Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

SOFTWARE REKAYASA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK :9
ANGGOTA : DAYA AGUNG SARWONO (112200005)
ISNA SYILMI QAIRA` (011900008)
SUFI ADZKIA SALMA (011900024)
DOSEN : HARUM AZIZAH DAROJATI, M.T
PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR
JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR

POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA


BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
YOGYAKARTA
2022
SIMULASI HEAT EXCHANGER

I. SOAL
Air sebanyak 175.000 lb/jam bersuhu 122°F akan didinginkan menjadi 113°F. Tekanan
fluida 30 psia.
Simulasikan HE menggunakan :
• Heater
• HE 1-2, dengan spesifikasi :
pendingin berupa air yang masuk pada suhu 86°F sebanyak 280.000 lb/jam di tube
dengan tekanan masuk 30 psia, aliran counter current
ID shell = 15,25 in
jumlah tube = 160, OD = ¾ in, BWG = 18, panjang tube = 16 ft
triangular pitch = 15/16 in, konduktivitas bahan tube = 0,637 kW/m/K
jumlah baffle total = 2, jarak antar baffle = 3 ft, baffle cut 25%
diameter semua nozzle = 200 mm
Rd / Fouling factor = 0,002 jam.sqft.R/Btu
Property method = NRTL

II. PENYELESAIAN ASPEN

1. Pemberian nama file


2. Penentuan komponen

3. Penentuan metode
Metode yang digunakan pada simulasi ini adalah NRTL karena basis perhitungan
berdasarkan pada korelasi kesetimbangan uap-cair dan cair-cair untuk sistem polar
bertekanan rendah.
4. Menentukan kondisi umpan masuk (Feed/ material)
Umpan masuk berupa air panas bersuhu 122 oF pada tekanan 30 psia dengan laju alir
175.000 lb/hr

5. Simulasi heater
a. Membuat flowsheet
b. Menentukan kondisi heater
Heater-1 digunakan untuk mendinginkan umpan air menjadi suhu 113 oF dengan
pressure drop 0 psia

c. Hasil heat duty dari Heater

Dari hasil running simulasi diperoleh heat duty (Q) yang diperlukan heater untuk
mendinginkan air sebesar -1,58561e+06 Btu/hr
6. Simulasi Heatx Metode “Shortcut”
a. Membuat flowsheet

Yang berada dalam kotak merah adalah aliran air pendingin.

b. Menentukan kondisi umpan air pendingin yang masuk ke heat exchanger


Air pendingin bersuhu 86 oF pada tekanan 30 psia dengan laju alir sebesar 280.000
lb/hr. Dialirkan melalui tube dengan tipe aliran counter current
c. Shortcut HeatX

d. Spesifikasi HeatX
Pada HE dengan 2 arus (panas dan dingin), hanya 3 dari 4 suhu yang merupakan desain
variabel, sedangkan salah satu suhu akan terhitung (calculated). Sehingga hanya suhu
pada aliran panas yang ditentukan target dan suhu minimum yang tercapai.
e. Hasil HeatX “Shortcut” Method

Dari hasil running heat exchanger dengan metode shortcut maka diperoleh hasil
distribusi suhu LMTD sebesar 28,6048 F dan average U (dirty) sebesar 149,694
Btu/hr-sqft-R. Required exchanger area sama dengan actual exchanger area sehingga
desain heat exchanger dianggap sudah sesuai dengan actual desain.
7. Simulation Heatx Metode “Detailed 🡪 Rating”
a. Membuat flowsheet

b. Menentukan spesifikasi HeatX dengan metode “Detailed → Rating”


Exchanger area diperoleh dari perhitungan manual menurut tabel 9 dari buku Process Heat
Transfer oleh D.Q. Kern. Dengan OD tube sebesar ¾ inchi dan berbentuk triangular pitch
dengan sebanyak 2 pitch sehingga diperoleh jumlah tube (N) adalah 160 dan panjang tube
(L) adalah 160 ft. Kemudian dilakukan perhitungan dengan surface area per lin ft outside
(a”) adalah 0,1963 ft2/ft dengan perhitungan sebagai berikut:
A = N x L x a”
= 160 x 160 ft x 0,1963 ft2/ft
= 502 ft2 → sebagai nilai input exchanger area
c. Menentukan film coefficients

d. Menentukan spesifikasi shell


e.Menentukan spesifikasi Tubes.

f. Memilih Buffles

Dipilih baffle dengan tipe segmental baffle karena memiliki laju transfer panas besar, mudah
dibuat dan dipasang, serta harga lebih terjangkau.
g. Menentukan spesifikasi Nozzles.

h. Hasil Heatx Metode “Detailed 🡪 Rating”


Dari hasil running simulasi Heatx dengan metode “Detailed → Rating” maka diperoleh luas
transfer panas yang diperlukan adalah minimal 154,45 Btu/hr-sqft-R berdasarkan average U
(dirty) dan 239,58 Btu/hr-sqft-R berdasarkan average U (clean). Dari hasil running diketahui
bahwa required exchanger area lebih kecil daripada actual exchanger area sehingga overdesign
namun masih logis untuk digunakan tetapi membutuhkan biaya yang lebih tinggi sehingga
boros.

