PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Peningkatan jumlah tenaga kerja dalam sektor industri tentu saja membawa dampak
terhadap keadaan sosial masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari adanya perkembangan
industri berupa dampak positif dan dampak negatif. Salah satu contoh dampak negatif yang
ditimbulkan adalah penurunan kondisi kesehatan dan keselamatan para pekerja dikarenakan
keadaan pekerja dilapangan atau di dunia industri belum dilindungi sistem pencegahan dan
penanggulangan bahaya dunia industri terhadap keselamatan jiwa baik secara langsung
maupun dalam jangka waktu yang lama.
Perlindungan tenaga kerja diatur dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja: bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktifitas
nasional. Menghadapi tuntunan perlindungan terhadap tenaga kerja perlu kiranya pelaksanaan
dan pengawasan K3 dari pihak manajemen perusahaan ditempat kerja guna meningkatkan
produktifitas perusahaan, sehubungan dengan itu perlu adanya budaya K3 ditempat kerja.
Penerapan budaya K3 harus dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan K3 yang
melibatkan seluruh aktifitas perusahaan melalui jalur pendidikan dan pelatihan K3 untuk
meningkatkan pengaruh dan pemahaman K3 dari semua aktifitas perusahaan, serta
melaksanakan sosialisasi pada semua tenaga kerja agar dapat meningkatkan produktifitas
perusahaan serta memperkecil angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sampai zero
accident. (Undang-undang No. 01 1970 tentang keselamatan kerja)
Tingkat penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sangat berpengaruh pada tingkat
keselamatan kerja, dimana semakin rendah frekuensi penggunaan APD, semakin besar
kesempatan terjadinya kecelakaan kerja.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 8/MEN/VII/2010
pasal 1 (1) yang berbunyi Alat Pelindung Diri di definisikan sebagai alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh
tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Maka diwajibkan oleh setiap pengusaha agar
menyediakan APD bagi pekerja di tempat kerja. Pengusaha wajib memberikan APD secara
Cuma Cuma kepada karyawan, begitu juga karyawan wajib menggunakan APD sesuai jenis
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
pekerjaan. Penggunaan APD merupakan suatu keharusan bagi tenaga kerja yang bekerja
ditempat kerja sesuai prosedur tata cara penggunaan APD yang benar menurut fungsi dan jenis
pekerjaan masing masing.
Untuk itu diperlukan suatu sistem penanggulangan bahaya yang disebut dengan
kesehatan dan keselamatan kerja, dan salah satu indikator penting pelaksanaannya adalah
penerapan alat pelindung kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja merupakan kelengkapan yang harus dipakai
pada saat melakukan pekerjaan yang disesuaikan dengan bahaya, resiko, dan untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang-orang disekitarnya. Kewajiban untuk menggunakan
APD ini, telah menjadi kesepakatan bersama dengan Pemerintah melalui Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi.
Salah satu perusahaan yang mempunyai K3 dan telah melakukan sistem penerapan APD
di Indonesia adalah PT Indah Kiat Pulp and Paper (PT IKPP). Perusahan ini bergerak sebagai
penyedia teknologi untuk proses pembuatan kertas. Proses produksi PT IKPP Serang Mill
terdiri dari stock preparation, paper machine dan finishing converting. Untuk mengurangi
angka kecelakaan, perusahaan ini menerapkan APD kepada tenaga kerjanya, untuk
mengantisipasi dan mengurangi angka kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh lingkungan
kerja yang tidak aman (unsafecondition).
1.2
Pelindung Diri (APD) pada unit paper production PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill.
Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek di PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill :
A. Memastikan sistem penerapan APD di PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill telah
seseuai
dengan
Peraturan
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
No.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
1.3
Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang akan dibahas :
A. Mempelajari proses produksi dan peraturan keselamatan yang terkait.
B. Mempelajari faktor penyebab kecelakaan di lingkungan unit produksi.
C. Meninjau dan mengevaluasi penerapan alat pelindung diri pada unit paper production
di PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill serta membandingkan peraturan yang
terdapat di PT Indah Kiat Pulp and Paper dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri.
1.4
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
1.5
1.6
: 1 Juni 2015
Berakhir
: 31 Juli 2015
Jadwal kegiatan kerja praktek yang dilakukan di PT Indah Kiat Pulp and Paper
Serang Mill dapat dilihat pada tabel 1.1. Jadwal kegiatan kerja praktek pada bulan Juni dan
tabel 1.2. Jadwal kegiatan kerja praktek pada bulan Juli:
Bulan Juni
Minggu Pertama
Minggu Kedua
Minggu Ketiga
Minggu Keempat
Minggu Keempat
Pembuatan laporan
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
1.7
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
BAB II
GAMBARAN UMUM PT INDAH KIAT PULP AND PAPER SERANG
MILL
2.1
Nama dan Lokasi PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) Serang Mill
2.2
Gambaran Umum Perusahaan PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill
PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk berdiri sejak tahun 1990 didirikan oleh Sutomo
Yamato,
seorang
pengusaha
kelahiran
Siantar-Sumatra
Utara
yang
bekerjasama
dengan perusahaan dari Taiwan. PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk merupakan salah satu
pabrik yang memproduksi kertas industri antara lain ivory, manila, art board, dupleks, gloss
coated, flutting medium, liner board, white kraft, dan tripleks.
PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk ini merupakan cabang dari Sinar Mas dimana untuk
di international khususnya di asia lebih terkenal dengan APP (Asian Pulp and Paper).
PT IKPP telah tampil sebagai sebuah produk dari suatu pengaruh dari yang maha besar sebagai
akibat dari perkembangan bisnis Indonesia pada tingkat pasar domestik dan internasional.
PT IKPP adalah anak perusahaan yang tak langsung dari asia pulp dan paper Co. Ltd,
perusahaan dari Singapura yang merupakan salah satu perusahaan pulp & paper terbesar dan
terintegrasi. Di asia perusahan ini terdaftar pada Bursa Efek New York dengan
kapitalisasi pasar kurang lebih US,$ 2,5 milyar. Pada bulan Juni 1990, perusahaan mengadakan
penawaran publik yang pertama akan sahamnya di Indonesia, dan pada saat ini terdaftar pada
Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.
2.3
Mill
Sejarah Singkat Perusahaan PT Indah Kiat Pulp and Paper (PT IKPP) Serang
PT Indah Kiat Pulp and Paper (PT IKPP) merupakan bentuk perusahaan PMA
(Penanaman Modal Asing) yang didirikan atas joint venture sebuah perusahaa Indonesia
(PT Berkat Indah Agung) dan dua perusahaan Taiwan (Chung Hwa Pulp International
Coorporation dan Yuen Foung Yue Global Investment Coorporation). Di dalam prakteknya,
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
perusahaan Taiwan bertindak sebagai penyedia teknologi untuk proses pembuatan kertas,
sedangkan perusahaan Indonesia bertindak sebagai penyedia akses.
