Anda di halaman 1dari 15

https://youtu.be/Wfhttps://youtu.

be/WfLWEGn328AL
WEGn328A Pemisahan dan Pemurnian

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemisahan dan pemurnian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memisahkan atau
memurnikan suatu senyawa maupun sekelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia
yang berkaitan dari suatu bahan. Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan 2
zat atau lebih yang bercampur sedangkan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan suatu zat
yang murni dari suatu zat yang tercampur.

Biasanya zat murni telah tercampur dengan zat-zat lain yang dapat membentuk campuran
yang bersifat homogen dan heterogen yang bergantung pada jenis komponen yang tergantung
didalamnya.

Zat murni ada dua yaitu unsur dan senyawa, sedangkan campuran merupakan gabungan dua
zat murni dengan komposisi sembarangan. Zat murni yang sudah tercampur mengandung zat-
zat lain dalam bentuk gas, cair, atau padat.

Zat atau materi dapat dipisah dari campurannya karena campuran tersebut memiliki
perbedaan sifat. Itulah yang mendasari pemisahan camuran atau dasar pemisahan. Dalam
kenyataan pemisahan dan pemurnian tidak dapat dipisah satu sama lain. Kita akan melihat
bahwa ketika metode pemisahan dan pemurnian baru dikembangkan. Ilmu kimia akan
mendapatkan kemajuan besar. Pentingnya pemisahan dan pemurnian inilah yang melatar
belakangi percoabaan ini.

Campuran dapat dipisahkan dengan menggunakan berbagai metode. Metode-metode tersebut


yaitu, pengayakan, penyaringan, sentrifugasi, evaporasi, pemisahan campuran dengan
menggunakan magnet, sublimasi, destilasi, corong pisah dan kromatografi. Metode dekntil
digunakan untuk memisahkan campuran yang penyusunnya berupa cairan dan padatan.

Oleh karena itu percobaan ini, perlu dilakukan sehingga kita dapat mengetahui berbagai cara
pemishan dan pelepasan larutan untuk mendapatkan zat murni. Selain itu tidak hanya bisa
dilakukan pada zat cair saja, maupun juga dapat dilkukan pada campuran yang dibentuk oleh
dua jenis zat padat. Dalam proses pemisahan dan pemurnian ini juga kita akan mempelajari
berbagai jenis zat padat campuran atau zat cair campuran dan juga dapat mengetahui jenis-
jenis pemisahan dan pemurnian. Agar kita dapat melakukan metode pemisahan dan
pemurnian secara tepat.

1.2 Tujuan
- Mengetahui catra-cara pemurnian suatu campuran
- Mengetahui zat murni dari zat yang telah tercemar atau tercampur
- Mengetahui penggolongan pada campuran

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Campuran yang digunakan untuk pemisahan dan pemurnian dapat digolongkan


menjadi 3 yaitu :
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih yang
terdispersi sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.
Larutan itu tampak homogeny (kontinue, tanpa bidang batas) dan mempunyai
komposisi yang sama pada setiap bagiannya. Komponen - komponen yang terdapat
pada larutan tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan, sebagai contoh air dan
gula. Larutan terdiri atas pelarut dan zat terlarut. Pada umumnya, komponen yang
jumlahnya terbanyaklah yang dianggap sebagai pelarut. Misalnya sirup yaitu,
campuran yang mengandung lebih banyak gula dari pada air. Disamping itu, zat
padat atau cairan larut dalam cairan, maka dalam campuran terjadi gaya tarik -
menarik antar molekul (intermolekul) zat terlarut dan pelarut. Selain itu terdapat gaya
tarik didalam molekul atau ion masih tetap bersatu. Larutan dapat berubah padatan,
diameter partikel larutan lebih kecil 1 nm (Yazid, 2005).

Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara campuran
kasar dan larutan. Secara makropis koloid tampak homogen, tetapi secara mikropis
koloid bersifat heterogen. Oleh karena itu, koloid digolongkan ke dalam campuran
heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat stabil dan tidak disaring.
Ukuran partikel koloid terletak 1 -100 nm, berada diantara larutan dan larutan kasar
atau suspensi, sehingga masih cukup kecil untuk menembus kertas saring biasa,
cukup besar untuk menembus membran atau filter ultra (Yazid, 2005).

