1.2 Paper Machine


Merupakan bagian yang bertanggung jawab terhadap pembuatan kertas. Di bagian ini
bubur kertas yang berasal dari stock preparation diolah sehingga dihasilkan lembaranlembaran kertas dalam bentuk roll yang berukuran besar. Di bagian paper machine ini terbagi
dalam beberapa tahap, yaitu:

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

25

Gambar 4.2 Paper Machine

Tabel 4.2 Proses di Paper machine berdasarkan tingkat resiko dan bahaya serta jenis APD
yang harus digunakan.
Unit Produksi

Deskripsi

Proses

Pembersihan

Penyaringan

Penyebaran

Paper Machine

Bubur kertas yang berasal


dari stock
preparation diolah
sehingga dihasilkan
lembaran-lembaran kertas
dalam bentuk roll yang
berukuran besar.

Dhuhri Hidayatullah

Pengurangan air

Penekanan

Deskripsi

Resiko dan Bahaya

APD

Keterangan

Masker kesehatan,
Sepatu safety, Ear
plug dan Sarung
tangan kain.

Karena karyawan
yang bekerja di
Paper machine
tidak menggunakan
APD jenis sarung
tangan kain, sehingga
mengakibatkan
tangan terkena roll
dryer dan luka sobek
terkena pisau
pemotong kertas.

Bubur dari machine chest


dialirkan ke stuff box yang
berfungsi mengatur jumlah
aliran bahan, kemudian
diencerkan dengan white
water dari silo pit dan
dipompakan ke
centricleanner .
Bubur terpisah dari gumpalan
serat dan kotoran yang
tertinggal.
agar bubur terpisah dari
gumpalan serat dan kotoran
yang tertinggal.
Air dari wire part diloloskan
ke bawah sehingga terbentuk
lembaran kertas yang masih
basah di atas permukaan wire. Luka sobek dan tangan
terkena panas roll dryer
Lembaran kertas digerakan
oleh felt yang menuju press
part , lembaran kertas
dilewatkan pada dua buah roll
silinder yang berputar
berlawanan.

Pengeringan

Lembaran kertas dilewatkan di


dryer part menggunakan
pemanasan.

Surface Sizing

Lembaran kertas dilakukan


external sizing dengan
menambahkan surface sizing
solution (larutan kanji) secara
merata.

Penggulungan

Lembaran Kertas dilewatkan


paper roll yang berfungsi
untuk menggulung kertas
menjadi roll-roll besar.

25-2011-024

26

A. Pembersihan.
Dimulai saat pulp dari machine chest dialirkan ke stuff box yang berfungsi untuk
mengatur jumlah aliran bahan, kemudian diencerkan dengan white water dari silo pit
dan dipompakan ke centricleanner.
B. Penyaringan
Pulp dialirkan ke horizontal screen agar bubur pulp terpisah dari gumpalan serat dan
kotoran yang tertinggal. Gumpalan serat ini dibuang ke pack pulper.
C. Penyebaran
Bubur kertas dialirkan ke head box yang berfungsi untuk menyebarkan bubur secara
merata pada wire part, disini terdapat dandy roll yang berfungsi untuk mengurangi air.
D. Pengurangan Air
Air dari wire part diloloskan ke bawah sehingga terbentuk lembaran kertas yang masih
basah di atas permukaan wire.
E. Penekanan
Lembaran kertas digerakkan oleh felt yang berputar menuju press part, lembaran kertas
dilewatkan pada dua buah roll silinder yang berputar berlawanan.
F. Pengeringan
Lembaran kertas dilewatkan di dryer part menggunakan pemanasan.
G. Surface Sizing
Pada lembaran kertas dilakukan external sizing dengan menambahkan surface sizing
solution (larutan kanji) secara merata. Lembaran kertas akan menjadi basah sehingga
perlu dilakukan pengeringan kembali.
H. Penggulungan
Merupakan proses akhir di paper machine, lembaran kertas dilewatkan paper roll yang
berfungsi untuk menggulung kertas menjadi rol-rol besar (big roll).

4.1.3 Finishing Converting


Di bagian finishing converting ini kertas siap dikirim ke konsumen dengan berbagai
ukuran jenis yaitu dalam bentuk roll dan bentuk sheet. Pada seksi ini terdiri dari beberapa tahap
yaitu pemotongan, penyortiran, dan packing. Setelah pemotongan di mesin rewinder, roll di
packing dengan menggunakan wrapping paper. Kemudian dililit dengan plastik (strech film)
di mesin cyclop. Setelah itu dilakukan building yaitu penyusunan dari produksi kertas yang
sudah jadi di atas pallet kayu dan diikat agar saat pengangkutan tetap dalam kondisi baik.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

27

Gambar 4.3 Mesin pemotong

Gambar 4.4 Penyortiran

Gambar 4.5 Packing

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

28

Tabel 4.3 Proses di Finishing converting berdasarkan tingkat resiko dan bahaya serta jenis
APD yang harus digunakan.
Unit Produksi

Deskripsi

Kertas yang siap dikirim


kekonsumen dengan
Finishing Converting berbagai ukuran jenis yaitu
dalam bentuk roll dan
bentuk sheet.

Proses

Deskripsi

Pemotongan

Kertas dari paper machine


dipotong untuk masuk ke
finishing converting , lalu
kertas dipotong berdasarkan
permintaan konsumen.

Penyortiran

Packing

4.2

Resiko dan Bahaya

APD

Keterangan

Karyawan yang tidak


menggunakan jenis
Masker kesehatan,
APD sarung tangan
Luka sobek pada tangan, Sepatu safety, Ear
dan sepatu safety
Kertas yang telah dipotong
kaki terjepit roll
plug dan Sarung
mengakibatkan luka
berdasarkan permintaan
tangan kain.
sobek pada tangan
konsumen disortir kembali.
dan luka dikaki.
kertas yang terpilih dililit
dengan pelastik, lalu dilakukan
building .

