Anda di halaman 1dari 10

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415

Vol. 1 No. 2 Februari 2009

PEMECAHAN SENYAWA KOMPLEKS DALAM KAOLIN


DAN PENGAMBILAN ALUMINA DENGAN METODE KALSINASI DAN
ELUTRIASI

Sukamta1, Arif Budiman2, Sutijan2, Akhmad Bening W2, Segar Budiharto2


1
Jurusan Teknik Kimia FTI – Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, UGM Yogyakarta

Masuk: 2 Juni 2009, revisi masuk: 15 Juli 2009, diterima: 18 Juli 2009

ABSTRACT
Caolin or chines clay seldom used in industry, is formed of very little particles
especially caolinite, i.e. a mixture of aluminum oxyde (Al2O3), silika oxyde (SiO2) and wa-
ter (H2O). Each composition posseses a different characteristic. The article discusses a
separation alumina from caolin which was from Semin, Klaten, the midle of Java, by cal-
cination and elutriation methods. The calcination method is a separation one by breaking
the bond between the substances using heat. In this case, it was used 800oC because at
this temperature it reached vitrification point and the complex bond was broken. The sam-
ple was dried under the sun, crushed, and screened by multiple screening i.e. 200 mesh,
230 mesh, 270 mesh, 325 mesh and 400 mesh. From the screening process it was ga-
thered fraction between 325 and 400 mesh as the most one, therefor this farction was us-
ed as a sample. This one then was elutriated with fluid terminal velocity was varied. It
was obtanied that the concentration of alumina incresed relatively high at the fluid velovity
of 0.1278 cm/s and 0.2117 cm/s i.e. the alumina concentration increased of 5,2% dan
7,4% became 76.81%.

Keywords: Caolin, Silica, Alumina, Calcination, Elutriation

INTISARI
Kaolin atau china clay merupakan jenis batuan yang sering dimanfaatkan dalam
perin-dustrian. Kaolin merupakan zat yang terbentuk dari partikel-partikel yang sangat ke-
cil terutama dari mineral-mineral yang disebut Kaolinit, yaitu persenyawaan dari Oksida
Alumina (Al2O3), dengan Oksida Silika (SiO2) dan Air (H2O). Masing – masing memiliki
karakteristik yang berbeda. Dalam artikel ini dibahas pengambilan alumina dari batuan
kaolin yang berasal dari kecamatan Semin kabupatan Klaten, Jawa tengah, dengan
menggunakan metode kalsinasi dan elutriasi. Metode kalsinasi adalah metode
pemisahan dengan memecah ikatan antar senyawa menggunakan panas, digunakan
suhu 8000C karena pada suhu ini tercapai titik vitrifikasi dan ikatan kompleks akan
terpecah. Sampel batuan dikeringkan dengan sinar matahari, setelah itu diayak dengan
ayakan bertingkat yaitu 200 mesh, 230 mesh, 270 mesh, 325 mesh dan 400 mesh. Dari
proses pengayakan ini, fraksi butiran yang lolos 325 mesh dan tertahan 400 mesh adalah
fraksi yang paling besar. Maka dari itu fraksi ini yang digunakan sebagai sampel. Sam-
pel ini kemudian dielutriasi dengan variasi kecepatan terminal fluida. Dari sini didapatkan
bahwa konsentrasi alumina bertambah relatif besar pada kecepatan aliran fluida 0,1278
cm/det dan 0,2117 cm/det dengan kenaikan kadar alumina masing-masing sebesar 5,2%
dan 7,4% se-hingga kandungan alumina bertambah menjadi 76,81%.

