Anda di halaman 1dari 10

PEMANFAATAN VANADIUM PENTOKSIDA DALAM PRODUKSI

FERROVANADIUM DAN ASAM SULFAT

OLEH

NI LUH PUTU AGUSTINA PUTRI 1713081015

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui bahwa selain adanya


unsur-unsur golongan utama, tetapi terdapat juga unsur-unsur golongan transisi.
Dalam sistem periodik, unsur-unsur golongan transisi dimulai pada periode
keempat yaitu unsur-unsur golongan IB sampai VIII B dimana pada golongan
VB terdapat unsur vanadium dan pada golongan VIB terdapat unsur kromium.
Unsur vanadium merupakan unsur yang memiliki bilangan oksidasi yaitu +5,
+4, +3, dan +2 dimana membentuk persenyawaannya masing-
masing. Vanadium memiliki nomor atom 23 sehingga konfigurasi
elektronnya [18Ar] 3d3 4s2dimana dapat ,melepaskan 2 sampai 5 elektron
menghasilkan tingkat oksidasi +2, +3, +4 atau +5. Berkaitan dengan atom-atom
yang berikatan dengannya memiliki sifat sangat elektronegatif seperti oksigen.
Salah satu senyawa yang mengandung unsur vanadium adalah vanadium
pentoksida (V2O5) yang biasanya digunakan dalam produksi ferrovanadium
dan asam sulfat. Pada artikel kali ini dimana akan membahas lebih lanjut
terkait vanadium pentoksida dalam produksi ferrovanadium dan asam sulfat.

Vanadium adalah salah satu unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang V dan nomor atom 23. Salah satu senyawa yang
mengandung vanadium antara lain vanadium pentaoksida (V2O5), yang
digunakan sebagai katalis dalam pembuatan asam sulfat dan ferrovanadium,
serta dalam pembuatan keramik. Vanadium juga merupakan logam mulia yang
cukup keras, logam ini hanya bisa ditemukan di tempat-tempat tertentu, seperti
pada alga atau ganggang, kerang, dan kepiting.
Vanadium ditemukan pertama kali oleh Andrés Manuel del Rio, seorang
ahli kimia Meksiko, pada tahun 1801. Rio mengirim sampel bijih vanadium dan
surat yang menjelaskan metode untuk Institut de France di Paris, Perancis,
untuk analisis dan konfirmasi. Sayangnya untuk Rio, suratnya hilang di kapal
karam dan Institute saja menerima sampel, yang berisi catatan singkat yang
menjelaskan berapa banyak elemen baru ini, yang telah diberi nama Rio
erythronium, mirip kromium. Rio menarik klaimnya ketika ia menerima surat
dari Paris bersengketa penemuannya. Vanadium ditemukan kembali oleh Nils
Gabriel Sefstrom, seorang ahli kimia Swedia, pada tahun 1830 ketika
menganalisis sampel besi dari tambang di Swedia. Vanadium diisolasi oleh Sir
Henry Enfield Roscoe, seorang ahli kimia Inggris, pada tahun 1867 dengan
menggabungkan vanadium triklorida (VCl3) dengan gas hidrogen (H2). Hari
ini, vanadium terutama diperoleh dari mineral vanadinit (PB5 (VO) 3Cl) dan
carnotite dengan pemanasan bijih hancur di hadapan karbon dan klorin untuk
menghasilkan vanadium triklorida. Vanadium triklorida kemudian dipanaskan
dengan magnesium dalam suasana argon.

Sifat sifat dari vanadium sendiri ada sifat fisika dan kimianya dimana
untuk sifat fisikanya adalah berwarna abu-abu cerah, agak ringan, dan dalam
keadaan murni dapat renggang. Selain itu Vanadium enggan larut dalam H2SO4
dan HCl, tetapi larut dalam HF dan HNO3. Ia mempunyai daya tahan kakisan
yang baik terhadap al-kali, asid sulfurik dan asid hiroklorik. Ia bersedia untuk
teroksida pada kira-kira 933 K. vanadium mempunyai kekuatan struktur yang
baik dan keratin rentas belahan neutron yang rendah, menyebabkannya berguna
dalam aplikasi nuclear. Walupun ia sejenis logam, vanadium bersama dengan
kromium dan mangan mempunyai cirri-ciri oksida valensi yang bersifat asid.