Dampak Kecelakaan Kerja dan Jumlah Kecelakaan Kerja


Dampak kecelakaan kerja di PT IKPP masih sering terjadi terhadap karyawan,

kecelakaan kerja disebabkan oleh tindakan manusia dan keadaan lingkungan kerja yang tidak
aman. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh tindakan manusia karena tidak melakukan
tindakan penyelamatan atau tidak mengikuti standard operating procedure (SOP) yang ada di
PT IKPP, seperti penggunaan alat pelindung diri (APD), kecerobohan karyawan, kondisi tubuh
yang lelah, dan lain-lain. Sedangkan kecelakaan kerja yang disebabkan oleh keadan lingkungan
yang tidak aman seperti penerangan, sirkulasi udara, temperatur, kebisingan, getaran,
penggunaan indikator warna, tanda peringatan, sistem upah, jadwal kerja, dan lain-lain.
Dampak kecelakaan kerja yang ada di PT IKPP berbeda beda pada setiap unitnya, seperti
dapak kecelakaan kerja ada unit produksi:

A. Dampak kecelakaan yang terjadi di stock preparation


Kecelakaan kerja dari mesin stock preparation adalah telinga terganggu dan luka gores.
Dampak tersebut terjadi terhadap karyawan yang tidak menggunakan ear plug dan
sarung tangan atau akibat karyawan yang tidak fokus dalam bekerja.

B. Dampak kecelakaan yang terjadi di paper machine


Kecelakaan kerja dari paper machine adalah sobek karena tergores pisau dan, terkena
panas roll dryer. Dampak tersebut terjadi terhadap karyawan karena tidak memakai
sarung tangan kain.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

29

C. Dampak kecelakaan yang terjadi di finishing production


Kecelakaan kerja dari mesin finishing production adalah kaki terjepit roll karena tidak
menggunakan sepatu safety.
Dampak kecelakaan yang terjadi di lapangan atau di bagian unit produksi adalah luka
gores, sobek, dan kaki terjepit. Kecelakaan kerja terjadi karena kondisi yang kurang aman salah
satunya adalah pencahayaan, kebisingan, suhu, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan
yang rusak, peralatan pelindung yang rusak, sarungan tangan kain, ear plug dan sepatu safety
dan gudang yang kurang baik.
Sedangkan dampak terhadap perusahaan yaitu kehilangan tenaga kerja yang sudah
terlatih dan sudah mempunyai keterampilan, kehilangan uang untuk biaya kecelakaan baik
biaya langsung ataupun biaya tidak langsung, besarnya biaya tidak langsung akan lebih besar
dari pada biaya langsung, mengganti / memperbaiki peralatan yang rusak akibat kecelakaan.
Dari hasil analisa, kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun
kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini
mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih menggunakan
peralatan keselamatan.
Penerapan SMK3 bertujuan untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi. Mencegah dan
mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
pekerja/buruh serta menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas.
PT IKPP Serang telah berkomitmen untuk menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara berkesinambungan dengan menitik beratkan
pada pencegahan kecelakaan kerja, kebakaran, lingkungan dan penyakit akibat kerja serta
penanggulangan keadaan darurat. Perusahaan menentukan program manajemen K3 untuk
mencapai tujuan tersebut. Adapun contoh program manajemen K3 yang dilaksanakan di PT
IKPP Serang diantaranya :
A. Meminimalisasi terjadinya kecelakaan kerja

Training K3 kepada karyawan untuk menambah ilmu K3 kepada mereka agar


timbul kehati-hatian dalam bekerja

Pemasangan rambu-rambu K3

Sosialisasi peraturan K3 terhadap para karyawan dan pekerja.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

30

B. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja

Melakukan berbagai macam inspeksi tentang pelanggaran peraturan yang telah


ditetapkan

Pengadaan APD (Alat Pelindung Diri) bagi karyawan

Pemasangan spanduk K3

Pemasangan stiker

Kecelakaan kerja di PT IKPP Serang dibagi menjadi dua jenis yaitu industrial accident
(kecelakaan kerja didalam industri) dan traffic accident (kecelakaan lalu lintas). Kecelakaan
kerja (industrial accident) merupakan kecelakaan yang terjadi di dalam area industri dan
diakibatkan oleh proses kerja atau penggunaan mesin di dalam area tersebut. Kecelakaan lalu
lintas (traffic accident) merupakan kecelakaan yang terjadi diluar maupun di dalam area
industri akibat penggunaan kendaraan bermotor.
Kecelakaan kerja yang terjadi di PT IKPP Serang pada tahun 2015 terdapat 4 total
kecelakaan akibat kerja di unit production. Jumlah kecelakaan yang terjadi di unit production
pada tahun 2015 mengalami penurunan. Hal itu cukup realistis karena perusahan telah
menerapkan SMK3 dan menargetkan penurunan jumlah kecelakaan kerja setiap tahunnya.
Upaya sosialisasi dan pelatihan K3 serta patroli pemakaian alat pelindung diri dan berbagai
upaya pencegahan kecelakaan yang dilakukan seksi K3/safety. Data kecelakaan kerja tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.4:
Tabel 4.4 Data Angka Kecelakaan Kerja Tahun 2015 di PT Indah Kiat Pulp and Puper Serang
Mill di Unit Production
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni

Tahun

Jumlah
Kecelakaan Kerja

2015
1
2015
2015
2015
2015
1
2015
2
Sumber : Safety PT IKPP

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui tingkat kecelaka kerja terbanyak berada pada
bulan Juni, Sedangkan pada bulan lain tingkat kecelakan kerja sangat rendah di bandingkan
dengan bulan Juni. Kecelakaan yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh kurangnya kehatihatian pekerja dalam mengoperasikan mesin atau karena keadaan mesin yang sedang tidak
aman. Maka departemen terkait bersama seksi safety berusaha meningkatkan kesadaran

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

31

pekerja untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja yang terjadi dengan cara memberikan
pelatihan tentang K3 secacara rutin, memasang rambu-rambu keselamatan, memasang spanduk
tentang kewajiban menggunakan APD dan melakukan berbagai inspeksi untuk mengevaluasi
kedisiplinan para pekerja tentang K3.
Prosedur penanganan kecelakaan kerja ini telah mengacu pada peraturan Menteri
No.04/MEN/1993. Untuk menangani kecelakaan ringan, perusahaan menyediakan kotak P3K
di seluruh area perusahaan yang diurus oleh orang-orang yang ditunjuk di setiap seksi.
Perusahaan juga memiliki fasilitas P3K seperti ruang P3K, kotak P3K, alat evakuasi dan
transportasi mengacu pada Per-15/MEN/2008 Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
di Tempat Kerja.
4.3

Faktor di Lingkungan Kerja


Didalam lingkungan kerja potensi bahaya (Hazard) ialah suatu keadaan yang

memungkinkan atau dapat menimbulkan kecelakaan/kerugian berupa cidera, penyakit,


kerusakan atau kemampuan melaksakan fungsi yang telah ditetapkan (P2K3 Depnaker
RI,2000).
Sedangkan menurut Syahab (1997) bahaya adalah segala sesuatu atau kondisi yang
berpotensi pada suatu tempat kerja dimana dengan atau tanpa interkasi dengan variabel lain
dapat menyebabkan kematian, cidera atau kerugian lain. Faktor-faktor tersebut antara lain :

4.3.1 Faktor Fisika


A.

