Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL 03
KINETIKA KIMIA

Nama : Ezra Noveraldo Kawi


NIM : 16922099
Kelompok :A
Shift : P 4.4
Asisten : Natasha
Tanggal praktikum : 20 Oktober 2022
Tanggal pengumpulan laporan : 3 November 2022

LABORATORIUM KIMIA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
1. Tujuan Percobaan

a. Menentukan persamaan laju reaksi S2 O2−¿¿8 dan I −¿¿ , pengaruh konsentrasi S2 O2−¿¿
8
dan I −¿¿ pada laju reaksi, dan pengaruh penambahan Cu ¿ pada laju reaksi
2−¿¿

b. Menentukan energi pengaktifan reaksi redoks Fe3 +¿dengan S O ¿ 2 3

c. Menentukan mekanisme reaksi kompleks (Reaksi Briggs-Rauscher)


d. Menentukan pengaruh katalis pada reaksi kimia

2. Teori Dasar

Reaksi kimia adalah suatu proses yang berlangsung dengan kecepatan tertentu, parameter
dari kecepatan ini adalah waktu. Dimana ada beberapa reaksi yang berlangsung dalam
waktu yang singkat sehingga sulit diukur dan terdapat banyak reaksi baik untuk senyawa
organik maupun anorganik yang berlangsung dalam kecepatan yang dapat diukur pada
suhu tertentu. Pada percobaan ini akan dipelajari tentang laju reaksi, suasana yang
mempengaruhi laju reaksi, dan mekanisme reaksi.

Laju reaksi akan diukur sebagai berkurangnya zat yang bereaksi atau bertambahnya zat
hasil reaksi. Pada umumnya laju reaksi bergantung pada beberapa aspek yaitu konsentrasi
zat yang bereaksi, temperatur, dan katalis. Selain itu, radiasi dan keadaan fisik pereaksi
juga dapat mempengaruhi laju reaksi.

Hukum laju atau persamaan laju untuk reaksi merupakan persamaan yang menyatakan
laju sebagai fungsi konsentrasi setiap zat yang mempengaruhi laju reaksi. Hukum laju
reaksi hanya dapat ditentukan dengan eksperimen dan tidak dapat disimpulkan hanya dari
persamaan reaksi.

Kita tahu bahwa sejumlah reaksi memiliki laju yang pada suhu tertentu sebanding dengan
konsentrasi dari satu, dua, atau mungkin tiga pereaksi yang masing-masing diberi pangkat
dengan bilangan kecil yang disebut orde reaksi. Orde reaksi terhadap suatu pereaksi yang
sama dengan eksponen pada hukum laju reaksi.

Untuk reaksi: A + 2B → 3C + D

Hukum laju reaksinya:

−d [ A ] −1 d [ B ] +1 d [ C ] + d [ D ] m
r= = = = =k . [ A ] .[B]n
dt 2 dt 3 dt dt

Dengan t = waktu

−d [ A ] −1 d [ B ]
= : Laju berkurangnya konsentrasi pereaksi A dan B dalam mol / liter /
dt 2 dt
detik.
+ 1 d [ C ] +d [ D ]
= : Laju bertambahnya konsentrasi hasil reaksi C dan D dalam mol / liter /
3 dt dt
detik dengan k adalah tetapan laju reaksi serta m dan n sebagai orde reaksi.
Dengan k adalah tetapan laju reaksi serta m dan n sebagai ordo reaksi.

Suatu reaksi kimia dapat berlangsung apabila orientasi antar pereaksinya tepat satu sama
lain dan tercapainya energi pengaktifan reaksi. Energi pengaktifan sendiri merupakan
energi yang dibutuhkan untuk mengatasi efek sterik dan untuk memulai pemutusan ikatan
lama pada pereaksi. Kegunaan dari energi pengaktifan yaitu mengubah substrat pereaksi
menjadi spesi kompleks teraktifkan ( pada keadaan transisi).