Berikut tabel spesifikasi sifat fisik dari Vanadium :


Karakteristik 23V
Kelimpahan/ppm 136

Densitas/g cm-3 6,11

Titik leleh / 0C 1915

Titik Didih/0C 3350

Jari-jari atomic/pm 134

Jari-jari ionik / pm

M5+;M4+;M3+;M2+ 54; 58; 64; 79

Konfigurasi elektronik [18Ar] 3d3 4s2

Elektronegatifitas 1,6

Sedangkan untuk sifat kimia dari vanadium adalah sebagai berikut.

1. Bilangan oksidasi : +2, +3, +4, +5


2. Nomor atom: 23
3. Massa atom: 50,9414 g/mol
4. Elektronegativitas menurut Pauling: 1,6
5. Jari-jari ion : 1,32
6. Radius Vanderwaals: 0,134 nm
7. Radius ionik: 0,074 nm (+3); 0,059 (+5)
8. Struktur kristal :kubus berpusat badan
9. Energi ionisasi pertama: 649,1 kJ/mol
10. Energi ionisasi kedua: 1414 kJ/mol
11. Energi ionisasi ketiga: 2830 kJ/mol
12. Energi ionisasi keempat: 4652 kJ/mol
13. Konfigurasi Elektron : 23V = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d3
14. Elektron pertingkat energi : 2, 8, 8, 5
15. Berat jenis : 6,11 g/cm3
16. Bobot atom : 54,941 sma
17. Sifat kemagnetan : paramagnetik
Untuk unsur vanadium ini sendiri dibuat dengan proses diisolasi hingga
nyaris murni oleh Roscoe, pada tahun 1867 dengan mereduksi garam
kloridanya dengan hidrogen. Vanadium tidak dapat dimurnikan hingga kadar
99.3% – 99.8% hingga tahun 1922. Adapun cara memperoleh vanadium ialah
dengan ekstraksi vanadium dengan pemanggangan, pengasaman,
pemanggangan langsung, proses reduksi

Kelimpahan dari vanadium di alam ialah ditemukan dalam 65 mineral yang


berbeda, di antaranya karnotit, roskolit, vanadit, dan patronit, yang merupakan
sumber logam yang sangatn penting. Vanadium juga ditemukan dalam batuan
fosfat dan beberapa bijih besi, juga terdapat dalam minyak mentah sebagai
senyawa kompleks organic. Vanadium juga ditemukan dalam sedikit dalam batu
meteor. Produksi komersial berasal dari abu minyak bumi dan merupakan
sumber vanadium yang sangat penting. Kemurnian yang sangat tinggi diperoleh
dengan mereduksi vanadium dengan magnesium atau dengan campuran
magnesium-natrium. Sekarang, kebanyakan logam vanadium dihasilkan dengan
mereduksi V2O5, dengan kalsium dalam sebuah tabung bertekanan, proes yang
dikembangkan oleh McKenie dan Seybair.

Vanadium di alam merupakan campuran dari 2 isotop, yakni Vanadium-


50 sebanyak 0.24% dan Vanadium -51 sebanyak 99.76%. Vanadium-50 sedikit
radioaktif, memiliki masa paruh lebih dari 3.9 x 1017 tahun. Ada sembilan
isotop lainnya yang tidak stabil. Sifat-sifat vanadium murni adalah logam
berwarna putih cemerlang dan lunak. Tahan korosi terhadap larutan basa, asam
sulfat, dan asam klorida, juga air garam. Tetapi logam ini teroksidasi di atas
660oC Vanadium memiliki kekuatan struktur yang baik dan memiliki
kemampuan fisi neutron yang rendah , membuatnya sangat berguna dalam
penerapan nuklir.
Salah satu senyawa dari vanadium yang akan dibahas pada artikel ini
adalah vanadium pentoksida, dimana senyawa ini merupakan salah satu
senyawa vanadium dengan bilangan biloks +5. Vanadium pentoksida
(V2O5) ini bewarna kuning-oranye. Oksida ini dapat diperoleh dengan
penambahan larutan asam encer kedalam larutan amonium vanadat.