Kebisingan
Sumber kebisingan di PT IKPP Serang disebabkan antara lain oleh mesin produksi

seperti deinking, stock preparation, paper machine, currugator machine dan flexo. Lokasi
dimana mesin tersebut berada sangat bising. Tingkat kebisingan di pabrik PT IKPP Serang
sangat bervariasi tergantung dari proses produksi yang dilakukan di area kerja tersebut.
Berdasarkan dokumen safety mengetahui intesnsitas kebisingan di PT IKPP Serang, seksi
safety melakukan pengukuran kebisingan menggunakan sound level meter.

Gambar 4.6 Sound Level Meter

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

32

Alat yang digunakan oleh seksi safety untuk melakukan pengukur kebisingan pada unit
production dan unit lainnya di PT Indah Kiat Pulp and paper Serang Mill sesuai pada gambar
4.6.
Petugas safety yang melakukan pengukuran kebisingan harus mengisi formulir
pengukuran kebisingan. Data hasil pengukuran yang didapat, pengukuran intensitas kebisingan
di Converting Plant 1 Corrugator pada tanggal 16 Februari 2015 tingkat kebisingan diatas 85
dBA yang berlokasi di C Flute Corrugator 2 Plant 1 95,6 dBA. Dapat dilihat pada tabel 4.2:
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran di Converting Plant 1 Corrugator

NC Cutter Corr 1 Plant 1

HASIL
PENGUJIAN
74,3

85

< Standar

NC Cutter Corr 2 Plant 1

79,7

85

< Standar

Double Backer Corr 2 Plant 1

89,6

85

> Standar

NC Sleeter Corr 2 Plant 1

92.5

85

> Standar

Double Backer Corr 1 Plant 1

91,1

85

> Standar

NC Sleeter Corr 1 Plant 1

88,3

85

> Standar

B Flute Corr 1 Plant 1

92.9

85

> Standar

B Flute Corr 2 Plant 1

95.1

85

> Standar

C Flute Corr 1 Plant 1

93,8

85

> Standar

10

C Flute Corr 2 Plant 1

95,6

85

> Standar

NO

LOKASI

STANDAR (dBA)

KETERANGAN

Sumber : Safety PT IKPP

Keterangan :
1. Pengujian dilakukan bersama Pengurus Safety Seksi.
2. Tingkat kebisingan diatas 85 dBA wajib memakai Ear Plug.
3. Standar Per.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.

Gambar 4.7 Inspeksi Kebisingan

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

33

Upaya pengendalian intesitas kebisingan area yang memiliki intensitas kebisingan


diatas 85 dBA, pekerja wajib menggunakan ear plug dan pada area kerja dengan intensitas
kebisingan yang lebih dari 85 dBA tersebut juga telah dipasang rambu bahwa area tersebut
adalah area bising dan semua tenaga kerja yang ada dilokasi tersebut harus menggunakan ear
plug.
B.

Iklim Kerja
Sumber Panas yang mempengarui iklim kerja di PT IKPP Serang sangat dipengaruhi

oleh panas yang dihasilkan oleh mesin karena terus-menerus beroperasi. Ketika masuk ke area
paper machine (PM) belum dirasakan panas, namun setelah mendekat ke paper machine baru
dirasakan panas.
Pengukuran iklim kerja di PT IKPP Serang dilakukan oleh pengurus safety pada tahun
2014, untuk tahun 2015 akan dilakukan pengukuran pada bulan Sepetember, karena
pengukuran iklim kerja dilakukan satu tahun sekali. Pengukuran ini diukur dengan
menggunakan alat heat stress monitor (Quest Tempt), standar yang digunakan dalam
pengukuran ini :

Permenkertrans NO PER-13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor


Kimia di Tempat Kerja, Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim Kerja dengan Indeks Suhu
Basan dan Bola (ISBB/WBGT).

SNI 16-7061-2004 Tentang Pengukuran Iklim Kerja dengan Parameter Indeks Suhu
Basah dan Bola.
Tabel 4.6 Nilai Ambang Batas yang digunakan untuk pengukuran iklim kerja
ISBB (Oc)
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Kerja

Beban Kerja
Ringan

Sedang

Berat

75%-100%

31,0

28,0

50%-75%

31,0

29,0

27,5

25%-50%

32,0

30,0

29,0

0%-25%

32,2

31,1

30,5

Berdasarkan data yang diberikan oleh pengurus safety PT IKPP laporan hasil pengukuran
iklim kerja (Indeks Suhu Basah dan Bola) yang dilakukan pengukurannya pada tanggal 11-12
September 2014 mendapatkan data hasil pengukuran iklim kerja. Dapat dilihat pada tabel 4.7:

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

34

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Iklim Kerja di Unit Production


No

Lokasi

waktu
Ukur

WBGT IN
(oC)

Keterangan

1
2
3
4
5
6
7
8
9

PM 1-2
PM 4-5
SP 1-2
Lt. Bawah PM 1-2
PM A Lt. 1
Deinking
SP 3-6
PM 3-6
Finishing

15.10
15.20
15.40
15.50
16.00
09.25
09.40
09.50
10.10

29,6
28,5
28,8
29,9
27,2
30,4
29,1
31,1
27,3

Tidak Memenuhi
Tidak Memenuhi
Tidak Memenuhi
Tidak Memenuhi
Memenuhi
Tidak Memenuhi
Tidak Memenuhi
Tidak Memenuhi
Memenuhi

Sumber : Safety PT IKPP

Keterangan :

Beban kerja dikategorikan sedang dengan pengaturan waktu kerja antara 75%-100%
sehingga NAB ISBB adalah 28,0oC.

WBGT : ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola).