Energi pengaktifan biasanya dilambangkan dengan ∆ H , Ea , atau ∆ G . Jika energi bebas


yang dijadikan patokan, energi pengaktifan dihubungkan dengan tetapan laju reaksi, k ,
dan temperatur oleh persamaan Arrhenius berikut:

−Ea / RT
k=Ae

Atau ungkapan logaritmanya adalah:

ln k =( −Ea
R ) . ( )+ln A
1
T

Keterangan: R adalah tetapan gas ideal: 8,314 J mol−1 K −1


T adalah temperatur dalam Kelvin

3. Alat dan Bahan

 Alat
a) Peralatan gelas standar
b) Termometer
c) Stopwatch
d) Pipet 10 ml dan 25 ml
e) Pemanas listrik

 Bahan
4. Cara Kerja

1) Bagian 1: Penentuan Persamaan Laju Reaksi S2 O2−¿¿


8 dan I −¿¿

−¿¿
a) Bagian 1.1: Pengaruh Konsentrasi I pada Laju Reaksi

Larutan kanji sebanyak 5 ml diukur dengan gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam
gelas kimia 250 ml. kemudian 10 ml larutan Na2 S2 O3 0 ,01 M ditambahkan yang
sudah diukur dengan menggunakan pipet ukur atau buret, setelah itu 25 ml
Larutan KI 0 , 40 M ditambahkan lagi dengan menggunakan pipet seukuran atau
buret. Lalu campuran diaduk, setelah itu 25 ml Larutan ¿ dimasukkan ke dalam
gelas kimia 150 ml yang kering dengan menggunakan pipet seukuran. Kemudian
temperatur kedua larutan tersebut disamakan dan ¿ segera dicampurkan ke dalam
campuran KI −Na2 S2 O3−Kanji. Setelah itu selang waktu mulai dari dilakukan
pencampuran hingga campuran menjadi biru (campuran diaduk dengan batang
pengaduk) dicatat dan temperatur larutan dicatat.

Percobaan dengan konsentrasi KI 0 , 20 M , KI 0 , 10 M , dan KI 0 , 05 M diulangi


dengan kondisi percobaan sebagai berikut:

Percobaa Konsentrasi KI (M) Konsentrasi ¿


n
1 0,40 0,20
2 0,20 0,20
3 0,10 0,20
4 0,05 0,20

b) Bagian 1.2: Pengaruh Konsentrasi S2 O2−¿¿


8 pada Laju Reaksi

Dalam deret percobaan ini konsentrasi I −¿¿ dibuat konstan, sedangkan


1. Larutan Na2 S2 O3 0 ,01 M 12. Larutan H 2 O2 30 %
2. Larutan KI 0 , 40 M 13. Larutan Kanji
3. Larutan KI 0 , 20 M 14. Deterjen
4. Larutan KI 0 , 10 M 15. Zat pewarna makanan merah atau
5. Larutan ¿ biru
6. Larutan ¿ 16. Larutan KI jenuh
7. Larutan ¿ 17. Air bebas mineral
8. Larutan ¿
9. Larutan Cu ¿
10. Larutan Fe3 +¿0 , 05 M ¿
,1 M ¿
11. Larutan S2 O2−¿0
3

konsentrasi S2 O2−¿¿
8 berubah-ubah. Cara pengerjaan percobaan 1.1 diikuti
25 ml Larutan KI 0 , 20 M , 10 ml Larutan Na2 S2 O3 0 ,01 M , dan 5 ml larutan
kanji diukur kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia, setelah itu temperatur
kedua larutan disamakan. Kemudian larutan ¿ segera dicampurkan ke dalam
campuran KI −Na2 S2 O3−Kanji. Setelah itu selang waktu mulai dari dilakukan
pencampuran hingga campuran menjadi biru (campuran diaduk dengan batang
pengaduk) dicatat dan temperatur larutan dicatat.

Percobaan dengan konsentrasi ¿ , ¿ , dan ¿ diulangi dengan kondisi percobaan


sebagai berikut:

Percobaa Konsentrasi KI (M) Konsentrasi ¿


n
1 0,20 0,40
2 0,20 0,20
3 0,20 0,10
4 0,20 0,05

c) Bagian 1.3: Pengaruh Penambahan Cu ¿ pada Laju Reaksi

Dalam deret percobaan ini konsentrasi ¿ dibuat konstan sedangkan konsentrasi


KI berubah-ubah dan masing-masing larutan ditambah satu tetes Cu ¿, seperti
terlihat pada tabel berikut ini.