PT IKPP didirikan oleh Eka Tjipta Widjaja di Tangerang pada tanggal 7 Desember
1976. Pada awalnya, di tahun 1977, perusahaan ini hanya memiliki dua buah paper machine
yang masing masing berkapasitas produksi 100 ton/hari. Pada April 1979, PT IKPP mulai
menghasilkan produk komersial, hingga pada bulan Juni 1982, PT IKPP menambah sebuah
paper machine lagi untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga meningkat menjadi 150
ton/hari.
Pada bulan Maret 1984, perusahaan ini mencapai kesuksesan dalam memproduksi
produk komersial. Kemudian bulan April 1988 dilakukan modifikasi dan reparasi mesin kertas
sehingga total produksi kertas menjadi 250 ton/hari. Pada bulan Januari 1986, grup Sinar Mas
membeli 67% total saham PT IKPP, sedangkan Chung Hwa Pulp International Coorporation
dan Yuen Foung Yue Global Investment Coorporation sebsar 23% dan 10%. Beberapa tahun
setelahnya, pada bulan Juni 1990, PT IKPP mulai mempublikasikan diri dengan melakukan
penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan harga US, $ 326
juta yang mewakili 13% total sahamnya.
Pada bulan Desember 1992, PT IKPP resmi mengakui sisi PT Sinar Dunia Makmur,
sebuah perusahaan industri kertas yang menjadi anggota manajemen PT Sinar Mas Group yang
berlokasi di Desa Kragilan, Serang Banten. Kemudian pada bulan Oktober 1996. PT IKPP
menambah dyer pada mesin pulper no 8 untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi
135.000 ton/tahun. Pada tahun 2006, saham kepemilikan PT IKPP dimiliki oleh 4 perusahaan,
antara lain PT Puri Nusa Eka Persada (57.25%), Chung Hwa Pulp Int (BUI), Co (16.11%),
Yuen Fuon Yue Invest Co (7.62%) dan publik (19.02%).
Saat ini, PT IKPP memiliki tiga pabrik yang terletak di lokasi yang berlainan, antara
lain pabrik pulp dan kertas terintegrasi yang berlokasi di Perawang-Riau, pabrik kertas industri
yang berlokasi di Serang-Banten, serta pabrik kertas budaya yang terletak di TangerangBanten. PT IKPP, Tbk. Tangerang memiliki kapasitas terkecil di antara dua pabrik lainnya
tetapi merupakan pabrik yang paling menguntungkan, sedangkan pabrik yang terletak di
Perawang merupakan Pabrik terbesar dengan kapasitas terbesar 500.000 ton/tahun dengan
proses terkomputerisasi.
PT IKPP Tangerang sendiri menempati daerah seluas 28 hektar. PT IKPP, Tbk.
Tangerang memiliki tiga mesin kertas Foudrinier, yang memiliki lebar trim 2,75 m dan total
kapasitas produksi sekitar 135.000 ton/tahun. Jenis kertas yang diproduksi di sini adalah kertas
budaya, antara lain kertas cetak, kertas fotokopi, kertas komputer, kertas duplikator, dll. Jenis
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
kertas kertas tersebut menggunakan bahan baku pulp LBKP (pulp serat pendek) dan pulp
NBKP (pulp serat panjang). PT IKPP Tangerang menenerapkan Chain of Custody of Forest
Based Product (PEFC) sehingga bahan baku pulp yang digunakan dapat dilacak hingga hutan
asal kayunya.
2.4
Visi, Misi dan Tujuan PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) Serang Mill
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
2.5
Melestarikan lingkungan.
Struktur Organisasi PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) Serang Mill
Struktur organisasi dari PT IKPP, Tbk. Tangerang berbentuk struktur organisasi
fungsional dimana pendelegasian tugas dari pimpinan ke bawahan dan tanggung jawab hasil
bawahan kepada pimpinan berjalan vertikal sesuai dengan tugas dan wewenang masing
masing. PT IKPP, Tbk. Serang dipimpin oleh seorang kepala pabrik, dibantu oleh Mill
Manager Office dan membawahi enam departemen. Tugas dan fungsi masingmasing terbagi
ke dalam sub sub organisasi sebagai berikut:
2.6
Produk Prusahaan
PT IKPP Serang, Tbk terhadap lingkungan dikomunikasikan melalui pesan bahwa
setiap tahunnya perusahaan telah membeli sebanyak satu juta ton serat daur ulang kertas dan
karton bekas. Sehingga, perusahaan mengklaim bahwa dengan membeli dan menggunakan
limbah kertas sebagai bahan dasar atau bahan baku utama produksi kertas, PT IKPP
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
Serang, Tbk terbukti secara signifikan mampu mengurangi jumlah sampah di tempat
pembuangan sampah akhir.
Produk PT IKPP Serang, Tbk memproduksi dan mengekspor kertas tulis dan cetak.
Hanya saja PT IKPP Serang, Tbk melengkapi produknya dengan mengonversi lembaran kertas
gelombang menjadi kardus baru bernilai ekonomis. Sejak tahun 1991 PT IKPP Serang, Tbk
telah menjadi salah satu industri pengolahan kertas di Kabupaten Serang-Banten. Para
konsumen berasal baik skala nasional maupun internasional.
2.7
Unit Produksi
Proses produksi PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill terdiri dari stock
preparation, paper machine and finishing converting, tahapan proses produksi di industri ini
dapat dilihat pada Gambar 2.2. dan Gambar 2.3:
A.
Stock Preparation
Pulp secara mekanis diolah menjadi bubur pulp kemudian di bentuk menjadi lembaran
melalui paper machine. Tahap ini menggunakan dua bahan baku, yaitu: LBKP (Laubholz
Bleached Kraft Pulp), NBKP (Nedelholz Bleached Kraft Pulp). Proses ini memiliki tiga tahap,
yaitu:
Proses Pembuburan (Pulping).
Proses penghancuran bahan baku lembaran puper (puper sheet) menjadi bubur kertas atau pulp
dalam suatu alat pulper .
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
10
B.
Paper Machine
Merupakan bagian yang bertanggung jawab terhadap pembuatan kertas. Di bagian ini
bubur kertas yang berasal dari Stock Preparation diolah sehingga dihasilkan lembaranlembaran kertas dalam bentuk jumbo-jumbo roll. Di bagian paper machine ini terbagi dalam
beberapa tahap, yaitu:
Pembersihan.
Dimulai saat pulp dari machine chest dialirkan ke stuff box yang berfungsi untuk mengatur
jumlah aliran bahan, kemudian diencerkan dengan white water dari silo pit dan dipompakan ke
centricleanner.
Penyaringan
Pulp dialirkan ke horizontal screen agar bubur kertas terpisah dari gumpalan serat dan kotoran
yang tertinggal. Gumpalan serat ini dibuang ke pack pulper.
Penyebaran
Bubur kertas dialirkan ke head box yang berfungsi untuk menyebarkan bubur secara merata
pada wire part, disini terdapat dandy roll yang berfungsi untuk mengurangi air.