Jadi untuk mengetahui apakah suhu yang ada pada unit production telah memenuhi

standar atau tidak, bandingkan dengan standar seperti yang ada di tabel 4.3. Beban kerja di PT
IKPP adalah 8 jam dan dikategorikan sedang dengan pengaturan waktu 75%-100% sehingga
NAB ISBB 28,0 oC. Bila nilai pengukuran indeks suhu basah dan bola in atau di dalam ruangan
lebih dari standar NAB ISBB maka suhu dalam ruangan tersebut tidak memenuhi, apabila
sebaliknya maka memenuhi.
Temperatur lingkungan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi untuk
menimbulkan gangguan kesehatan atau tekanan bagi pekerja bila berada pada kondisi yang
ekstrim. Manusia akan bekerja secara nyaman pada suhu kamar yaitu 24oC - 28oC, lingkungan
yang sangat panas atau sangat dingin akang menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia
dan dapat meningkatkan kecelakaan kerja.
Upaya pencegahan dan penanggulangan iklim kerja, apabila suhu di suatu ruangan
kerja lebih rendah dari 21oC maka pekerja harus menggunakan jaket dan jika suhu kerja lebih
tingi dari 30oC lokasi kerja terutama yang berada didalam ruangan diharuskan memiliki kipas
angin, AC atau ventilasi yang cukup. Tenaga kerja harus lebih banyak minum untuk
mengurangi efek buruk dari suhu tinggi di tempat kerja dan untuk menghindari terjadinya
dehidrasi.

4.3.2 Faktor Kimia (Debu)


PT IKPP Serang sebagai pabrik penghasil bubur kertas, sudah pasti menghasilkan debu
yang bertebangan di udara. Debu tersebut merupakan debu-debu yang mengandung partikelpartikel kertas. Cara mengurangi debunya dengan menyiram air diarea kerja. Pada paper

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

35

machine juga menggunakan air untuk mengendalikan bubur kertas yang akan dicetak karena
bubur kertas ini mempunyai ukuran seperti debu yang dikhawatirkan bertebangan di udara.
4.3.3 Faktor Ergonomi
PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang (PT IKPP) mempunyai banyak karyawan yang
diantaranya bekerja secara manual handling. Oleh

karena itu, PT IKPP Serang sering

memberikan pelatihan dan safety induction mengenai perilaku ergonomi agar para pekerja
dapat mencapai produktivitas kerja yang tinggi.
Desain tempat kerja sangat berpengaruh pada tingkat kenyamanan pada saat bekerja.
Desain tempat kerja PT IKPP serang telah sesuai dengan rata-rata postur orang Indonesia yakni
160 cm sampai dengan 180 cm. Penggunaan sarana kerja yang dapat diatur tingginya seperti
kursi kerja di main office. Undang-Undang Keselamatan Kerja No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat
menyatakan bahwa salah satu syarat keselamatan kerja adalah memperoleh keserasian antara
tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, dan proses kerja.
PT IKPP Serang menerapkan sistem waktu kerja dengan 8 jam perhari dan 40 jam
seminggu. Waktu istirahat dilaksanakan setelah 4 jam kerja dengan durasi 1 jam atau
menyesuaikan. Ini sesuai dengan UU nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 79
ayat 2 point a, b, dan c yaitu waktu istirahat dan cuti meliputi:
a) Istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4
(empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja
b) istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau
2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
c) cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang
bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus.
Alat bantu kerja untuk pekerjaan manual handling di PT IKPP Serang seperti over head
crane, forklift, conveyor, kereta dorong, cargo lift, dan lain-lain. Ini sesuai dengan buku
Ergonomi Industri (Tarwaka, 2011: 148) yaitu pekerjaan-pekerjaan manual handling dilakukan
dengan menggunakan alat bantu mekanik, seperti troli, forklift, crane, hoist, conveyor, dan
lain-lain.
Manual handling didefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang mengangkat,
menurunkan, mendorong, menarik, menahan membawa, atau memindahkan beban dengan satu
tangan atau kedua tangan dan atau pengerahan seluruh tubuh. Pekerjaan manual handling dapat
menyebabkan stress pada kondisi fisik pekerja seperti pengerahan tenaga, sikap tubuh yang
dipaksakan, dan gerakan berulang yang dapat mengakibatkan terjadinya cedera, energi
Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

36

terbuang secara percuma, dan waktu kerja tidak efisien (Menurut Tarwaka dalam buku
Ergonomi Industri tahun 2011). Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan terjadinya cidera
akibat pekerjaan manual handling antara lain meliputi :
a) Sikap tubuh yang tidak alamiah dan dipaksakan (seperti membungkuk, jongkok,
berlutut dan lain sebagainya)
b) Gerakan berulang (sering menjangkau, mengangkat dan membawa objek kerja)
c) Pengerahan tenaga berlebihan (seperti membawa tau mengangkat beban yang beratnya
berlebihan)
d) Sikap kerja statis ( seperti mempertahankan sikap diam untuk waktu yang lama pada
satu jenis aktivitas)
Banyak pekerjaan di PT IKPP Serang yang masih menggunakan metode manual
handling seperti manual handling di converting yang berfungsi memindahkan kardus yang
telah jadi dari conveyor ke tumpukan kardus. Namun PT IKPP serang belum melakukan
manajemen risiko pekerjaan manual handling yang dimaksudkan untuk melakukan identifikasi
masalah-masalah yang mungkin timbul akibat pekerjaan manual handling dan untuk
memebantu mencegah terjadinya cidera atau kecelakaan kerja.
Pendidikan dan pelatihan mengenai angkat-angkut yang benar dan ergonomis
dilakukan oleh PT IKPP Serang. Ini sesuai dengan buku Ergonomi Industri (Tarwaka, 2011:
289) yaitu langkah mengatasi keluhan sistem musculoskeletal dengan rekayasa manajemen
melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami lingkungan dan alat kerja
sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian dalam melakukan upaya-upaya
pencegahan terhadap risiko sakit akibat kerja.
Intensitas atau lamanya pekerjaan di PT IKPP Serang sudah diatur sedemikian rupa
sehingga pekerja tidak mengalami kelelahan yang berarti. Ini sesuai dengan buku Ergonomi
Industri (Tarwaka, 2011: 289) yaitu langkah mengatasi keluhan sistem musculoskeletal dengan
rekayasa manajemen melalui pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti
disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat
mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya.
4.4