Vanadium pentoksida lebih bersifat amfoterik, oleh karena itu larut


dalam basa kuat, misalnya natrium hidroksida, dengan menghasilkan ion
ortovanadium yangtak bewarna (VO43-) pada pH > 13. Sedangkan pada pH 10-
13 berupa ion pirovanadat (V2O74-). Adapun jika kedalam larutan ini
kemudian ditambahkan asam hingga kira- kira pH 6,5 ; larutan
menjadi oranye cemerlang dan jika penambahan asam diteruskan hingga kira-
kira mencapai pH 2, akan membentuk ion kompleks dioksida vanadium
(VO2+) berwarna kuning.

Vanadium(V) oksida (vanadia) ialah senyawa anorganik dengan rumus


V2O5. Secara umum dikenal sebagai vanadium pentoksida, ini adalah zat padat
berwarna coklat atau kuning, meskipun ketika diendapkan segar dari larutan air,
warnanya jingga gelap. Disebabkan keadaan oksidasinya tinggi, baik oksida
amfoter maupun zat pengoksidasi. Dari persoektif industri, oksida ini
merupakan senyawa paling penting dari vanadium, sebagai prekursor dasar
untuk paduan vanadium dan luas digunakan sebagai katalis industri.

Bentuk mineral dari senyawa ini, shcherbinaite, sangat langka, hampir


selalu dijumpai di antara fumarol. Mineral trihidrat, V2O5·3H2O, juga dikenal
dengan nama navajoite.

Nama IUPAC oksida vanadium ini ialah Divanadium pentoksida dan


nama lainnya adalah Vanadium pentoksida, Vanadat anhidrida, Divanadium
pentoksida. Adapun sifat-sifat dari vanadium pentoksida ini adalah:

1. Rumus molekul: V2O5


2. Berat molekul: 181,8800 gr/mol
3. Penampilan: Zat padat berwarna kuning
4. Densitas: 3,357 g/cm3
5. Titik lebur: 690 °C; 1274 °F; 963 K
6. Titik didih:1750 °C; 3180 °F; 2020 K (terurai)
7. Kelarutan dalam air: 0,8 gr/L (20 °C)
8. Struktur kristal: Ortorombik
9. Gugus ruang: Pmmn, No. 59
10. Konstanta kisi: a = 1151 pm, b = 355.9 pm, c = 437.1 pm
11. Geometri koordinasi: Bipiramida (V) trigonal terdistorsi
12. MSDS: ICSC 0596
13. Kata sinyal GHS: Berbahaya
14. Indeks Uni Eropa: 023-001-00-8
15. Klasifikasi Uni Eropa: Mutagenik Cat.3; Reproduksi Cat.3; Beracun
(T); Berbahaya (Xn); Iritasi (Xi); Berbahaya bagi lingkungan (N)
16. Titik nyala: Tidak mudah terbakar
17. LD50: 10 mg/kg

Sedangkan untuk sifat kimia dari senyawa vanadium pentoksida ini adalah
sebagai berikut.

Pada pemanasan, V2O5 kehilangan oksigen secara timbal-balik (reversible),


bertrut-turut membentuk V2O4, V2O3, VO dan logam vanadium.