Pengurangan Air
Air dari wire part diloloskan ke bawah sehingga terbentuk lembaran kertas yang masih basah
di atas permukaan wire.
Penekanan
Lembaran kertas digerakkan oleh felt yang berputar menuju press part, lembaran kertas
dilewatkan pada dua buah roll silinder yang berputar berlawanan.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
11
Pengeringan
Lembaran kertas dilewatkan di dryer part menggunakan pemanasan.
Surface Sizing
Pada lembaran kertas dilakukan external sizing dengan menambahkan surface sizing solution
(larutan kanji) secara merata. Lembaran kertas akan menjadi basah sehingga perlu dilakukan
pengeringan kembali.
Penggulungan
Merupakan proses akhir di Paper Machine, lembaran kertas dilewatkan paper roll yang
berfungsi untuk menggulung kertas menjadi rol-rol besar (jumbo roll).
C.
Finishing Converting
Di bagian Finishing Converting ini kertas siap dikirim ke konsumen dengan berbagai
ukuran jenis yaitu dalam bentuk roll dan bentuk sheet. Pada seksi ini terdiri dari beberapa tahap
yaitu pemotongan, penyortiran dan packing. Setelah pemotongan di mesin rewinder, roll di
packing dengan menggunakan wrapping paper. Kemudian dililit dengan plastik (strech film)
di mesin cyclop. Setelah itu dilakukan building yaitu penyusunan dari produksi kertas yang
sudah jadi di atas pallet kayu dan diikat agar saat pengangkutan tetap dalam kondisi baik.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
3.1.1 Kesehatan
Menurut Undang Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Bab I Pasal
1, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik mental, spiritual maupun sosial yang
mungkin setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan menurut
Undang - Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I Pasal 2, keadaan sehat
diartikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
13
tenang dalam bekerja sehingga sangat membantu hubungan kerja dan manajemen. (Sumamur,
1992).
Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja
R.I. No. Kep. 463/MEN/1993, keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan
yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja /perusahaan selalu dalam
keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien. Konsep dasar mengenai keselamatan dan kesehatan kerja adalah perilaku yang tidak
aman karena kurangnya kesadaran pekerja dan kondisi lingkungan yang tidak aman. (Sai
Global, 2015).
3.1.3 Keamanan Kerja
Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana
kerja yang aman, baik berupa material maupun non-material.
A.
B.
Baju kerja
Helm
Kaca mata
Sarung tangan
Sepatu
Himbauan-himbauan
Petugas keamanan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa K3 adalah upaya perlindungan bagi tenaga
kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja
adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya.
3.1.4
kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
14
Mencegah/mengurangi kematian.
Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunanbangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi, dan lain-lain.
Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber produktif lainnya
sewaktu kerja, dsb.
Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
3.1.6 Kebijakan K3
Kebijakan K3 merupakan perwujudan dari komitmen pucuk pimpinan yang memuat
visi dan tujuan organisasi, komitmen dan tekad untuk melaksanakan keselamatan dan
kesehatan kerja, kerangka dan program kerja (Soehatman Ramli, 2010). Kebijakan K3 dari
suatu perusahaan merupakan pernyataan umum yang ditandatangani oleh pimpinan puncak
yang menyatakan komitmen dan kehendaknya untuk ikut serta dan bertanggung jawab terhadap
K3. Untuk dapat menginformasikan kebijakan terhadap seluruh personil di dalam perusahaan,
maka perlu dibuat suatu kebijakan yang jelas dimana di dalamnya menyatakan visi dan misi
organisasi di bidang K3.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
15
3.1.7 Program K3
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang
untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personil di tempat kerja agar tidak
menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/ taat pada
hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap
menuju keselamatan di tempat kerja (Rijuna Dewi, 2006). Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja
akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif
bila terjadi hal demikian (Rizky Argama 2006).
3.2
3.3
Pengertian SMK3
Menurut PP No.50 tahun 2012, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan
konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen
yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan (Husjain
Djajaningrat, 2010).
3.4
Penerapan SMK3
Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh serta
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
16
menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.
3.5
semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda (Permenaker No 03/Men/1998).
Menurut (OHSAS 18001:2007) dalam (Shariff, 1999), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian
tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta
benda atau kerugian waktu.
Berdasarkan UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, kecelakaan kerja adalah
suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses
yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia
maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No.3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak
berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau
wajar dilalui.
Lingkungan fisik kerja yang dimaksudkan dalam hal ini meliputi setiap faktor (kondisi
suhu udara, pencahayaan, kebisingan dan sebagainya) yang bisa memberikan pengaruh
signifikan terhadap efisiensi, keselamatan, kesehatan kenyamanan, maupun ketenangan orang
bekerja sehingga menghindarkan diri dari segala macam bentuk kesalahan manusiawi (human
errors) yang berakibat kecelakaan kerja (Hawkes, 1997: hal. 111-112).
3.5.1 Sebab Sebab Kecelakaan Kerja
Penyebab kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua :
A. Kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak melakukan
tindakan penyelamatan. Contohnya, pakaian kerja, penggunaan peralatan
pelindung diri, falsafah perusahaan, dan lain-lain.
B. Kecelakaan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan kerja yang tidak aman.
Contohnya, penerangan, sirkulasi udara, temperatur, kebisingan, getaran,
penggunaan indikator warna, tanda peringatan, sistem upah, jadwal kerja, dan lainlain (Rika Ampuh Hadiguna, 2009).
Di antara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi yang
memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja,
pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak
mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
17
Di antara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan
sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan pelindung mesin
mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain.
Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi
kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini
mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih menggunakan
peralatan keselamatan.
Karyawan akan kehilangan waktu kerja karena ia harus menjalani perawatan baik oleh
perawat / paramedis perusahaan ataupun oleh dokter rumah sakit.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
18
B. Terhadap Perusahaan
Perusahaan akan kehilangan tenaga kerja yang sudah terlatih dan sudah mempunyai
ketrampilan.
Kehilangan uang untuk biaya kecelakaan baik biaya langsung ataupun biaya tidak
langsung. Besarnya biaya tidak langsung akan lebih besar dari pada biaya langsung.
Sumber Kebisingan
Sumber kebisingan di PT IKPP Serang disebabkan antara lain oleh mesin produksi
seperti deinking, stock preparation, paper machine, corrugator machine dan flexo. Lokasi
di mana mesin tersebut berada sangat bising. Tingkat kebisingan di pabrik IKPP Serang
sangat bervariasi tergantung dari proses produksi yang dilakukan di area kerja tersebut.
b.
safety melakukan pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter. Petugas safety
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
19
ear plug dan pada area kerja dengan intensitas kebisingan yang lebih dari 85 dBA tersebut
juga telah dipasang rambu bahwa area tersebut adalah area bising dan semua tenaga kerja
yang ada di lokasi tersebut harung menggunakan ear plug.
