Titanium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ti dan nomor atom 22.
Unsur ini merupakan logam transisi yang ringan, kuat, berkilau, tahan korosi (termasuk tahan
terhadap air laut, aqua regia, dan klorin) dengan warna putih-metalik-keperakan.
Titanium ditemukan di Cornwall, Kerajaan Britania Raya pada tahun 1791 oleh William Gregor dan
dinamai oleh Martin Heinrich Klaproth dari mitologi Yunani Titan. Elemen ini ada di antara deposit-
deposit berbagai mineral, diantaranya rutile dan ilmenit, yang banyak terdapat pada kerak
bumi dan litosfer, serta pada hampir semua makhluk hidup, batuan, air, dan tanah.[2] Logam ini
diekstrak dari bijih mineralnya melalui proses Kroll[3] atau proses Hunter. Senyawanya yang paling
umum, titanium dioksida, adalah fotokatalisator umum dan digunakan dalam pembuatan pigmen
putih.[4] Senyawa lainnya adalah titanium tetraklorida(TiCl4), komponen layar asap dan katalis;
dan titanium triklorida (TiCl3), digunakan sebagai katalis dalam produksi polipropilena.[2]
A. Sifat Titanium
Sifat umum
Pengucapan /taɪˈteɪniəm/
tye-TAY-nee-əm
-
↑
Ti
↓
Zr
Periode periode 4
Sifat fisika
Fase solid
Tekanan uap
Sifat atom
Energi ionisasi
(artikel)
B. Kegunaan Titanium
Titanium dapat digunakan sebagai aloi dengan besi, aluminium, vanadium,
dan molybdenum, untuk memproduksi aloi yang kuat namun ringan untuk penerbangan
(mesin jet, misil, adan wahana antariksa), militer, proses industri (kimia dan
petrokimia, pabrik desalinasi, pulp, dan kertas), otomotif, agro industri, alat
kedokteran, implan ortopedi, peralatan dan instrumen dokter gigi, implan gigi, alat olahraga,
perhiasan, telepon genggam, dan masih banyak aplikasi lainnya
C. Pembuatan Titanium
*Proses J. Meggy dan M.Prieto
Dengan menggunakan proses J. Meggy dan M.Priet, pembuatan logam Titanium dari
bijih Ilminite dapat dilakukan dengan cara Flourinasi. Bijih Ilminite diflourinasi dengan garam
flousilikat seperti K2SiF6, Na2SiF6 pada suhu 350–950 °C selama 6 jam. Selanjutnya besi dan Ti
dikonversikan ke flourida dengan cara dileaching dari bijih flourinasi dengan larutan encer
seperti HF, HCl dan H2SO4 pada suhu 60–95 °C selama 2jam. Setelah proses leaching, larutan
dapat dievaporasi dan didinginkan untuk mengendapkan floutitanat. Endapan floutitanat
dapat ini kemudian disaring dan dikeringkan pada suhu 110–150 °C. Kemudian mereduksinya
menjadi logam Ti. Metode ini merupakan pengontakan floutitanat dengan campuran zinc–
aluminium pada suhu 400–1.000°C. Sehingga aluminium flourida akan terpisahkan sebagai
produk samping dalam bentuk cryolite. Campuran lelehan logam zinc–titanium dipisahkan
dengan cara destilasi pada suhu 800–1.000°C sehingga diperoleh zinc pada produk destilat dan
titanium sponge pada produk akhir