Suspensi adalah campuran kasar dan bersifat heterogen. Antar komponennya masih
terdapat bidang batas dan sering kali dapat dibedakan tanpa menggunakan
mikroskop. Setelah suspensi biasanya dimasukkan untuk campuran heterogen dari
suatu zat padat dalam zat cair. Suspensi tampak keruh dan tidak stabil zat suspensi
lambat laun akan terpisah karena gravitasi (mengalami sedimentasi). Suspensi
dapat di pisahkan melalui penyaringan. Diameter partikel suspensi adalah lebih dari
100 nm. Contoh campuran suspensi adalah campuran terigu atau kapur dengan air
(Keenan, 1999).

Campuran terbentuk dari dua zat atau lebih zat berlainan yang masih mempunyai
sifat zat aslinya. Dalam kehidupan sehari - hari banyak kita jumpai campuran.
Misalnya air sungai, tanah, udara, makanan, minuman, dll. Campuran dibagi dua
yaitu :
Campuran homogen adalah penggabungan 2 zat tunggal atau lebih yang semua
partikelnya menyebar merata sehingga membentuk 1 fasa. Yang disebut 1 fasa
adalah zat yang sifat komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian yang
lain didekatnya. Contohnya gula dan air, rasa manis air gula disemua bagian bejana
sama baik diatas maupun dibawah dan dipinggirnya karena begitu kecil dan
meratanya partikel gula sehingga tidak dapat dilihat walaupun dengan mikroskop
(Syukri, 1999).

Campuran heterogen adalah penggabungan yang tidak merata antara 2 zat tunggal
atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan lainnya tidak sama
diberbagai bagian bejana. Contohnya campuran air dengan minyak tanah. Pada
mulanya kedua zat tidak bercampur, tetapi setelah dikocok dengan kuat minyak
menyebar dalam air berupa gelembung - gelembung kecil. Pada gelembung hanya
terdapat minyak, sedangkan yang lain adalah air. Jadi minyak tidak menyebar
merata seperti gula dan air. Dengan kata lain, dalam campuran heterogen masih
ada bidang batas antara kedua komponen atau mengandung lebih dari 1 fasa
(Syukri, 1999).
Untuk memisahkan campuran homogen maupun heterogen dapat dilakukan melalui
proses pemisahan dan pemurnian. Pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat
atau lebih yang saling bercampur, sedangkan pemurnian adalah suatu cara untuk
mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur oleh zat
lain (Syukri, 1999)

Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling
bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar
atau tercampur. Campuran adalah setia contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan
sebuah unsur atau sebuah senyawa. Susunan suatu campuran tidak sama dengan
sebuah zat, dapat bervariasi, campuran dapat berupa homogen dan heterogen
(Petrucci, 1996).

Dua pengertian yang penting dalam larutan adalah (zat yang dilarutkan) dan (zat
pelarut). Pengertian ini dapat dinyatakan bila senyawa dalam jumlah yang lebih
besar maka disebut zat pelarut. Meskipun demikian pernyataan ini dapat dibalik bila
lebih tepat (Syukri, 1999).
Metode pemisahan dan pemurnian.
Dekantasi adalah proses pemisahan zat padat yang tidak terlarut didalam pelarutnya
dengan cara dituangkan, sehingga akibatnya cairan tersebut akan terpisah dari zat
padat yang tercampur (Sudjadi, 1998).

Filtrasi adalah suatu cara pemisahan yang biasa dilakukan untuk memisahkan suatu
pelarut terhadap pengotornya yang berupa padatan atau memisahkan suatu
padatan kristal terhadap pelarutnya (Sudjadi, 1998).

Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya
dengan cara mengkristalkan kembali zat terlarut setelah dilarutkan dalam pelarut
yang cocok (Syukri, 1991).

Sublimasi adalah perubahan wujud zat dari padat ke gas atau sebaliknya, bila
partikel penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan suhu melalui pemanasan,
maka partikel tersebut akan berubah wujud menjadi gas sebaliknya bila suhu
diturunkan, maka gas akan berubah menjadi padat (Sudjadi, 1998)
Ekstraksi adalah cara pemisahan dua atau lebih zat dalam suatu campuran (Suyitno,
1989).