2) Iklim Kerja
a.
mesin karena terus-menerus beroperasi. Ketika masuk ke area paper machines (PM) belum
dirasakan panas, namun setelah mendekat ke paper machine baru dirasakan panas.
b.
melakukan pengukuran iklim kerja di lokasi yang telah ditentukan sesua area pengujian
iklim kerja yang dibuat oleh seksi safety. Beberapa bulan yang lalu PT IKPP membeli Heat
Stress Monitor sebagai alat ukur iklim kerja dan alat ini akan digunakan seksi safety untuk
mengukur iklim kerja dengan indeks suhu bola basah di area PT IKPP Serang.
c.
menggunakan jaket dan jika suhu kerja lebih tingi dari 30oC lokasi kerja terutama yang
berada didalam ruangan diharuskan memiliki kipas angin, AC atau ventilasi yang cukup.
Tenaga kerja harus lebih banyak minum untuk mengurangi efek buruk dari suhu tinggi
ditempat kerja dan untuk menghindari terjadinya dehidrasi.
25-2011-024
20
C. Faktor Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan
pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimaloptimalnya (Sumamur, 1987). PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang (PT IKPP)
mempunyai banyak karyawan yang diantaranya bekerja secara manual handling. Oleh
karena itu, PT IKPP Serang sering memberikan pelatihan dan safety induction mengenai
perilaku ergonomi agar para pekerja dapat mencapai produktivitas kerja yang setinggi
tingginya.
Jika perilaku ergonomi tidak diterapkan dengan baik, maka akan terdapat permasalahan
seperti gangguan kesehatan, baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu yang
panjang. Gangguan kesehatan yang kemungkinan besar terjadi pada pekerja adalah keluhan
otot. Keluhan ini akan meningkat seiring bertambahnya umur, jenis kelamin, faktor fisik
dan terdapat pula faktor lain. Mengingat gangguan kesehatan tersebut tidak bisa
disepelekan, maka dapat dilakukan penilaian untuk mengetahui seberapa besar dampak dan
seberapa besar pekerja mengalami keluhan otot dan pengaruhnya terhadap produktivitas
kerja.
3.7
3.8
Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 Tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja, yang berbunyi
barang siapa akan memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
Menurut OSHAS atau Occupational Safety and Health Administration, personal
protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan
untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan
bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik,
mekanik dan lainnya.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
21
Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung diri
merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk
menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan
upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik kimia adalah sebagai
berikut:
Elimination,
merupakan
upaya
menghilangkan
bahaya
dari
sumbernya.
APD adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk
menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya (Sabir, 2009).
APD adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja
untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah
disepakati oleh Permenkertrans RI Nomor.08/MEN/VII /2010 Tentang Alat Pelindung Diri.
Adapun jenis dari alat tersebut adalah:
Sabuk Keselamatan (Safety Herness)
Sepatu Karet (Rubber Boots)
Sarung Tangan (Gloves)
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
22
Masker (Respirator)
3.9
Potensi Bahaya
Potensi bahaya (Hazard) ialah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat
3.10
Pengawasan
Pengawasan lingkungan kerja adalah serangkaian pengawasan dari semua tindakan
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
23
BAB IV
HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1
Unit Produksi
Unit proses terbagi 3 tahap antara lain adalah stock preparation, paper machine, dan
Finishing.
4.1.1 Stock Preparation
Bahan baku kertas secara mekanis diolah menjadi bubur kertas kemudian di bentuk
menjadi lembaran melalui paper machine. Tahap ini menggunakan dua bahan baku, yaitu:
LBKP (Laubholz Bleached Kraft Pulp), NBKP (Nedelholz Bleached Kraft Pulp). Proses ini
memiliki tiga tahap, yaitu:
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
24
Tabel 4.1 Proses di Stock preparation berdasarkan tingkat resiko dan bahaya serta jenis APD
yang harus digunakan.
Unit Produksi
Deskripsi
Proses
Deskripsi
Pulping
Penggilingan
Pencampuran
APD
Keterangan
Karena karyawan
yang bekerja
ditingkat
kebisingannya
melebih 85 dBA dan
tidak menggunakan
Masker kesehatan, APD dengan jenis
Sepatu safety, Ear ear plug , sehingga
plug dan Sarung dapat mengakibatkan
tangan kain.
gangguan terhadap
pendengaran. Dan
karyawan yang tidak
menggunakan sarung
tangan sehingga
mengakibatkan luka
gores.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
25
Tabel 4.2 Proses di Paper machine berdasarkan tingkat resiko dan bahaya serta jenis APD
yang harus digunakan.
Unit Produksi
Deskripsi
Proses
Pembersihan
Penyaringan
Penyebaran
Paper Machine
Dhuhri Hidayatullah
Pengurangan air
Penekanan
Deskripsi
APD
Keterangan
Masker kesehatan,
Sepatu safety, Ear
plug dan Sarung
tangan kain.
Karena karyawan
yang bekerja di
Paper machine
tidak menggunakan
APD jenis sarung
tangan kain, sehingga
mengakibatkan
tangan terkena roll
dryer dan luka sobek
terkena pisau
pemotong kertas.
Pengeringan
Surface Sizing
Penggulungan
25-2011-024
26
A. Pembersihan.
Dimulai saat pulp dari machine chest dialirkan ke stuff box yang berfungsi untuk
mengatur jumlah aliran bahan, kemudian diencerkan dengan white water dari silo pit
dan dipompakan ke centricleanner.
B. Penyaringan
Pulp dialirkan ke horizontal screen agar bubur pulp terpisah dari gumpalan serat dan
kotoran yang tertinggal. Gumpalan serat ini dibuang ke pack pulper.
C. Penyebaran
Bubur kertas dialirkan ke head box yang berfungsi untuk menyebarkan bubur secara
merata pada wire part, disini terdapat dandy roll yang berfungsi untuk mengurangi air.
D. Pengurangan Air
Air dari wire part diloloskan ke bawah sehingga terbentuk lembaran kertas yang masih
basah di atas permukaan wire.
E. Penekanan
Lembaran kertas digerakkan oleh felt yang berputar menuju press part, lembaran kertas
dilewatkan pada dua buah roll silinder yang berputar berlawanan.
F. Pengeringan
Lembaran kertas dilewatkan di dryer part menggunakan pemanasan.
G. Surface Sizing
Pada lembaran kertas dilakukan external sizing dengan menambahkan surface sizing
solution (larutan kanji) secara merata. Lembaran kertas akan menjadi basah sehingga
perlu dilakukan pengeringan kembali.
H. Penggulungan
Merupakan proses akhir di paper machine, lembaran kertas dilewatkan paper roll yang
berfungsi untuk menggulung kertas menjadi rol-rol besar (big roll).
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
27
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
28
Tabel 4.3 Proses di Finishing converting berdasarkan tingkat resiko dan bahaya serta jenis
APD yang harus digunakan.