Kata Kunci : Kaolin, Silika, Alumina, Kalsinasi, Elutriasi

PENDAHULUAN besar terdiri dari batuan feldspatik beru-


Hampir semua tanah liat yang pa batuan granit dan batuan beku. Hasil
ada di Indonesia ini disebut "lempung". pelapukan tersebut berbentuk partikel-
Lempung merupakan produk alam, yaitu partikel halus dan sebagian besar dipin-
hasil pelapukan kulit bumi yang sebagian dahkan oleh tenaga air, angin dan gletser
1
a.sukamta@gmail.com
107
ke suatu tempat yang lebih rendah dan silika murni yang jauh lebih tinggi diban-
jauh dari tempat batuan induk. Sebagian dingkan jika masih terkandung dalam ba-
lagi tetap tinggal di lokasi dimana batuan tuan alam. Karakteristik alumina dan si-
induk berada. Alam memproduksi tanah lika, masing-masing dijabarkan ke dalam
liat secara terus menerus, sehingga tidak tabel 1.
mengherankan jika tanah liat terdapat Selanjutnya artikel ini membahas
dimana-mana dan jumlahnya sangat be- pengambilan alumina dari batuan terse-
sar. but. Alumina dalam batuan ini tergabung
Kaolin/china clay merupakan ma- dalam senyawa kompleks kaolinite de-
sa batuan yang tersusun dari material ngan silika bebas (quartz) sebagai im-
lempung dengan kandungan besi yang puritisnya. Metode pemurnian dapat dila-
rendah, dan umumnya berwarna putih kukan dengan berbagai macam cara. Ka-
atau agak keputihan. Secara umum kao- li ini dengan menguraikan senyawa yang
lin paling putih dibandingkan dengan se- ada dalam kaolin. Dalam kaolin tersebut
mua jenis lempung karena kadar besinya alumina memiliki ikatan dengan silika,
relative kecil, kurang liat, dengan ketaha- dan bila kaolin tersebut akan diuraikan,
nan api tinggi. Batuan alam yang me- ikatan tersebut harus dipecah terlebih da-
ngandung kaolin dan feldspar mem- hulu agar menjadi alumina bebas tanpa
punyai dua komponen utama yang sering ikatan. Cara pemecahan ikatan tersebut
digunakan di industri dan masayarakat adalah dengan pemanasan dan disebut
yaitu alumina dan silika. Kaolin mem- sebagai kalsinasi. Pemecahan ini biasa-
punyai rumus kimia 2H2O.-Al2O3.2SiO2 nya dilakukan pada senyawa kompleks.
sedangkan feldspar mempu-nyai rumus Dengan pemanasan akan terjadi reaksi
kimia K2O.Al2O3.SiO2 atau Na2O.Al2O3- zat padat, pengkristalan dan terjadi pele-
.2SiO2. Satu partikel kaolin terdiri atas: buran ini sehingga ikatan akan terlepas.
39% oksida alumina, 47% oksida silika, Kalsinasi dilakukan pada suatu bahan
dan 14% air. untuk memutus ikatan molekul antar se-
Kaolin akan terurai menjadi kom- nyawa pada bahan tersebut. Metode ini
ponen-komponen oksidanya yaitu Al2O3 dilakukan dengan menggunakan oven
dan SiO2 pada suhu 600-7000C sedang- pada suhu tinggi.
kan untuk feldspar akan terurai menjadi
komponen-komponen oksidanya yaitu Tabel 1. Karakteristik bahan silika dan
K2O, Al2O3, dan SiO2 pada suhu diatas alumina
11000C. Alumina adalah senyawa logam
yang tahan terhadap sebagian besar Komponen Silika Alumina
asam dan korosi karena adanya gas Nama lain Silikon dioxida, Calcined
(oksidasi). Selain itu sifat alumina yang Quartz sand alumina reactive
Rumus SiO2 Al2O3
keras, mempunyai konduktivitas pa-nas
Massa molar 60.1 g/mol 101,94 g/mol
yang besar, ulet dan dapat diperoleh da-
lam kemurnian yang tinggi membuat alu- Kenampakan putih putih
3
mina banyak digunakan dalam industri Densitas 2.2 g/cm³, padat 3.78g/cm , padat
seperti industri semen, pengelasan, ke- Hardness 6–7 9
ramik, bahan penyangga, senjata dll. Ke- Kelarutan di air 0.012 g / 100g air -
banyakan alumina diperoleh dari pemur- Titik leleh 1650 (±75) °C 2072 °C
nian bauksit dengan proses Bayer. Se- Titik didih 2230 °C 2980 °C
dangkan silika adalah senyawa logam Kristalografi tetrahedral heksagonal
lain yang sering digunakan dalam industri
kaca, serat optik, semikonduktor, campu- Proses kalsinasi dilakukan untuk
ran semen, pengemas makanan sampai melepas ikatan senyawa kompleks da-
untuk kegiatan medis. Oleh sebab itu lam kaolin tersebut. Bahan yang akan di-
proses pengambilan kaolin yang selan- pecah adalah senyawa kompleks kaolin
jutnya akan diambil senyawa oksida alu- Al2O3.SiO2. xH2O menjadi Al2O3 + SiO2 +
mina dan silikanya memiliki prospek yang H2O. Proses ini juga dimaksudkan untuk
cukup cerah dan layak dikaji lebih lanjut menjaga stabilitas termal kaolin dan un-
mengingat nilai ekonomis alumina dan tuk memperbesar pori-pori permukaan-