Struktur kimia Naftalena dan minyak goreng


Naftalena adalah hidrokarbon kristalin aromatika berbentuk padatan berwarna
putih(Petrucci, 1987).
- Gambar struktur Naftalena

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang
dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk
memasak (Petrucci, 1987).
- Gambar struktur minyak goreng

Senyawa polar dan non polar


Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar
elektron pada unsur - unsurnya ini terjadi karena unsur yang berkaitan tersebut
mempunyai nilai keelektronegatifitasnya yang berbeda (Svehla, 1979).

Senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan
antar elektron pada unsur - unsur yang membentuknya ini terjadi karena unsur yang
berkaitan mempunyai nilai elektronegatifitas yang sama atau hampir sama (Svehla,
1979).

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan


3.1.1 Alat
- Sendok/spatula
- Gelas kimia 50 ml
- Corong kaca
- Corong pisah
- Cawan penguap
- Botol semprot
- Jarum
- Batang pengaduk
- Mortar dan alu
- Labu erlenmeyer 100 ml
- Statif dan klem
- Hotplate
- Gunting
- Alat tulis
- Penjepit tabung
- Kanebo
- Sikat tabung reaksi

3.1.2 Bahan
- Pasir
- Kapur tulis
- Kapur barus (naftalena)
- Garam dapur
- Minyak goreng
- Aquades
- CuSO4
- Kertas saring
- Tisu gulung
- Sunlight

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Dekantasi
- Dimasukkan 50 ml aquades kedalam gelas kimia 50 ml.
- Dicampurkan 3 sendok pasir kedalam gelas kimia menggunakan
Spatula.
- Diaduk menggunakan batang pengaduk.
- Diamati.

3.2.2 Filtrasi
- Dimasukkan 50 ml aquades kedalam gelas kimia 50 ml.
- Digerus 1 batang kapur tulis dengan menggunakan mortar dan alu.
- Dicampurkan bubuk kapur tulis sebanyak 3 sendok kedalam gelas
kimia dengan menggunakan spatula.
- Diaduk menggunakn batang pengaduk.
- Disaring menggunakan kertas saring dan corong kaca kedalam labu
erlenmeyer 100 ml.
- Diamati.

3.2.3 Rekristalisasi
- Dimasukkan aquades 10 ml kedalam gelas kimia 50 ml.
- Dicampurkan CuSO4 sebanyak 1 sendok menggunakan spatula.
- Diaduk menggunakan batang pengaduk.
- Dipanaskan menggunakan hotplate.
- Diamati.

3.2.4 Sublimasi
- Digerus naftalena menggunakan mortar dan alu.
- Dimasukkan bubuk naftalena sebanyak 1 sendok.
- Dicampurkan garam sebanyak 6 sendok.
- Diaduk menggunakan batang pengaduk.
- Ditutup cawan penguap dengan kertas saring yang telah dilubangi
kecil-kecil, ditutup lagi dengan corong kaca dengan posisi terbalik
dengan ujung lehernya disumbat dengan tisu.
- Dipanaskan diatas hotplate.
- Diamati.

3.2.5 Ekstraksi
- Dimasukkan aquades secukupnya kedalam corong pisah.
- Dicampur minyak goreng dengan perbandingan 1:1.
- Dikocok searah.
- Dipasang di statif dan klem.
- Diamati hingga minyak goreng dan aquades terpisah.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
1. Dekantasi

Dimasukkan 50 ml aquades
kedalam gelas kimia 50 ml

Dicampurkan 3 sendok pasir ke Larutan berubah warna menjadi


dalam gelas kimia menggunakan keruh
spatula

Diaduk menggunakan batang Larutan menjadi semakin keruh


pengaduk

Didiamkan hinga pasirnya


mengendap
Diamati Pasir mengendap
2. Filtrasi

Dimasukkan 50 ml aquades ke
dalam gelas kimia 50 ml

Digerus 1 batang kapur tulis Menjadi bubuk kapur tulis


dengan menggunakan mortar dan
alu

Dicampurkan bubuk kapur tulis Larutan menjadi keruh


sebanyak 3 sendok kedalam gelas
kimia dengan menggunakan
spatula

Diaduk menggunakan batang Larutan semakin keruh


pengaduk

Disaring menggunakan kertas


saring dan corong kaca ke dalam
labu erlenmeyer 100 ml
Diamati Aquades turun ke dalam labu
erlenmeyer dan bubuk kapur tulis
tersaring di kertas saring
3. Rekristalisasi