Potensi Bahaya
Inspeksi bertujuan untuk mengidentifikasi ketidaksesuaian yang dapat mengakibatkan

potensi bahaya serta melakukan perbaikan potensi bahaya tersebut agar tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan. Terdapat beberapa kriteria inspeksi, yang pertama yaitu inspeksi berkala.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

37

Inspeksi berkala dilakukan secara berkala tentang bahaya yang ditujukan kepada cara
kerja dan tempat kerja tergantung kepada berapa potensi bahaya atau kerugian yang ada.
Inspeksi tidak teratur dilakukan dalam kondisi darurat untuk mendapatkan gambaran tentang
suatu kejadian seperti :
Adanya Kasus Fatal
Kebakaran
Peledakan
Bencana Lainnya
Inspeksi khusus adalah inspeksi yang dilakukan secara khusus terhadap bagian-bagian
operasi, peralatan atau lingkungan kerja yang kritis yang diduga dapat menimbulkan
permasalahan tertentu dengan menggunakan checklist. Pelaksanaan inspeksi meliputi berbagai
bidang antara lain APD, pelaksanaan perundangan K3, pengecekan pintu dan bangunan,
penyimpanan B3, boiler, transformator, alat mekanis, bejana tekan, perkakas kerja dan
instalasi listrik termasuk kabel dan panel.
Selain inspeksi tersebut, dilakukan juga inspeksi kantin setiap 3 bulan sekali. Inspeksi
yang dilakukan antara lain inspeksi sarana hydran setiap sebulan sekali, inspeksi tertib kerja
NLA (New Life Activity) setiap bulan, inspeksi keselamatan lalu lintas di lokasi pabrik setiap
bulan, inspeksi APD yang dilaksanakan setiap bulan, inspeksi mesin las, tabung gas, dan
penangkal petir sekali setahun, inspeksi pengaman mesin 2 kali setahun, inspeksi overhead
crane, forklift dan loader 3 kali setahun.

4.5

Alat Pelindung Diri (APD)


PT IKPP Serang telah membuat dan menerapkan APD yang tertuang dalam standard

operational procedure (SOP) penyediaan alat pelindung diri dan sudah sesuai dengan
Permenakertrans RI Nomor.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri dan OHSAS
18001 : 2007 4.3.1 Tentang Identifikasi Bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian
di poin (f) infrastruktur, peralatan dan bahan-bahan di tempat kerja, yang disediakan oleh
manajemen atau orang lain.

4.5.1

Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD)


Alat pelindung diri yang ada di PT IKPP Serang disediakan oleh central warehouse

yang sifatnya ready stock sehingga karyawan dengan mudah mendapatkannya, namun untuk
beberapa APD yang khusus tidak disediakan secara ready stock. Jenis Alat pelindung diri yang

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

38

disediakan oleh perusahaan bersatus ready stock adalah ear plug, masker faceshield, kacamata
kimia, kacamata gerinda, dan alat pelindung diri yang berstatus tidak ready stock adalah helm,
jas hujan, sepatu safety, kacamata cap las, safety harness, rubber boots, masker kimia, sarung
tangan kulit. Adapun jenis dan macam alat pelindung diri yang ada di PT IKPP Serang:

1.

Sabuk Keselamatan (Safety Harness)

Gambar 4.8 Safety Harness

Alat pelindung diri ini digunakan jika bekerja pada ketinggian lebih dari 2 meter. Hal
ini akan melindungi pekerja agar terhindar dari potensi jatuh dari ketinggian.

2.

Sepatu Karet (Rubber Boots)

Gambar 4.9 Rubber Boot

Alat pelindung ini digunakan saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur
untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, dan cairan kimia.

3.

Sarung Tangan (Gloves)

Gambar 4.10 Sarung Tangan

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

39

Alat pelindung tangan digunakan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat
mengakibatkan cidera tangan. Sarung tangan sebelah kiri dengan lapisan yang lebih digunakan
untuk pekerjaan pengelasan, sedangkan sarung tangan sebelah kanan dengan bahan kain
digunakan untuk pekerjaan pemotongan kertas, pengemasan kertas, dan lain-lain.

4.

Masker (Respirator)

Gambar 4.11 Masker Respirator

Alat pelindung diri yang digunakan saat bekerja di tempat yang memiliki kualitas udara
buruk (beracun), berfungsi sebagai pelindung hidung dan penyaring udara yang dihirup.

5.

Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)

Gambar 4.12 Ear Plug

Alat pelindung diri ini digunakan saat bekerja di area kebisingan atau sumber suara
yang cukup tinggi, hal ini dimaksudkan karena telinga tidak mampu menahan suara dalam
intensitas yang tinggi dan memekakkan telinga.

6.

Sepatu pelindung (Safety Shoes)

Gambar 4.13 Sepatu Safety

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

40

Alat pelindung diri ini berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki
karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, dan cairan kimia.

7.

Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)

Gambar 4.14 Safety Glasses

Alat pelindung diri ini untuk melindungi mata dari percikan api ataupun serpihan dari
besi yang mengalami proses pengerjaan permesinan.

8.

Helm pelindung kepala (Safety Helmet)

Gambar 4.15 Helm

Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda yang berpotensi mengenai kepala
secara langsung maupun tidak langsung.

9.

Pelindung wajah (Face Shield)

Gambar 4.16 Face Shield

Alat pelindung diri ini berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing
saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

41

10.

Baju Anti Panas atau Anti Api

Gambar 4.17 Baju Anti Panas

Alat pelindung diri ini berfungsi sebagai baju anti api agar tidak mudah terbakar dan
juga mereka memakai bagian baju yang mengkilat agar mudah terlihat jika didalam gedung
yang gelap karna tidak ada penerangan listrik yang padam dan asap hitam akibat kebakaran.

11.