108
nya. Suhu kalsinasi yang lazim diguna- ra 150–6000C air kimia akan teru-
kan berkisar antara 200-800°C. Agar se- apkan (Norton, F.T., 1952).
nyawa kompleks dalam kaolin dapat ter- − Fase oksidasi, terjadi pada suhu 350
pecah harus melalui proses pembakaran – 8000C.
dengan suhu melebihi 600°C. Setelah − Fase vitrifikasi, pada keadaan ini ter-
melalui suhu tersebut kaolin akan me- jadi leburan dari bahan yang mudah
ngalami perubahan menjadi suatu mine- melebur. Terjadi pada suhu 700 –
ral yang padat, keras dan permanen, pe- 8000C.
rubahan ini disebut Cheramic Change. Pada fase dehidrasi kekuatan
Kaolin yang dibakar kurang dari 6000C akan naik, karena dengan teruapkannya
belum mencapai titik kematangan kera- air mekanis dan air kimia, maka letak bu-
mik. Kematangan keramik atau vitrifikasi tir-butir akan berdekatan dan menimbul-
adalah kondisi keramik yang telah men- kan kekuatan. Kekuatan bahan akan op-
capai suhu kematangan secara tepat tan- timal pada titik vitrifikasi. Pada fase ini
pa mengalami perubahan bentuk. Pada terjadi leburan dari bahan yang mudah
pembakaran di bawah suhu 8000C, mine- melebur, dan leburan yang terjadi akan
ral silika bebas (seperti mineral karbonat) melarutkan bahan-bahan yang tidak me-
akan berubah pula. Hal ini merupakan lebur. Dengan pedoman ini diketahui
akibat dari terbakarnya semua unsur kar- bahwa silika akan melebur dan terlepas
bon (proses kalsinasi). Perubahan fisika ikatannya pada fase vitrifikasi, sehingga
terjadi di atas suhu 8000C yaitu pada sa- digunakan suhu 8000C untuk suhu kal-
at bahan-bahan alkali bertindak sebagai sinasi. Dengan digunakan suhu 8000C
‘Flux’ atas silika dan alumina yang mem- sebagai suhu pemanasan, karena silika
bentuk sebuah jaringan kristal (mulia) memiliki titik peleburan di bawah alumina
dan gelas yang mengikat bahan-bahan sehingga akan melebur, maka ikatan an-
yang tidak dapat dilarutkan menjadi sua- tar molekul dapat terlepas sehingga dida-
tu massa yang kuat (pembakaran bis- pat alumina bebas dengan jumlah yang
kuit). lebih besar.
Bila kaolin dikalsinasi, maka a- Silika yang sudah terpecah ika-
kan terjadi beberapa perubahan penting tan senyawanya akan menjadi silika be-
(Mantell, 1951), yaitu: bas. Dan silika bebas tersebut akan dipi-
Penyusutan, dari pemanasan a- sahkan dengan proses elutriasi. Elutriasi
kan menyebabkan menguapnya air, baik menggunakan kecepatan linier fluida un-
yang terikat maupun yang tidak terikat tuk melawan kecepatan terminal pada-
pada partikel padatan. Air terikat yang tan, kecepatan terminal suatu padatan
ikut menguap akan menyebabkan ter- dipengaruhi oleh densitas, ukuran, dan
jadinya rongga-rongga pada padatan. konsentrasi padatan. Semakin besar u-
Rongga tersebut akan terisi oleh partikel kuran dan densitas suatu padatan maka
padatan sehingga terjadi penyusutan. semakin besar kecepatan teminalnya.
Perubahan porositas, rongga yang ter- Sedangkan jika semakin besar konsen-
bentuk tidak seluruhnya terisi oleh par- trasi suatu padatan maka kecepatan ter-
tikel padatan, akibatnya porositas padat- minalnya akan semakin kecil karena fak-
an akan bertambah besar. Perubahan tor gaya interaksi antar partikel yang se-
berat, akan terjadi penurunan berat pa- makin besar. Dengan elutriasi tersebut
datan akibat hilangnya air dan zat-zat la- silika dapat terpisahkan dari alumina.
in selama pemanasan. Bahan yang masih berupa se-
Faktor-faktor tersebut mengaki- nyawa kompleks tersebut dimasukkan ke
batkan adanya perubahan fase pada ka- dalam oven pada suhu 800o C selama
olin karena hilangnya air dan zat-zat la- kurang lebih satu jam. Perubahan perta-
in. Perubahan fase itu bergantung pada ma yang terjadi dalam kaolin ketika dipa-
besarnya suhu pemanasan. Fase-fase nasi, ialah hilangnya air bebas. Kaolin
beserta besarnya suhu yang diperlukan mengandung silika bebas dalam bentuk
yaitu : pasir, kuarsa, flint dan kristal. Silika ada-
− Fase dehidrasi, pada suhu 20– 1100C lah subyek untuk merubah bentuk dan
air mekanis teruapkan dan suhu anta- volume tanah liat pada suhu tertentu. Be-