Percobaa Konsentrasi KI (M) Konsentrasi ¿


Cara n
1 0,40 0,20
2 0,20 0,20
3 0,10 0,20
4 0,05 0,20
pengerjaan percobaan 1.1 diikuti
Salah satu campuran mengandung 25 ml KI dengan konsentrasi seperti pada
tabel. 10 ml Na2 S 2 O3 , 50 ml larutan kanji , dan satu tetes Cu ¿.
Dalam gelas kimia yang lain terdapat 25 ml ¿ .
2−¿¿
2) Bagian 2: Penentuan Energi Pengaktifan Reaksi Redoks Fe3 +¿dengan S O2 3 ¿

Tiga buah gelas kimia 250 ml disiapkan, lalu gelas kimia 1 diisi dengan air dingin
(suhunya diukur dengan termometer, kira-kira sama dengan suhu kamar, yaitu 25 ℃).
Kemudian gelas kimia 2 diisi dengan air pada suhu 45 ℃ , setelah itu gelas kimia 3
diisi dengan air bersuhu kira-kira 65 ℃.

Larutan Fe3 +¿0 , 05 M ¿ 2 ml masing-masing dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi.


Kemudian tabung reaksi 1 diletakkan dalam gelas kimia 1, tabung reaksi 2 diletakkan
dalam gelas kimia 2, dan tabung reaksi 3 diletakkan dalam gelas kimia 3. Setelah itu
diamkan beberapa saat sampai tabung reaksi dan larutan di dalamnya sesuai dengan
suhu dalam gelas kimia masing-masing.
Tiga buah tabung reaksi lain disiapkan dan masing-masing diisi dengan 2 ml larutan
2−¿0 ,1 M ¿
S2 O 3 . Masing-masing tabung reaksi diberi label A, B, dan C. setelah itu isi
larutan tabung A dituangkan ke dalam tabung reaksi 1 bersamaan dengan menyalakan
stopwatch ketika kedua larutan mulai bercampur dan campuran reaksi menjadi
berwarna gelap. Stopwatch dihentikan ketika campuran bereaksi menjadi bening
seluruhnya, waktu terjadinya perubahan warna tersebut dicatat.

Proses percampuran yang sama dilakukan terhadap larutan dalam tabung reaksi 2
dengan larutan dalam tabung reaksi B (suhu 45 ℃ ) dan pencampuran larutan dalam
tabung reaksi 3 dengan larutan dalam tabung reaksi C (suhu 65 ℃ ). Waktu untuk
masing-masing proses mulai dari awal sampai terjadi perubahan warna menjadi bening
dicatat.

3) Bagian 3: Reaksi Briggs-Rauscher: Mekanisme Reaksi Kompleks

Keterangan:

Larutan A:
Larutan H 2 O2 4 M (410 ml 30% H 2 O2 diencerkan sampai dengan 1 L dengan aqua
dm)

Larutan B:
0 , 20 M dalam KI O3 dan 0,077 M dalam H 2 SO4 ( 43 gram KI O3 dilarutkan dalam 800
ml aqua dm, kemudian H 2 SO4 pekat sebanyak 4,3 ml ditambahkan. Setelah itu
campuran reaksi dipanaskan dan diaduk sampai kalium iodat larut, lalu larutan
diencerkan sampai dengan 1 L dengan aqua dm).

Larutan C:
Larutan kanji, 0 , 15 M dalam asam malonat dan 0 , 02 M dalam Mn SO 4 ( 16 gram
asam malonat dan 3,4 gram mangan(II) sulfat monohidrat dilarutkan dalam 500 ml
aqua dm. kemudian 0,30 gram kanji dicampurkan dengan 5 ml aqua, lalu campuran
diaduk sampai berbentuk bubur. Setelah itu bubur dituangkan ke dalam 50 ml aqua dm
mendidih dan lanjutkan pemanasan sambil diaduk sampai kanji larut. Kemudian
larutan kanji dituangkan ke dalam larutan asam malonat dan mangan(II) sulfat, setelah
itu campuran ini diencerkan sampai dengan 1 L dengan menggunakan aqua dm).

Sebanyak 50 ml Larutan A, B, dan C dicampurkan di dalam gelas kimia dan diaduk


dengan pengaduk magnet, lalu perubahan warnanya diamati. Selain itu potensial
larutan juga dapat direkam selama proses reaksi berlangsung.