1. Reaksi Asam-Basa

Tidak seperti kebanyakan oksida logam, oksida ini sedikit larut dalam air untuk
memberikan larutan asam kuning pucat. Ketika senyawa ini di bentuk oleh
V2O5 adalah oksida amfoter. Dengan demikian, V2O5 bereaksi dengan asam
non-pereduksi kuat untuk membentuk larutan yang mengandung garam kuning
pucat yang mengandung dioksovanadium(V) pusat:

V2O5 + 2 HNO3 → 2 VO2(NO3) + H2O

V2O5 juga bereaksi dengan alkali kuat untuk membentuk polioksovanadat,


yang memiliki struktur yang bergantung pada pH. Bila NaOH berair digunakan
berlebih, produknya adalah suatu garam tidak berwarna, natrium ortovanadat,
Na3VO4. Bila asam ditambahkan perlahan-lahan ke dalam larutan Na3VO4,
warna secara bertahap memperdalam melalui jingga ke merah sebelum V2O5
terhidrasi coklat mengendap sekitar pH2. Larutan init erutama mengandung ion
HVO42– dan V2O74– antara pH 9 dan pH 13, tetapi di bawah pH 9 spesies
yang lebih eksotis seperti V4O124– dan HV10O285– (dekavanadat)
mendominasi.

Pada pengolahan dengan tinil klorida, V2O5 berubah menjadi vanadium


oksiklorida, VOCl3:

V2O5 + 3 SOCl2 → 2 VOCl3 + 3 SO2

2. Reaksi Redoks

V2O5 mudah tereduksi dalam media asam menghasilkan spesies vanadium(IV)


yang stabil, ion vanadil biru (VO(H2O)52+). Konversi ini menggambarkan
sifat-sifat redoks dari V2O5. Sebagai contoh, HCl dan HBr dioksidasi menjadi
halogen yang sesuai. Adapaun reaksinya sebagai berikut.

V2O5 + 6HCl + 7H2O → 2[VO(H2O)5]2+ + 4Cl− + Cl2

Vanadium pentoksida padat direduksi oleh asam oksalat, karbon monoksida,


dan sulfur dioksida yang menghasilkan vanadium(IV) oksida, VO2 sebagai zat
padat biru-gelap. Reduksi lebih lanjut menggunakan hidrogen atau CO berlebih
dapat menyebabkan campuran oksida kompleks seperti V4O7 dan
V5O9 sebelum V2O3 yang berwarna hitam dicapai. Senyawa-senyawa vanadat
atau vanadil(V) dalam larutan asam direduksi oleh seng amalgam melalui jalur
penuh-warna yang menarik. Adapun reaksinya sebagai berikut.

VO2+ (kuning) => VO2+ (biru) => V3+ (hijau) => V2+ (ungu)

Adapun proses dari pembuatan vanadium pentoksida ini adalah


vanadium pentoksida taraf teknis diproduksi sebagai serbuk hitam yang
digunakan untuk produksi logam vanadium dan ferrovanadium. Bijih vanadium
atau residu kaya-vanadium diolah dengan natrium karbonat untuk menghasilkan
natrium metavanadat, NaVO3. Bahan ini kemudian diasamkan pada pH 2–3
menggunakan H2SO4 untuk menghasilkan endapan “kue berwarna merah”.
Kue berwarna merah ini kemudian dileburkan pada suhu 690 °C untuk
menghasilkan vanadium pentoksida mentah.

Vanadium pentoksida diproduksi ketika logam vanadium dipanaskan


dengan oksigen berlebih, tetapi produk ini terkontaminasi dengan yang lain,
oksida-oksida yang lebih rendah. Pembuatan secara laboratorium yang lebih
memuaskan melibatkan dekomposisia monium metavanadat pada suhu sekitar
200°C:

2 NH4VO3 → V2O5 + 2 NH3 + H2O

Salah satu penggunaan senyawa vanadium pentoksida ini sendiri


biasanya digunakan dalam proses produksi ferrovanadium dan asam sulfat.
Dimana untuk proses produksinya yaitu.