109
berapa perubahan bersifat tetap (kon- bagai pedoman dalam mendesain sebu-
versi) dan yang lain bersifat dapat ber- ah kolom fluidisasi. Bosma dan Hoffman
ubah kembali (inversi). Selama pemana- (2002), melakukan studi kelayakan ten-
san terjadi reaksi zat padat, terjadi pem- tang klasifikasi partikel dalam sebuah ko-
bentukan kristal dari senyawa-senyawa lom fluidisasi dengan memasang baffle.
dalam kaolin atau disebut dengan poli- Penggunaan bafle horisontal berbentuk
morkisme. Selama pemanasan ini, bahan anyaman terbukti dapat meningkatkan
akan mengalami bermacam-macam per- efisiensi segregasi. Horio (1980) dan
ubahan komposisi hingga dicapai suhu Zens (1983) mempelajari Transport Di-
vitrifikasi. Selama proses ini, terjadi pele- sengament Height (TDH), yaitu ketinggi-
pasan air, kemudian sebagian silika akan an dalam kolom dimana ukuran partikel
melebur. Hal ini merupakan akibat dari terdistribusi sepanjang posisi vertikalnya
terbakarnya semua unsur karbon (proses (Rhodes, 2001).
kalsinasi). sehingga ikatan baku antar se- Kajian tentang kecepatan klasi-
nyawa pada bahan tersebut akan terpu- fikasi partikel pada sistim suspensi gas-
tus dan akan didapatkan Al2O3 dan SiO2 padat dalam sebuah kolom elutriasi telah
bebas yang kemudian dipisahkan satu dilakukan oleh Zenz and Weil (1958) dan
dengan yang lain dengan cara elutriasi. Geldart et al. (1979) (Rhodes, 2001).
Elutriator merupakan alat yang Gibilaro dan Rowe (1974) menggunakan
murah dan sederhana, tidak memerlu- pendekatan mekanistik teori dua fasa un-
kan tenaga besar, mampu memisahkan tuk memodelkan Segregasi partikel da-
partikel dengan kisaran ukuran yang luas lam sistem gas padat dalam sebuah ko-
serta kappa-sitas yang besar. Pemisahan lom fluidisasi. Dua fasa yang ditinjau a-
dengan cara elutriasi ini sering diguna- dalah fasa wake yang bergerak ke atas
kan dalam pemisahan campuran padat- (wake phase yakni fasa gelembung gas
an, yaitu proses pemisahan suatu cam- berisi sedikit partikel padatan didalam-
puran bahan padat dengan ukuran parti- nya) dan fasa bulk, yaitu fasa padatan
kel penyusun dan berat jenis berbeda dengan gas terdispersi diantaranya. Nai-
yang dipisahkan berdasarkan perbedaan mer et al. (1982) dan Hoffmann et al
kecepatan terminalnya dengan menggu- (1993) kemudian memperluas penelitian
nakan kolom yang dialiri fluida yang dia- yang dilakukan oleh Gibilaro dan Rowe
lirkan secara kontinyu ke atas dengan dan mengembangkan sebuah metode
kecepatan ke terminal tertentu (Brown, numerik untuk menyelesaikan modelnya.
1950, Leva, 1951). Proses ini banyak di- Artikel ini membahas metode e-
jumpai dalam industri-industri kimia yang lutriasi yang digunakan untuk memisah-
memproses padatan dan dalam pemu- kan silika dan impurities lainnya dalam
rnian mineral. Penelitian tentang pemisa- kaolin sehingga didapat konsentrasi alu-
han partikel-partikel padatan berdasar- mina yang lebih besar. Pemisahan mulai
kan ukuran maupun berat jenisnya dapat terjadi saat kecepatan linier fluida (uf)
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu lebih besar dari kecepatan terminal salah
mengenai zone gerakan partikel dan se- satu komponen partikel.
gregasi partikel. Kelompok pertama bia- Partikel akan mencapai kecepa-
sanya menghasilkan 'peta' (map) zone tan terminal saat gaya gravitasi, gaya
gerakan-gerakan partikel didalam kolom apung, serta gaya gesek dalam keadaan
fluidisasi atau elutriasi berikut batas-ba- seimbang. Sebuah butiran padatan yang
tasnya. Sedangkan kelompok kedua berada pada suatu fluida diam dalam
mempelajari peristiwa Segregasi dan dis- pengaruh gravitasi akan jatuh dan meng-
tribusi ukuran partikel-partikel yang diha- alami percepatan sampai mencapai ke-
silkan. cepatan maksimumnya yaitu kecepatan
Berdasar hasil-hasil penelitian terminal yang diberikan oleh persamaan:
yang dilakukan peneliti sebelumnya, Ad-
ham (2001) melakukan kajian tentang
segregasi partikel dalam sebuah kolom …………… (1)
fluidisasi untuk sistem suspensi partikel
halus dalam gas. Hasilnya disusun se-