Unit Produksi
Deskripsi
Proses
Deskripsi
Pemotongan
Penyortiran
Packing
4.2
APD
Keterangan
kecelakaan kerja disebabkan oleh tindakan manusia dan keadaan lingkungan kerja yang tidak
aman. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh tindakan manusia karena tidak melakukan
tindakan penyelamatan atau tidak mengikuti standard operating procedure (SOP) yang ada di
PT IKPP, seperti penggunaan alat pelindung diri (APD), kecerobohan karyawan, kondisi tubuh
yang lelah, dan lain-lain. Sedangkan kecelakaan kerja yang disebabkan oleh keadan lingkungan
yang tidak aman seperti penerangan, sirkulasi udara, temperatur, kebisingan, getaran,
penggunaan indikator warna, tanda peringatan, sistem upah, jadwal kerja, dan lain-lain.
Dampak kecelakaan kerja yang ada di PT IKPP berbeda beda pada setiap unitnya, seperti
dapak kecelakaan kerja ada unit produksi:
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
29
Pemasangan rambu-rambu K3
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
30
Pemasangan spanduk K3
Pemasangan stiker
Kecelakaan kerja di PT IKPP Serang dibagi menjadi dua jenis yaitu industrial accident
(kecelakaan kerja didalam industri) dan traffic accident (kecelakaan lalu lintas). Kecelakaan
kerja (industrial accident) merupakan kecelakaan yang terjadi di dalam area industri dan
diakibatkan oleh proses kerja atau penggunaan mesin di dalam area tersebut. Kecelakaan lalu
lintas (traffic accident) merupakan kecelakaan yang terjadi diluar maupun di dalam area
industri akibat penggunaan kendaraan bermotor.
Kecelakaan kerja yang terjadi di PT IKPP Serang pada tahun 2015 terdapat 4 total
kecelakaan akibat kerja di unit production. Jumlah kecelakaan yang terjadi di unit production
pada tahun 2015 mengalami penurunan. Hal itu cukup realistis karena perusahan telah
menerapkan SMK3 dan menargetkan penurunan jumlah kecelakaan kerja setiap tahunnya.
Upaya sosialisasi dan pelatihan K3 serta patroli pemakaian alat pelindung diri dan berbagai
upaya pencegahan kecelakaan yang dilakukan seksi K3/safety. Data kecelakaan kerja tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.4:
Tabel 4.4 Data Angka Kecelakaan Kerja Tahun 2015 di PT Indah Kiat Pulp and Puper Serang
Mill di Unit Production
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Tahun
Jumlah
Kecelakaan Kerja
2015
1
2015
2015
2015
2015
1
2015
2
Sumber : Safety PT IKPP
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui tingkat kecelaka kerja terbanyak berada pada
bulan Juni, Sedangkan pada bulan lain tingkat kecelakan kerja sangat rendah di bandingkan
dengan bulan Juni. Kecelakaan yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh kurangnya kehatihatian pekerja dalam mengoperasikan mesin atau karena keadaan mesin yang sedang tidak
aman. Maka departemen terkait bersama seksi safety berusaha meningkatkan kesadaran
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
31
pekerja untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja yang terjadi dengan cara memberikan
pelatihan tentang K3 secacara rutin, memasang rambu-rambu keselamatan, memasang spanduk
tentang kewajiban menggunakan APD dan melakukan berbagai inspeksi untuk mengevaluasi
kedisiplinan para pekerja tentang K3.
Prosedur penanganan kecelakaan kerja ini telah mengacu pada peraturan Menteri
No.04/MEN/1993. Untuk menangani kecelakaan ringan, perusahaan menyediakan kotak P3K
di seluruh area perusahaan yang diurus oleh orang-orang yang ditunjuk di setiap seksi.
Perusahaan juga memiliki fasilitas P3K seperti ruang P3K, kotak P3K, alat evakuasi dan
transportasi mengacu pada Per-15/MEN/2008 Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
di Tempat Kerja.
4.3
Kebisingan
Sumber kebisingan di PT IKPP Serang disebabkan antara lain oleh mesin produksi
seperti deinking, stock preparation, paper machine, currugator machine dan flexo. Lokasi
dimana mesin tersebut berada sangat bising. Tingkat kebisingan di pabrik PT IKPP Serang
sangat bervariasi tergantung dari proses produksi yang dilakukan di area kerja tersebut.
Berdasarkan dokumen safety mengetahui intesnsitas kebisingan di PT IKPP Serang, seksi
safety melakukan pengukuran kebisingan menggunakan sound level meter.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
32
Alat yang digunakan oleh seksi safety untuk melakukan pengukur kebisingan pada unit
production dan unit lainnya di PT Indah Kiat Pulp and paper Serang Mill sesuai pada gambar
4.6.
Petugas safety yang melakukan pengukuran kebisingan harus mengisi formulir
pengukuran kebisingan. Data hasil pengukuran yang didapat, pengukuran intensitas kebisingan
di Converting Plant 1 Corrugator pada tanggal 16 Februari 2015 tingkat kebisingan diatas 85
dBA yang berlokasi di C Flute Corrugator 2 Plant 1 95,6 dBA. Dapat dilihat pada tabel 4.2:
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran di Converting Plant 1 Corrugator
HASIL
PENGUJIAN
74,3
85
< Standar
79,7
85
< Standar
89,6
85
> Standar
92.5
85
> Standar
91,1
85
> Standar
88,3
85
> Standar
92.9
85
> Standar
95.1
85
> Standar
93,8
85
> Standar
10
95,6
85
> Standar
NO
LOKASI
STANDAR (dBA)
KETERANGAN
Keterangan :
1. Pengujian dilakukan bersama Pengurus Safety Seksi.
2. Tingkat kebisingan diatas 85 dBA wajib memakai Ear Plug.
3. Standar Per.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
33
Iklim Kerja
Sumber Panas yang mempengarui iklim kerja di PT IKPP Serang sangat dipengaruhi
oleh panas yang dihasilkan oleh mesin karena terus-menerus beroperasi. Ketika masuk ke area
paper machine (PM) belum dirasakan panas, namun setelah mendekat ke paper machine baru
dirasakan panas.
Pengukuran iklim kerja di PT IKPP Serang dilakukan oleh pengurus safety pada tahun
2014, untuk tahun 2015 akan dilakukan pengukuran pada bulan Sepetember, karena
pengukuran iklim kerja dilakukan satu tahun sekali. Pengukuran ini diukur dengan
menggunakan alat heat stress monitor (Quest Tempt), standar yang digunakan dalam
pengukuran ini :
SNI 16-7061-2004 Tentang Pengukuran Iklim Kerja dengan Parameter Indeks Suhu
Basah dan Bola.