Dimasukkan aquades 10 ml ke
dalam gelas kimia 50 ml
Dicampurkan CuSO4 sebanyak 1 Larutan menjadi berwarna biru
sendok menggunakan spatula

Diaduk menggunakan batang Larutan menjadi semakin biru


pengaduk
Dipanaskan diatas hotplate
Diamati Mengkristal menjadi bubuk CuSO4
4. Sublimasi

Digerus kapur barus Menjadi bubuk


menggunakan mortar dan alu

Dimasukkan bubuk naftalena


sebanyak 1 sendok

Dicampur garam sebanyak 6


sendok

Diaduk menggunakan batang Garam dan naftalena bercampur


pengaduk

Ditutup cawan penguap dengan


kertas saring yang telah dilubangi
kecil-kecil ditutup lagi dengan
corong kaca dengan posisi
terbalik dan ujung lehernya
disumbat dengan tisu
Dipanaskan diatas hotplate
Diamati Naftalena mengkristal di dinding
corong kaca
5. Ekstrasi

Dimasukkan aquades secukupnya


kedalam corong pisah

Dicampur minyak goreng dengan Campuran terpisah


perbandingan 1:1
Dikocok searah Campuran menyatu sementara
Dipasang di statif dan klem

Diamati hingga minyak goreng Campuran terpisah kembali miyak


dan aquades terpisah goreng diatas dan aquades dibawah

4.2 Pembahasan
Beberapa prinsip yang digunakan dalam proses pemisahan dan pemurnian campuran:
a. Perbedaan ukuran partikel
Jika ukuran partikel suatu zat yang diinginkan berbeda, dengan zat yang tidak diinginkan (zat
pencampur) dapat dipisahkan dengan metode penyaringan (filtrasi). Untuk keperluan ini
harus menggunakan penyaring dengan ukuran yang sesuai. Partikel zat hasil akan melewati
penyaring dan zat pencampurnya akan terhalang yang disebut residu.
b. Perbedaan titik didih
Untuk memisahkan campuran zat yang memiliki titik didih dapat melakukan metode
sublimasi. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan lebih dulu menguap. Jika yang
diinginkan adalah zat yang memiliki titik didih rendah, maka selanjutnya mengembunkan uap
dari zat tersebut dan mengalirkannya ke wadah tertentu. Jika yang diinginkan adalah zat yang
memiliki tiitk didih yang tinggi maka cukup memanaskan campuran tersebut aja, sampai
suhu mencapai titik didih zat yang kita cari.

c. Perbedaan massa jenis


Suhu pengendapan zat akan memiliki kecepatan mengendapkan yang berbeda dalam larutan
yang berbeda. Zat yang memiliki masa jenis lebih besar dari pada pelarutnya akan mudah
mengendap. Bila dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan
kecepatan pengendaan yang berbeda, maka dapat dilakukan pemisahan campuran tersebut
dengan metode sedimentasi. Tapi jika dalam campuran tersebut terdapat lebih dari satu zat
yang diinginkan, maka digunakan metode filtrasi.
d. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh zat lain sehingga menempel pada permukaan
dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran
renik atau organisme.
Absorbsi
Absorbsi merupakan suatu fenomena fisik atau kimia atau suatu proses penyerapan yang
terjadi pada seluruh bagian permukaan.
f. Perbedaan kelarutan
Suatu zat selalu meiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat mungkin larut
dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau sebaliknya. Secara umum pelarut
dibagi menjadi dua, yaitu pelarut polar dan pelarut non polar. Pelarut polar mudah terlarut
pada pelarut polar dan senyawa polar mudah terlarut pada pelarut non polar. Dengan hal ini
menggunakan perbedaan kelarutan didapatkan pemisahan campuran dengan pelarut tertentu.
g. Difusi
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada
pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel
tersebar secara luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana
perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contohnya
pemberian gula pada cairan teh tawar.