110
Nilai koefisien friksi CD merupa- pemisahan. Semakin besar konsentrasi
kan fungsi dari bilangan Reynold seperti padatan dalam fluida, kecepatan terminal
ditunjukkan dalam persamaan berikut: akan berkurang oleh karena adanya in-
teraksi antara butiran padatan dengan
gerak keatas cairan yang tergantikan.
……….. (2)
Viskositas cairan akan naik dengan ber-
tambahnya konsentrasi padatan.
…… (3) Bila dijumpai campuran padatan
A dan B dengan densitas A lebih dari
densitas B tetapi ukuran butir A kurang
……… (4) dari ukuran butir B maka ada kemungkin-
an campuran padatan tersebut tidak a-
kan terpisah dengan sempurna, maka
…………… (5) dari itu perlu ditentukan kisaran ukuran
campuran padatan yang dapat memberi-
Sebaliknya, jika suatu butiran pa- kan pemisahan dengan sempurna (Su-
datan berada dalam fluida yang mengalir mardi, 2000).
ke atas dengan kecepatan tertentu (v), Semakin sempit kisaran butiran
maka butir padatan akan mengalami be- suatu campuran, maka diameter butiran
barapa kemungkinan: akan semakin seragam sehingga pemi-
• Jika kecepatan terminal butiran lebih sahan campuran padatan tersebut yang
besar dari kecepatan fluida ke atas, memiliki berbagai densitas dengan cara
maka butiran akan jatuh ke bawah. elutriasi akan memberikan hasil yang
• Jika kecepatan terminal butiran lebih semakin baik. Campuran padatan terdis-
kecil dari kecepatan fluida ke atas, tribusi dalam kisaran diameter tertentu.
maka butiran akan terbawa arus ke Di setiap diameter masing masing kom-
atas. ponen memiliki massa yang tertentu. Ada
• Jika kecepatan terminal butiran sama kemungkinan didalam campuran, fraksi
dengan kecepatan fluida ke atas, maka komponen merupakan fungsi diameter.
butiran akan tertahan/diam. Tetapi untuk penyederhanaan, diasumsi-
Dibandingkan dengan sistem kan tidak ada distribusi komponen di se-
butiran tunggal, butiran pada sistem tum- tiap fraksi diameter. Masing-masing buti-
pukan butiran membutuhkan kecepatan ran komponen memiliki diameter dan
linier fluida yang lebih besar. Hal ini dise- densitas tertentu sehingga kecepatan ter-
babkan karena adanya friksi yang timbul minalnya juga tertentu.
karena gesekan antar butir dalam tum- Artikel ini membahas kondisi op-
pukan. Prinsip di atas dapat dimanfaat- timum untuk memurnikan butiran kaolin
kan untuk memisahkan campuran pa- yang terkandung dalan batuan alam de-
datan yang memiliki perbedaan densitas ngan prinsip elutriasi dengan mengeks-
atau ukuran butir. Agar terjadi proses plorasi variasi kecepatan, dan pengaruh
pemisahan maka perlu adanya perbeda- kecepatan aliran terhadap besarnya ke-
an kecepatan linier fluida dengan kece- naikan konsentrasi alumina. Kecepatan
patan terminal butiran. Butiran dengan terminal suatu padatan dipengaruhi oleh
kecepatan terminal lebih kecil dibanding densitas, ukuran, dan konsentrasi pada-
dengan kecepatan linier fluida akan ter- tan. Dengan mengabaikan faktor konsen-
bawa keluar dari kolom (Davidson, J. F., trasi dan mempersempit kisaran diame-
1985). ter, kondisi optimum untuk menaikkan
Pada umumnya, butiran padatan kadar alumina akan didapatkan dengan
dibuat berukuran seragam dengan pro- menvariasikan kecepatan aliran fluida.
ses pengayakan. Umpan padatan dima-
sukan ke dalam suatu kolom dimana flui- PEMBAHASAN
da dialirkan dari bawah. Tingkat pemi- Karena perbedaan densitas yang
sahan sangat tergantung dari perbedaan dekat dan kemajemukan ukuran diameter
densitas butiran padatan. Semakin besar dari bongkahan batuan kaolin, maka pro-
beda densitas, semakin mudah terjadi ses elutriasi sulit dilakukan. Sebab deng-