Tabel 4.6 Nilai Ambang Batas yang digunakan untuk pengukuran iklim kerja
ISBB (Oc)
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Kerja
Beban Kerja
Ringan
Sedang
Berat
75%-100%
31,0
28,0
50%-75%
31,0
29,0
27,5
25%-50%
32,0
30,0
29,0
0%-25%
32,2
31,1
30,5
Berdasarkan data yang diberikan oleh pengurus safety PT IKPP laporan hasil pengukuran
iklim kerja (Indeks Suhu Basah dan Bola) yang dilakukan pengukurannya pada tanggal 11-12
September 2014 mendapatkan data hasil pengukuran iklim kerja. Dapat dilihat pada tabel 4.7:
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
34
Lokasi
waktu
Ukur
WBGT IN
(oC)
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
PM 1-2
PM 4-5
SP 1-2
Lt. Bawah PM 1-2
PM A Lt. 1
Deinking
SP 3-6
PM 3-6
Finishing
15.10
15.20
15.40
15.50
16.00
09.25
09.40
09.50
10.10
29,6
28,5
28,8
29,9
27,2
30,4
29,1
31,1
27,3
Tidak Memenuhi
Tidak Memenuhi
Tidak Memenuhi
Tidak Memenuhi
Memenuhi
Tidak Memenuhi
Tidak Memenuhi
Tidak Memenuhi
Memenuhi
Keterangan :
Beban kerja dikategorikan sedang dengan pengaturan waktu kerja antara 75%-100%
sehingga NAB ISBB adalah 28,0oC.
standar atau tidak, bandingkan dengan standar seperti yang ada di tabel 4.3. Beban kerja di PT
IKPP adalah 8 jam dan dikategorikan sedang dengan pengaturan waktu 75%-100% sehingga
NAB ISBB 28,0 oC. Bila nilai pengukuran indeks suhu basah dan bola in atau di dalam ruangan
lebih dari standar NAB ISBB maka suhu dalam ruangan tersebut tidak memenuhi, apabila
sebaliknya maka memenuhi.
Temperatur lingkungan kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi untuk
menimbulkan gangguan kesehatan atau tekanan bagi pekerja bila berada pada kondisi yang
ekstrim. Manusia akan bekerja secara nyaman pada suhu kamar yaitu 24oC - 28oC, lingkungan
yang sangat panas atau sangat dingin akang menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia
dan dapat meningkatkan kecelakaan kerja.
Upaya pencegahan dan penanggulangan iklim kerja, apabila suhu di suatu ruangan
kerja lebih rendah dari 21oC maka pekerja harus menggunakan jaket dan jika suhu kerja lebih
tingi dari 30oC lokasi kerja terutama yang berada didalam ruangan diharuskan memiliki kipas
angin, AC atau ventilasi yang cukup. Tenaga kerja harus lebih banyak minum untuk
mengurangi efek buruk dari suhu tinggi di tempat kerja dan untuk menghindari terjadinya
dehidrasi.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
35
machine juga menggunakan air untuk mengendalikan bubur kertas yang akan dicetak karena
bubur kertas ini mempunyai ukuran seperti debu yang dikhawatirkan bertebangan di udara.
4.3.3 Faktor Ergonomi
PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang (PT IKPP) mempunyai banyak karyawan yang
diantaranya bekerja secara manual handling. Oleh
memberikan pelatihan dan safety induction mengenai perilaku ergonomi agar para pekerja
dapat mencapai produktivitas kerja yang tinggi.
Desain tempat kerja sangat berpengaruh pada tingkat kenyamanan pada saat bekerja.
Desain tempat kerja PT IKPP serang telah sesuai dengan rata-rata postur orang Indonesia yakni
160 cm sampai dengan 180 cm. Penggunaan sarana kerja yang dapat diatur tingginya seperti
kursi kerja di main office. Undang-Undang Keselamatan Kerja No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat
menyatakan bahwa salah satu syarat keselamatan kerja adalah memperoleh keserasian antara
tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, dan proses kerja.
PT IKPP Serang menerapkan sistem waktu kerja dengan 8 jam perhari dan 40 jam
seminggu. Waktu istirahat dilaksanakan setelah 4 jam kerja dengan durasi 1 jam atau
menyesuaikan. Ini sesuai dengan UU nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 79
ayat 2 point a, b, dan c yaitu waktu istirahat dan cuti meliputi:
a) Istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4
(empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja
b) istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau
2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
c) cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang
bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus.
Alat bantu kerja untuk pekerjaan manual handling di PT IKPP Serang seperti over head
crane, forklift, conveyor, kereta dorong, cargo lift, dan lain-lain. Ini sesuai dengan buku
Ergonomi Industri (Tarwaka, 2011: 148) yaitu pekerjaan-pekerjaan manual handling dilakukan
dengan menggunakan alat bantu mekanik, seperti troli, forklift, crane, hoist, conveyor, dan
lain-lain.
Manual handling didefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang mengangkat,
menurunkan, mendorong, menarik, menahan membawa, atau memindahkan beban dengan satu
tangan atau kedua tangan dan atau pengerahan seluruh tubuh. Pekerjaan manual handling dapat
menyebabkan stress pada kondisi fisik pekerja seperti pengerahan tenaga, sikap tubuh yang
dipaksakan, dan gerakan berulang yang dapat mengakibatkan terjadinya cedera, energi
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
36
terbuang secara percuma, dan waktu kerja tidak efisien (Menurut Tarwaka dalam buku
Ergonomi Industri tahun 2011). Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan terjadinya cidera
akibat pekerjaan manual handling antara lain meliputi :
a) Sikap tubuh yang tidak alamiah dan dipaksakan (seperti membungkuk, jongkok,
berlutut dan lain sebagainya)
b) Gerakan berulang (sering menjangkau, mengangkat dan membawa objek kerja)
c) Pengerahan tenaga berlebihan (seperti membawa tau mengangkat beban yang beratnya
berlebihan)
d) Sikap kerja statis ( seperti mempertahankan sikap diam untuk waktu yang lama pada
satu jenis aktivitas)
Banyak pekerjaan di PT IKPP Serang yang masih menggunakan metode manual
handling seperti manual handling di converting yang berfungsi memindahkan kardus yang
telah jadi dari conveyor ke tumpukan kardus. Namun PT IKPP serang belum melakukan
manajemen risiko pekerjaan manual handling yang dimaksudkan untuk melakukan identifikasi
masalah-masalah yang mungkin timbul akibat pekerjaan manual handling dan untuk
memebantu mencegah terjadinya cidera atau kecelakaan kerja.
Pendidikan dan pelatihan mengenai angkat-angkut yang benar dan ergonomis
dilakukan oleh PT IKPP Serang. Ini sesuai dengan buku Ergonomi Industri (Tarwaka, 2011:
289) yaitu langkah mengatasi keluhan sistem musculoskeletal dengan rekayasa manajemen
melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami lingkungan dan alat kerja
sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian dalam melakukan upaya-upaya
pencegahan terhadap risiko sakit akibat kerja.