8. Simulation Heatx Metode “Detailed🡪 Simulation”


a. Membuat flow sheet
b. Menentukan spesifikasi HeatX dengan metode “Detailed → Simulation”

Tidak perlu memasukkan suhu output karena akan dihitung otomatis oleh software

c. Menentukan film coefficients


d. Menentukan spesifikasi shell

e. Menentukan spesifikasi tubes.

f. Menentukan spesifikasi baffles


g. Menentukan spesifikasi nozzles

h. Hasil running HeatX dengan metode “Detailed → Simulation”

Suhu output dari aliran panas adalah 110,546 F dan suhu output dari aliran dingin adalah sebesar
93,2713 F
Dari hasil running diperoleh jika required dan actual exchanger area tidak beda jauh sehingga
simulasi sudah optimal dan dapat diimplementasikan.

9. Simulasi HXFlux
a. Membuat flowsheet
b. Menentukan spesifikasi HXFlux

c. Menentukan nilai suhu inlet dan outlet stream.

Nilai suhu aliran output hot stream dan cold stream diperoleh dari hasil running heatx
dengan metode “Shortcut”. Sedangkan nilai heat duty dimasukkan dari hasil running
heater.
d. Hasil running HXFlux

Dari hasil running HXFlux diperoleh estimasi over-all heat transfer coefficient sebesar 110,93
Btu/hr-sqft-R.

III. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini dilakukan simulasi heat exchanger dalam ASPEN dengan
menggunakan heater, heatX dengan metode Shortcut, heatX dengan metode Detailed → Rating,
dan heatX Detailed → Simulation. Pada heater arus masuk dapat lebih dari 1 sedangkan arus
keluar menjadi 1 arus produk. Sedangkan pada heatX terdapat 2 arus masuk dan 2 arus keluar
(hot stream dengan cold stream) yaitu aliran umpan dan aliran pendingin. Aliran pendingin yang
digunakan berupa fluida cair dengan suhu 86 oF yang digunakan untuk menurunkan suhu produk
dari 122 oF menjadi 113 oF.
Untuk mensimulasikan HE pada kasus ini, digunakan metode NRTL karena terdapat
hubungan antara kesetimbangan uap-cair dan cair-cair dari fluida air dengan tekanan rendah
yang tetap sebesar 30 psia sejak umpan masuk hingga produk keluar. Setelah input kondisi
operasi umpan awal berupa tekanan dan suhu, maka dilakukan simulasi dengan membuat
flowsheet heater dimana umpan masuk ke DUPL karena digunakan running dari simulasi
program yang serupa dalam satu flowsheet. Hal ini dikarenakan jika membuat dua flowsheet
maka akan terjadi error ketika running, sehingga digunakan DUPL. Setelah kondisi heater
ditentukan, Hasil running heat duty (Q) heater yang didapatkan dari program ASPEN adalah
sebesar -1,58561e+06 Btu/hr untuk mendinginkan air.
Di cara lain, dilakukan simulasi HeatX metode pertama berupa “Shortcut” dengan
membuat flowsheet dimana terdapat aliran air pendingin masuk dengan laju alir berjenis counter
current sebesar 280.000 lb/hr yang dialirkan melalui sebuah tube, dengan suhu 86 oF pada
tekanan 30 psia. Dalam metode ini, terdapat arus panas dan dingin dengan 4 variabel suhu.
Hanya 1 variabel suhu yang dapat ditentukan awal berupa suhu arus panas keluar sebesar 113
o
F dengan suhu minimumnya sebesar 10 oC atau 50 oF. Jika suhu dibawah minimum tersebut,
maka dapat dikatakan terdapat trouble pada bagian HE. Sedangkan untuk 3 variabel suhu
lainnya merupakan desain variable yang akan ditentukan oleh ASPEN. Dari hasil running
metode shortcut didapatkan distribusi suhu LMTD sebesar 28,6048 F dengan average U (dirty)
sebesar 149,694 Btu/hr-sqft-R. Sedangkan hasil required exchanger area dan actual exchanger
area adalah sama yaitu sebesar 370.253 sqft, sehingga dapat dikatakan bahwa desain HE aktual
dengan yang dibutuhkan sudah sesuai. Metode Shortcut tidak membutuhkan spesifikasi alat
secara detail. Metode ini hanya memperhatikan nilai input dan output suhu exchanger.
Cara lain pada simulasi HeatX adalah metode kedua berupa “Detailed → Rating”,
dimana setelah pembuatan flowsheet dilakukan juga input exchanger area dengan menggunakan
bantuan rumus A = N x L x a” sehingga nilai input yang dimasukkan sebesar 502 ft2 . Setelah
itu, dimasukkan juga koefisien film pada bagian arus aliran dingin dengan fouling factor sebesar
0.002 hr-sqft-R/Btu. Untuk input spesifikasi shell, tubes, baffles, nozzles dimasukkan dengan
mengacu pada tabel 9 dan 10 dari buku Process Heat Transfer oleh D.Q. Kern. Dari hasil
running metode Detailed → Rating didapatkan koreksi distribusi suhu LMTD sebesar 28,3091 F
dengan average U (dirty)sebesar 154.45 Btu/hr-sqft-R dan average U (clean) sebesar 239.58
Btu/hr-sqft-R. Sedangkan hasil required exchanger area sebesar 362.645 dan actual exchanger
area yang berbeda yaitu sebesar 502 sqf, sehingga dapat dikatakan bahwa desain HE aktual
dengan yang dibutuhkan belum sesuai karena walaupun nilai yang dihasilkan masih masuk akal,
namun terlalu boros karena biaya yang dikeluarkan nantinya akan lebih tinggi dari yang
dibutuhkan. Sehingga termasuk overdesign namun masih masuk akal untuk digunakan hanya
saja akan boros biaya. Sehingga dibutuhkan perbaikan pada details alat hingga nilai REA dan
AEA hampir sama.
Cara terakhir pada simulasi HeatX adalah metode ketiga berupa “Detailed →
Simulation” untuk metode yang ketiga ini mengharuskan spesifikasi alat lebih detail hingga ke
tahap geometri alat. Berdasarkan simulasi yang berjalan diperoleh nilai heat duty yang sama
dengan metode shortcut, perbedaan hanya terdapat pada Required Exchanger Area (REA),
Actual Exchanger Area (AEA), LMTD Correction, Uc dan Ud. Dimulai dengan pembuatan
flowsheet, input exchanger area dan variabel lainnya seperti input pada Detailed à Rating. Dari
hasil running metode Detailed → Simulation didapatkan hasil suhu output dari aliran panas
adalah 110,546 F dan suhu output dari aliran dingin adalah sebesar 93,2713 F dengan average U
(dirty) sebesar 154.157 Btu/hr-sqft-R dan average U (clean) sebesar 238.877 Btu/hr-sqft-R
dengan hasil required exchanger area dan actual exchanger area adalah sama yaitu sebesar 502
sqft, sehingga dapat dikatakan bahwa desain HE aktual dengan yang dibutuhkan sudah sesuai.
Metode ini tidak perlu memasukkan suhu output aliran yang diinginkan, sistem aspen akan
menganalisa suhu keluaran yang sesuai dengan desain alat agar tidak terjadi overdesign dan
under design.
Hasil running required exchanger area dan actual exchanger area dari ketiga metode
HeatX dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Exchanger Area Shortcut (sqft) Detailed → Rating Detailed → Simulation
(sqft) (sqft)

Required 370.253 362.645 502

Actual 370.253 502 502

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa metode shortcut dan detailed simulation adalah
metode yang paling logis untuk digunakan. Sedangkan metode kedua masih termasuk logis
namun biaya yang dikeluarkan nantinya akan lebih boros dari biaya yang seharusnya
dikeluarkan (masih dapat diminimalisasi).

Selain HeatX, dilakukan juga simulasi menggunakan simulasi HXFlux dimana penentuan heat
transfernya berupa konvektif, metode LMTD berupa Rigorous dan area heat transfernya
spesifik. Kemudian, dilakukan input suhu masuk dan keluar berdasarkan hasil running HeatX
metode shortcut, dan nilai heat dutynya masih menggunakan nilai yang sama yaitu hasil running
heater. Setelah keseluruhan input dimasukkan, didapatkan koefisien transfer panas keseluruhan
adalah sebesar 110,93 Btu/hr-sqft-R. Dari nilai overall coefficient dapat diperkirakan luas
perpindahan panas heat exchanger secara tepat sehingga dapat menghindari adanya overdesign
atau underdesign dalam perancangan heat exchanger.

Anda mungkin juga menyukai