111
an perbedaan diameter yang begitu be- ameter butir 36 sampai 43 mikron (-325
sar maka akan ada dua konstanta yang +400 mesh) kecepatan aliran fluidanya
berbeda saat berlangsungnya proses pe- adalah antara 0,1172 cm/det sampai
misahan dengan elutriasi, yaitu konstanta 0,2182 cm/det. Kemudian dipakai kece-
densitas dan konstanta diameter. Maka patan aliran antara 0,1278 – 0,2117 kare-
bila menggunakan kecepatan konstan na disesuaikan dengan rotameter yang
pada suatu sampel, kemungkinan zat dipakai.
yang terpisahkan tidak hanya berdasar Setelah dilakukan elutriasi sam-
beda density tetapi juga berdasar beda pel tersebut dianalisis lagi dengan meng-
diameter. Karena pada batuan kaolin ter- gunakan XRD. Diasumsikan bahwa ha-
dapat satu unsur yang memiliki diameter nya ada dua komponen dalam sampel
yang berbeda-beda, maka jika ada dua yaitu alumina dan silika, sedangkan kom-
nilai konstanta yang berbeda (density ponen yang lain diabaikan. Silika dalam
dan diameter) penggumpalan atau peng- sampel dianggap sebagai impuritis se-
endapan yang terjadi dapat berupa kese- hingga dengan menghitung kadar silika
ragaman diameter yang berbeda–beda maka kadar alumina dapat diketahui.
dan bukan pengendapan unsur yang ber- Perhitungan kadar alumina digunakan
beda satu sama lain atas dasar densitas. persamaan :
Dari evaluasi dan analisis yang Xal = 1 – Xs …………………. (6)
dilakukan, disimpulkan bahwa harus ada Cal = Xal x 100% …………….. (7)
penyeragaman diameter untuk satu sam- Cal = (1 – Xs) x 100% ………… (8)
ple elutriasi. Dengan proses pengayaan Dengan
menggunakan shift shaker dapat menye- Xal : fraksi komponen alumina
ragamkan dan membagi diameter dalam Xs : fraksi komponen silika
kisaran tertentu. Kisaran tersebut dibagi Cal: kadar komponen alumina ( % )
dalam 4 kelompok, yaitu :
• -200 +230 mesh (61 – 73 mikron) Dengan menggunakan persama-
• -235 +270 mesh (52 – 61 mikron) an (8), kadar alumina untuk fraksi diame-
• -270 +325 mesh (43 – 52 mikron) ter -325 +400 mesh sebelum dilakukan
• -325 +400 mesh (36 – 43 mikron) elutriasi adalah: Cal = (1 - 0,4853)x100%
Setelah penyeragaman diameter = 51,47%
kemudian dimasukkan dalam range dia- Adapun profil lengkap perbandi-
meter tersebut, selanjutnya menentukan ngan alumina dan silika sebelum elutriasi
kecepatan yang tepat untuk masing–ma- seperti tergambar dalam Gambar 1.
sing range diameter terebut. Kecepatan
didapat dengan perhitungan mengguna-
0,8
kan persamaan (1-5) untuk aliran lami-
nar, transisi dan turbulen, tergantung pa- 0,7
da besaran bilangan Reynold. 0,6
Dari perhitungan berdasar persa-
maan-persamaan di atas, didapat kece- 0,5
impuritis
patan masing–masing fraksi diameter. 0,4
Dan proses elutriasi dapat dilakukan de- alumina
0,3
ngan baik, karena kini hanya ada satu
konstanta yang berbeda dan unsur–un- 0,2
sur tersebut dapat dipisahkan. 0,1
Setelah proses pengayaan untuk
0
pembagian fraksi diameter, maka diambil
fraksi pada range -325 +400 dan 200 – Gambar 1. Fraksi komponen impuritis
230 mesh, karena jumlah kedua fraksi ini dan alumina sebelum elutriasi (-325
diperoleh dalam jumlah cukup banyak. +400)
Maka kedua fraksi tersebut digunakan Kemudian setelah sampel terse-
menjadi sampel untuk dielutriasi yang but dielutriasi dengan variasi kecepatan
sebelumnya dilakukan analisis terlebih antara 0,1278 cm/ det hingga 0,2117
dahulu menggunakan XRD. Dari persa- cm/det, diperoleh hasil seperti dalam
maan–persamaan (1-5) di atas, untuk di- Gambar 2 di bawah ini:

112
jadi pada kecepatan aliran fluida paling
80
Konsentrasi, % kecil dan kecepatan aliran fluida paling
60 besar yang dipakai dalam percobaan.
40 Kecpatan aliran fluida yang paling kecil
digunakan dalam percobaan ini (0,1278
20 impurities cm/s) mendekati kecepatan aliran fluida
0 untuk diameter butir 36 mikron (0,1172
alumina
cm/s) yang didapat dari persamaan (1-5).
Begitu juga sebaliknya untuk kecepatan
aliran paling besar yang digunakan
Kecepatan alir fluida, cm/det dalam percobaan (0,2117cm/s) mende-
kati kecepatan aliran fluida untuk diame-
ter butir 43 mikron (0,2182 cm/s) yang
didapat dari persamaan (1- 5).
Gambar 2. Fraksi komponen alumina dan
Untuk fraksi 200–230 mesh, ma-
impuritis (ordinat) pada berbagai
ka setelah fraksi tersebut digunakan
kecepatan aliran fluida (absis, cm/s).
menjadi sample dan kemudian dicek de-
Dari profil diatas dapat dilihat bahwa
kenaikan konsentrasi relatif signifikan ter-

Gambar 3. Hasil analisis XRD untuk fraksi -200 +230 mesh setelah dikalsinasi dan
sebelum dielutriasi.

ngan menggunakan XRD dan didapat an. Untuk melepaskan silika yang mele-
konsentrasi impuritis di dalam kaolin ter- kat pada alumina dibutuhkan proses
sebut sebanyak: 0,4852 kalsinasi, yaitu dengan pemanasan. Se-
Dari analisis XRD ini diperoleh lama pemanasan terjadi reaksi zat padat
hasil lengkap konsentrasi alumina yang dari senyawa – senyawa di dalam kaolin
dipresentasikan dalam Gambar 5. atau disebut polimorkisme. Selama pe-
Impuritis pada sampel tersebut manasan, bahan tersebut akan mengala-
sebagian besar adalah silika, sehingga mi bermacam–macam perubahan kom-
impuritis tersebut bisa diidentikkan de- posisi hingga dicapai suhu vitrifikasi, di-
ngan silika. Dan silika yang ada dalam mana pada suhu ini terjadi leburan dari
sampel dikelompokkan menjadi dua je- bahan yang mudah melebur yaitu silika.
nis, yaitu silika bebas dan silika yang me- Hal ini terjadi pada suhu antara 750–
lekat pada alumina menjadi satu kesatu- 8000C.