Intensitas atau lamanya pekerjaan di PT IKPP Serang sudah diatur sedemikian rupa
sehingga pekerja tidak mengalami kelelahan yang berarti. Ini sesuai dengan buku Ergonomi
Industri (Tarwaka, 2011: 289) yaitu langkah mengatasi keluhan sistem musculoskeletal dengan
rekayasa manajemen melalui pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti
disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat
mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya.
4.4
Potensi Bahaya
Inspeksi bertujuan untuk mengidentifikasi ketidaksesuaian yang dapat mengakibatkan
potensi bahaya serta melakukan perbaikan potensi bahaya tersebut agar tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan. Terdapat beberapa kriteria inspeksi, yang pertama yaitu inspeksi berkala.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
37
Inspeksi berkala dilakukan secara berkala tentang bahaya yang ditujukan kepada cara
kerja dan tempat kerja tergantung kepada berapa potensi bahaya atau kerugian yang ada.
Inspeksi tidak teratur dilakukan dalam kondisi darurat untuk mendapatkan gambaran tentang
suatu kejadian seperti :
Adanya Kasus Fatal
Kebakaran
Peledakan
Bencana Lainnya
Inspeksi khusus adalah inspeksi yang dilakukan secara khusus terhadap bagian-bagian
operasi, peralatan atau lingkungan kerja yang kritis yang diduga dapat menimbulkan
permasalahan tertentu dengan menggunakan checklist. Pelaksanaan inspeksi meliputi berbagai
bidang antara lain APD, pelaksanaan perundangan K3, pengecekan pintu dan bangunan,
penyimpanan B3, boiler, transformator, alat mekanis, bejana tekan, perkakas kerja dan
instalasi listrik termasuk kabel dan panel.
Selain inspeksi tersebut, dilakukan juga inspeksi kantin setiap 3 bulan sekali. Inspeksi
yang dilakukan antara lain inspeksi sarana hydran setiap sebulan sekali, inspeksi tertib kerja
NLA (New Life Activity) setiap bulan, inspeksi keselamatan lalu lintas di lokasi pabrik setiap
bulan, inspeksi APD yang dilaksanakan setiap bulan, inspeksi mesin las, tabung gas, dan
penangkal petir sekali setahun, inspeksi pengaman mesin 2 kali setahun, inspeksi overhead
crane, forklift dan loader 3 kali setahun.
4.5
operational procedure (SOP) penyediaan alat pelindung diri dan sudah sesuai dengan
Permenakertrans RI Nomor.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri dan OHSAS
18001 : 2007 4.3.1 Tentang Identifikasi Bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian
di poin (f) infrastruktur, peralatan dan bahan-bahan di tempat kerja, yang disediakan oleh
manajemen atau orang lain.
4.5.1
yang sifatnya ready stock sehingga karyawan dengan mudah mendapatkannya, namun untuk
beberapa APD yang khusus tidak disediakan secara ready stock. Jenis Alat pelindung diri yang
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
38
disediakan oleh perusahaan bersatus ready stock adalah ear plug, masker faceshield, kacamata
kimia, kacamata gerinda, dan alat pelindung diri yang berstatus tidak ready stock adalah helm,
jas hujan, sepatu safety, kacamata cap las, safety harness, rubber boots, masker kimia, sarung
tangan kulit. Adapun jenis dan macam alat pelindung diri yang ada di PT IKPP Serang:
1.
Alat pelindung diri ini digunakan jika bekerja pada ketinggian lebih dari 2 meter. Hal
ini akan melindungi pekerja agar terhindar dari potensi jatuh dari ketinggian.
2.
Alat pelindung ini digunakan saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur
untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, dan cairan kimia.
3.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
39
Alat pelindung tangan digunakan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat
mengakibatkan cidera tangan. Sarung tangan sebelah kiri dengan lapisan yang lebih digunakan
untuk pekerjaan pengelasan, sedangkan sarung tangan sebelah kanan dengan bahan kain
digunakan untuk pekerjaan pemotongan kertas, pengemasan kertas, dan lain-lain.
4.
Masker (Respirator)
Alat pelindung diri yang digunakan saat bekerja di tempat yang memiliki kualitas udara
buruk (beracun), berfungsi sebagai pelindung hidung dan penyaring udara yang dihirup.
5.
Alat pelindung diri ini digunakan saat bekerja di area kebisingan atau sumber suara
yang cukup tinggi, hal ini dimaksudkan karena telinga tidak mampu menahan suara dalam
intensitas yang tinggi dan memekakkan telinga.
6.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
40
Alat pelindung diri ini berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki
karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, dan cairan kimia.
7.
Alat pelindung diri ini untuk melindungi mata dari percikan api ataupun serpihan dari
besi yang mengalami proses pengerjaan permesinan.
8.
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda yang berpotensi mengenai kepala
secara langsung maupun tidak langsung.
9.
Alat pelindung diri ini berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing
saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
41
10.
Alat pelindung diri ini berfungsi sebagai baju anti api agar tidak mudah terbakar dan
juga mereka memakai bagian baju yang mengkilat agar mudah terlihat jika didalam gedung
yang gelap karna tidak ada penerangan listrik yang padam dan asap hitam akibat kebakaran.
11.
Maker Kesehatan
Masker dapat berfungsi sebagai pelindung hidung dan penyaring udara yang dihirup
saat bekerja di tempat yang memiliki kualitas udara buruk (debu).
Berdasarkan data yang didapat alat pelindung diri tersebut yang diberikan kepada
seluruh pekerja atau karyawan yang ada di PT IKPP Serang Mill.
4.5.2 Pendistribusian Alat Pelindung Diri ke Karyawan
Dalam menyediakannya APD seksi terkait berkoordinasi dengan seksi safety
khususnya yang berhubungan dengan spesifikasi APD yang diperlukan oleh karyawan.
Pengadaan APD dilakukan oleh seksi terkait dengan mengajukan ke seksi safety hanya melalui
formulir permohonan alat pelindung diri, formulir permohonan alat pelindung diri di isi melalui
admin di seksinya yang ditandatangani sampai Kepala Departemen seksi tersebut, jika formulir
sudah diberikan ke seksi safety, seksi safety akan memeriksa formulir permohonan APD dari
seksi terkait dan mempertimbangkan dari seksi terkait sesuai dengan potensi bahaya potensial
di lokasi kerja, setelah seksi safety mendapat persetujuan permohonan dari Kepala Industrial
safety, Security Departemen, Administration Division. Warehaouse mendistribusikan kepada
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
42
seksi terkait sesuai kebutuhan dan hasil koordinasi dengan seksi safety, selanjutnya seksi tekait
memberikan kepada karyawan dengan tanda serah terima.
4.6
4.6.1 Training K3
Training mengenai K3 pada semua tenaga kerja yang dilakukan oleh seksi safety.