Maker Kesehatan

Gambar 4.18 Masker Kesehatan

Masker dapat berfungsi sebagai pelindung hidung dan penyaring udara yang dihirup
saat bekerja di tempat yang memiliki kualitas udara buruk (debu).
Berdasarkan data yang didapat alat pelindung diri tersebut yang diberikan kepada
seluruh pekerja atau karyawan yang ada di PT IKPP Serang Mill.
4.5.2 Pendistribusian Alat Pelindung Diri ke Karyawan
Dalam menyediakannya APD seksi terkait berkoordinasi dengan seksi safety
khususnya yang berhubungan dengan spesifikasi APD yang diperlukan oleh karyawan.
Pengadaan APD dilakukan oleh seksi terkait dengan mengajukan ke seksi safety hanya melalui
formulir permohonan alat pelindung diri, formulir permohonan alat pelindung diri di isi melalui
admin di seksinya yang ditandatangani sampai Kepala Departemen seksi tersebut, jika formulir
sudah diberikan ke seksi safety, seksi safety akan memeriksa formulir permohonan APD dari
seksi terkait dan mempertimbangkan dari seksi terkait sesuai dengan potensi bahaya potensial
di lokasi kerja, setelah seksi safety mendapat persetujuan permohonan dari Kepala Industrial
safety, Security Departemen, Administration Division. Warehaouse mendistribusikan kepada

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

42

seksi terkait sesuai kebutuhan dan hasil koordinasi dengan seksi safety, selanjutnya seksi tekait
memberikan kepada karyawan dengan tanda serah terima.

4.6

Tindakan Preventif Yang Dilakukan Oleh Perusahaan


PT IKPP telah melakukan tindakan preventif seperti:

4.6.1 Training K3
Training mengenai K3 pada semua tenaga kerja yang dilakukan oleh seksi safety.
Training yang dilakukan sangat beragam, mulai dari training mengenai APD, pemadam
kebakaran, pelaksanaan simulasi keadaan darurat, pelatihan penggunaan APAR dan hydrant,
pelatihan P3K, K3 umum dan ergonomi. Pelatihan eksternal juga pernah dilakukan dengan
cara, tim damkar PT IKPP diundang oleh Dinas Pemadam Kebakaran Serang untuk melakukan
latihan gabungan.
Training K3 terutama APD yang diberikan oleh safety dengan cara mensosialisasikan tentang
alat pelindung diri kepada semua karyawan yang bekerja di PT IKPP Serang. Pelatihan ini
dijadwalkan oleh pihak seksi safety dan

hanya memberikan pelatihan sesuai undangan

pelatihan tersebut.

4.6.2 Pemasangan Slogan


Rambu-rambu K3 banyak terpasang di seluruh area PT IKPP Serang. Rambu tersebut
berupa slogan yang menuliskan bahwa K3 harus diterapkan, pemasangan stiker peringatan,
pemasangan poster area wajib APD, yang dipasang pada madding tiap seksi atau pintu masuk
tempat kerja yang sudah disediakan. Contohnya pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.19 Poster wajib menggunkan APD

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

43

Ini sesuai dengan permenaker No. 08 tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri Pasal 5
yaitu pengusaha atau pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang ramburambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.

4.6.3 Prosedur APD


PT IKPP Serang memilik Standard Operation Procedure (SOP) alat pelindung diri.
Prosedur ini bertujuan untuk memastikan alat pelindung diri yang tersedia di lapangan,
digunakan dan dipelihara dengan baik dan benar sesuai dengan lokasi kerja. Perusahaan
menerapkan sistem yang ada, dan telah diterapkan di lapangan, seperti wajib menggunakan
APD, APD yang digunakan sesuai dengan potensi bahaya, dan dipelihara, serta adanya
pengawasan atau patroli dari petugas safety untuk memberikan sanksi kepada karyawan yang
melanggar.

4.6.4 Melaksanakan Safety Talk


Safety talk adalah melakukan pertemuan rutin antara karyawan untuk membicarakan
tentang K3. Sebelum melakukan pekerjaan di PT IKPP Serang Mill, petugas safety seksi
terkait memberikan safety talk kepada para pekerja, bertujuan untuk mengingatkan karyawan
akan potensi bahaya ditempat kerja, agar pekerja dapat bekerja dengan aman. Pelaksanaan
safety talk dilakukan setiap akan dimulainya pekerjaan. Safety talk ini berlangsung sekitar 10
menit oleh setiap seksi terkait. Setiap safety talk dilakukan absensi terhadap peserta atau
karyawan.

4.6.5 Pengawasan Pada APD


Untuk memastikan Alat Pelindung Diri (APD) yang telah diberikan oleh perusahan,
maka perlu dilakukan pengawasan di lapangan. Berdasarkan Standard Operation Procedure
penyediaan dan pemeliharaan APD (Alat Pelindung Diri), apabila APD tidak dipakai
sebagaimana mestinya, maka akan dikenakan sanksi sesuai perjanjian kerja bersama (PKB)
dan apabila APD hilang atau rusak sebelum habis masa pemakaianya, maka karyawan yang
bersangktuan wajib menggantikan sesuai dengan harga APD tersebut.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

44

Berdasarkan dokumen safety, pelaksaan safety patroli PT IKPP Serang bertujuan untuk
mengontrol lapangan mengenai kondisi K3. Safety patroli dilakukan secara berkesinambungan
di seluruh area pabrik dengan menggunakan formulir kelainan K3 dan formulir pelanggaran
peraturan K3 oleh seksi safety, seksi terkait yang dilakukan perorangan maupun dalam tim.
Seksi safety mengatur jadwal pelaksanaan safety patroli.

Gambar 4.20 Karyawan tidak pakai APD

Karyawan yang terbukti melakukan pelanggaran K3 harus menandatangani formulir


pelangaran K3. Dalam safety patroli, petugas menemukan kelainan K3, maka petugas harus
melakukan analisa risiko bahaya dan mencatat hasilnya kedalam formulir kelainan K3.
Kemudian formulir pelanggaran dan kelainan K3 diserahkan ke seksi safety, seksi safety
bertugas mengirimkan laporan kelainan ke seksi terkait dan mengimput data bukti pelanggaran
peraturan K3 ke system e-Penalty yang selanjutnya dikirim ke Industrial safety and Security
Departement untuk dilanjutkan ke MBOS Mill guna dimasukkan ke KPI masing-masing seksi.
4.6.6 Pembinaan Pada Karyawan Yang Melanggar
Jika terdapat Karyawan

yang terbukti melakukan pelanggaran K3 harus

menandatangani formulir pelanggaran K3, terutama dalam safety patroli. Kemudian formulir
pelanggaran dan kelainan K3 diserahkan ke seksi safety. Pembinaan kepada pelanggar dapat
dibina oleh seksi security, safety, HRD, dan mengirimkan laporan kelainan ke seksi terkait
dan mengimput data bukti pelanggaran peraturan K3 ke system e-Penalty.