4) Bagian 4: Pengaruh Katalis pada Reaksi Kimia


Larutan H 2 O2 30 % 20 ml dituangkan ke dalam gelas ukur 100 ml, kemudian sekitar
10 ml deterjen cair ditambahkan ke dalam gelas ukur berisi larutan H 2 O2. Lalu gelas
ukur diaduk agar campuran reaksi tercampur dengan baik.

Gelas ukur dimiringkan sedikit lalu diteteskan zat pewarna makanan berwarna merah
atau biru sedemikian rupa di sepanjang bagian sisi dalam gelas ukur agar pasta gigi
memiliki corak berstrip. Setelah itu larutan KI jenuh segera ditambahkan ke dalam
gelas ukur .

Reaksi redoks yang terjadi pada reaksi dekomposisi H 2 O2 menjadi gas oksigen dan air
−¿¿
oleh katalis ion I dituliskan dan spesi mana yang mengalami reaksi oksidasi dan
yang mana yang mengalami reaksi reduksi ditunjukkan.

5. Hasil Pengamatan dan Perhitungan

1) Bagian 1: Penentuan Persamaan Laju Reaksi S2 O2−¿¿


8 dan I −¿¿

Perco Kemolaran pereaksi ∆t Kemolaran Pereaksi Laju k


baan (sebelum dicampur) (detik) (setelah dicampur) (M/s)
KI ¿ KI ¿
(M) (M ) (M) (M )
1 0,40 0,20 1 0,153 0,076 −7 , 69 ×10
−4
0,031
2 0,20 0,20 10,23 0,076 0,076 −7 , 51× 10
−5
0,013

3 0,10 0,20 28,78 0,038 0,076 −2 , 67 ×10


−5
0,024
4 0,05 0,20 58,90 0,019 0,076 −1 , 30× 10
−5
0,103

Pengaruh Konsentrasi I −¿¿ pada laju reaksi


Konsentrasi Na2 S2 O3 = 0,01 M Volume larutan Na2 S2 O3 = 10ml
1. Mol pereaksi pembatas

mol=0 , 01 ×10
¿ 0 , 1 mmol

2. Perubahan konsentrasi reaktan

−5
−5 ,0 × 10 mol −4
∆¿ ¿ ¿−7 , 69× 10 M
0,065 liter

3. Laju reaksi
−4
−7 ,69 ×10 −4
v 1= =−7 ,69 ×10 M /detik
1

−4
−7 ,69 ×10 −5
v 2= =−7 ,51 ×10 M /detik
10 , 23

−4
−7 ,69 × 10 −5
v 3= =−2 , 67 ×10 M /detik
28 , 78

−4
−7 , 69 ×10 −5
v 4= =−1 ,30 × 10 M /detik
58 , 90
−¿¿
4. Orde reaksi terhadap I

v1 x
 =2
v2

−4
−7 , 69× 10 x
−5
=2
−7 , 51 ×10

3 , 35=x

v2 x
 =2
v3
−5
−7 , 51× 10 x
−5
=2
−2 ,67 × 10

1 , 49=x

v3 x
 =2
v4

−5
−2 ,67 × 10 x
−5
=2
−1 ,30 ×10

1 , 03=x

 Mencari nilai x rata-rata

3 ,35+ 1, 49+1 ,03


x=
3

x=1 , 95
5. Konsentrasi awal reaktan dalam campuran

 Konsentrasi KI (M)

MK I (1) ( sebelum dicampur ) ×VKI


a. MK I (1)=
Vtot

0 , 40 M ×0,025 L
MK I (1)=
0,065 L

MK I (1)=0 ,15 M

MK I (2) ( sebelum dicampur ) ×VKI


b. MK I (2)=
Vtot

0 , 20 M × 0,025 L
MK I (2)=
0,065 L

MK I (2)=0 , 07 M

MK I (3 ) ( sebelum dicampur ) ×VKI


c. MK I (3 )=
Vtot

0 , 10 M × 0,025 L
MK I (3) =
0,065 L

MK I (3) =0 , 03 M
MK I (4 ) ( sebelum dicampur ) ×VKI
d. MK I (4 )=
Vtot

0 , 05 M × 0,025 L
MK I (4 )=
0,065 L

MK I (4 )=0 , 01 M

 Konsentrasi ¿

Karena konsentrasi ¿ sebelum dicampur sama pada keempat percobaan maka nilai
konsentrasi setelah dicampur sama.