Training yang dilakukan sangat beragam, mulai dari training mengenai APD, pemadam
kebakaran, pelaksanaan simulasi keadaan darurat, pelatihan penggunaan APAR dan hydrant,
pelatihan P3K, K3 umum dan ergonomi. Pelatihan eksternal juga pernah dilakukan dengan
cara, tim damkar PT IKPP diundang oleh Dinas Pemadam Kebakaran Serang untuk melakukan
latihan gabungan.
Training K3 terutama APD yang diberikan oleh safety dengan cara mensosialisasikan tentang
alat pelindung diri kepada semua karyawan yang bekerja di PT IKPP Serang. Pelatihan ini
dijadwalkan oleh pihak seksi safety dan
pelatihan tersebut.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
43
Ini sesuai dengan permenaker No. 08 tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri Pasal 5
yaitu pengusaha atau pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang ramburambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
44
Berdasarkan dokumen safety, pelaksaan safety patroli PT IKPP Serang bertujuan untuk
mengontrol lapangan mengenai kondisi K3. Safety patroli dilakukan secara berkesinambungan
di seluruh area pabrik dengan menggunakan formulir kelainan K3 dan formulir pelanggaran
peraturan K3 oleh seksi safety, seksi terkait yang dilakukan perorangan maupun dalam tim.
Seksi safety mengatur jadwal pelaksanaan safety patroli.
menandatangani formulir pelanggaran K3, terutama dalam safety patroli. Kemudian formulir
pelanggaran dan kelainan K3 diserahkan ke seksi safety. Pembinaan kepada pelanggar dapat
dibina oleh seksi security, safety, HRD, dan mengirimkan laporan kelainan ke seksi terkait
dan mengimput data bukti pelanggaran peraturan K3 ke system e-Penalty.
4.7
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
45
Diri. Untuk dapat mengetahui efektifitas tingkat penerapan Alat Pelindung Diri di Perusahaan,
maka diperlukan Parameter pembanding sebagai tolak ukurnya yaitu PER.08/MEN/VII/Tahun
2010 Tentang Alat Pelindung Diri. Tabel 4.8 ini menjelaskan secara Pasal per Pasal dan untuk
dapat melihat tingkat pencapaiannya, maka dituangkan dalam bentuk angka (% pencapaian).
Tabel 4.8 Perbandingan Peraturan Menteri berdasarkan Penerapan di Perusahaan
Nomer
Pasal
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
10
10
Pasal 6
1.
Pasal 8
1.
2.
10
Pasal 6
Pasal 7
1.
1.
Nilai (
Score )
PT IKPP melaksanakan
menggunakan APD setiap
ditempat kerja atau saat masuk
perusahaan. Tetapi masih ada
karyawan yang tidak
menggunakan APD ditempat
kerja.
Pasal 5
1.
Total Penerapan Alat Pelindung Diri di PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill
10
96%
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
46
= 7 - 10
= 4 - 6
= 03
Sangat Baik
Cukup Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
= 90% 100%
= 70% 80%
= 50% 60%
= 30% 50%
= 0% 20%
Berdasarkan hasil tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan perusahaan
dalam menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) sangat baik dengan angka pencapai (96%) ,
meskipun ada beberapa perilaku karyawan yang tidak menggunakan APD saat bekerja atau
keluhan terhadap karyawan karena APD yang digunakan tidak nyaman dan masih ada
karyawan yang menggunakan APD dalam kondisi tidak layak pakai, hal itu diakibatkan belum
memahami pentingnya menggunakan APD saat melakukan aktifitas kerja.
Perusahaan sangat menjaga keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerjanya, hal ini
ditunjukkan dengan penyediaan APD untuk karyawan selama melakukan aktifitas pekerjaan.
Petugas safety juga memasang rambu-rambu dan slogan penggunaan APD di tempat kerja,
memberikan training K3 tentang APD,
pekerjaan, Training mengenai APD, dan melakukan pengawasan pemakaian dan pemeliharan
APD yang dilakukan oleh petugas safety. Peraturan perusahaan yang dijadikan acuan adalah
PER.08/MEN/VII/2010. Selain itu, perusahaan juga melakukan pengendalian faktor di
lingkungan seperti faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja yaitu dengan menguji
kebisingan di area kerja yang dilakukan setiap 3 bulan sekali. Menurut Per-13/MEN/2011 nilai
ambang batas untuk kebisingan di tempat kerja yaitu 85 dBA. Apabila nilai kebisingan di area
kerja melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, maka pekerja wajib menggunakan APD yang
telah di berikan contohnya ear plug.
Dalam mengukur kinerja penerapan SMK3 di perusahaan, maka perusahaan
melaksanakan audit internal SMK3 dan OHSAS 18001 yang dilakukan oleh seksi safety.
Selain audit internal, audit external juga dilakukan melalui badan audit external (Sucofindo)
dan telah memperoleh sertifikat. Perusahaan telah mematuhi
Peraturan Menteri
25-2011-024
47
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di PT Indah Kiat
5.2.
Saran
1. Perlunya peningkatan pengawasan terhadap penggunaan APD oleh karyawan yang
bekerja di lapangan, mengingat masih dijumpai beberapa karyawan yang belum
menggunakan APD meskipun sudah diberikan.
2. Pada saat melakukan pengawasan di lapangan bila dijumpai karyawan yang tidak
menggunakan APD, sebaiknya dilakukan peneguran, sanksi, sampai dengan
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
49
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
50
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, OHSAS 18001. 2007. Occupational Health and Safety Management System
Requirements 18001:2007. Diakses di http://nuruddinmh.files.wordpress.com/
2013/08/ohsas-18001-2007-dual-pdf. Diunduh 14 Juli 2015.
Argama, Rizki. 2006. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Diakses di
http://eprints.undip.ac.id/26498/1/Skripsi_Full.pdf. Diunduh pada tanggal 10 Juli
2015.
Departemen Tenaga Kerja. 2000. Modul Pelatihan bagi Pengurus dan Anggota P2K3
Chapter Keselamtan dan Kesehatan Kerja. Jakarta.
Dewi, Rijuna. 2006. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap
Kinerja Karyawan Pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant. Skripsi
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Forum, Edisi No.11. 2008. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Diakses di
http://e-journal.uajy.ac.id/3052/3/2TS11587.pdf. Diunduh 05 Juli 2015.
Hadiguna, Rika Ampuh. 2009. Manajemen Pabrik, Pendekatan Sistem untuk Efisiensi
dan Efektivitas. Jakarta: Bumi Aksara.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep. 463/MEN/1993 tentang Pola Gerakan
Nasional Membudayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Lestari, Martina Indah dan Effendi, Yusuf. 2005. CD Room Himpunan Peraturan
Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Diakses di
http://www.PortalK3.com. Diunduh pada tanggal 14 Juli 2015.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
51
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan
dan Pemeriksaan Kerja.
Sai Global. 2015. OHSAS 18001 Standard. Diakses di http://ohsas-18001occupational-health-and-safety.com. Diunduh pada tanggal 05 Juli 2015.
Syukri Sahab. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
PT. Bina Sumber Daya Manusia.
Undang - Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024
52