Pada percobaan pertama campuran air dan aquades dapat dipisahkan dengan cara dekantasi.
Pada proses dekantasi campuran pasir dan aquades didiamkan didalam gelas kimia 50 ml.
Hasil dari proses ini adalah pasir mengendap dibagian bawah gelas kimia dan air berada
dibagian atas dari endapan pasir. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi, selain
itu mengendapnya pasir juga dipengaruhi oleh perbedaan massa jenis antara pasir dan
aquades. Massa jenis pasir lebih besar dibandingkan massa jenis aquades, massa jenis pasir
adalah 1,9 gr/cm3 sedangkan massa jenis aquades adalah 1 gr/cm3. Dalam percobaan ini
campuran bersifat heterogen sehingga dapat dipisahkan secara mekanik.

Pada percobaan kedua, pemisahan kapur tulis dengan aquades dilakukan dengan cara filtrasi.
Hasil dari percobaan adalah larutan berubah menjadi keruh dan ketika disaring kapur tulis
tertahan pada kertas saring karena ukuran partikel lebih besar daripada pori-pori kertas.
Kapur yang tertahan pada kertas saring disebut residu sedangkan aquades disebut filtrat.

Pada percoban ketiga rekristalisasi, campuran antara CuSO4 dengan aquades. Pada proses
rekristalisasi campuran CuSO4 dan aquades dipanaskan diatas hotplate. Hasil dari proses ini
adalah aquades lebih cepat menguap, habis dan yang tersisa adalah kristal CuSO4 didasar
gelas kimia. Hal ini terjadi karena titik didih aquades lebih rendah dari CuSO4. Titk didih
aquades adalah 100oC sedangkan titik didh CuSO4 adalah 150oC. Percobaan ini dipengaruhi
oleh titik didih dan titik uap. Dimana jika titik uapnya tinggi maka titik didihnya rendah dan
sebaliknya jika titik didihnya rendah maka titik didihnya tinggi.

Pada percobaan keempat sublimasi, pencampuran antara naftalena dan garam. Pada proses
sublimasi campuran naftalena dan garam pada cawan penguap ditutup dengan kertas saring
yang telah dilubangi kecil-kecil menggunakan jarum. Lalu ditutup lagi menggunakan corong
kaca dengan posisi terbalik yang ujungnya disumbat dengan tisu, kemudian dipanaskan. Hasil
dari proses ini adalah terdapat kristal-kristal naftalena yang menempel pada dinding corong
kaca. Percobaan ini dipengaruhi oleh titik didih. Hal itu terjadi karena titik didih naftalena
lebih rendah daripada titik didih garam. Titik didih naftalena adalah 218oC sedangkan titik
didih garam adalah 1465oC. Sehingga naftalena yang menempel pada dinding corong kaca.

Pada percobaan kelima ekstraksi, pemisahan air dan minyak goreng. Pada proses ekstraksi air
dan minyak goreng dimasukkan kedalam corong pisah kemudian dikocok lalu didiamkan.
Hasil dari proses ini adalah air dan minyak goreng memisah. Minyak goreng berada diatas
air. Hal ini disebabkan oleh massa jenis minyak goreng lebih kecil daripada massa jenis air.
Massa jenis minyak goreng adalah 0,92 gr/cm3 sedangkan massa jenis air adalah 1 gr/cm3.
Selain itu percobaaan ini juga menggunakan prinsip kepolaran. Minyak dan air tidak dapat
bercampur karena air bersifat polar artinya senyawa yang memiliki keelektronegatifan yang
jauh berbeda antara atom penyusunnya. Sedangkan minyak bersifat non polar, minyak
memiliki perbedaan keelektronegatifan yang relatif kecil atau bahkan nol. Ketika keran pada
corong pisah dibuka dan tutup corong pisah dalam keadaan ditutup, cairan keluar dengan
sangat lambat. Sedangkan ketika tutup corong pisah dibuka, cairan mengalir dengan cepat.
Hal ini disebabkan karena pengaruh gravitasi.

Ada beberapa fungsi perlakuan yang dilakukan, yang pertama adalah diaduk. Hal ini
dilakukan agar larutan menjadi tercampur. Yang kedua penyaringan, fungsi penyaringan
adalah agar residu berpisah dengan filtratnya. Yang ketiga penyumbatan, fungsi penyumbatan
pada corong kaca dilakukan agar uap kristal tidak keluar. Yang keempat pemanasan, fungsi
pemanasan untuk menguapkan zat terlarut sehingga terpisah dengan pelarutnya. Yang kelima
pengocokan, fungsi pengocokan adalah untuk mencampurkan minyak dan air. Yang keenam
didiamkan, fungsi didiamkan adalah untuk melihat proses prmisahannya dan agar dapat
dengan mudah diamati. Yang ketujuh dilubangi kecil-kecil, fungsi dilubangi kecil-kecil pada
sublimasi adalah agar zat yang menguap dapat melewati kertas dan tidak tertahan.