113
Silika yang ada dalam campuran
0,8
ini memang kelihatan mengalami sedikit
0,7 kenaikan, namun kadar silika yang ada
0,6 dan terdeteksi adalah silika bebas. Me-
0,5 ningkatnya silika bebas adalah indikasi
impuritis bahwa silika yang menempel pada alumi-
0,4
alumina na telah terpecah dan terlepas dari alu-
0,3 mina menjadi silika bebas. Kemudian sili-
0,2 ka bebas tersebut diambil dengan meng-
0,1 gunakan proses elutriasi. Elutriasi ini me-
misahkan silika bebas dan mengambil-
0
nya dari bahan, walaupun demikian pro-
ses ini tidak dapat mengambil silika be-
Gambar 5. Fraksi komponen impuritis bas tersebut secara sempurna. Profil alu-
dan alumina sebelum kalsinasi (-200 mina vs silika setelah proses elutriasi di-
+230) sajikan pada Gambar 7.
Kalsinasi yang dilakukan pada
suhu 8000C dikerjakan selama satu jam. 0,8
Setelah poses kalsinasi sampel terse-but
dicek dengan XRD untuk melihat kan- 0,7
dungan alumina dan silika, seperti dita- 0,6
mpilkan dalam gambar 3 di atas. Dari 0,5
analisis yang dilakukan, didapatkan hasil: 0,4
Alumina : 0,5047 Silika: 0,4952, seba- impuritis
0,3
gaimana ditunjukkan pada Gambar 4: alumina
0,2
0,1
0,8
0
0,7
0,32
0,38
0,42
0,46
0,51

0,6
0,5
impuritis
0,4 Gambar 7. Fraksi komponen impuritis
alumina dan alumina pada berbagai kecepatan
0,3
aliran fluida setelah elutriasi (-200 +230)
0,2
0,1 Dari Gambar 7 di atas maka di-
ketahui bahwa kalsinasi dapat memecah
0
ikatan rangkap dalam bahan tersebut.
Sehingga ikatan antara alumina dengan
Gambar 6. Fraksi komponen impuritis silika dapat terpecah dan menjadi senya-
dan alumina setelah kalsinasi (-200 wa bebas. Ini diketahui dari meningkat-
+230) nya konsentrasi silika bebas setelah pro-
Terlihat bahwa impuritis menga- ses kalsinasi dibandingkan dengan kon-
lami peningkatan, dimana impuritis ter- sentrasi silika sebelum kalsinasi, ini per-
sebut adalah silika. Perbandingan kadar tanda bahwa ikatan senyawa antara alu-
antara sebelum dan setelah kalsinasi da- mina dan silika tersebut dapat dipecah-
pat dilihat dalam Tabel 2. kan. Pemecahan itu sangat dipengaruhi
oleh suhu pembakaran. Setelah terpe-
Tabel 2. Kadar impuritis dan alumina cah, silika bebas tersebut dapat dipisah-
sebelum dan setelah kalsinasi kan proses elutriasi. Dan banyaknya sili-
ka bebas yang berhasil dipisahkan dari
Silika Alumina bahan tersebut berbanding lurus dengan
Sebelum 0,4852 0,5147 besar flow aliran yang digunakan. Karena
perbedaan densitas yang dekat dan ke-
Sesudah 0,4952 0,5047