M¿

M¿
M¿

6. Nilai tetapan laju (k)

v1
 k (1)=
¿¿¿
−4
7 , 69 ×10 M /detik
k (1)=
[ 0 ,15 M ] 1 ,95

k (1)=0,031

v2
 k (2)=
¿¿¿
−5
7 , 51× 10 M /detik
k (2)=
[ 0 , 07 M ] 1, 95

k (2)=0,013

v3
 k ( 3) =
¿¿¿
−5
2 , 67 ×10 M /detik
k (3)=
[ 0 , 03 M ] 1 ,95

k (3)=0,024

v4
 k (4 )=
¿¿¿
−5
1 , 30 ×10 M /detik
k (4 )=
[ 0 , 01 M ] 1 ,95

k (4 )=0,103

Pengaruh konsentrasi S2 O2−¿¿


8 pada laju reaksi
Perco Kemolaran pereaksi ∆t Kemolaran Pereaksi Laju k
baan (sebelum dicampur) (detik) (setelah dicampur) (M/s)
KI ¿ KI ¿
(M) (M ) (M) (M )
−4 −4
1 0,20 0,40 6 0,07 0,15 −1 , 28× 10 5 , 62× 10
−5 −4
2 0,20 0,20 13,34 0,07 0,07 −5 , 76 ×10 4 , 58× 10

−5 −4
3 0,20 0,10 29 0,07 0,03 −2 , 65× 10 4 , 58× 10
−5 −4
4 0,20 0,05 31 0,07 0,01 −2 , 48 ×10 4 , 72×10

1. Laju reaksi

−4
−7 ,69 ×10 −4
v 1= =−1 , 28 ×10 M /detik
6

−4
−7 ,69 ×10 −5
v 2= =−5 , 76 ×10 M /detik
13 ,34

−4
−7 ,69 × 10 −5
v 3= =−2 , 65 ×10 M /detik
29

−4
−7 , 69 ×10 −5
v 4= =−2 , 48 ×10 M /detik
31

2. Ordo reaksi terhadap S2 O2−¿¿


3

v1 y
 =2
v2

−4
−1 ,28 ×10 y
−5
=2
−5 ,76 × 10
1 ,15= y

v2 y
 =2
v3

−5
−5 ,76 × 10 y
−5
=2
−2 ,65 × 10

1 ,12= y

v3 y
 =2
v4
−5
−2 , 65× 10 y
−5
=2
−2 , 48 ×10

0 , 09= y

 Mencari nilai y rata-rata

1 ,15+ 1 ,12+0 , 09
y= =0 , 78
3

3. Konsentrasi awal reaktan dalam campuran

 Konsentrasi KI (M)
Karena konsentrasi KI sebelum dicampur sama pada keempat percobaan maka nilai
konsentrasi setelah dicampur sama.

MKI ( sebelum dicampur ) ×VKI


MKI =
Vtot

0 , 20 M ×0,025 L
MKI =
0,065 L

MKI =0,076 M

 Konsentrasi ¿

a. M ¿

M¿

M¿

b. M ¿

M¿

M¿

c. M ¿

M¿

M¿
d. M ¿

M¿

M¿

4. Nilai tetapan laju reaksi (k)

v1
 k (1)=
¿¿¿
−4
1 ,28 × 10 M /detik
k (1)=
[ 0 , 15 M ] 0 ,78

k (1)=¿ 5 , 62× 10−4

v2
 k (2)=
¿¿¿
−5
5 ,76 × 10 M /detik
k (2)=
[ 0 , 07 M ] 0 ,78

k (2)=¿ 4 , 58× 10−4

v3
 k ( 3) =
¿¿¿
−5
2 , 65× 10 M /detik
k (3)=
[ 0 , 03 M ] 0 ,78

k (3)=¿ 4 , 08 ×10−4

v4
 k (4 )=
¿¿¿
−5
1 , 30 ×10 M /detik
k (4 )=
[ 0 , 01 M ] 0 ,78

k (4 )=¿ 4 , 72×10−4

Rata-rata nilai k
−4 −4 −4 −4
5 , 62 ×10 +4 ,58 × 10 + 4 , 08 ×10 + 4 , 72× 10
k=
4