4.7

Penerapan Alat Pelindung Diri di Perusahaan Berdasarkan Peraturan Menteri


PT IKPP Serang dalam menerapkan SMK3 di perusahaan menggunakan sekitar 64

peraturan perundangan yang dijadikan sebagai acuan. Perusahaan telah mendapatkan


sertifikasi SMK3 dengan bendera emas dan OHSAS 18001:2007 serta telah memberikan hak
pada setiap pekerja untuk memperoleh perlindungan K3. Salah satu dari Peraturan
perundangan yang digunakan adalah PER.08/MEN/VII/Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

45

Diri. Untuk dapat mengetahui efektifitas tingkat penerapan Alat Pelindung Diri di Perusahaan,
maka diperlukan Parameter pembanding sebagai tolak ukurnya yaitu PER.08/MEN/VII/Tahun
2010 Tentang Alat Pelindung Diri. Tabel 4.8 ini menjelaskan secara Pasal per Pasal dan untuk
dapat melihat tingkat pencapaiannya, maka dituangkan dalam bentuk angka (% pencapaian).
Tabel 4.8 Perbandingan Peraturan Menteri berdasarkan Penerapan di Perusahaan
Nomer

Pasal

Pasal 2

Pasal 3

PER.08/MEN/VII/Tahun 2010 Tentang


Alat Pelindung Diri.
1. Pengusaha wajib menyediakan
APD bagi pekerja.
2. APD sesuai Standar Nasional
Indonesia (SNI).
3. APD diberikan kepada karyawan
secara cuma-Cuma.
1. Jenis APD. Sbb
1. Pelindung Kepala
2. Pelindung Mata dan Muka
3. Pelindung Telinga
4. Pelindung pernapasan
5. Pelindung Tangan
6. Pelindung Kaki
2. Pakaian pelindung perorangan

Pasal 4

10

10

Pengusaha atau pengurus wajib


mengumumkan secara tertulis dan
memasang rambu-rambu mengenai
kewajiban penggunaan APD
ditempat kerja.

Telah dilaksanakan oleh


perusahaan dengan memasang
rambu-rambu tentang APD di
setiap departemen.

Pasal 6

1.

Pasal 8

Telah disediakan jenis-jenis


APD sesuai
PER.08/MEN/VII/Tahun 2010
Tentang Alat Pelindung Diri,
selain itu perusahan
menyediakan APD perorangan
(Safety harness,pelampung)

1.

2.

10

APD wajib digunakan di tempat


kerja.

Pasal 6

Pasal 7

Telah disediakan oleh


perusahan sesuai dengan
prosedur dan diberikan secara
cuma cuma kepada karyawan
PT IKPP.

1.

1.

Nilai (
Score )

PT IKPP melaksanakan
menggunakan APD setiap
ditempat kerja atau saat masuk
perusahaan. Tetapi masih ada
karyawan yang tidak
menggunakan APD ditempat
kerja.

Pasal 5

Penerapan PT Indah Kiat Pulp


and Paper

1.

Pekerja dan orang lain yang


memasuki tempat kerja wajib
memakai atau menggunakan APD
sesuai dengan potensi bahaya
Pekerja berhak menyatakan
keberatan untuk melakukan
pekerjaan apabila APD yang
disedakan tidak memenuhi
ketentuan dan persyaratan.
Pengusahan atau pengurus wajib
melakasanakan manajemen APD
ditempat kerja.
APD yang rusak atau tidak dapat
berfungsi dengan baik harus
dibuang dan/atau dimusnahkan

Telah dilaksanakan pemakaian


APD untuk tamu dan karyawan
saat memasuki tempat kerja
sesuai potensi bahaya.
Tidak ada yang merasa
keberatan, tetapi terdapat
keluhan dari karyawan tentang
APD karena tidak nyaman.
Perusahan telah melaksanakan
manajemen APD ditempat
kerja.
Telah dilaksanakan oleh
karyawan, tetapi masih ada
karyawan yang menggunakan
APD yang rusak contoh pada
ear plug.

Total Penerapan Alat Pelindung Diri di PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill

10

96%

Sumber : PER.08/MEN/VII/Tahun 2010 dan Hasil survey lapangan

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

46

Keterangan Nilai Score:


1. Dilaksanakan
2. Tidak dilaksanakan
3. Tidak sama sekali

= 7 - 10
= 4 - 6
= 03

Keterangan Total Pencapaian:


1.
2.
3.
4.
5.

Sangat Baik
Cukup Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik

= 90% 100%
= 70% 80%
= 50% 60%
= 30% 50%
= 0% 20%

Berdasarkan hasil tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan perusahaan
dalam menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) sangat baik dengan angka pencapai (96%) ,
meskipun ada beberapa perilaku karyawan yang tidak menggunakan APD saat bekerja atau
keluhan terhadap karyawan karena APD yang digunakan tidak nyaman dan masih ada
karyawan yang menggunakan APD dalam kondisi tidak layak pakai, hal itu diakibatkan belum
memahami pentingnya menggunakan APD saat melakukan aktifitas kerja.
Perusahaan sangat menjaga keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerjanya, hal ini
ditunjukkan dengan penyediaan APD untuk karyawan selama melakukan aktifitas pekerjaan.
Petugas safety juga memasang rambu-rambu dan slogan penggunaan APD di tempat kerja,
memberikan training K3 tentang APD,

melaksanakan safety talk sebelum melakukan

pekerjaan, Training mengenai APD, dan melakukan pengawasan pemakaian dan pemeliharan
APD yang dilakukan oleh petugas safety. Peraturan perusahaan yang dijadikan acuan adalah
PER.08/MEN/VII/2010. Selain itu, perusahaan juga melakukan pengendalian faktor di
lingkungan seperti faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja yaitu dengan menguji
kebisingan di area kerja yang dilakukan setiap 3 bulan sekali. Menurut Per-13/MEN/2011 nilai
ambang batas untuk kebisingan di tempat kerja yaitu 85 dBA. Apabila nilai kebisingan di area
kerja melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, maka pekerja wajib menggunakan APD yang
telah di berikan contohnya ear plug.
Dalam mengukur kinerja penerapan SMK3 di perusahaan, maka perusahaan
melaksanakan audit internal SMK3 dan OHSAS 18001 yang dilakukan oleh seksi safety.
Selain audit internal, audit external juga dilakukan melalui badan audit external (Sucofindo)
dan telah memperoleh sertifikat. Perusahaan telah mematuhi