Sifat-sifat aquades adalah tidak berwarna, berupa cairan, tidak berbau, mempunyai rumus
molekul H2O, tidak berasa pada kondisi standar, bersifat polar dan memiliki kemampuan
untuk melarutkan banyak zat kimia.

Sifat-sifat naftalena adalah mempunyai rumus kimia C10H8, berupa padatan, berwarna putih
kristal, memiliki bau yang kuat, bersifat volatil mudah menguap dan mudah terbakar, dan
tidak dapat larut dalam air.

Sifat-sifat CuSO4 adalah berwarna biru, dapat bereaksi dengan logam Zn, bersifat
higroskopis, dan dapat lart dalam air.
Faktor kesalahan pada percobaan ini yaitu, pada percobaan rekristalisasi terjadi kelarutan saat
larutan aquades dicampur dengan CuSO4 saat dipanaskan larutan yang harusnya berwarna
biru berubah menjadi hijau hal ini terjadi karena alat-a;at yang digunakan kotor atau belum
dicuci. Terjadi kesalahan pada percobaan ekstraksi, pada saat keran dibuka, minyak ikut
keluar bersamaan dengan air hal ini terjadi karena ketidaktepatan praktikan saat menutup
keran.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Pemisahan dan pemurnian dilakukan berdasarkan pada zat-zat tercemar tersebut. Misalnya
campuran air dan pasir dipisahkan mengunakan pengendapan atau dekantasi. Campuran air
dan garam dipisahkan dengan menggunakan metode kristalisasi. Campuran air dan kapur
dipisahkan menggunakan metode penyaringan atau filtrasi dan sebagainya.
- Pemisahan dan pemurnian bertujuan untuk mendapatkan zat murni dari suatu dari suatu zat
yang telah tercampur atau tercemar. Zat atau materi dapat dipisah dari campurannya karena
karena campuran tersebut memiliki perbedaan sifat. Itulah yang mendasari pemisahan dan
pemurnian campuran. Berikut adalah beberapa prinsip yang digunakan dalam proses
pemisahan dan pemurnian campuran.
1. Perbedaan ukuran partikel
2. Perbedaan titik didih
3. Perbedaan masa jenis
4. perbedaan kelarutan
5. Absorbsi
6. Adsorbsi, dan
7. Difusi.
- Ada dua macam campuran yaitu homogen dan heterogen. Campuran homogen adalah
penggabungan dua zat atau lebih yang semua partikelnya menyebar merata sehingga
membentuk fase. Contohnya campuran air dengan gula. Campuran heterogen adalah
penggabungan yang tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan
komponen yang satu dengan yang lainnya tidak sama diberbagai bejana. Contohnya seperti
campuran air dan minyak.

5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktiku menggunakan teknik atau metode yang lain selain yang
dicobakan, seperti kristalisasi, destilasi, absorbsi dan metode-metode yang lain. Agar kita
dapat mengetahui banyak metode dalam proses pemurnian dan pemisahan.
DAFTAR PUSTAKA

Keenan, Charles W, dkk. 1992. "Kimia Untuk Universitas Jilid 2". Jakarta :
Erlangga
Kitty. 1996. "Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat". Jakarta : Erlangga
Petrucci. 1996. "Kimia Dasar Jilid 1". Jakarta : Erlangga
Petrucci. 1987. "Kimia Dasar". Bogor : Erlangga
Sudjadi. 1998. "Metode Pemisahan". Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM
Suyitno. 1989. "Kimia Fisika Untuk Universitas". Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Svehla, G. 1978. "Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro Jilid 1 Edisi Kelima". Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka
Syukri, S. 1999. "Kimia Dasar 1". Bandung : ITB
Syukri, S. 1991. "Kimia Dasar 1". Bandung : ITB
Yazid, Estien. 2005. "Kimia Fisik Untuk Parametis". Yogyakarta : Andi

Anda mungkin juga menyukai