DISUSUN OLEH :
Hukum Hess merupakan suatu hukum yang menggambarkan entalpi suatu fungsi keadaan yang
memungkinkan menghitung perubahan entalpi tersebut dengan menjumlahkan seluruh perubahan
setiap langkah sampai produk terbentuk (Davis, 2014). Adapun bunyi dari hukum Hess yaitu kalor
reaksi dari suatu reaksi tidak dipengaruhi oleh berapa langkah berlangsungnya suatu reaksi untuk
membentuk suatu produk namun proses tersebut hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan
akhir reaksi. Hal tersebut dapat menunjukkan perubahan entalpi yang dapat dirumuskan sebagai
berikut.
Ho = Hf (produk) - Hf (reaktan)
Adapun aturan-aturan yang digunakan dalam perhitungan hukum Hess yang melibatkan suatu
persamaan reaksi adalah sebagai berikut:
Untuk menjumlahkan dua persamaan reaksi kimia dengan perubahan entalpi H1 dan H2, maka
perubahan entalpi untuk produk akhir H3 dapat dinyatakan dengan
H3 = H1 + H2
Untuk reaksi yang arahnya dibalik, nilai perubahan entalpi untuk reaksi akhirnya, H1
sebaliknya dapat dinyatakan dengan
H (reaksi balik) = - H (reaksi ke depan)
Syarat berlangsungnya hukum Hess yaitu keadaan awal reaktan dan keadaan akhir produk pada
berbagai proses atau tahapan adalah sama. Gambaran mengenai berlangsungnya hukum Hess dapat
Maka harga ΔH1 menurut diagram hukum Hess tersebut yaitu ΔH 1 = ΔH2 + ΔH3, yang mana nilai ΔH1,
ΔH2, dan ΔH3 berasal dari pembentukan:
AB ΔH2
BC ΔH3
AC ΔH1
Pada percoban hukum Hess ini, dapat dilihat mengenai kesamaan energi yang terjadi pada
reaksi arah 1 dengan energi pada reaksi arah 2. Jika natrium hidroksida (NaOH) padat
direaksikan dengan asam klorida (HCl), maka reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Arah 1 : NaOH padatan dilarutkan dalam air menghasilkan larutan NaOH, kemudian larutan NaOH
tersebut direaksikan dengan larutan HCl 4 M menghasilkan larutan NaCl dengan konsnetrasi 2 M.
NaOH (s) + H2O (l) NaOH (aq, 4 M) H1
NaOH (aq, 4 M) + HCl (aq, 4 M) NaCl (aq, 2 M) + H2O (l) H2
Arah 2 : Larutan HCl 4 M diencerkan menjadi larutan HCl 2M, selanjutnya ditambahkan
NaOH pada menghasilkan larutan NaCl dengan konsentrasi 2M.
HCl (aq, 4 M) + H2O (l) HCl (aq, 2 M) H3
HCl (aq, 2 M) + NaOH (s) NaCl (aq, 2 M) + H2O (l) H4
Arah 1
NaOH(aq, 4 M)+ HCl (aq, 4 M)
Arah 2
Gambar 2. Diagram berlangsungnya hukum Hess pada larutan NaOH dengan HCl
H arah 1 = H1 + H2
H arah 2 = H3 + H4
Menurut hukum Hess bahwa H arah 1 = H arah 2
(Retug & Sastrawidana, 2004)
III. METODE
A. Alat
1. Kalorimeter.
2. Termometer
3. Botol timbang
4. Spatula
5. Gelas ukur 25 mL
6. Stirring hot plate
7. Beaker 100 mL
B. Bahan
1. Akuades
2. HCl 1M
Identifikasi bahaya : Dapat menyebabkan iritasi dan terbakar, Hindari uap atau asapnya.
P3K :
Mata : segera siram dengan air bersih mengalir sekurang-kurangnya selama 15 menit.
1. Kulit : segera basuh kulit dengan air yang banyak dan mengalir sedikitnya selama 15 menit,
bersihkan pakaian yang terkontaminasi.
2. Terhirup : segera cari udara segar. Jika sulit bernapas, berikan oksigen
3. Tertelan : berikan beberapa gelas air, cari bantuan medis.
3. NaOH 1M
Identifikasi bahaya : Mengakibatkan luka bakar, berbahaya jika tertelan, hindari menghirup uap/debu.
P3K :
1. Mata : segera siram dengan air bersih mengalir sekurang-kurangnya selama 10 menit.
2. Kulit : segera basuh kulit dengan air yang banyak dan mengalir sedikitnya selama 15 menit.
3. Terhirup : segera cari udara segar. Jika sulit bernapas, berikan oksigen
4. Tertelan : jangan memuntahkannya kecuali bila diarahkan oleh petugas medis.
Sifat Fisika & Kimia:
1. Titik didih : 318°C
2. Titik leleh : 1390°C
C. Cara Kerja
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
- 25ml aquades dimasukan ke kalorimeter diaduk dan dicatat suhunya (T1).