Peraturan Menteri

No.18/MEN/2008 Tentang Penyelenggara Audit SMK3. Secara keseluruhan, perusahaan telah


menerapkan Peraturan-Peraturan yang telah digunakan sebagai acuan dalam menerapkan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan.
Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

47

PT IKPP Serang secara umum telah memenuhi Peraturan-Peraturan Perundangan yang


digunakan. PT IKPP Serang juga telah melakukan penerapan SMK3 sesuai dengan Peraturan
Perundangan K3, salah satunya PER.08.MEN/VII/Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

48

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di PT Indah Kiat

Pulp & Paper Tbk, dapat disimpulkan bahwa:


1. APD sudah tersedia di Perusahaan dan sesuai dengan PER.08/MEN/VII/Tahun/2010
Tentang Alat Pelindung Diri dan pengawasan penggunaan APD dilakukan oleh
petugas safety, guna memastikan efektifitas penggunaan oleh karyawan.
2. Penggunaan APD disesuaikan dengan tingkat risiko bahaya yang telah dianalisa
dalam Hazard Indentifikasi Risk Analysis Determining Control (HIRADC).
3. Alat Pelindung diri (APD) diberikan ke karyawan secara cuma-cuma dengan masa
berlakunya sesuai prosedur yang telah dibuat oleh perusahaan dan APD yang
diberikan sesuai dengan lokasi kerja.
4. Masih ada karyawan yang menggunakan APD rusak bahkan tidak menggunakan
APD saat masuk perusahaan atau ke tempat kerja. Hal ini dikarenakan keluhan dari
karyawan karena APD jenis baru yang diberikan kurang nyaman dan lamanya
pemberitahuan permintaan Alat Pelindung Diri.
5. Perusahaan telah memasang slogan APD yang wajib digunakan sesuai dengan lokasi
kerja dan perusahaan telah memberikan pelatihannya kepada seluruh karyawan.
Pelatihan untuk karyawan baru dilakukan dengan cara training K3 tentang APD,
sedangkan untuk karyawan lama dilakukan dengan cara safety talk.
6. Berdasarkan hasil tabel 4.5 perbandingan peraturan menteri berdasarkan penerapan
di perusahaan diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan perusahaan dalam
menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) sangat baik dengan angka pencapai
(96%).

5.2.

Saran
1. Perlunya peningkatan pengawasan terhadap penggunaan APD oleh karyawan yang
bekerja di lapangan, mengingat masih dijumpai beberapa karyawan yang belum
menggunakan APD meskipun sudah diberikan.
2. Pada saat melakukan pengawasan di lapangan bila dijumpai karyawan yang tidak
menggunakan APD, sebaiknya dilakukan peneguran, sanksi, sampai dengan

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

49

pemberhentian pekerjaan, bila mana hal itu sangat membahayakan keselamatan


karyawan yang akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.
3. Meningkatkan sosialisasi terhadap penggunaan APD dengan pemilihan kata-kata
yang dapat dipahami oleh karyawan.
4. PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill harus lebih terbuka kepada karyawan
dengan jumlah kecelakaan dan dampak yang terjadi.
5. Memasang CCTV untuk memantau karyawan, sehingga dapat terlihat karyawan
tidak menggunakan APD.
6. Memberikan penghargaan kepada karyawan yang taat menggunakan APD.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

50

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, OHSAS 18001. 2007. Occupational Health and Safety Management System
Requirements 18001:2007. Diakses di http://nuruddinmh.files.wordpress.com/
2013/08/ohsas-18001-2007-dual-pdf. Diunduh 14 Juli 2015.

Argama, Rizki. 2006. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Diakses di
http://eprints.undip.ac.id/26498/1/Skripsi_Full.pdf. Diunduh pada tanggal 10 Juli
2015.

Departemen Tenaga Kerja. 2000. Modul Pelatihan bagi Pengurus dan Anggota P2K3
Chapter Keselamtan dan Kesehatan Kerja. Jakarta.

Dewi, Rijuna. 2006. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap
Kinerja Karyawan Pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant. Skripsi
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Djajaningrat, Husjain. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


Diakses di http://bapersip.jatimprov.go.id/ bapersip/koleksi_perpustakaan_detail.jsp?
controlnum= JATIM-08110000000044. Diunduh pada tanggal 11 Juli 2015.

Flippo, Edwin B. 1995. Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja. Diakses di


http://e-journal.uajy.ac.id/3052/3/2TS11587.pdf. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2015.

Forum, Edisi No.11. 2008. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Diakses di
http://e-journal.uajy.ac.id/3052/3/2TS11587.pdf. Diunduh 05 Juli 2015.

Hadiguna, Rika Ampuh. 2009. Manajemen Pabrik, Pendekatan Sistem untuk Efisiensi
dan Efektivitas. Jakarta: Bumi Aksara.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep. 463/MEN/1993 tentang Pola Gerakan
Nasional Membudayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Lestari, Martina Indah dan Effendi, Yusuf. 2005. CD Room Himpunan Peraturan
Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Diakses di
http://www.PortalK3.com. Diunduh pada tanggal 14 Juli 2015.

MM2100. 2015. Kawasan Industri Terbesar di Indonesia. Diakses di http://kawasanindustri-mm2100.blogspot.com/2015/05/pentingnya-alat-pelindung-diri-bagi.html.


Diunduh pada tanggal 16 September 2015.

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

51

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina


Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan
Kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan
dan Pemeriksaan Kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.08/Men/VII/2010


tentang Pelindung Diri.

Sai Global. 2015. OHSAS 18001 Standard. Diakses di http://ohsas-18001occupational-health-and-safety.com. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2015.

Silalahi, Bannet N.B., Silalahi, Rumondang B. 1995. Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Sumamur. 1998. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV


Gunung Agung.

Soehatman, Ramli. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(OHSAS 18001), Seri Manajemen K3. Jakarta : PT Dian Rakyat.

Syukri Sahab. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
PT. Bina Sumber Daya Manusia.

Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan.

Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Undang - Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Dhuhri Hidayatullah

25-2011-024

52

Anda mungkin juga menyukai