Kelas : Kimia 4C
Laboratorium Kimia
2021
A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa memahami pengertian laju reaksi, tetapan laju reaksi dan orde reaksi.
2. Mahasiswa mampu menentukan tetapan laju reaksi dan orde reaksi dari hasil
percobaan.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan kembali hubungan antara kenaikan suhu terhadap
laju reaksi.
4. Mahasiswa mampu menghitung besarnya energi aktivasi (Ea) dengan
menggunakan Persamaan Arrhenius.
B. Prinsip Percobaan
Penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi dapat dilakukan dengan
menguraangi konsentrasi salah satu pereaksi sedangkan konsentrasi pereaksi lainnya
dibuat konstan dan mengamati laju reaksi hingga reaksi masih dapat diamati.
Selanjutnya dilakukan perhitungan Energi aktivasi (Ea) berdasarkan
persamaan Arrhenius. Dari persamaan Arrhenius akan diperoleh kurva log 1/waktu
sebagai fungsi dari 1/T dan akan diperoleh gradien berupa (-Ea/2,303 R). Maka, dapat
ditentukan Ea berdasarkan persamaan gradien (m) dikali dengan 2,303 R.
C. Tinjauan Pustaka
Menurut Syukri (1999), proses perubahan pereaksi menjadi produk disebut
sebagai reaksi kimia. Proses tersebut dapat terjadi secara lambat maupun cepat. Pokok
bahasan mengenai kecepatan laju reaksi disebut sebagai kinetika kimia. Pada kinetika
kimia dijelaskan mengenai cara menentukan serta faktor yang mempengaruhi laju
reaksi.
Berdasarkan Sukamto (1989), hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi
zat yang terlibat dalam reaksi ditentukan oleh persamaan laju tiap reaksinya. Pada
reaksi orde nol, kelajuan reaksi tidak bergantung dengan konsentrasi. Perubahan
konsentrasi pereaksi atau produk dalam satuan waktu disebut sebagai laju reaksi. Laju
reaksi dapat dinyatakan pula sebagai kecepatan berkurangnya konsentrasi suatu
pereaksi dan bertambahnya konsentrasi dari suatu produk. Laju reaksi dapat
dinyatakan dengan persamaan laju reaksi sebagai berikut :
A+B AB
r = k[A] [B]n
m
k merupakan konstanta laju reaksi, serta m dan n merupakan orde dari masing-masing
pereaksi. Nilai laju reaksi dapat dipengaruhi oleh faktor berikut :
1. Sifat dan ukuran suatu pereaksi.
2. Konsentrasi dari pereaksi.
3. Suhu pereaksi.
4. Katalis.
Menurut Atkins (1999), energi aktivasi ditemukan oleh Svante Arrhenius yang
kemudian dinyatakan dalam satuan kilo Joule per mol. Beberapa reaksi kimia perlu
energi aktivasi yang sangat besar, sehingga diperlukan katalis untuk membuat reaksi
berlangsung dengan energi yang lebih rendah. Pada persamaan Arrhenius
didefinisikan secara kuantitatif mengenai hubungan antara energi aktivasi dengan
tetapan laju reaksi, dimana A merupakan faktor frekuensi dari reaksi, R merupakan
tetapan universal gas, T merupakan temperatur dalam satuan Kelvin, dan k sebagai
tetapan laju reaksi. Berdasarkan persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa energi
aktivasi dapat dipengaruhi salah satunya oleh temperatur.
k = k0e – Ea/RT
ln k = ln A – (Ea/RT) ln K
= (-Ea/RT 1/T) + ln A
D. Metode Percobaan
Bahan :
a. Na2S2O3 0,1 M
b. HCl 2 M, 1 M
c. Aquades
2. Cara Kerja
Penentuan orde reaksi Na2S2O3
1) Dibuat tanda silang 2cm dengan menggunakan spidol pada sehelai
kertas.
2) Diletakkan becker glass 100 mL di atas tanda silang tersebut.
3) 10 mL larutan HCl 2M dipipet dan dimasukkan ke dalam becker glass
tersebut.
4) 20 mL larutan Na2S2O3 0,1M dipipet ke dalam becker glass yang lain,
kemudian dituangkan ke dalam becker glass yang berisi larutan HCl 2M.
5) Stopwatch dijalankan tepat pada saat penuangan. Waktu yang diperlukan
sejak mulai dicatat.
6) Penuangan sampai tanda silang tepat tidak nampak.
7) Percobaan di atas diulangi dengan menggunakan larutan Na2S2O3 yang
telah diencerkan seperti terlihat pada tabel:
Percobaan Volume HCl Volume Na2S2O3 Volume
2M Akuades
1 10 mL 20 mL 0 mL
2 10 mL 15 mL 5 mL
3 10 mL 10 mL 10 mL
4 10 mL 5 mL 15 mL
1) Untuk penentuan orde reaksi HCl, langkah kerja yang dilakukan sama
seperti pada langkah di atas, tetapi larutan HCl yang digunakan adalah
larutan HCl yang telah diencerkan dengan berbagai volume, sementara
larutan Na2S2O3 dibuat tetap, seperti terlihat pada tabel:
Percobaan Volume HCl Volume Na2S2O3 Volume
2M Akuades
1 20 mL 10 mL 0 mL
2 15 mL 10 mL 5 mL
3 10 mL 10 mL 10 mL
4 5 mL 10 mL 15 mL
7) Dibuat grafik hubungan antara log 1/waktu sebagai fungsi dari 1/T, dan
hitung berapa nilai energi aktivasi berdasarkan hasil percobaan.