- 50ml dipanaskan hingga 60°C diatas stirring hotplate.
- Diambil 25ml ke gelas ukur, ditunggu sampai suhunya 50°C (T2).
- Dimasukkan ke kalorimeter (langkah 1), dicatat suhu campuran (T3).
- Dihitung tetapan kalorimeternya (Ck).
2. Penentuan ΔH NaCl melalui Jalur A
a) 25ml aquades dimasukan ke kalorimeter diaduk dan dicatat suhunya (T1).
b) NaOH 1gr dimasukan, diaduk dan dicatat suhunya (T2).
c) HCl 25 mL 1 M yang telah ditimbang diukur suhunya dan dicatat (T3).
d) HCl 25 mL 1 M dimasukkan ke dalam kalorimeter, dicatat suhu maksimunya (T4).
Arah 2 (Jalur B)
Pada percobaan arah 2 ini, bahan pertama yang dimasukkan ke dalam kalorimeter sama dengan yang ada
pada percobaan arah 1 yaitu akuades. Suhu awal akuades yang digunakan adalah 27,50C dan tetap
konstan pada suhu 270C. Kemudian, penambahan larutan HCl 1 M dengan suhu yang terukur adalah
27,50C dan tetap konstan pada suhu 280C. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
HCl(aq) + H2O (aq) → HCl(aq, 1M)
Selanjutnya penambahan padatan NaOH sedikit demi sedikit sampai semua padatan NaOH larut. Suhu
yang teramati pada awal dimasukkannya NaOH adalah 340C dan suhu maksimum setelah semua NaOH
habis (suhu konstan) adalah 35,70C. Meningkatnya suhu pada penambahan NaOH ini disebabkan reaksi
antara air dan NaOH yang bersifat eksoterm. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut.
HCl(aq) + NaOH(s) → NaCl(aq) + H2O(l)
Oleh karena itu, reaksi total yang terjadi pada percobaan arah 2 ini adalah sebagai berikut.
HCl(aq) + H2O(l) → HCl(aq, 1M) ∆H3
HCl(aq, 4M) + NaOH(aq) → NaCl(aq ) + 2H2O(l) ∆H4
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh delta H NaCl dengan menggunakan jalur A
adalah sebesar 883,6134 kal.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, jumlah total perubahan entalpi pada arah 1 (jalur A) adalah
875,073 kal, sedangkan jumlah total perubahan entalpi pada arah 2(jalur B) adalah 883,6134 kal,
sehingga selisihnya adalah 5,016 kJ/mol.
Dari hasil ini terlihat bahwa terdapat perbedaan jumlah total perubahan entalpi pada arah 1 dan arah
2, dimana ∆H pada arah 2 lebih besar dibandingkan ∆H pada arah 1. Perbedaan hasil ini kemungkinan
terjadi karena kalorimeter yang digunakan pada saat percobaan kurang baik sehingga terjadi perpindahan
kalor dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya, serta jumlah padatan NaOH yang digunakan tidak sama,
dimana padatan NaOH yang bersifat higroskopis. Perpindahan kalor ini akan menyebabkan
terganggunya kesetimbangan sistem (tidak terbentuk sistem tertutup seperti yang diharapkan). Adapun
presentase kesalahan masing – masing jalur dalam percobaan ini dapat dihitung sebagai berikut:
% Kesalahan jalur A = 0,967 %
% Kesalahan jalur B = 0,976 %
Sedangkan presentase selisih entalpi pembentukan NaCl dengan jalur A dan jalur B adalah sebesar 0,971
%.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Besarnya kalor pembentukan Nacl pada jalur A adalah 875,073 kal dan pada jalur B adalah sebesar
883, 6134 kal dengan selisih 8,5404 kal.
2. Reaksi pembentukan NaCl bersifat endoterm ditandai dengan kenaikan suhu dan nilai Q total yang
positif. Hukum hess dapat membuktikan jalannya reaksi pembentukan NaCl dan dapat memberikan
nilai dari energi yang dibutuhkan dalam bentuk entalpi.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Attkins, P. W.. 1999. Kimia Fisik Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Fraington, dkk. 1987. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga
Itatrie.blogspot.com/2012/10/10/Laporan-kimia-fisika-hukum-hess.html?m=1 (diakses pada tanggal 9
Desember 2020)
Kartimi . 2013 . Panduan Praktikum Kimia Dasar 2 . Cirebon : Pusat Laboratorium IAIN Syekh
Nurjati
https:www.slideshare.net/mobile/sitikhoirunika/makalah-hukum-hess-delta-h-dan-energi-ikatan (diakses
9 Desember 2020)