−4
k =4 ,75 × 10

−¿¿
Persamaan hukum laju reaksi S2 O2−¿¿
8 dan I
v=k . ¿ ¿
−4
v=4 ,75 × 10 . ¿ ¿

Pengaruh penambahan Cu ¿ pada laju reaksi


Perco Kemolaran pereaksi ∆t Kemolaran Pereaksi Laju k
baan (sebelum dicampur) (detik) (setelah dicampur) (M/s)
KI ¿ KI ¿
(M) (M ) (M) (M )
−5 −3
1 0,40 0,20 9,13 0,153 0,076 −8 , 42 ×10 3 , 40 ×10

2 0,20 0,20 7,26 0,076 0,076 −1 , 05× 10


−4
0,018

3 0,10 0,20 4,53 0,038 0,076 −1 , 69× 10


−4
0 , 15

4 0,05 0,20 3 0,019 0,076 −2 , 56 ×10


−4
2 , 03

1. Laju reaksi

−4
−7 ,69 ×10 −5
v 1= =−8 , 42× 10 M /detik
9 , 13

−4
−7 ,69 ×10 −4
v 2= =−1 , 05 ×10 M /detik
7 , 26

−4
−7 ,69 × 10 −4
v 3= =−1 , 69 ×10 M /detik
4 , 53

−4
−7 , 69 ×10 −4
v 4= =−2 ,56 × 10 M /detik
3

2. Tetapan laju reaksi (k)

v1
 k (1)=
¿¿¿
−5
8 , 42 ×10 M /detik
k (1)=
[ 0 , 15 M ] 1, 95
−3
k (1)=3 , 40 × 10

v2
 k (2)=
¿¿¿
−4
1 ,05 × 10 M /detik
k (2)=
[ 0 , 07 M ] 1 ,95

k (2)=0 ,01 8

v3
 k ( 3) =
¿¿¿
−4
1 ,69 × 10 M /detik
k (3)=
[ 0 , 03 M ] 1 ,95

k (3)=0 ,15

v4
 k (4 )=
¿¿¿
−4
2 , 56 ×10 M /detik
k (4 )=
[ 0 , 01 M ]1 , 95

k (4 )=2 , 03

Rata-rata nilai k (setelah penambahan Cu(NO 3 ¿ ¿ ¿ 2)

−3
3 , 40× 10 +0,018+ 0 ,15+ 2, 03
k= = 0,55
4

Kesimpulan
Setelah ditambah dengan Cu ¿ nilai laju reaksinya semakin besar, dengan ini dapat
disimpulkan bahwa reaksi berjalan semakin cepat akibat penambahan Cu ¿

2) Bagian 2: Penentuan energi pengaktifan reaksi redoks


Temperatur Waktu (detik) k 1/T (/ K ¿ ln k
Reaksi
−9 −3
T air dingin = 5,17 1 , 83 × 10 3 , 33 ×10 -20,11
27 ℃
−9 −3
T air hangat = 4,73 1 , 99× 10 3 , 10× 10 -20,03
49 ℃
−9 −3
T air panas = 2,92 3 , 25 ×10 2 , 96 ×10 -19,54
64 ℃

1. Konsentrasi awal reaktan pada campuran dan pereaksi pembatas (x)

 Konsentrasi Fe3 +¿¿ dalam campuran

2−¿¿
 Konsentrasi S2 O3 dalam campuran

 Pereaksi pembatas (x)


2− ¿( aq) ¿
2+¿ ( aq) +S O ¿
( ) 4 6
¿
3+¿ ( aq ) +2 S2 O2−¿ aq →2 Fe
¿
2 Fe 3

M 0,025 0,05 - -
R x x x x
S 0,025-x 0,05-x x x

¿¿
x=0,025
Karena nilai Molaritas/koef dari Fe3 +¿¿ lebih kecil maka pereaksi pembatas dari
reaksi diatas adalah Fe3 +¿¿.