1. Produksi Ferrovanadium

Dari kuantitas, penggunaan yang menonjol untuk vanadium pentoksida ialah


dalam produksi ferrovanadium. Oksida ini dipanaskan dengan skrap besi dan
ferrosilikon, bersama kapur yang ditambahkan untuk membentuk terak kalsium
silikat. Aluminium mungkin juga digunakan, menghasilkan paduan besi-
vanadium seiring dengan alumina sebagai hasil-samping. Kebanyakan
vanadium digunakan sebagai ferrovanadium sebagai aditif untuk meningkatkan
baja. Ferrovanadium dihasilkan secara langsung dengan mengurangi campuran
vanadium oksida, oksida besi dan besi dalam tanur listrik. Vanadium-bantalan
magnetit bijih besi merupakan sumber utama untuk produksi vanadium. Para
vanadium berakhir di babi besi dihasilkan dari bantalan vanadium magnetit.
Selama produksi baja, oksigen yang tertiup ke babi besi, mengoksidasi karbon
dan sebagian besar kotoran lain, membentuk terak. Tergantung pada bijih yang
digunakan, yang terak berisi sampai dengan 25% dari vanadium.
Logam vanadium diperoleh melalui proses multi langkah yang diawali dengan
pemanggangan bijih hancur dengan NaCl atau Na2CO3 pada sekitar 850 ° C
untuk memberikan natrium metavanadate (NaVO3). Sebuah ekstrak berair
padat ini adalah diasamkan untuk memberikan "kue merah", sebuah
polyvanadate garam, yang dikurangi dengan kalsium logam. Sebagai alternatif
untuk produksi skala kecil, vanadium pentoxide berkurang dengan hidrogen
atau magnesium.

2. Produksi Asam Sulfat

Penggunaan yang penting lainnya dari vanadium pentoksida ialah dalam


produksi asam sulfat, suatu industri kimia penting dengan produksi di seluruh
duni setiap tahunnya mencapai 165 juta metrik ton pada 2001, dengan nilai
mencapai 8 miliar dolar AS. Vanadium(V) melayani tujuan penting yang
mengkatalisasi oksidasi eksotermiks ecara lunak sulfur dioksida menjadi
belerang trioksida melalui udara dalam proses kontak:

2 SO2 + O2 = 2 SO3 (reaksi berlangsung timbal-balik)

Penemuan reaksi sederhana ini, untuk mana vanadium pentoksida merupakan


katalis paling efektif, yang memungkinkan asam sulfat menjadi komoditas
kimia yang murah dewasa ini. Reaksi ini dilakukan antara suhu 400 dan
620 °C; di bawah 400 °C vanadium pentoksida tidak aktif sebagai katalis, dan
di atas 620 °C vanadium pentoksida mulai terurai. Karena itu diketahui bahwa
vanadium pentoksida dapat direduksi menjadi VO2 oleh SO2, satu
sikluskatalitikyang mungkin adalahsebagai berikut:

SO2 + V2O5 → SO3 + 2VO2

Diikuti dengan
2VO2 + ½O2 → V2O5

V2O5 juga digunakan sebagai katalis dalam reduksi katalitik selektif (SCR)
emisi NOx dalam beberapa pembangkit listrik. Karena keefektifannya dalam
mengubah sulfur dioksida menjadi sulfur trioksida, dan selanjutnya asam sulfat,
cara khusus harus dilakukan dengan suhuoperasidan penempatan unit SCR
pembangkit listrik ketika menembakkan bahan bakar yang mengandung
belerang.

Adapun bahaya atau dampak dari vanadium pentoksida ini apabila


terserang manusia adalah vanadium ini sangat beracun dan harus ditangani
dengan hati-hati, paparan kronis pada debu dan asap vanadium pentoksida
dapat menyebabkan iritasi parah pada mata, kulit, saluran pernafasan atas,
radang trakea dan bronkus, edema paru, dan keracunan sistematik, hal ini juga
mengganggu perut dan usus, kerusakan sistem saraf, dan rusaknya hati serta
mimisan. Maka dari itu untuk proses produksi dari vanadium pentoksida ini
harus berhati-hati dan ditangani oleh ahlinya saja.

Anda mungkin juga menyukai