114
majemukan ukuran diameter dari bong- Dari tabel tersebut diketahui pe-
kahan batuan kaolin, maka proses elutri- ningkatan jumlah silika bebas dalam ba-
asi sulit dilakukan. Sebab dengan perbe- han tersebut. Proses elutriasi untuk me-
daan diameter yang begitu besar maka misahkan campuran padatan yang ber-
akan ada dua konstanta yang berbeda beda densitas dapat efektif jika diameter
saat berlangsungnya proses pemisahan butir besar.
dengan elutriasi, yaitu konstanta densitas Banyaknya pemisahan elutriasi
dan konstanta diameter. Maka bila meng- sebanding dengan besar flow aliran yang
gunakan kecepatan konstan pada suatu digunakan. Setelah proses elutriasi, ka-
sampel, kemungkinan zat yang terpisah- dar alumina meningkat menjadi 76,81%.
kan tidak hanya berdasar beda density Ini membuktikan bahwa proses elutriasi
tetapi juga berdasar beda diameter. Ka- dapat memisahkan silika bebas, tetapi
rena pada batuan kaolin terdapat satu proses elutriasi tersebut tidak dapat me-
unsur yang memiliki diameter yang ber- misahkan secara sempurna semua se-
beda-beda, maka jika ada dua konstanta nyawa bebas yang ada, sehingga kon-
yang berbeda (density dan diameter) pe- sentrasi yang diinginkan tidak sempur-
nggumpalan atau pengendapan yang ter- na. Proses pemisahan dengan kalsinasi
jadi dapat berupa keseragaman diameter dan elutriasi memerlukan waktu yang la-
yang berbeda–beda dan bukan pengen- ma dan tidak efisien,tetapi cara ini relatif
dapan unsur yang berbeda satu sama la- lebih murah. Sedangkan bila mengguna-
in atas dasar densitas. Maka dari evalu- kan katalis, hasil yang didapat bisa lebih
asi dan analisis yang dilakukan, disim- baik, akan tetapi cara ini lebih mahal.
pulkan bahwa harus ada penyeragam-an Jika diinginkan recovery yang le-
diameter untuk satu sample elutriasi. bih besar, perlu dipakai fluida yang den-
sitasnya mendekati densitas salah satu
KESIMPULAN bahan. Jika diameter padatan kecil, elu-
Kenaikan konsentrasi yang relatif triasi hanya efektif digunakan untuk me-
tinggi adalah ketika dipakai kecepatan a- misahkan fraksi diameter padatan. Jika
liran fluida yang mendekati untuk diame- digunakan untuk memisahkan campuran
ter butir yang paling kecil atau yang pa- padatan, tidak memberkan hasil maksi-
ling besar diperoleh dari persamaan. mal dengan menggunakan fluida konven-
Jumlah alumina yang dapat ter- sional ( air atau udara ). Perlu dilakukan
ambil sedikit (recovery kecil). Diameter variasi tinggi freeboard untuk mendapat-
butir yang kecil menyebabkan kecepatan kan hasil yang lebih optimum.
aliran fluida kecil sehingga kecepatan
prosesnya juga kecil. Proses elutriasi un- DAFTAR PUSTAKA
tuk memisahkan campuran padatan yang Adham, K., 2001, Classified Particle Us-
berbeda densitas dapat efektif jika dia- ing Fluidized Beds, CEP Maga-
meter butir besar. zine, September
Proses pembakaran pada suhu Bosma, J.C. and A. C. Hoffman, 2002,
8000C dapat memutus ikatan kompleks Feasibility Study of Particle Clas-
silika alumina. Ikatan antara alumina dan sification in Fluidized Beds with
silika dapat terpecah, ini diketahui dari Internal Baffles, unpublished pa-
meningkatnya kadar silika bebas. Data per, University of Groningen, the
perbandingannya disajikan pada tabel di Netherlands and University of
bawah ini: Bergen, Norway
Brown,G.G.,1950,”Unit Operations”, John
Tabel 3. Kadar impuritis dan alumina se- Wiley and Sons, Inc.,New York
belum dan setelah kalsinasi Davidson, J.F., and Harrison, D., 1985,
“Flu-idization”, Academic Press,
Silika Alumina London
Sebelum 0,4852 0,5147 Gibilaro,L.G.and P.N.Rowe, 1974, A Mo-
del for a Segregating Gas Flu-
Sesudah 0,4952 0,5047
idized Bed, Chemical Engineer-
ing Science, 29, 1403-1412

115
Grimshaw, R.W. and Searle, A.B., 1960, Model for Gas Fluidized Beds,
The Chemistry and Physic of Chemical Engineering Science,
Clay and other Materials, 3rd ed., 37(7), 1047-1057
Ernest Benn Limited,London Norton, W.H., and Matson, F.R., 1957,
Hoffmann, A. C., L.P.B.M. Jansen and J. “Ele-ment of Ceramics”, Addi-
Prins, 1993, Particle Segregation son Wesley Publishing Compa-
in Fluidized Binary Mixtures, ny, Inc., Massachusetts
Chemical Engineering Science, Sutton, W.H., and Matson, F.R., 1956,
48(9), 1583-1592. “Factor Affecting Strength of
Kunni, D., and Levenspiel, O., 1969, Clay in the Temperature Range
“Fluidization Engineering”, John 110–8000C”, Jour Am. Ceram.
Wiley and Sons, Inc., New York. Soc., 39
Leva, M., 1959, “Fluidization”, Mc Graw Norton, F.H., 1952, Element of Ceramics,
Hill Book Company, Inc., New 2nd ed., Eddison Wesley Publish-
York ing Company, New York
Li, J., and Kato, K., 2001, “Estimation of Perry, R.H. and Green, D.W., 1999, Per-
the Critical Particle Size of Elu- ry’s Chemical Engineer’s Hand-
triation of Very Small Particle book, 7th ed., McGRaw Hill Com-
from Fluidized Bed”, J. Chem. panies, Inc, New York
Eng. Japan, 34, 892 -898 Rhodes, M., 2001, Introduction to Particle
Naimer, N. S., T. Chiba and A. W. Nie- Technology, 3rd ed., John Wiley
now, 1982, Parameter Estima- and Sons, West Sussex
tion for Solid Mixing/ Segregation

116

Anda mungkin juga menyukai