2. Nilai tetapan laju (k)


A0 =0,025 M B0=0 , 05 M

[ ( ) ( ) ( ) ]
3 3 3 4
2 2 2 x 2 2 x 4 B0 x x 4 B0 x x 5
B 0 . A 0 x− A 0 x + −A 0 B0 x − + A 0 − − +
3 3 3 2 2 5
k=
t

[ ( ) ( ) (
3 3
2 2 2 0,025 2 2 0,025 4 .0 ,05 . 0,0
0 , 05 . 0,025 .0,025−0,025.0,025 + −0,025 0 ,05 .0,025− + 0,025
3 3 3
k (1)=
5 ,17

k (1)=1 , 8 3× 10−9

[ ( ) ( ) (
3 3
2 2 2 0,025 2 2 0,025 4.0 , 05 .0,0
0 , 05 . 0,025 .0,025−0,025.0,025 + −0,025 0 ,05 .0,025− +0,025
3 3 3
k (2)=
4 , 73

−9
k (2)=1 , 99 ×10

[ ( ) ( ) (
3 3
2 2 2 0,025 2 2 0,025 4.0 , 05 .0,0
0 , 05 . 0,025 .0,025−0,025.0,025 + −0,025 0 ,05 .0,025− +0,025
3 3 3
k (2)=
2 ,92

k (2)=3 , 25 ×10−9

3. Nilai energi pengaktifan (Ea)

(ada di lembar kerja)

Bagian 3: Reaksi Briggs-Rauscher: Mekanisme Reaksi Kompleks


Pada percobaan ketiga mengenai pengamatar reaksi Briggs-Rauscher, saat reaksi
terjadi perubahan warna dari bening-kuning-biru-berulang secara berosilasi dan
diakhiri oleh warna biru karena asam malonatnya habis bereaksi
Bagian 4 Pengaruh katalis pada reaksi kimia
Pada percobaan keempat reaksi dekomposisi tanpa katalis berlangsung sangat lama
sedangkan saat H 2 O2 ditetesi KI sebagai katalis muncul busa yang sangat banyak dan sangat
cepat pembentukannya

6. Diskusi dan Pembahasan

Praktikum ini terdiri dari berbagai macam percoban. Pada percobaan pertamam kita akan
menentukan persamaan laju reaksi S2 O2−¿¿
8 dan I −¿. ¿ Untuk mengetahui inim kita
membuat konsentrasi salah satu reaktan konstan dan yang lainnya dibuat berubah-ubah.
Hal ini ditujukan agar nantinya kita bisa menentukan order reaksi dengan melakukan
perbandingan berdasarkan hukum lajunya.

Pada percobaan kedua, kita akan menentukan energi aktivasi suatu reaksi. Untuk
menentukan nilai ini kita bisa mereaksikan zat-zat kimia dalam suhu tertentu. Sebagai
contoh kita memasukkan masing-masing tabung reaksi berisi zat ke dalam masing-masing
air yang memiliki perbedaan suhu. Dengan metode ini, kita bisa menentukan energi
aktivasi dengan sebuah persamaan yang diturunkan oleh Arhenius.

Pada percobaan ketiga, kita akan mengamati sebuah mekanisme reaksi dari suatu reaksi
kimia. Hal ini bisa dilakukan dengan mencampurkan Larutan H 2 O2 4 M dan Larutan
KI O3 0 ,2 M dalam 0,007 M H 2 S O 4, dan larutan kanji yang terdapat 0,15 M asam
malonat dan 0,02 M mangan(II) sulfat. Ketika ketiga larutan tersebut dicampurkan, maka
reaksi akan berlangsung dan melalui ini kita bisa mengamati mekanisme reaksi yang
terjadi.

Pada percobaam keempat, kita akan mengetahui pengaruh katalis terhadap reaksi kimia.
Dalam percobaan ini, deterjen cair berperan sebagai katalis yang mempercepat terjadinya
reaksi antara larutan H 2 O2 dan larutan KI jenuh.

Kemudian kita melakukan penambahan Reagan dalam setiap reaksinya. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui persamaan reaksi dari reaksi kimia tersebut. Ini
dikarenakan dalam hukum laju, faktor yang memegang penuh terhadap proses hukum laju
adalah reaktan sehingga ketika dilakukan penambahan reagen, maka kita akan langsung
mengetahui persamaan lajunya.