-1
-1,5
-2
Waktu
Log [HCl]
0,4
0,3
0,2
0,1
0
130 135 140 145 150 155 160 165
waktu
Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa log [Na2S2O3] maupun log [HCl]
berbanding lurus dengan waktu. Pada umumnya jika konsentrasi zat semakin besar
maka laju reaksinya semakin besar, dan sebaliknya jika konsentrasi suatu zat semakin
kecil maka laju reaksinya pun semakin kecil (Keenan, 1979).
Diperoleh orde reaksi untuk Na2S2O3 adalah orde 2 sementara untuk HCl
adalah orde 1. Sehingga persamaan yang didapatkan adalah
v = k [Na2S2O3]2[HCl]1
diperoleh tetapan laju reaksi Na2S2O3 sebesar 0,135; 0,141; 0,1305; 0,094 dan
0,0412. Sementara tetapan laju reaksi untuk HCl sebesar 0,750; 0,696; 0,675; 0,662
dan 0,629. Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi. Hal ini disebabkan
karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, maka jumlah partikel yang
terkandung didalamnya akan semakin banyak dan tersusun lebih rapat. Jumlah dan
susunan ini lah yang menyebabkan kemungkinan tumbukan antar partikel semakin
besar sehingga laju reaksipun akan semakin besar. Semakin besar laju reaksi, maka
waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi pun akan semakin kecil.
Dapat diketahui bahwa peningkatan suhu akan berbanding lurus dengan laju
reaksi. Penigkatan suhu akan menyebabkan peningkatan energi kinetik pada molekul
pereaksi. Ketika energi kinetik lebih besar, maka kemungkinan terjadi tumbukan
partikel akan semakin sering sehingga reaksipun berlangsung lebih cepat. Waktu serta
suhu yang diperoleh dari hasil pengamatan akan digunakan untuk menghitung Energi
aktivasi reaksi berdasarkan persamaan Arrhenius yang kemudian dapat dibuat kruva
hubungan antara 1/T terhadapa log 1/waktu.
Grafik Persamaan Arrhenius
-1,75
0,0032 0,00325 0,0033 0,00335 0,0034 0,00345 0,0035 0,00355
-1,8
-1,85
Log 1/waktu -1,9
-1,95
-2
-2,05
y = -1118,2x + 1,826
-2,1
R² = 0,9602
-2,15
1/T
Daftar Pustaka
Atkins PW. 1999. Kimia Fisika. “Ed ke-2 Kartahadiprodjo Irma I, penerjemah;Indarto
Purnomo Wahyu, editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : Physichal Chemistry.
Castellan GW. 1982. Physichal Chemistry. Third Edition. New York : General Graphic
Services.
Toledo, R.T. 1991. Fundamentals of Food Engineering. 2nd Ed. Chapman & Hall, New
York.
Lampiran
c. Dari reaksi : 2NO (g) + Br2 (g) 2NOBr (g) , diperoleh data percobaan sebagai
berikut :
No. NO (mol/L) Br2 (mol/L) Kecepatan Reaksi Mol/1/detik
1 0,1 0,1 12
2 0,1 0,2 24
3 0,1 0,3 36
4 0,2 0,1 48
5 0,3 0,1 108
12 = k [0,1]2 [0,1]1
12 = k. 1 X 10-3
K=
f. Van Hoff, seorang ahli kimia dari Belanda, menjelaskan bahwa laju reaksi akan
meningkat sebesar dua kali lipat jika temperatur dinaikkan sebesar 10 °C. Apakah
pernyataan ini berlaku untuk setiap jenis reaksi? Jelaskan!
Jawab :
Ya, karena setiap terjadinya kenaikan temperatur terjadi tumbukan antara partikel
akan semakin sering terjadi, sehingga laju reaksi semakin meningkat.
2. Perhitungan
a. Penentuan Orde Reaksi Na2S2O3
v1 = =
v2 = =
v3 = =
v4 = =
v5 = =
n = 1,817 2
b. Tetapan Laju Reaksi Na2S2O3
k1 = = 0,135
k2 = = 0,141
k3 = = 0,1305
k4 = = 0,094
k5 = = 0,412
v1 = =
v2 = =
v3 = =
v4 = =
v5 = =
m=1
k1 = = 0,750
k2 = = 0,696
k3 = = 0,675
k4 = = 0,662
k5 = = 0,629
Ea = -
Ea = - (
Ea = 21.410,334 J/ mol = 21,41 kJ/mol
3. MSDS
a. Natrium tiosulfat
- Keadaan Fisik : Padat
- Penampilan : Putih
- Bau : tidak berbau
- Titik Didih : Tidak tersedia.
- Titik beku / lebur : 43 derajat C
- Kelarutan : larut.
- Formula Molekul : Na2O3S2
- Berat Molekul : 158.0978 gram/mol
- Bahaya : beresiko meledak dengan nitrat, nitrit, maupun senyawa peroksi.
Oksidator kuat dengan fluorin dan asam-asam.
b. Asam Klorida
- Keadaan Fisik : Cairan
- Penampilan : Bening, tidak berwarna hingga kuning pucat
- Bau : Kuat, pedas
- Titik didih : 83 deg C @ 760 mmHg
- Titik beku / lebur : -66 deg C
- Kelarutan : Larut dalam air.
- Berat Molekul : 36,46 gram/mol
- Bahaya : menyebabkan korosi pada logam, luka bakar pada kulit, kerusakan
mata, dan iritasi saluran pernapasan.