Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIZAL NUR ASSEGAF


NIM : 011900021
PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR
JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR
ACARA : KECEPATAN REAKSI
PEMBIMBING : NILATS TSURAYA M.Sc.
Tanggal Pengumpulan : 10 DESEMBER 2020

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2020
I. TUJUAN
Mempelajari kinetika reaksi kimia antara hidrogen peroksida dengan asam yodida,
khususnya menentukan konstanta kecepatan reaksi kimia pada suhu ruangan.

II. DASAR TEORI

• Pada suhu kamar cairan hidrogen mengalami reaksi:


2H2O2 ↔H3O2+ +HO2-

Dari harga tersebut di atas dapat dapat ditunjukkan bahwa H2O2 merupakan pelarut
yang protonik, disamping sebagai oksidator kuat (suasana asam maupun basa).
Hidrogen peroksida dalam suhu kamar juga akan terurai menjadi :
• 2H2O2↔ 2H2O + O2 ∆H=-23,6 kkal
• Hidrogen peroksida membebaskan iodium yang berasal dari kalium iodida yang telah
diasamkan dengan asam sulfat.
• Kecepatan reaksi tersebut sangat bergantung pada :
konsentrasi peroksida, kalium iodida dan asam sulfatnya.
• Jika reaksi ini merupakan reaksi irreversible (karena adanya natrium tiosulfat yang
akan mengubah yodium bebas menjadi asam yodida kembali), maka kecepatan
reaksi yang terjadi besarnya seperti pada reaksi pembentukkannya, sampai
konsentrasi terakhir tidak berubah. Reaksi yang terjadi dapat dilihat di bawah ini :
• H2O2 + 2KI + H2SO4 → K2SO4 + I2 +2 H2O
• 2S2O32- + I2 → 2I- + S4O62-
• Pada percobaan ini, kecepatan reaksi hanya tergantung pada berkurangnya
konsentrasi hidrogen iodida saja  reaksi orde / tingkat 1.
• Pada larutan yang mempunyai keasaman yang tinggi atau konsentrasi iodida yang
tinggi, akan diperoleh kecepatan reaksi yang lebih besar.
• Kepekatan indikator kanji terhadap iod sangat diperlukan, dimana kanji dengan iod
akan bereaksi membentuk senyawa komplek yang berwarna biru, karena adanya
adsorpsi iod oleh koloid kanji.
• Besarnya adsorpsi larutan kanji terhadap iod dipengaruhi oleh konsentrasi iodida
yang tersedia.
• Dengan demikian timbulnya warna biru bukan hanya ditentukan oleh konsentrasi iod
saja melainkan juga karena adanya iodida.
• Untuk menentukan kecepatan reaksi, perlu ditentukan terlebih dahulu kostanta
kecepatan reaksi yang dapat ditentukan dengan :
-dC / dt = k Cn
-dC / C = k dt
ln C = -kt
ln (Ct/C0) = - kt
1 1
k = - 𝑡 ln (Ct/C0) atau k = 𝑡 ln (Ct/C0)

dimana,
C0 = konsentrasi awal (mula-mula)
Ct = konsentrasi setelah t detik
• k = konstanta kecepatan reaksi
• Volume tiosulfat yang digunakan untuk titrasi sebanyak b pada saat t detik,
merupakan jumlah peroksida yang bereaksi selama t detik. Konsentrasi setelah t
detik besarnya adalah (a-b) .
• Jika a adalah banyaknya (volume) tiosulfat yang dimasukkan pada saat t 0 atau mula-
mula, maka persamaannya menjadi :
1 𝑎
k = 𝑡 ln (𝑎−𝑏)
𝑎
kt = ln (𝑎−𝑏) (1)

ln (a-b) ln (a-b)

Kinetika reaksi kimia adalah bagian ilmu yang mempelajari kecepatan reaksi dan
mekanisme terjadinya reaksi kimia. Mekanisme reaksi kimia adalah serangkaian reaksi kimia
sederhana yang menerangkan reaksi keseluruhannya. Untuk mengetahui mekanisme suatu
reaksi kimia, dipelajari laju atau kecepatan reaksi yang disebabkan oleh perbedaan atau
perubahan konsentrasi pereaksi, hasil reaksi dan katalis yang digunakan. Kecepatan reksi
didefinisikan sebagai banyaknya zat yang diubah atau dihasilkan per satuan waktu.
Pada percobaan ini akan direaksikan hidrogen peroksida dengan kalium yodida yang telah
diasamkan dengan asam sulfat. Reaksi yang terjadi adalah :
2 KI + H2SO4 + H2O2 K2SO4 + 2H2O + I2 (1)
Kecepatan reaksi pembentukan I2 tergantung pada konsentrasi KI, H2SO4 dan H2O2.
Reaksi di atas dapat dibuat “Irreversible” dengan cara H2SO4 dibuat berlebihan dan I2 yang
dibebaskan dikembalikan sebagai I- dengan menambahkan natrium tio sulfat. Dengan
demikian reaksi tersebut dapat dikatakan hanya tergantung pada konsentrasi hidrogen
peroksida saja. Apabila reaksi itu mengikuti orde 1, maka besarnya konstanta kecepatan
reaksi dapat ditentukan dengan penjabaran kecepatan reaksi sebagai berikut :

Untuk reaksi orde 1, maka n=1 sehingga hasil integrasi persamaan 2 adalah :

dengan:
Co = Konsentrasi peroksida mula-mula
Ct = Konsentrasi peroksida pada saat t detik
Jika banyaknya peroksida yang dimasukkan mula-mula ekivalen dengan a ml tio dan
banyaknya tio yang dimasukkan sampai saat t detik adalah b, maka sisa peroksida pada t
detik ekivalen dengan a-b ml tio sulfat. Oleh karena itu persamaan (5) dapat ditulis sebagai
berikut:

Apabila dibuat grafik hubungan ln (a-b) dengan t, maka angka arah grafik tersebut sama
dengan –k.
Apabila reaksi orde 2, Persamaan (2) menjadi sebagai berikut.

Integrasi persamaan (10) pada batas pada t-t0 menghasilkan Persamaan (10).

Jika grafik hubungan 1/C dengan t berupa garis lurus maka reaksi orde 2.
Apabila suhu dinaikkan kecepatan reaksi akan meningkat. Peningkatan ini dapat
dihubungkan dengan konstante kecepaatan reaki yang dikemukakan oleh Arrhenius dalam
Persamaan (9).
dengan k0 disebut faktor frekuensi, kadang-kadang diberi simbol A, atau faktor
preeksponensial dan E disebut tenaga pengaktif reaksi itu, yaitu tenaga yang harus dimiliki
oleh zat pereaksi agar reaksi bisa terjadi. Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa sesaat
sebelum terjadi reaksi, zat-zat pereaksi berubah menjadi kompleks transisi. Persamaan ini
cocok dengan eksperimen dalam rentang suhu yang sangat lebar, sehingga dapat digunakan
untuk pendekatan pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi. Jika terdapat dua nilai k hasil
percobaan dengan suhu berbeda maka:

III. METODE
A. BAHAN:

1. Hidrogen peroksida 3 %

2. Larutan Amilum

3. KI Kristal

4. Asam Sulfat 2 N

5. Asam Sulfat Pekat

6. Larutan Tio Sulfat 0,1 N

7. Kalium Permanganat 0,1 N


B. ALAT

C. CARA KERJA

1. Mencari ekivalen H2O2 dengan tio sulfat.

a. Dipipet 10 mL H2O2 0,3 % mL (Larutan ini juga digunakan sebagai bahan untuk
menentukan Persamaan Kecepatan Reaksi).

b. Ditambahkan 10 ml H2SO4 2N dan titrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N .

c. Dipipet 10 mL larutan KMnO4 0,1 N ke dalam erlenmeyer yang telah berisi 2 g KI dan
1 mL H2SO4 pekat. Kemudian biarkan selama 10 menit.

d. Dititrasi dengan larutan tio sulfat menggunakan indikator amilum yang dimasukkan
ketika larutan sudah berwarna kuning pucat. Titrasi dihentikan ketika warna biru
hilang.

2. Penentuan konstanta kecepatan reaksi.

a. Buret diisi dengan larutan standar tio sulfat.

b. Dibuat 2 macam larutan sebagai berikut :

1. diambil 5 mL larutan H2O2 3 %, dimasukkan ke dalam labu takar dan


diencerkan dengan air suling sampai 5 mL (Larutan 1)

2. Dituangkan 25 mL air suling, ditambahkan 1,5 mL H2SO4 2N, 0,15 mL larutan


kanji dan 0,075 g KI yang telah dilarutkan dalam air suling (Larutan 2)
c. Diatur letak buret berada diatas erlenmeyer larutan 2

d. Dimasukkan 0,1 mL larutan tio sulfat dari buret ke dalam larutan 2.

e. Ditambahkan larutan 1 ke dalam 2 dengan cepat, hidupkan stopwatch dan larutan


diaduk menggunakan pengaduk magnet.

f. Apabila timbul warna biru berarti larutan tio yang dimasukkan sudah habis bereaksi
dengan iodium yang terlepas. Catat waktunya dan ditambah lagi larutan dengan
larutan tio sulfat sehingga warna biru hilang. Catat volume tio (b mol) kemudian
diamati waktu saat timbul warna biru kembali. Diamati pula suhu larutan selama
percobaan.

g. Diulangi langkah (f) sampai diperoleh minimal 5 titik data.

h. Stopwatch jangan dimatikan dari awal sampai akhir percoban dan waktu dicatat saat
mulai timbul warna biru.

i. Dibuat grafik hubungan antara ln (a-b) dengan waktu (t)

j. Dihitung konstanta kecepatan reaksi antara hidrogen peroksida dengan iodida dan
dibuat laporan.

3. Penentuan tenaga pengaktif, E, dan A, dapat ditentukan dengan melakukan percobaan


pada suhu yang berbeda, misalnya pada 25 dan 40 oC.
IV. DATA PENGAMATAN

A. Penentuan ekivalen H2O2 dengan tiosulfat


1. Titrasi larutan H2O2 + H2SO4 dengan larutan KMnO4
Titrasi ke 1
V awal = 0,5 mL
V akhir = 18,6 mL
ΔV = V akhir - V awal
= 18,6 – 0,5
= 18,1 mL

Titrasi ke 2
V awal = 32,8 mL
V akhir = 48,5 mL
ΔV = V akhir - V awal
= 48,5 – 32,8
= 15,7 mL

V awal = 18,8 mL
V akhir = 20,9 mL
ΔV = V akhir - V awal
= 20,9 – 18,8
= 2,1 mL

ΔV tot = 15,7 mL + 2,1 mL / 2


= 17,8

Rata = Titrasi 1 + Titrasi 2 / 2


= 18,1 mL + 17,8 / 2
= 17,95 mL

2. Titrasi larutan KMnO4 0,1 M + KI + Aquadest + H2SO4 dengan tiosulfat


Titrasi ke 1
V awal = 34,1 mL
V akhir = 47,6 mL
ΔV = V akhir - V awal
= 47,6 – 34,1
= 9,6 mL

Titrasi ke 2
V awal = 0,5 mL
V akhir = 10,3 mL
ΔV = V akhir - V awal
= 10,3 – 0,5
= 9,8 mL
Rata” = Titrasi 1 + Titrasi 2 / 2
= 9,6 mL + 9,8 mL / 2
= 9,7 mL

B. Penentuan konstanta kecepatan reaksi


T = 30,5 ˚C

Pengulangan Tio Sulfat Tio Sulfat Waktu waktu


akumulatif akumulatif
1 0,1 0,1 1:50 1:50
2 0,1 0,2 2:54 1:04
3 0,1 0,3 4:08 1:14
4 0,1 0,4 5:23 1:15
5 0,1 0,5 6:43 1:20
6 0,1 0,6 8:13 1:30

T = 70 ˚C

Pengulangan Tio Sulfat Tio Sulfat Waktu waktu


akumulatif akumulatif
1 0,1 0,1 26 26
2 0,1 0,2 48 22
3 0,1 0,3 1:08 20
4 0,1 0,4 1:29 21
5 0,1 0,5 1:50 21
6 0,1 0,6 2:12 22

Perhitungan

• 10 mL H2O2 0,3% → 17,95 mL KMnO4

• 10 mL KMnO4 → 9,7 mL tiosulfat

• 1 mL KMnO4 → 9,7/10 = 0,97 mL tiosulfat

• 0,3 mL KMnO4 → 17,95 x 9,7 /10 = 17,4115 mL tiosulfat

• 10 mL H2O2 0,3% → 17,95 x 9,7 /10 = 17,4115 mL tiosulfat

• 10 mL H2O2 3% → 17,95 x 9,7 = 174,115 mL tiosulfat


Penentuan kecepatan reaksi

a = volume tiosulfat yang ditambahkan saat t0 (mula-mula)

a = 0,25/10 x 174,115

a = 4,35

Suhu 30,5 oC

Waktu (s) a Ln a b a-b Ln (a-b) Ln a/(a-b)


110 4,35 1,47 0,1 4,25 1,45 0,02
174 4,35 1,47 0,2 4,15 1,42 0,05
248 4,35 1,47 0,3 4,05 1,40 0,07
323 4,35 1,47 0,4 3,95 1,37 0,09
403 4,35 1,47 0,5 3,85 1,35 0,12
573 4,35 1,47 0,6 3,75 1,32 0,15

Kurva ln (a-b) terhadap t (s)


1.46
1.44
1.42
1.4
ln (a-b)

1.38
1.36
1.34 y = -0.0003x + 1.4704
R² = 0.9675
1.32
1.3
0 100 200 300 400 500 600 700
t (s)

Konstanta dari kurva ln (a-b) vs t

ln (a-b) = -kt + ln a
y = mx + c
Jadi,
m = -k
k = -m

Dari persamaan garis diatas : y = -0.0003x + 1.4704 .Maka, nilai konstanta reaksi kimia pada
suhu 30,5 oC adalah : K (30,5 oC) = 0,0003
Kurva ln a/(a-b) terhadap t (s)
0.18
0.16
0.14 y = 0.0003x - 0.0017
R² = 0.9774
0.12
ln a/(a-b)

0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 100 200 300 400 500 600 700
t (s)

Suhu 70 oC

Waktu (s) a Ln a b a-b Ln (a-b) Ln a/(a-b)


26 4,35 1,47 0,1 4,25 1,45 0,02
48 4,35 1,47 0,2 4,15 1,42 0,05
68 4,35 1,47 0,3 4,05 1,40 0,07
89 4,35 1,47 0,4 3,95 1,37 0,09
110 4,35 1,47 0,5 3,85 1,35 0,12
132 4,35 1,47 0,6 3,75 1,32 0,15

Kurva ln (a-b) terhadap t (s)


1.46
1.44
1.42
1.4
ln (a-b)

1.38
1.36 y = -0.0012x + 1.4802
R² = 0.9978
1.34
1.32
1.3
0 20 40 60 80 100 120 140
t (s)
Konstanta dari kurva ln (a-b) vs t

ln (a-b) = -kt + ln a
y = mx + c
Jadi,
m = -k
k = -m

Dari persamaan garis diatas : y = -0.0012x + 1.4802 .Maka, nilai konstanta reaksi kimia pada
suhu 70 oC adalah : K (70 oC) = 0,0012

Kurva ln a/(a-b) terhadap t (s)


0.16
0.14
0.12 y = 0.0012x - 0.0109
R² = 0.9953
0.1
ln a/(a-b)

0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 20 40 60 80 100 120 140
t (s)

Perhitungan tenaga pengaktif


𝑇 𝑇 𝑘
E = 𝑅 (𝑇 1−𝑇2 ) ln (𝑘2 )
2 1 1

𝑗 303,5 . 343 0,0012


= 8,314 𝑚𝑜𝑙 . ( 343−303,5 ) ln (0,0003)
𝑘

𝑗
= 8,314 𝑚𝑜𝑙 . (2635 𝐾) ln(4)
𝑘

= 30370 j/mol

Perhitungan faktor frekuensi

Untuk suhu 30,5 oC


𝐽
30370
− 𝑚𝑜𝑙
𝐸 𝑗
− 8,314 . 303,5 𝐾
𝑒 𝑅𝑇1 = 𝑒 𝑚𝑜𝑙 . 𝑘 = 𝑒 − 12,0358 = 5,9−6
𝑘 (30,5 𝑜𝐶)
A1 = 𝐸

𝑒 𝑅𝑇1

3 𝑥 10−4
= 5,9−6
= 50,84

Untuk suhu 70 oC
𝐽
30370
− 𝑚𝑜𝑙
𝐸 𝑗

𝑒 𝑅𝑇1 = 𝑒 8,314𝑚𝑜𝑙 . 𝑘 . 343 𝐾 = 𝑒 − 10,6497 = 2,4−5
𝑘 (30,5 𝑜𝐶)
A1 = 𝐸

𝑒 𝑅𝑇1

1,2 𝑥 10−3
= 2,4−5

= 50
V. PEMBAHASAN

Kecepatan reaksi menyebabkan banyaknya reaksi kimia yang berlangsung per satuan
waktu dan juga menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik
reaksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi yaitu, konsentrasi, suhu, luas
permukaan, dan katalis.

Praktikum kecepatan reaksi ini memiliki tujuan agar praktikan dapat mempelajari
kinetika reaksi kimia, pada praktikum ini reaksi yang digunakan adalah reaksi hydrogen
peroksida dengan kalium iodide. Tujuan lainnya yaitu praktikan dapat menentukan
konstanta kecepatan reaksi kimia pada suhu ruangan. Agar tujuan ini tercapai, praktikum
kali ini harus melalui dau prosedur percobaan.

Percobaan pertama yaitu mencari ekivalen H2O2 dengan tiosulfat. Pada prosedur ini
memiliki dua tahapan, tahapan pertama yaitu menitrasi KI yang ditambahkan H2SO4 pekat
dan KMnO4. Reaksi yang terjadi adalah

5H2O2 + 3 H2SO4 + 2 KMnO4→ K2SO4 + 2 MnSO4 + 8 H2O + 5 O2

Tahapan yang kedua adalah dengan menitrasi KI yang ditambahkan H 2SO4 pekat dan KMnO4
1N dengan larutan tiosulfat. Reaksi yang terjadi adalah :

KMnO4 + 2 H2SO4 + KI + 2 H+→ K2SO4 + MnSO4 + I2 + 4 H2O

I2 + 2 S2O3-2 → 2 I- + S4O6-2

Diperoleh volume untuk tahap pertama adalah 17,95 mL KMnO4 dan tahap kedua 9,7 mL
tiosulfat. Tahapan pertama ditandai perubahan warna dari bening menjadi ungu muda.
Tahapan kedua ditandai dengan titrat yang berubah warna menjadi kuning pucat lalu biru
ketika ditambahkan amilum dan akhirnya menjadi warna bening.

Prosedur kedua yaitu penentuan konstanta kecepatan reaksi. Sebelum


melaksanakan prosedur ini sebelumnya praktikan membuat 2 larutan. Larutan 1
mengencerkan H2O2 3 % dari 0,25 mL menjadi 5 mL. Larutan 2 yaitu 25 mL akuades
ditambah 1,5 mL H2SO4 2N, 0,15 mL kanji, dan 0,075 g KI. Selain membuat 2 larutan itu,
dibuat juga larutan kanji dengan cara menambahkan 500 mg kanji dengan 100 mL akuades,
lalu dipanaskan dan disaring> prosedur kedua ini dilaksanakan dengan mereaksikan larutan
1 dan larutan 2 serta larutan tiosulfat. Reaksi yang terjadi adalah:
H2SO4 + 2 H2O2 + 2 KI + 2 S2O3-2 + amilum→ K2SO4 + MnSO4 + I2 amilum + 2 H2O + O2 +
2 S4O6-2

Setelah direaksikan, stirrer dihidupkan dan larutan akan berubah warna menjadi biru.
ditambahkan tiosulfat lagi, dicatat volume, dan diamati munculnya warna biru kembali,
dilakukan sampai mendapatkan 6 titik data. Dari prosedur kedua ini di buat grafik ln (a/(a-
b)) dengan t (waktu), serta grafik ln (a-b) dengan t (waktu)

Konstanta kecepatan reaksi antara percobaan 1 (suhu 30,5 oC) dengan percobaan 2
(suhu 70 oC) memiliki perbedaan, untuk percobaan 1 (suhu 30,5 oC) konstantanya sebesar 3
x 10 -4 sedangkan pada percobaan 2 (suhu 70 oC) sebesar 1,2 x 10-3. Perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan suhu. Suhu pada percobaan 2 lebih besar sehingga
konstantanya lebih besar daripada percobaan 1. Pada praktikum ini juga didapatkan tenaga
pengaktif sebesar 30370 j/mol untuk mengaktifkan / menjalankan reaksinya. Faktor
frekuensi yang didapatkan pada suhu 30,5 oC sebesar 50,84 dan pada suhu 70 oC sebesar 50.

VI. KESIMPULAN
Semakin tinggi suhu maka semakin besar laju / kecepatan reaksinya. Waktu
yang dibutuhkan untuk reaksi lebih cepat pada suhu 70 oC dibandingkan pada suhu
30,5 oC. Setelah itu, konstanta kecepatan reaksi pada suhu 70 oC lebih besar yaitu 1,2
x 10-3 dibandingkan pada suhu 30,5 oC yaitu 3 x 10 -4. Selain menghitung nilai k,
tenaga pengaktif yang dibutuhkan per reaksi agar reaksi dapat terjadi juga dihitung,
pada suhu 30,5 oC ke 70 oC, dibutuhkan tenaga sekitar 30370 j/mol untuk
mengaktifkan / menjalankan reaksinya. Faktor frekuensi pada suhu 30,5 oC lebih
besar yaitu 50,84 sedangkan pada suhu 70 oC yaitu 50.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Atkins, P., 2010, Physical Chemistry, Oxford University Press, New York

Brady, J.E., 2012, Chemistry The Molecular Nature of Matter, John WIley and Sons
Inc. , Danvers

House, J.E., 2007, Principles of Chemical Kinetics, Academic Press.

Kundari, N.A., 2008, Kinetika Kimia, STTN-BATAN, Yogyakarta.


VIII. LAMPIRAN
MSDS
a. Hidrogen Peroksida (H2O2)

• Penggunaan bahan/preparasi :
1) Reagen untuk analisa
2) Produksi bahan kimia

• Tindakan pertolongan pertama : 1) Terhirup : Cari udara segar


2) Kulit : Cuci dengan air yang banyak dan lepaskan pakaian terkontaminasi
3) Mata : Bilas dengan air yang banyak dengan kelopak mata terbuka

b. Asam Sulfat (H2SO4)

• Pengertian bahaya
Sangat berbahaya jika terkena mata, kulit, terhirup, dan tertelan. Menyebabkan kulit
terbakar dan kerusakan mata.
• P3K
1) Kulit : Cuci dengan air yang banyak dan lepaskan pakaian terkontaminasi
2) Mata : Bilas dengan air yang banyak dengan kelopak mata terbuka
3) Tertelan : Beri air max 2 gelas
4) Terhirup : Cari udara segar
• Sifat fisika dan kimia
1) Cair
2) Tak berwarna
3) Bau Asam
4) Titik didih 270oC
c. Kalium Permanganat (KMnO4)

• Pengenalan bahaya

Dapat menyebabkan api, berbahaya jika tertelan, menyebabkan luka bakar,


menyebabkan kerusakan pada mata dan kulit.
• P3K
1) Kulit : Cuci dengan air yang banyak dan lepaskan pakaian terkontaminasi
2) Mata : Bilas dengan air yang banyak dengan kelopak mata terbuka
3) Tertelan : Beri air max 2 gelas, Hubungi medis jika tambah parah
4) Terhirup : Cari udara segar beri CPR dan Oksigen bila perlu
• Sifat fisika dan kimia
1) Padat
2) Berwarna ungu
3) Tak berbau
4) Sangat oksidatif
5) Titik lebur > 240 oC

d. Kalium Iodida (KI)

• Pengenalan bahaya

Menyebabkan kerusakan pada organ melalui paparan yang lama atau berulang

• P3K

1) Kulit : Cuci dengan air yang banyak dan lepaskan pakaian terkontaminasi
2) Mata : Bilas dengan air yang banyak dengan kelopak mata terbuka
3) Tertelan : Beri air max 2 gelas, Hubungi medis jika tambah parah
4) Terhirup : Cari udara segar beri CPR dan Oksigen bila perlu

 Sifat fisika dan kimia

1) Padat
2) Warna keputih-putihan
3) Tak berbau
4) Titik didih = 1.325 oC
5) Titik lebur = 685 oC

e. Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)

• Pengenalan bahaya
Menyebabkan mata dan kulit iritasi. Menyebabkan reaksi alergi

• P3K
1) Kulit : Cuci dengan air yang banyak dan lepaskan pakaian terkontaminasi
2) Mata : Bilas dengan air yang banyak dengan kelopak mata terbuka
3) Tertelan : Beri air max 2 gelas, Hubungi medis jika tambah parah
4) Terhirup : Cari udara segar beri CPR dan Oksigen bila perlu
• Sifat fisika dan kimia
1) Tak berwarna

2) Tak berbau

3) Padat

4) Titik lebur 41 oC

e. Amilum

• Pengenalan bahaya
Tidak berbahaya

• P3K
1) Terhirup : Cari udara segar, Beri CPR dan oksigen bila perlu

• Sifat fisika dan kimia


1) Serbuk
2) Tak berbau
3) Berwarna putih
Yogyakarta, 10 Desember 2020

Pembimbing Praktikan

NILATS TSURAYA M.Sc. RIZAL NUR ASSEGAF

Anda mungkin juga menyukai