Kemudian, poin penting untuk kita dapat mengetahui persamaan laju reaksi adalah dalam
menentukan orde reaksi masing-masing reaktan. Secara teoritis order reaksi dapat
ditentukan dengan melakukan percobaan yang memuat perubahan reaktan secara berkala.
Perubahan dari konsentrasi reaktan ini akan menyebabkan kita dapat mengetahui dengan
mudah order reaksi tersebut. Namun, langkah yang harus diperhatikan adalah kita harus
membuat salah satu dari zat reaktan tersebut konstan karena hal inilah yang akan
memudahkan kita untuk menentukan orde reaksi tersebut.

Dalam hasil perhitungan, kita dapat mengetahui nilai k dari masing-masing percobaan.
Misalkan seperti pada percobaan kedua, kita mendapatkan nilai k sekitar 4 , 75× 10−4 .
Nilai ini tentunya mungkin dapat berubah seiring berjalannya waktu. Selain itu, dalam
percobaan ini kita juga dapat mengetahui nilai energi aktivasi dari reaksi yang terjadi.
Besar dari nilai ini dapat diambil dari persamaan yang arhenius keluarkan.

Kemudian, energi aktivasi adalah energi yang harus dilampaui agar reaksi kimia dapat
terjadi. Maka dari itu, jika suatu energi yang dimiliki suatu reaksi tidak mencukupi, reaksi
tersebut tidak akan terjadi. Namun, terdapat berbagai cara yang bisa kita lakukan untuk
membuat energi reaksi itu melampaui energi aktivasinya sehingga reaksi dapat terjadi.

Dalam proses penentuan energi aktivasi ini, kita bisa menentukannya dengan
memanfaatkan persamaan yang diturunkan oleh Arrhenius. Persamaan ini menyatakan
hubungan antara konstanta suatu laju reaksi, energi aktivasi , dan temperatur dari
lingkungan dimana reaksi itu berlangsung. Persamaan tersebut adalah

−Ea
RT
k=Ae

Selain dengan menggunakan perbandingan konsentrasi, kita juga bisa menggunakan


proses mekanisme reaksi untuk menentukan persamaan laju reaksinya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan mereaksikan reaksi yang dinamakan reaksi Briggs-
Rauscher. Reaksi ini merupakan sebuah reaksi kimia yang disebut reaksi osilasi. Hal ini
dikarenakan dalam proses reaksinya, warna dari zat-zat ini terus berubah-ubah hingga
sekitar 10 kali putaran. Proses reaksi yang rumit inilah yang membuat reaksi ini cocok
untuk dijadika bahan dalam penentuan order reaksi dengan menggunakan metode
mekanisme reaksi

Di sisi lain, ketika kita menginginkan laju reaksi yang berlangsung itu dapat dipercepat
atau dinaikan kecepatannya, maka hal yang harus kita lakukan adalah menambahkan
katalis ke dalam reaksi tersebut. Hal ini dikarenakan fungsi dari katalis ini memang untuk
mempercepat proses laju reaksi. Kemudian ,konsep yang diterapkan dalam katalis ini
adalah zat ini berusaha mencari alternatif lain yang penggunaan energi aktivasinya lebih
kecil dibandingkan energi aktivasi pada reaksi utama sehingga reaksi akan berjalan lebih
cepat.

7. Kesimpulan

A. Persamaan laju reaksi dari S2 O2−¿¿


8 dan I −¿¿ adalah
−4
v=4 ,75 × 10 . ¿ ¿ ¿

B. Besar energi aktivasinya adalah 11565,98 joule


C. Hasil pengamatan reaksi ini adalah reaksinya berlangsung secara osilasi pada saat
tertentu. Hal ini ditandai dengan perubahan warna larutan yang berulang selama
periode tertentu
D. Pengaruh katalis terhadapt reaksi H 2 O2 adalah mempercepat reaksi itu dapat
berlangsung

8. Daftar Pustaka
 Brady.James E.Neil R.J Alyson Hyslop 2012 chemistry 6th edition
 https:www.sciencelab.com/msclslim.php
 https://smartlab.co.id
 https://www.merckmillipore.com

9. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai